I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat sekarang ini menyebabkan banyak

I. PENDAHULUAN. yang sangat banyak yaitu kurang lebih 210 juta, dengan total wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83).

Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik

BAB I PENDAHULUAN. perubahan informasi yang sudah diproses dan dilakukan penyimpanan

Melalui grafik diatas dapat diketahui bahwa demand penumpang penerbangan di Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun 1998 hingga tahun 2000.

BAB I. PENDAHULUAN. Keberhasilan fenomenal Southwest Airlines di Amerika Serikat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. terhadap jasa penerbangan sebagai moda transportasi yang cepat dan efisien

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2010, Indonesia yang memiliki populasi 237 juta jiwa

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi persaingan yang ketat (Jurnas, 2013). Persaingan ini mendorong

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas terbaik dari beberapa alternatif yang ada (Yang et al., 2009 dikutip dari Al-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i DAFTAR ISI... i DAFTAR LAMPIRAN... iv Sistematika Pembahasan BAB III... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA ADISUTJIPTO SEBAGAI BANDARA INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. memilki banyak pulau sehingga moda transportasi udara dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masroulina, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Nasution,2004:47) Parasuraman, et al . (dalam Purnama,2006: 19)

BAB I PENDAHULUAN. urutan ke-12 di dunia pada tahun 2014 menurut Airport Council International

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan

BAB I PENDAHULUAN PERTUMBUHAN INDUSTRI PENERBANGAN DI INDONESIA. Soekarno-Hatta yakni 17,49 juta orang. Berdasarkan data dari Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. melakukan inovasi yang berguna untuk meningkatkan penjualan dan mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia lebih memilih segala sesuatunya serba instan dan

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan untuk masuk berkompetisi di industri penerbangan Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Adisutjipto telah mencapai 5,8 juta penumpang atau lima kali lipat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Berangkat Transit Total % Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anisa Rosdiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya bisnis yang bergerak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin

BAB I PENDAHULUAN.

BABl PENDAHULUAN. Perkembangan jasa pelayanan maskapai penerbangan dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi global dan teknologi modern memberikan dampak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mobilitas masyarakat saat ini memang bisa dibilang sangat tinggi dan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB III LANDASAN TEORI. maskapai dengan sistem penerbangan full service carrier. kenyamanan dan pelayanan diberikan secara maksimal..

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan salah satu yang unik yang disebut Airline Low Cost Carrier (LCC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. munculnya berbagai jenis industri jasa baru yang disesuaikan dengan kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan itu berorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur yang terletak di daratan Pulau Flores. Wilayah Kabupaten

Sri Sutarwati 1), Hardiyana 2), Novita Karolina 3) Program Studi D1 Ground Handling Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan 3)

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan konsumen sehingga dapat mendatangkan profit bagi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi transportasi saat ini yang sangat pesat membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi. Peningkatan kebutuhan ini mendorong tumbuhnya bisnis jasa

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 1999, banyak berdiri maskapai penerbangan baru di Indonesia.

LINKING CORRIDOR TERMINAL DAN TRANSIT HOTEL BANDARA SOEKARNO - HATTA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Hurriyati (2005, p.49) : untuk bauran pemasaran jasa mengacu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi merupakan salah satu hal penting yang menjadi

mempengaruhi eksistensi maskapai penerbangan di Indonesia pada umumnya, karena setiap pelaku usaha di tiap kategori bisnis dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. berlipatnya pertumbuhan maskapai penerbangan yang berkembang sangat cepat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR

ANALISA KUALITAS LAYANAN BANDAR UDARA JUANDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE QFD

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi adalah suatu alat penunjang kemudahan yang berperan bagi

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Jasa transportasi merupakan salah satu bidang usaha yang memegang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dahulu, sarana transportasi laut menjadi pilihan utama bagi masyarakat menengah ke

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan yang semakin cerdas, sadar harga, dan banyak menuntut. Kemajuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor Price Perceptions (Persepsi akan Harga) yang terdapat pada penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akhir-akhir ini perkembangan industri jasa transportasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Bandar udara merupakan lapangan terbang yang dipergunakan untuk. tidak dapat di jangkau oleh transportasi darat dan laut.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan sektor jasa di Indonesia berkembang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian

I. PENDAHULUAN. Daya tarik (attractiveness) industri penerbangan cukup besar dan menjanjikan.

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ekonomi Indonesia (2013) menyebutkan bahwa krisis. ekonomi pada tahun 2008 yang terjadi di beberapa kawasan di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Oleh karena itulah membangun kepercayaan konsumen dan citra perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2, Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi perpindahan barang dan orang terbesar di dunia. Dengan besarnya potensi tersebut, wajar bila pertumbuhan sektor transportasi di Indonesia cukup menggembirakan dalam beberapa tahun terakhir ini, baik darat, laut, maupun udara. Sampai dengan tahun 1990 kebijakan investasi di bidang angkutan udara sifatnya tertutup dan memberikan peluang yang terbatas terhadap para pengusaha. Pada saat itu dibatasi hanya enam perusahaan penerbangan yang memiliki peluang untuk beroperasi, dimana daerah operasi, rute, dan kapasitas diatur sangat ketat. Disamping itu juga ditetapkannya kebijakan tarif tunggal yang memberikan kelonggaran terhadap perusahaan angkutan udara untuk menetapkan tarif lebih rendah 15%-20%, kecuali PT. Garuda Indonesia. Sejak diberlakukannya kebijakan deregulasi penerbangan nasional tahun 2000, pasar penerbangan di dalam negeri mengalami perkembangan yang sangat pesat. Indikatornya adalah semakin banyaknya jumlah perusahaan penerbangan baru beroperasi dan meningkatnya jumlah penumpang. Sebagai gambaran, jumlah perusahaan penerbangan berjadwal mengalami penambahan sebanyak 39 perusahaan sampai dengan bulan April 2008, sebagaimana disajikan dalam Tabel 1, dimana sebelumnya hanya ada empat perusahaan yang eksis yaitu Garuda, Merpati, Mandala, dan Bouraq.

Tabel.1. Pertumbuhan Jumlah Maskapai Nasional Selama 10 Tahun Tahun Total SIUP/Izin Total SIUP yang telah dicabut Jumlah Perusahaan SIUP Masih Berlaku Jumlah Perusahaan yang Memiliki AOC (Air Operator Certificate) Jumlah Perusahaan Beroperasi 1999 8 1 7 7 7 2000 15 1 14 10 10 2001 21 1 20 13 13 2002 26 1 25 17 15 2003 36 3 33 26 21 2004 39 6 33 27 21 2005 40 9 31 27 18 2006 40 9 31 27 17 2007 42 10 32 27 14 2008 43 10 33 28 15 Sumber: Direktorat Angkutan Udara, DEPHUB, 2008 Sementara jumlah penumpang pada tahun 1996 1997 berkisar 12 13 juta orang per tahun, lalu menurun secara drastis menjadi sekitar 6 7 juta pada tahun 1998 1999 akibat adanya krisis moneter. Pada tahun 2007 jumlah penumpang naik dengan sangat tajam menjadi sekitar 39 juta (Tabel 2). Tabel 2. Pertumbuhan Jumlah Penumpang Maskapai Nasional Penerbangan Tahun Domestik (Org) Pertumbuhan (%) Internasional (Org) Pertumbuhan (%) 2003 19.181.294-2.065.920-2004 23.763.950 23,89 2.757.344 33,47 2005 28.813.515 21,25 3.364.415 22,02 2006 34.015.981 18,06 2.734.142-18,73 2007 39.162.332 15,13 3.312.857 14,58 Sumber: Direktorat Angkutan Udara, DEPHUB, 2008 Menurut prediksi Dirjen Perhubungan Udara, pada tahun 2010 jumlah orang yang bepergian dengan menggunakan jasa penerbangan akan mencapai lebih dari 50 juta. Penyebab utama meningkatnya jumlah penumpang dalam kurun waktu 5 tahun pasca krisis moneter di Indonesia adalah tersedianya banyak pilihan perusahaan penerbangan, frekuensi atau pilihan waktu terbang yang variatif, dan yang terpenting adalah adanya tawaran tarif murah dari perusahaan penerbangan tersebut. Perkiraan perkembangan penumpang angkutan udara dalam 2

negeri di Indonesia menurut Dirjen Perhubungan Udara dapat dilihat dalam Gambar 1. Sumber : Dirjen Perhubungan Udara RI Gambar 1. Forecast Perkembangan Penumpang Domestik di Indonesia 1993 2010 Tahun 2000-an dapat dikatakan sebagai era berkembangnya multi operator dengan ciri yang paling menonjol tarif murah atau Low Cost Carrier (LCC). Strategi yang banyak digunakan oleh operator adalah menawarkan harga tiket yang semurah mungkin kepada para konsumen, strategi promosi yang gencar dan strategi distribusi frekuensi atau pilihan waktu terbang yang fleksibel. Keadaan ini melahirkan perang tarif diantara operator penerbangan, namun disisi lain kondisi ini mampu membangkitkan pasar untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan pesawat udara. Menurut Saputra (2004), LCC adalah perusahaan penerbangan yang beroperasi secara efisien sehingga mencapai biaya terendah yang memungkinkan 3

untuk produk layanan yang ditawarkan, namun tetap konsisten dengan integritas dan keselamatan operasional. Biaya operasional rendah dapat terwujud karena antara lain pelayanan selama penerbangan tidak menyertakan hidangan, pemesanan tiket yang mudah dan murah (melalui internet atau call center), penggunaan satu jenis pesawat untuk mempercepat waktu penyediaan pesawat (turnaround time) dan menyederhanakan pemeliharaan, serta lebih banyak menjangkau bandara sekunder yang murah ongkos penggunaannya. Bandar udara (Bandara) adalah fasilitas penunjang kegiatan penerbangan yang menangani arus penumpang, cargo/barang, pesawat dan kru penerbangan. Bandar udara ini terdiri dari bangunan terminal udara yang mengakomodasikan seluruh persiapan dan pengakhiran aktivitas penerbangan berupa penanganan arus penumpang, barang/cargo, kru penerbangan, dan seluruh pihak yang ada di terminal tersebut. Biasanya bandara dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Sebagian fasilitas untuk keamanan penerbangan dan sebagian lainnya adalah untuk kenyamanan. Bandara yang digunakan untuk penerbangan dalam negeri disebut sebagai bandara domestik, sedangkan bandara untuk penerbangan luar negeri disebut bandara international. Bandar udara Internasional Soekarno-Hatta (IATA: CGK, ICAO: WIII) merupakan sebuah bandar udara utama yang melayani kota Jakarta di pulau Jawa, Indonesia. Bandar udara ini diberi nama seperti nama Presiden Indonesia pertama, Soekarno, dan wakil presiden pertama, Muhammad Hatta. Bandar udara ini sering disebut Cengkareng, dan menjadi kode IATA-nya, yaitu CGK. Saat ini, dalam sehari Bandara Soekarno-Hatta melayani lebih kurang 800 penerbangan. 4

Peningkatan jumlah pengguna penerbangan tidak diikuti dengan penambahan infrastruktur Bandara Soekarno-Hatta, seperti terminal, sebagai dampaknya terutama dapat dilihat di Terminal I misalnya, banyak penumpang terpaksa berdiri ketika menunggu penerbangan, atau duduk berdesakan di bangku yang terbatas. Ketidaknyamanan diperparah dengan udara panas, karena pelataran terminal tidak didukung pendingin ruangan. Terminal I dan II bandara Soekarno-Hatta saat dibangun hanya diperhitungkan menampung 18 juta penumpang per tahun. Kini, bandara ini harus melayani lebih dari 32 juta penumpang per tahun sebagaimana tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Pertumbuhan Jumlah Pesawat dan Penumpang di Bandara Soekarno- Hatta Pertumbuhan Jumlah Pesawat Pertumbuhan Jumlah Penumpang Bandar Udara Airport 2007 2006 Perubahan Change (%) 2007 2006 Perubahan Change (%) Soekarno-Hatta 248.482 247.126 0,55 32.458.946 30.583.957 6,13 Sumber: PT. Angkasa Pura II, 2008. Mengingat bandara Soekarno-Hatta (sebagai bandara international) sedemikian pentingnya untuk pencitraan, sekaligus untuk menunjukkan bahwa suatu negara sangat antusias menyambut tamu-tamu asing yang datang, maka fasilitas bandara harus disajikan sedemikian rupa sehingga para tamu akan merasa terhormat dan mendapat privelege. Beberapa fasilitas dasar yang umumnya disediakan di sebuah bandara international adalah sistem informasi yang baik, ruang tunggu yang nyaman, internet/telekomunikasi, keamanan, pusat perbelanjaan, keramahan, bahkan kamar mandi dan toilet yang bersih dan nyaman, selain itu, sistim transportasi disediakan dengan sangat baik. Jalan menuju bandara yang lebar dengan kualitas jalan nomor 1, shuttle bus yang 5

mengangkut penumpang diseputaran terminal, taksi, monorel, dan Mass Rapid Transportation (MRT) untuk pulang-pergi bandara secara tepat waktu. Semua kelengkapan di bandara tersebut sepertinya sudah menjadi sesuatu yang seharusnya ada di suatu bandara international tanpa melihat berbagai kondisi yang ada di negara tersebut, karena hal itu memang bagian dari upaya pencitraan positif dari suatu negara. Namun bila melihat kondisi bandara Soekarno-Hatta saat ini sungguh jauh dari sebuah pencitraan sebuah bandara internasional. Transportasi merupakan kebutuhan utama penumpang yang tiba di suatu bandar udara, tetapi pengaturan angkutan umum di Terminal I Bandara Soekarno- Hatta, Cengkareng, sangat tidak teratur, penumpang pesawat yang baru tiba harus menyeberangi jalan untuk naik bus Damri yang berada di pelataran parkir, karena tidak dapat lagi naik bus di teras seperti sebelumnya. Penumpang harus berebutan segera naik atau turun karena bus harus segera jalan, selain itu bagi penumpang diterminal keberangkatan harus mengangkat barangnya dan menyeberangi jalan yang ramai untuk menuju pintu masuk terminal yang cukup jauh. Hal ini tentunya semakin menimbulkan rasa tidak nyaman bagi penumpang. Semua masalah tersebut di atas berdampak langsung kepada pengguna jasa penerbangan khususnya di bandara Soekarno-Hatta, karena kenyaman yang diinginkan oleh pengguna jasa penerbangan sangat jauh dari harapan dan keinginan konsumen. Sebagai dampak multiefek industri penerbangan dengan meningkatnya jumlah pengguna jasa penerbangan, berkurangnya pelayanan yang diberikan perusahaan penerbangan sebagai akibat dari efisiensi, serta kepadatan Bandara 6

Soekarno-Hatta muncul sebuah peluang usaha/bisnis yaitu City Check-In Terminal (untuk selanjutnya disingkat CCT) Facility. Tingginya tingkat mobilitas dan persaingan bisnis jasa penerbangan sekarang ini, serta sulitnya konsumen melakukan check-in di bandara Soekarno- Hatta, maka salah satu cara pengembangan pelayanan terhadap pelanggan atau konsumen penerbangan adalah melalui layanan CCT yang berfungsi sebagai layanan laksana bandara yang berada di tengah kota. CCT sebenarnya bukan merupakan jasa baru, mengadopsi program City Check-In yang sudah pernah sukses diselenggarakan oleh PT. Sempati Air pada saat itu yang khusus disediakan untuk penumpang Sempati Air pada era tahun 90-an. Namun ditambahkan inovasi baru dengan konsep common use (semua airline ada dalam satu atap) serta penambahan fasilitas lainnya. Sebagai daya tarik maka diciptakan sebuah konsep one stop services, mulai dari tersedianya counter penjualan tiket airline, ruang tunggu yang nyaman, counter check-in dan penimbangan bagasi, ATM center, transport dari dan ke bandara, fasilitas internet, meeting room, serta fasilitas penunjang lainnya. Salah satu tindakan untuk memuaskan konsumen adalah dengan cara memberikan pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya. Kenyataan ini bisa dilihat, bahwa ada beberapa hal yang dapat memberikan kepuasan pelanggan yaitu nilai total pelanggan yang terdiri dari nilai produk, nilai pelayanan, nilai personal, nilai image (citra), dan biaya total pelanggan yang terdiri dari biaya moneter, biaya waktu, biaya tenaga dan biaya fikiran (Kotler, 2000). Namun demikian, dikarenakan usaha jasa yang bergerak didalam penyediaan fasilitas city check-in laksana bandara masih belum banyak diketahui 7

oleh pengguna jasa penerbangan, maka untuk dapat mengembangkan keberadaan perusahaan pelayanan jasa CCT saat ini untuk dapat meraih pangsa pasar yang cukup besar dimasa yang akan datang dibutuhkan strategi pemasaran perusahaan yang tepat dan efektif. Konsumen sebagai individu memiliki pandangan yang mungkin berbedabeda mengenai mutu pelayanan penerbangan di bandara yang dianggap memuaskan ataupun tidak memuaskan. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan kebutuhan, pengalaman, latar belakang, pengetahuan dan informasi yang dimiliki konsumen (Zeithaml, 1990). Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi juga oleh perbedaan demografi dan karakteristik konsumen (Rangkuti, 2002). 1.2 Rumusan Masalah Suatu organisasi jasa perlu mengenali dan memahami konsumennya agar sedapat mungkin menyediakan produk serta pelayanan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan konsumennya sehingga dapat menimbulkan kepuasan konsumen. Oleh sebab itu permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana segmentasi konsumen penerbangan berdasarkan aspek demografi dan psikografi? 2. Bagaimana persepsi konsumen terhadap atribut-atribut layanan CCT? 3. Apakah fasilitas dan pelayanan di Bandara Soekarno-Hatta telah sesuai dengan harapan konsumen dan kebutuhan konsumen? 4. Bagaimanakah implikasi terhadap strategi pemasaran CCT? 8

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis segmentasi konsumen penerbangan berdasarkan aspek demografi dan psikografi 2. Menganalisis persepsi konsumen terhadap atribut-atribut layanan CCT 3. Menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut layanan di Bandara Soekarno-Hatta 4. Memberikan masukan untuk perumusan strategi pemasaran CCT. 9

UNTUK SELENGKAPNYA DAPAT DI AKSES PADA PERPUSTAKAAN MB IPB 10