II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mawar Menurut Tjitrosoepomo (1996), Morfologi tanaman mawar adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub- Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermathopyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Rosales : Rosaceae : Rosa : Rosa hybrida L Tanaman mawar berbentuk semak dan tergolong tanaman yang mempunyai umur panjang atau tahunan. Memiliki stuktur batang berkayu, bercabang banyak, menghasilkan bunga secara terus menerus. Selama siklus hidupnya tanaman mawar terus tumbuh seolah-olah tidak terbatas dan masa produksinya berulang-ulang (Rukmana, 1995). Bunga mawar memiliki malai yang berbentuk sederhana hingga seperti karangan bunga. Helaian mahkota bunganya ada yang selapis dan ada yang bersusun. Semua jenis bunga mawar yang ada berduri melengkung ke bawah dan tajam (Rismunandar, 1992). Bunga mawar termasuk bunga yang sempurna yang dapat membentuk biji dan mudah untuk memperoleh tanaman hibrida baru. Warna bunga mawar bervariasi dari putih, merah,merah muda, kuning dan lain-lain. Menurut Sukarno dan Nampiah (1989) benang sari dan putik bunga mawar tersusun pada dasar bunga (reseptakel) yang berbentuk guci. Sukarno dan Nampiah (1989) menyatakan bahwa bunga mawar dapat dibedakan berdasarkan 5
6 mahkota bunganya yaitu:mawar berbunga single, semi doble, dan double. Bunga mawar berbunga single adalah bunga mawar yang mahkotanya terdiri dari lima sampai tujuh lembar yang berada dalam satu lingkar,untuk bunga mawar berbunga semi double memiliki mahkota sepuluh sapai dua puluh lembar yang tersebar lebih dari satu lingkaran. Sedangkan mawar berbunga doble adalah memiliki mahkota bunga lebih dari dua puluh lembar dalam satu lingkaran. 2.1.1 Deskripsi Bunga Mawar Holland Mahkota bunga (corolla) mawar semi holland pada umumnya terdiri atas banyak helai daun bunga (helai daun bunga disebut juga dengan petal) mahkota yang tersusun bertumpukan dan membentuk lapisan-lapisan indah dengan berbagai macam warna pada umumnya seperti merah (sexy red), merah muda pucat (pink universe), merah muda keunguan (rivaivel), kuning (mohana), oranye (voodoo), putih (white avalanche), ungu (cool water). Mawar semi holland dilengkapi dengan perhiasan kelopak bunga yang umumnya terdiri atas lima helai berwarna hijau tepat berada di bawah mahkotanya. Batangnya berkayu tegak lurus berwarna hijau tua, menempel dan menjadi satu dengan kelopak bunganya. Batangnya dilindungi dengan duri yang pada umumnya berwarna hijau kecoklatcoklatan atau kemerah-merahan atau kombinasi antara warna tersebut dengan tinggi antara 30 80 cm dan daunnya berwarna hijau, majemuk dimana tiap daunnya terdiri atas tiga hingga tiga belas anak daun dan berbentuk lonjong meruncing dengan tulangnya yang menyirip, berujung runcing dan tepiannya beringgit. Sistem perakaran bunga mawar sebenarnya tunggang, namun karena bunga mawar holland dikembangkan dengan cara okulasi (penggabungan stek
7 mawar holland dengan mawar lokal), maka akar yang dihasilkan adalah akar serabut. 2.2 Bunga Potong dan Kegunaannya Bunga potong merupakan bunga yang dimanfaatkan sebagai rangkaian bunga untuk berbagai macam keperluan dalam hidup manusia. Selain sebagai rangkaian bunga, bunga potong juga bisa dipakai sebagai bahan industri, upacara keagaman, dan lain-lain. Beberapa orang percaya melalui rangkaian bunga mereka mampu mengekpresikan kemampuan estetikanya. Bunga mawar mempunyai popularitas yang tidak pudar, sampai saat ini bunga mawar mempunyai banyak makna, diantaranya lambang cinta kasih, keindahan, rasa hormat, dan sukacita (Rukmana,1995). Selain itu bunga mawar sering sekali digunakan sarana pemujaan, sehingga bunga mawar memiliki nilai skaral dan magis (Sumartono, 1982) juga bernilai ekonomi tinggi karena dapat dipasarkan secara luas (Sukarno dan Nampiah, 1989). Selanjutnya Rismunandar (1992) mengemukakan ada lima syarat untuk tanaman yang dapat dipakai sebagai bunga potong, yaitu: a) memiliki warna yang indah, mulus, bersih dan tidak bernoda, serta berbau wangi, b) bunga mampu bertahan lama setelah dipanen atau dipotong, c) mempunyai tangkai yang panjang dan kuat, d) bunganya tidak mudah rusak dalam pengemasan atau pengepakan dan e) bunganya dihasilkan dari tanaman mudah berbunga tanpa mengenal musim. Wiryanto (1993) menyatakan ada dua kriteria yang menentukan mutu bunga potong, antara lain: (1) umur simpan, merupakan lamanya bunga tetap segar dan indah setelah dipotong dari tanaman induknya, dan (2) penampilan fisik, adalah faktor yang menjadi daya tarik atau keindahan visual (aroma dan tekstur
8 bunga, tangkai, daun, dan warna bunga) yang merupakan standar mutu bunga. Saat pemanenan atau pemotongan bunga yang baik adalah pada waktu pagi di saat bunga masih segar. Pemanenan dapat juga dilakukan pada sore hari, karena pada waktu penyerapan air oleh bunga lebih banyak daripada penguapannya sehingga bunga lebih segar dan mengandung air (Widyawan dan Sarwintyas, 1994). Menurut Soekarwati (1999) pemanenan bunga potong dapat dilakukan ketika bunga telah mekar penuh seperti bunga krisan, gerbera, anthurium, dan dahlia. Namun ada sebagian bunga potong yang dipanen pada saat bunga masih kuncup atau sebelum bunga mekar seperti mawar, lily, gladiol, dan sedap malam. Pemanenan yang dilakukan tidak pada saat yang tepat akan mempengaruhi keawetan bunga. Umumnya bunga yang dipanen pada saat mekar penuh, mempunyai umur simpan yang lebih pendek dibanding bunga yang dipanen sebelum mekar. Ciri-ciri bunga mawar yang siap dipetik untuk tujuan bunga potong adalah kuntum bunga nya belum mekar penuh dan berukuran normal. Untuk tujuan bunga tabur pemetikan bunga pada stadium setelah mekar penuh (Warinentek, 2002). 2.3 Faktor faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Bunga Potong Mawar Faktor yang mempengaruhi kesegaran bunga potong dapat digolongan menjadi dua faktor yaitu: internal (genetik) dan faktor eksternal (lingkungan, penanganan pasca panen, dan larutan perendam). Faktor lingkungan diantaranya suhu dan kelembaban, suhu yang tinggi mampu mempercepat proses kelayuan karena proses respirasinya cepat sebaliknya dengan kelembaban tinggi kesegaran bunga akan lebih lama karena dengan kelembaban yang tinggi dapat mengurangi
9 laju respirasi. Jika dilihat dari pasca panennya dapat dikatakan dengan penanganan yang baik mampu memperkecil kehilangan air dan memperkecil kerusakan akibat gesekan dalam transportasinya. Sedangkan larutan perendam mempunyai kegunaan untuk menyediakan kebutuhan air dan sumber energi yang mampu memberikan kesegaran bunga yang lebih lama. Selain hal tersebut, Susilawaty (1999) mengemukakan bahwa umur kesegaran (vaselife) bunga juga dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1. Respirasi, merupakan proses penggabungan oksigen dari udara dengan unsur karbon didalam jaringan terutama gula dan selanjutnya membentuk berbagai hasil dekomposisi terutama CO2 dan air (Soesarsono, 1981). Respirasi berhubungan erat dengan penggunaan cadangan karbohidrat. Respirasi yang berlangsung cepat mengurangi cadangan karbohidrat yang dapat mengakibatkan kelayuan. Selain itu pada suhu yang rendah enzimenzim yang berperan pada proses respirasi tidak aktif, sehingga proses respirasi dapat diperlambat (Prince dan Tamaya, 1989). 2. Kehilangan air, bunga setelah dipotong secara langsung air yang ada di dalam jaringan akan berkurang, dan apabila air yang hilang tersebut berlebihan akan mempercepat kelayuan kehilangan air 10% atau lebih dari berat umumnya cukup untuk merusak bunga (Soesarsono, 1981). 3. Mikroorganisme, berbagai mikroorganisme lepas panen yang dapat menyerang bunga dan menyebabkan penurunan mutu. 4. Ketidakmampuan batang mengabsorsi air. 5. Jenis dan varietas bunga.
10 Soesarsono (1981) menambahkan ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi kesegaran bunga, antara lain: (1) memar dan luka, (2) perubahan warna, pembiruan pada mawar, atau pemucatan (fading) warna akan menurukan daya jual, (3) akumulasi etilen, dan (4) kerusakan dingin. Bunga potong amat peka terhadap lingkungannya terutama suhu, kekurangan air, dan cahaya matahari. Menurut Soekarwati (1996) suhu sangat berpengaruh terhadap proses fisiologis yang dapat menurukan kesegaran bunga, kandungan oksigen yang rendah disekitar bunga akan menghambat proses respirasi dan menurunkan tingkat kerusakan bunga. Meningkatnya kandungan CO2 di lingkungan bunga akan menurunkan laju respirasi, proses oksidasi dan menurunkan pengaruh etilen, namun jumlah yang tinggi mungkin akan meracuni bunga itu sendiri. Titsokottjo (1996, dalam Handayani, 2003) menyebutkan bahwa bunga potong sangat sensitif terhadap kekurangan air, karena luasnya permukaan transpirasi menyebabkan kelayuan pada leher bunga mawar sebelum mekar dan kelayuan pada bunga sehingga menyebabkan tidak mekar. Menurut Yayasan Bunga Nusantara dan Direktorat Jendral Peratanian Tanaman Pangan (1987) penanganan pasca panen harus diperhatikan dengan tujuan: (1) memperkecil respirasi dan penguapan air, (2) mencegah infeksi atau luka, (3) memelihara estetika dan penampakan, dan (4) memperoleh harga tinggi. Rismunandar (1992) mengemukakan bahwa penanganan pasca panen akan mempengaruhi kesegaran bunga potong. Oleh karna itu ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam pasca panen antara lain:
11 1. Pemetikan Waktu pemetikan atau cara pemotongan adalah hal yang harus di perhatikan saat memanen bunga. Memanen bunga mawar adalah salah satu kunci apabila dipotong terlalu kuncup akan mengurangi kesegarannya, apabila di panen terlalu mekar maka vaselifenya akan singkat, dan waktu panen yang baik adalah pagi atau sore hari karena penguapan tidak terlalu tinggi. 2. Pengangkutan Pengangkutan bunga potong dilakukan hati-hati agar bunga tidak terkena goncangan atau gesekan yang akan menurunkan kualitas bunga. 3. Pengumpulan Ketika melakukan pengumpulan diusahakan bunga tidak terkena sinar matahari langsung karena dapat menyebabkan kehilangan air (water loss). 4. Penyortiran Setelah pengumpulan dilakukan pembersihan tangkai,daun, atau bunga yang rusak perlu dibuang, kemudian melanjutkan penyortiran agar dapat menentukan kelas dan ukurannya. 5. Penyimpanan Cara penyimpanan bunga potong berbeda-beda tergantung dari jenis bunga. 6. Pengemasan Pengemasan dilakukan bertujuan untuk menjaga dan melindungi selama dalam pengangkutan agar tidak terjadi kerusakan secara mekanis yang mengakibatkan kerusakan mutu bunga.
12 Larutan perendam merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan lamanya kesegaran bunga potong selain faktor lingkungan dan pasca panen. Halevy dan Mayak (1981) mengemukanan bahwa penambahan zat yang terdiri dari air, gula, germisida, hormone tumbuh dan senyawa mineral dalam larutan dapat memperpanjang umur simpan. Menurut Eryatno (1987) penggunaan larutan perendam menangulangi kerusakan yang dapat diterapkan pada penanganan pasca panen bunga potong yang berfungsi sebagai: (1) penyediaan gula, (2) menghambat pertumbuhan mikroba yang dapat menyumbat tangkai bunga dalam menyerap larutan, dan (3) senyawa pengasaman. 2.4 Perendaman Kesegaran Bunga Potong Mempertahankan kesegaran bunga merupakan salah satu aspek penting dalam usaha bunga potong. Perlakuan dengan menempatkan tangkai bunga ke air hanya akan membuat bunga lebih segar (Sudjito, 1994). Perendaman tangkai bunga dengan larutan perendam bertujuan agar mempertahankan kualitas dan memperpanjang umur simpan dalam pajangan karena dalam larutan tersebut terdapat zat yang dapat menghambat senyawa etilen yang dapat menyebabkan kelayuan pada bunga (Murtinigsih, 1991). Oleh karena itu dengan penggunaan larutan perendaman kimia berperan dalam memperlambat proses kelayuan bunga, karena bunga sensitive terhadap dehidrasi. Maka dari itu bunga yang telah dipanen harus diimbangi airnya dengan larutan perendam yang mengandung air dan senyawa lain yang diperlukan. Dari banyaknya bahan pengawet yang dipakai adalah Chrysal clear flower food yang selanjutnya akan disebut Chrysal. Chrysal
13 yang berbentuk Kristal berwarna putih yang fungsinya untuk memperpanjang masa simpan bunga potong (Atjung, 1975 dalam Sudjito,1994).