PEMANFAATAN LIMBAH TULANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

[PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG TELUR]

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan

EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

PENGARUH PENGGUNAAN CACING TANAH (Lumbricus rubellus) SEBAGAI AKTIVATOR TERHADAP BENTUK FISIK DAN HARA VERMIKOMPOS DARI FESES SAPI BALI SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.)

Ilmu Tanah dan Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

BAB I PENDAHULUAN. Limbah dibedakan menjadi dua yaitu limbah anorganik dan limbah

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sebaik-baik ciptaan. Langit

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

BAB I PENDAHULUAN. Kurangnya pemanfaatan kijing dikarenakan belum terdapatnya informasi dan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA. Tulang adalah subtansi hidup yang dapat diperbaharui yang memiliki

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor penentu produksi. Selama ini untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (Lampiran VI)

I. PENDAHULUAN. terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Ultisol. merupakan tanah yang terkikis dan memperlihatkan pengaruh pencucian yang

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok dari Familia Palmae dan disebut juga Cocos nucifera L dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

TARIF LINGKUP AKREDITASI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

HASIL DAN PEMBAHASAN

PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh :

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

I. PENDAHULUAN. organik disamping pupuk anorganik (Rubiyo dkk., 2003). Pupuk organik tersebut

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

BAB I PENDAHULUAN. sampah atau limbah baik rumah tangga, pabrik, maupun industri lainnya. Sampah

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

Oleh: Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, M. T.

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dan kelangsungan hidup mahluk hidup. Karakteristik unsur-unsur dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dengan masalah sampah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN PEKTIN DARI KULIT JERUK MANIS

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

Transkripsi:

2014 PEMANFAATAN LIMBAH TULANG Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P Fakultas Peternakan Unhas

PEMANFAATAN LIMBAH TULANG Oleh : Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P Tulang merupakan salah satu hasil ikutan (by product) dari pemotongan ternak yang sampai saat ini belum termanfaatkan secara maksimal karena sebagian besar masyarakat masih menganggapnya sebagai limbah ternak. Sampai saat ini pemanfaatan tulang dari ternak masih sangat terbatas, sehingga dengan demikian tulang masih dikategorikan sebagai by product yang memiliki nilai ekonomi rendah. Seiring dengan perkembangan teknologi khususnya teknologi pengolahan hasil ikutan ternak, maka limbah tulang telah banyak dikembangkan dan dimanfaatkan baik dalam bentuk produk pangan maupun non-pangan. Dalam bentuk produk pangan telah dikembangkan dalam bentuk bahan baku suplemen makanan ataupun, sedangkan terkait dengan produk non-pangan saat ini telah dikembangkan sebagai sumber pakan ternak, pupuk organik maupun asesoris. Gambaran potensi pemanfaatan by product tulang dari seekor sapi seperti terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Peta potensi pemanfaatan tulang dari beberapa bagian pada tubuh sapi 1

Tulang atau yang lazim disebut kerangka pada dasarnya adalah penopang tubuh pada hewan vertebrata. Tanpa tulang ternak tidak mampu berdiri secara tegak. Tulang pada ternak mulai terbentuk sejak ternak masih berada dalam kandungan induknya dan berlangsung terus sampai dekade kedua dalam susunan yang teratur. Secara umum tulang yang dimiliki ternak memiliki kemiripan dengan tulang yang dimiliki manusia (Junqueira et al., 1998). Bentuk dasar anatomis pada tulang seperti pada Gambar 2. Berdasarkan komposisinya, tulang merupakan jaringan ikat padat yang tersusun atas zat organik dan zat anorganik. Zat organik pada tulang berada dalam bentuk matriks tulang berupa protein. Sebanyak 90-96% dari protein yang menyusun tulang adalah kolagen tipe T. Kolagen tipe T dan protein lainnya merupakan bagian kecil pada matriks. Zat anorganik yang menyusun tulang berupa kristal hidroksapatit yait Ca 10 (PO 4 ) 6 (OH) 2, Na +, Mg 2+ 2-, CO 3 (karbonat) dan F - (fluorida). Hidroksiapatit merupakan faktor yang menentukan kekuatan tulang. Dari komposisi unsur kalsium yang ada pada tubuh, maka sebanyak 99% ion Ca 2+ terdapat pada tulang. Komponen tulang selalu berada dalam kondisi dynamic equilibrium atau lebih dikenal dengan istilah peristiwa tukar ganti. (www.veterinaryonline.blogspot.com) Gambar 2. Struktur anatomis pada tulang Proses pembentukan tulang melibatkan proses osteoklas dan osteoblas. Osteoklas adalah proses reabsorbsi tulang atau yang lazim disebut sebagai demineralisasi sedangkan osteoblas merupakan proses sintesis matriks baru. 2

Salah satu permasalahan mendasar yang terjadi pada beberapa RPH (Rumah Potong Hewan) di Indonesia adalah belum maksimalnya upaya pemanfaatan hasil ikutan (by product) dari pemotongan ternak yang salah satunya adalah limbah tulang. Semakin banyaknya peredaran sumber-sumber kolagen impor dengan sumber bahan baku yang tidak jelas kehalalannya, menjadi salah satu permasalahan bangsa yang menjadi sebuah prioritas untuk dicari solusinya secara arif. Tulang sapi secara struktural kaya dengan senyawa protein kolagen yang terikat secara kuat dengan mineral kalsiumnya (Ockerman dan Hansen, 2000). Senyawa kolagen yang terdapat pada tulang sapi memiliki kemiripan dalam hal komposisi kimia, morfologi, distribusi, fungsi serta patologi dengan senyawa kolagen pada manusia (Junqueira et al., 1998). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa limbah tulang sapi berpotensi besar untuk dapat ditingkatkan nilai ekonominya sebagai penyedia senyawa protein kolagen yang halal dalam bentuk produk suplemen makanan. Produk-produk makanan suplemen dan makanan kesehatan adalah dua produk yang memiliki peluang usaha yang sangat prospektif untuk dikembangkan seiring dengan semakin berkembangnya gaya hidup kembali ke alam (back to nature) yang dimulai oleh semakin sadarnya masyarakat negara-negara maju. Kecenderungan kuat untuk menggunakan pengobatan dengan bahan alam tidak hanya berlaku di Indonesia, tetapi juga berlaku di banyak negara, karena diyakini mempunyai efek samping yang lebih kecil dibandingkan obat-obat kimia modern. Dengan demikian kebutuhan penduduk dunia terhadap obat-obatan alami sangat tinggi, sekaligus merupakan peluang pasar yang baik bagi industry. Sebagai salah satu contoh adalah RPH yang berada di Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kota Makassar. Produksi limbah perhari berupa tulang yang dihasilkan oleh RPH Tamangapa dapat dikatakan cukup signifikan. Berdasarkan data yang ada, bahwa jumlah ternak sapi yang disembelih di RPH Tamangapa dalam setiap harinya rata-rata mencapai 60 ekor dengan berat badan rata-rata 100 kg (Anonim, 2011). Dari jumlah ternak tersebut, bila diasumsikan jumlah limbah tulang yang dihasilkan dari penyembelihan seekor 3

ternak misalnya sapi bisa mencapai 16,6% dari total berat badan hidup (Widayati dan Suawa, 2007). Apabila kita mengacu pada jumlah tersebut, maka dalam setiap bulannya RPH Tamangapa mampu menghasilkan limbah tulang sebesar 60 ekor x 100 kg x 16,6% x 30 hari = 29.880 kg atau ekuivalen dengan 29,9 ton. Produksi limbah sebesar itu, apabila tidak dimanfaatkan secara maksimal, dikhawatirkan berdampak bagi masyarakat dan lingkungan sekitar RPH. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa limbah tulang sapi memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan nilai ekonominya sebagai penyedia senyawa protein kolagen yang bersifat halal dalam bentuk produk supplemen makanan. Dalam proses produksi ekstrak kolagen, peranan jenis bahan pelarut memegang peranan yang sangat penting. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, diperoleh data tentang kuantitas dan komposisi kimia ekstrak kolagen dari bahan baku limbah tulang belikat (os scapula) pada sapi Bali seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Kuantitas dan komposisi kimia ekstrak kolagen dari bahan baku limbah tulang belikat (os scapula) sapi Bali dngan menggunakan jenis bahan pelarut berbeda Jenis Bahan Pelarut No Peubah Air (Aquadest) Etanol 60% CH 3 COOH 0,5 M Ca(OH) 2 0,5 M 1. Rendemen (%) 4,31 1,90 12,95 5,84 2. Kadar Air (%) 6,71 5,33 5,93 6,47 3. ph 4,39 4,90 4,65 4,98 4. Kadar Protein Kasar 69,43 69,44 75,75 85,52 (%) 5. Kadar Lemak Kasar 3,54 2,50 2,79 3,20 (%) 6. Kadar BETN (%) 89,17 98,99 95,27 95,33 7. Kadar Serat Kasar 1,10 0,41 0,64 0,46 (SK) (%) 8. Kadar Bahan Kering 93,29 94,67 94,07 93,53 (%) 9. Kadar Abu (%) 15,10 4,01 16,09 16,14 10. Kadar Ca (%) 4,06 1,09 3,73 5,25 11. Kadar P (%) 0,67 0,44 1,10 0,20 Sumber : Said dkk., (2012) 4

Berdasarkan data pada Tabel 1, menunjukkan bahwa analisis kadar abu menunjukkan bahwa kadar abu dari ekstrak kolagen yang menggunakan pelarut air, asam (CH 3 COOH 0,5M) dan basa (Ca(OH) 2 0,5M) tidak jauh berbeda yakni berada pada kisaran 15,10-16,14%, sedangkan yang menggunakan pelarut etanol nilai kadar abunya sangat rendah (4,01%). Hal tersebut dapat disebabkan oleh karena etanol secara kimiawi merupakan pelarut organik, sehingga bahan anorganik yang terkandung pada bahan baku tulang secara umum tidak mampu dilarutkan sehingga kadar abu yang terdeteksi sangat rendah. Menurut (Sudarmadji, 1997), abu merupakan residu anorganik dari hasil pembakaran bahan-bahan organik Kadar abu menunjukkan besarnya jumlah mineral yang terkandung dalam bahan pangan tersebut (Apriyantono et al., 1989). Terhadap kadar Ca dan P, penggunaan bahan pelarut berbeda menunjukkan hasil yang cukup bervariasi namun tidak signifikan. Kadar Ca bervariasi pada nilai 1-5% dan P berada pada kisaran 0-1%. 5

Bahan Baku Tulang Pencucian ukuran 1-2 cm Etanol 60% ; 2 x 2 jam ; rasio 1:1,5 H 2 SO 4 0,5 M ; 48 jam ; rasio Pengecilan ukuran (crushing) Penghilangan lemak (degreasing) Demineralisasi Ossein Netralisasi Ca(OH ) 2 10% ; 24 jam ; rasio 1:1,5 Curing Netralisasi - 55-60 o C (24 jam) - 65-70 o C (24 jam) - rasio 1:1,5 Mesh 100 & 200 55-60 o C ; 48 jam Ekstraksi : (1) Air ; (2) Etanol 60% ; (3) CH 3 COOH 0,5 M ; (4) Ca(OH) 2 0,5 M Filtrasi Pengeringan Ekstrak Kolagen Gambar 3. Diagram alir proses produksi ekstrak kolagen (Said dkk., 2012) 6

Tepung tulang banyak digunakan sebagai pakan ternak/ikan terutama untuk memenuhi kebutuhan mineral berupa kalsium dan fosfor. Tepung tulang yang banyak digunakan sebagai bahan baku pakan ternak/ikan berasal dari tulangtulang hasil pemotongan ternak dengan sedikit daging yang melekat. Tulang kemudian dikeringkan dan digiling. Penggunaan tepung tulang sebagai bahan baku pakan ternak disarankan hanya berkisar 2,5-10% dalam formula pakan, dimana bahan baku ini hanya bersifat sebagai pendamping tepung ikan. Penggunakan tepung tulang secara berlebihan tidak menguntungkan, karena penggunaan unsur kalsium yang terlalu banyak justru akan menurunkan selera makan pada ternak/ikan. Diagram alir proses produksi tepung tulang maupun gambaran fisik produk tepung tulang seperti terlihat pada Gambar 3. Tulang Segar Pencucian Pengeringan (Sinar matahari atau oven suhu 80 o C) Pengecilan ukuran, 2-3 cm Penggilingan dan pengayakan Produk Tepung Tulang Gambar 4. Diagram alir proses produksi tepung tulang 7

Berat tulang rata-rata 15% dari berat karkas dan bervariasi sesuai dengan bangsa, makanan, dan umur. Pada hewan gemuk misalnya dapat mencapai 12% berat karkas, sedangkan pada hewan kurus hanya berkisar 30%. Tulang pada ternak kambing dan domba rata-rata sampai 20 sampai 30% berat karkas. Tulang kira-kira mengandung 50% air dan 5% sumsum tulang. Sumsum tulang terdiri dari lemak 96%. Senyawa glikosaminoglikan (G.A.G) merupakan komponen struktural penting dalam penyusun kartilago. Senyawa glikosaminoglikan tersusun atas rantai gula bercabang N-asetilgalaktosamin dan asam glukuronat. Senyawa ini berfungsi untuk meningkatkan ketahanan tulang terhadap tekanan. Senyawa glikosaminoglikan ini disintesis oleh sel-sel tulang yang disebut osteoblast dan osteosit. Tulang kering yang sudah diambil lemaknya terdiri atas bahan organik dan garam-garam anorganik dengan perbandingan 1: 2. Kolagen pada tulang disebut sebagai ossein yang merupakan salah satu penyusun bahan organik. Kadar kolagen jumlahnya berkisar 33-36% dan apabila direbus akan menghasilkan gelatin. Bahan organik terdiri dari atas unsur Ca (32,6%) ; unsur P (15,2%) dan sejumlah kecil unsur Na, K, Mg maupun mineral Cu, Co, Fe, Mn, dan S. Berdasarkan proses pembuatannya tepung tulang dapat dibagi menjadi tiga kelompok yakni sebagai berikut : Tepung tulang rebus. Tepung tulang ini dibuat dengan merebus tulang sampai semua sisa jaringan yang menempel terlepas hingga selanjutnya tulang dikeringkan dan digiling menjadi tepung tulang Tepung tulang kukus Tepung tulang ini dibuat dengan mengukus tulang dibawah tekanan untuk melepaskan sisa daging dan lemak. Tulang selanjutnya dikeringkan dan digiling hingga menjadi tepung tulang Tepung tulang arang/abu. Jenis tepung tulang ini dibuat dengan jalan membakar tulang agar menjadi steril dan menghilangkan semua senyawa organik. Selanjutnya arang/abu 8

dari tulang tersebut digiling hingga konsistensinya menjadi tepung arang/abu tulang Tulang merupakan salah satu by product ternak yang memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk organik. Pupuk dalam fungsinya sebagai bahan penyedia zat hara bagi tanaman secara garis besar dibedakan dalam dua golongan besar, yakni pupuk alam atau pupuk organik maupun pupuk buatan atau anorganik atau yang lebih lazim dikenal dengan istilah pupuk kimia. Pupuk alam atau pupuk organik diperoleh dari hewan maupun tumbuhtumbuhan. Pupuk organik yang banyak dikenal misalnya dalam bentuk pupuk kandang, kompos, guano, minyak ikan maupun tepung tulang. Pupuk buatan atau pupuk anorganik sendiri merupakan senyawa kimia yang diproduksi oleh pabrik. Bentuk dari pupuk ini berupa pupuk tunggal seperti urea, TSP, ZA, dan KCl serta pupuk majemuk seperti NPK. Tepung tulang kaya akan senyawa kalsium maupun fosfor yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Unsur kalsium diperlukan oleh tanaman dalam jumlah tak begitu banyak, tapi fungsinya sangat penting untuk merangsang pembentukan bulu akar dan biji. Unsur ini juga berfungsi untuk menambah kekuatan batang, akar, dan bunga pada tanaman. Kekurangan unsur kalsium akan mengakibatkan pertumbuhan daun tidak sempurna, kuncup bunga mengering, yang biasanya terjadi pada tanaman yang media tanamnya (tanah) terlalu asam. Pupuk organik tepung tulang merupakan sumber kalsium yang sangat baik bagi tanaman yang sekaligus dapat menetralkan kemasaman tanah. Selain unsur kalsium, tepung tulang juga sangat kaya dengan unsur fosfor. Unsur fosfor sangat membantu tanaman agar tumbuh dengan batang dan perakaran yang kuat. Setelah tanaman tersebut dewasa, unsur ini selanjutnya berperan membantu menghasilkan bunga dan buah yang sehat dan normal. Kekurangan unsur ini akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi terhenti atau kerdil. Daunnya mengecil hijau. Pupuk organik tepung tulang merupakan sumber fosfor yang baik untuk tanaman. 9

Tepung tulang selain sebagai sumber kalsium dan fosfor untuk pertumbuhan tanaman, unsur fosfor juga ternyata dapat menimbulkan masalah, karena dapat menghambat terjadinya proses pembentukan dan perkembangan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) jika diberikan dengan takaran yang tinggi. FMA berperan untuk meningkatkan pertumbuhan, hasil, dan mutu tanaman pakan ternak. Berdasarkan hasil penelitian Nusantara dkk., (2011) disimpulkan bahwa tepung tulang giling merupakan sumber hara yang sama baiknya dengan pupuk buatan untuk meningkatkan bobot kering total tanaman dan kolonisasi FMA pada akar tanaman P. Phaseoloides. Tepung tulang giling yang berukuran halus (<250 µm) dengan bobot 25 mg diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan atau bobot kering tanaman pakan ternak P. phaseoloides. Tepung tulang giling dengan ukuran halus (<250 µm) sebanyak 40 mg atau berukuran kasar (>250 µm) namun dengan bobot yang lebih tinggi (>40 mg) dapat diaplikasikan untuk memproduksi inokulan FMA G. etunicatum. Limbah tulang merupakan salah satu dari by product ternak yang sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan baku kerajinan. Produksi limbah maupun sampah yang setiap harinya diproduksi oleh masyarakat, dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya. Saat ini berbagai macam usaha telah dilakukan oleh pemerintah bekerjasama dengan instansi swasta untuk menyelamatkan lingkungan dari tumpukan limbah sampah yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat yang salah satu diantaranya adalah limbah RPH. Program pemerintah untuk mengolah sampah maupun sebagian limbah, ternyata dimanfaatkan sebagian masyarakat menjadi peluang usaha baru yang bertujuan menyelamatkan lingkungan dari limbah. Dengan munculnya peluang bisnis kreatif berupa daur ulang limbah, tentunya hal ini dapat mengurangi jumlah limbah yang menumpuk serta memberikan keuntungan yang cukup besar bagi pelaku bisnisnya. Limbah organik berupa tulang yang dihasilkan, dengan kreativitas dan inovasi dari para pelaku bisnis, limbah tersebut akhirnya dapat didaur ulang dan dirubah menjadi produk baru yang memiliki nilai ekonomi lebih 10

tinggi. Limbah organik seperti tulang dari hasil pemotongan ternak dapat didaur ulang dan diolah menjadi berbagai kerajinan unik. Maraknya pencegahan pemanasan global yang dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat baik nasional maupun internasional, mendorong masyarakat Indonesia untuk ikut serta melakukan kegiatan cinta lingkungan. Berbagai jenis limbah banyak dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat yang kreatif menjadi peluang bisnis yang menguntungkan. Tulang rawan pada sapi merupakan jenis tulang yang dibentuk oleh sel-sel tulang rawan (kondrosit) dan bahan dasar (matriks) yang merupakan campuran protein dan karbohidrat yang disebut kondrin. Tulang rawan kaya akan senyawa kolagen dan sedikit zat kapur sehingga konsistensinya menjadi lentur dan elastis. Konsistensi ini akan memberikan rasa tersendiri pada masakan. Berbagai diversifikasi produk olahan berbahan baku tulang juga telah banyak dikembangkan oleh masyarakat seperti sop maupun kerupuk tulang. Proses pembuatan kerupuk tulang masih tergolong sangat sederhana. Proses dimulai dengan pembersihan tulang rawan dari lemak dan daging yang menempel. Tulang yang sudah dibersihkan kemudian dipotong memanjang menyerupai stik. Tulang rawan kemudian diberi bumbu dan bahan penyedap dan selanjutnya digoreng hingga berwarna kecoklatan. Hasilnya kemudian dikemas untuk selanjutnya dipasarkan. 11