SINUSISTIS MAKSILARIS EC HEMATOSINUS EC FRAKTUR LE FORT I. Lukluk Purbaningrum FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta RSUD Salatiga

dokumen-dokumen yang mirip
TRAUMA MUKA DAN DEPT. THT FK USU / RSHAM

LAPORAN KASUS (CASE REPORT)

BAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior

PORTOFOLIO KASUS MEDIK

Fraktur Mandibula. Oleh : Uswatun Hasanah Radinal. Pembimbing : dr. Irzal. Supervisor : dr. John Pieter. Jr, Sp.B(K) Onk

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Menurut Badan Pusat Statistik BPS (2010), diketahui jumlah penduduk

Gambar klasifikasi Le Fort secara sistematis

Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS

ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE

LAPORAN KASUS BEDAH PLASTIK

Laporan Operasi Tonsilektomi

Portofolio Kasus 1 SUBJEKTIF OBJEKTIF

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (simptoms kurang dari 3 minggu), subakut (simptoms 3 minggu sampai

PENGKAJIAN PNC. kelami

LAPORAN JAGA 24 Maret 2013

SEORANG LAKI-LAKI USIA 21 TAHUN DENGAN FRAKTUR TERTUTUP CLAVICULA DEXTRA 1/3 TENGAH

Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri.

LAPORAN KASUS. Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus Periode 17 Oktober November 2016

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat sakit serupa sebelumnya, batuk lama, dan asma disangkal Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat TB paru dan Asma

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

PENATALAKSANAAN FRAKTUR MAKSILOFASIAL DENGAN MENGGUNAKAN MINI PLAT (Laporan dua kasus) Emmy Pramesthi D.S., Muhtarum Yusuf

BAB I PENDAHULUAN. Trauma maksilofasial terjadi sekitar 6% dari seluruh trauma. Penyebab trauma

3. Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visus) dan Buta Warna. Pemeriksaan HBs Ag Malaria (untuk daerah endemis malaria)

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

BAB 2 TRAUMA MAKSILOFASIAL. Trauma maksilofasial adalah suatu ruda paksa yang mengenai wajah dan jaringan

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan

Wanita 29 tahun G2P1A0 dengan post-term, fetal distress, dan ruptura uteri iminens

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik.

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT

LAPORAN KASUS. Epistaksis. Oleh : Nanny Herwanto, S.Ked ( ) Pembimbing : dr. Ahmad Dian Wahyudiono, Sp.THT-KL

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

BAB II RESUME KEPERAWATAN WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

M/ WITA/ P4A0

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

RINCIAN KEWENANGAN KLINIS DOKTER SPESIALIS THT-KL. Dokter spesialis yang mengajukan : Lulusan : Tahun lulus:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi

BAB III TINJAUAN KASUS

OSTEOSARCOMA PADA RAHANG

PENGERTIAN Peradangan mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi / ransangan antigen

Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Trauma maksilofasial terjadi sekitar 6% dari seluruh trauma. Penyebab trauma

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

GLAUKOMA ABSOLUT POST TRABEKULEKTOMI DAN GLAUKOMA POST PERIFER IRIDEKTOMI

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah

KASUS. Seorang laki-laki umur 65 thn dengan Hidropneumothoraks dextra ec keganasan primer di paru DD/ metastasis Ca di paru

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BED SITE TEACHING. Dani Dania D Siti Fatimah Lisa Valentin S Perceptor dr. Octo Indradjaja, Sp.

SCLINICAL PATHWAY SMF THT RSU DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

Pembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad. Anggota : Monareza Restantia Shirly D.

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

Data Administrasi diisi oleh Nama: NPM/NIP:

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

Seorang laki-laki umur 30 tahun dibawa ke UGD RSAL. Kesadaran menurun, tekanan darah 70/50, denyut nadi 132 kali/menit kurang kuat, repirasi rate 32

KONSEP TEORI. 1. Pengertian

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI MEDAN

Temanggung. Persetujuan Studi Pendahuluan RSUD Kabupaten

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. MS DENGAN SYOK SEPTIK DI IGD RSUD WANGAYA TANGGAL 8 DESEMBER 2015

PANDUAN ASESMEN PASIEN

Penanganan definitif fraktur komplek zigoma bilateral disertai fraktur basis kranii fossa anterior (Laporan Kasus)

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BENDA ASING HIDUNG. Ramlan Sitompul DEPARTEMEN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Klien resume 4

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris,

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA PADA KORNEA DI RUANG MATA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA. Trauma Mata Pada Kornea

BAB III RESUME KEPERAWATAN

LAPORAN JAGA. 26/1/ 2010 pukul WITA 21-22/6/2014 pukul WITA. Jaga : Ludi Dokter Jaga : dr. Fahroni Dokter Jaga : dr.

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

Transkripsi:

SINUSISTIS MAKSILARIS EC HEMATOSINUS EC FRAKTUR LE FORT I Lukluk Purbaningrum 20070310087 FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta RSUD Salatiga

IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. R Umur : 53 tahun Alamat : Jl. Ngablak, kec Kadirejo, Pabelan, Kabupaten Semarang, JATENG

KASUS Keluhan utama : mimisan dan muntah darah Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke IGD dengan keluhan mimisan dan muntah darah. Muntah berwarna merah kehitaman. Os mengaku bahwa keluhan muncul sejak setelah tertimpa buah kelapa saat dikebun. Os mengaku wajah sebelah kanan yang tertimpa. Os merasakan kemeng di pipi kanan. Hidung berbau (-), pilek (-), Pusing (+), perut terasa tidak nyaman (+), demam (-).

Riwayat penyakit dahulu : Riwayat gejala yang sama sebelumnya (-), HT (-), DM (-), riwayat operasi (-), riwayat mondok (+), riwayat sakit kuning (-) Riwayat penyakit keluarga : Riwayat hipertensi (+) ibu, DM (-), sakit kuning(-), gejala yang sama dengan pasien (-)

PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan General : Keadaan Umum : Sadar, lemas Vital Sign : Nadi 84 x/ menit, Suhu 36,6 0 C Respirasi 20 x/menit, TD 130/90 mmhg Pemeriksaan Sistematis : Kepala : Conjungtiva anemis (-/-), terdapat hematom pada periorbita Dx, Leher Thorak : tidak didapatkan kelainan : tidak didapatkan kelainan Abdomen : tidak didapatkan kelainan Ekstremitas : akral hangat (+), sianosis (-), CRT <2

Organ Bagian Dx Sn Hidung Deformitas - - Cavum Nasi Sempit Lapang Conca Inferior hiperemis hiperemis Darah + + Sekret - - Septum tengah Tengah Tenggorok Tonsil T1 T1 Dd. Faring Posterior tenang Tenang Uvula Tengah Tengah Telinga Auricula Normotika Normotika Liang Telinga Lapang Lapang Serumen - - Discharge - - Membran timpani Utuh Utuh

PEMERIKSAAN RADIOLOGI Pemeriksaan X Foto SPN (AP/Lat) dan waters 1. Deviasi septum nasi ke kanan 2. Sinusitis maksilaris Dx 3. Impaksi M3 kiri atas Pemeriksaan X foro nasal (AP/Lat) 1. Tak tampak fraktur os nasalis 2. Impaksi pada M3 kiri atas

ASSESMENT Sinusitis maksilaris Dx dan defiasi septum nasal PENATALAKSANAAN YANG SUDAH DILAKUKAN DI IGD 1. Inf. RL 20 tpm 2. Inj. Asam tranexamat I g 3. Inj Ranitidin 2 x I amp 4. Rawat bersama dokter sp. PD dan sp. S PLANNING Antibiotik Hematematik Tindakan CWL dan reposisi septum nasi Meminta persetujuan UPd Meminta Persetujuan Anestesi

TINDAKAN CWL DAN REPOSISI SEPTUM NASAL Dilakukan pada tanggal 1 oktober 2012 Diagnosis Pre Operatif : Sinusitis maksilaris Dx dan deviasi septum nasi Diagnose Post Operatif : Sinusitis maksilaris Dx ec Hematosinus Fraktur os maksila (Fraktur Levort I) Fraktur septum nasi

FOLLOW UP Pemeriksaan Laboratorium : 4 oktober 2012 Setelah dilakukan operasi pasien tidak mengeluhkan kemeng di pipi, pusing berkurang dan hematom palpebra berkurang. Disamping itu sudah terjadi penurunan angka leukosit menjadi 14,1 x 10 3 /µl. pada tanggal 5 oktober 2012 pasien dibolehkan pulang setelah dipastikan bisa duduk tanpa pusing dan setelah tamponnya dilepas.

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI Fraktur Le Fort(LeFort Fractures) merupakan tipe fraktur tulang-tulang wajah yang merupakan hal klasik terjadi pada trauma-trauma pada wajah. Fraktur Le Fort diambil dari nama seorang ahli bedah Perancis René Le Fort (1869-1951) yang mendeskripsikannya pertama kali di awal abab 20.

ANATOMI MAKSILA

ANATOMI MAKSILA

ANATOMI SINUS

ANATOMI SEPTUM NASI

ETIOLOGI Fraktur maksila sering diakibatkan karena trauma tumpul pada wajah dengan kekuatan yang tinggi seperti akibat kecelakaan kendaraan bermotor, perkelahian, cedera olahraga dan jatuh dari ketinggian.

PATOFISIOLOGI & KLASIFIKASI (1) Fraktur Le Fort I (horizontal)

PATOFISIOLOGI & KLASIFIKASI (2) Fraktur Le Fort II (piramidal)

PATOFISIOLOGI & KLASIFIKASI (3) Fraktur Le Fort III (craniofacial dysjunction)

PATOFISIOLOGI HEMATOSINUS Berdasarkan anatomi sinus maksila, ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drainase normalnya hanya tergantung dari gerak silia, lagipula drainase juga harus melalui infundibulum yang sempit. Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior. Jadi jika terjadi fraktur maksila, karena tingginya tekanan dan jumlah darah yang banyak sebagian darah dapat keluar menjadi epistaksis dan hematemesis, akan tetapi sebagian akan menjadi hematosinus dx sesuai dengan anatomi sinus maksila.

TANDA DAN GEJALA Manifestasi Klinis Wajah tampak bengkak Mata tertutup karena hematoma Gangguan kesadaran Hematom periorbital Perdarahan aktif nasofaringeal Nyeri Maloklusi Laserasi intraoral

PENATALAKSANAAN Jika terjadi fraktur maksila maka harus segera dilakukan tindakan untuk mendapatkan fungsi normal dan efek kosmetik yang baik. Tujuan tindakan penanggulangan ini adalah untuk mendapatkan funsi normal pada waktu menutup mulut atau oklusi gigi dan memperoleh kontur muka yang baik. Harus diperhatikan juga jalan napas serta profilaksis kemungkinan terjadinnya infeksi. Penanggulangan fraktur maksila (mid facial fracture) sangat ditekankan agar rahang atas dan rahang bawah dapat menutup. Dilakukan fiksasi intermaksilar sehingga oklusi gigi menjadi sempurna

Fiksasi yang dipakai pada fraktur maksila ini dapat berupa : 1. Fiksasi inter maksilaris menggunakan kawat besi baja untuk mengikat gigi 2. Fiksasi intermaksilar menggunakan kombinasi dari reduksi terbuka dan pemasangan kawat baja atau mini plate 3. Fiksasi dengan pin

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan tersebut, antara lain : 1. Umur 2. Keadaan umum 3. Bentuk fraktur 4. Jarak antara kedua fragmen tulang 5. Vaskularisasi dari kedua fragmen 6. Infeksi 7. Perawatan

KOMPLIKASI Komplikasi Awal 1. Perdarahan 2. Sumbatan jalan napas 3. Infeksi Komplikasi lambat malunion, obstruksi nasal, sinusistis kronik, maloklusi, deformitas,

PEMBAHASAN

PEMBAHASAN Berdasarkan anamnesis, pasien mengalami trauma muka akibat tertimpa kelapa. Lokasi trauma pada daerah maksila, hidung serta daerah periorbita Dx. Akibat trauma tersebut pasien mengeluhkan epitaksis dan hematemesis Berdasarkan pemeriksaan fisik setelah diruangan, tampak hematom periorbita disertai sedikit udem pada daerah maksila. Didapatkan juga nyeri tekan pada pipi kanan. Adanya nyeri tekan pipi juga dapat dimungkinkan karena adanya fraktur maksila yang kemudian mengakibatkan hematosinus maksila dx.

Berdasarkan anatomi sinus maksila, ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drainase normalnya hanya tergantung dari gerak silia, lagipula drainase juga harus melalui infundibulum yang sempit. Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior. Jadi jika terjadi fraktur maksila, karena tingginya tekanan dan jumlah darah yang banyak sebagian darah dapat keluar menjadi epistaksis dan hematemesis, akan tetapi sebagian akan menjadi hematosinus dx sesuai dengan anatomi sinus maksila.

Keluhan epistaksis dan hematemesis dapat juga dkarenakan adanya gangguan atau fraktur di hidung. Akan tetapi berdasarkan palpasi hidung pada pasien ini tidak dicurigai adanya fraktur nasal. Masih perlu dicari penyebab lain epistaksis dan hematemesis. Ketika pasien sudah masuk ruangan sudah tidak didapatkan epistaksis maupun hematemesis. Hal ini karena os sudah mendapatkan anti perdarahan.

Hematom periorbita juga didapatkan pada pasien. Hematom tersebut dimungkinkan karena benturan akibat trauma terjatuh buah kelapa. Edema dan perdarahan ke dalam jaringan ikat longgar dari kelopak mata dan daerah periorbital adalah tanda yang paling umum dari fraktur tepi orbita. Bengkak yang sering kali massif mungkin terjadi dan paling dramatis pada jaringan periorbita, dimana kelopak mata mungkin tertutup karena bengkak. Pada pasien ini daerah periorbita tidak sampai menutup, hanya terjadi hematoma atau ekimosis sedang. Pada pasien ini dapat dicurigai tidak hanya fraktur maksila yang terjadi tetapi juga dimungkinkan terdapat fraktur periorbita

Berdasarkan pemeriksaan X Foto SPN (AP/Lat) dan waters didapatkan hasil adanya deviasi septum nasi ke kanan, sinusitis maksilaris Dx, impaksi M3 kiri atas sedangkan pemeriksaan X foro nasal (AP/Lat) didapatkan hasil tak tampak fraktur os nasalis impaksi pada M3 kiri atas. Setelah dilakukan CWL didapatkan hasil bahwa telah terjadi fraktur frakmented os maksila bagian anterior sekitar fossa canina dan didapatkan adanya hematosinus maksila. Selain itu juga didapatkan deviasi septum nasi oleh karena fraktur septum nasi. Keadaan ini diklasifikasikan dalam fraktur Le Fort I.

Pada kasus ini didapatkan fraktur maksila atau Le Fort I berupa frakmen sehingga sulit untuk dilakukan fiksasi. Pada kasus ini tidak dilakukan penatalaksanaan fiksasi os maksila.

KESIMPULAN

KESIMPULAN Fraktur Le Fort I (fraktur Guerin) meliputi fraktur horizontal bagian bawah antara maksila dan palatum/arkus alveolar kompleks. Garis fraktur berjalan ke belakang melalui lamina pterigoid. Fraktur ini bisa unilateral atau bilateral. Fraktur Le Fort biasanya diakibatkan oleh trauma. Penatalaksanaannya yaitu dengan cara fiksasi. Akan tetapi pada kasus ini didapatkan fraktur maksila atau Le Fort I berupa frakmen sehingga sulit untuk dilakukan fiksasi. Pada kasus ini tidak dilakukan penatalaksanaan fiksasi os maksila.

DAFTAR PUSTAKA Munir, M; Widiarni, D; TRimartani. 2007. Trauma Muka dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Ed.6 Pg 119-207. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta Shindusakti Djoko. 2007. Bahan Ajar Bedah Maksilofasial THT. Fakultas Kedokteran UNS. Solo Anonim. 2012. Anatomi Tulang Maksila. Diakses pada tanggal 3 oktober 2012. Dari http://www.scribd.com/doc/60241270/maksila Anonim. 2012. Fraktur Maksila. Diakses pada tanggal 3 oktober 2012 dari http://www.scribd.com/doc/79567365/fraktur-maksila Becker Samuel & Becker Daniel. 2009. Anatomy of the Sinus, Surgical Anatomy of the Sinus with Diagrams. Diakses pada tanggal 10 oktober 2012 dari http://www.sinustreatmentcenter.com/sinusanatomy.html