Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

dokumen-dokumen yang mirip
Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab III Geologi Daerah Penelitian

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

BAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan

BAB IV ANALISIS DATA

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III Perolehan dan Analisis Data

Geologi Daerah Penelitian. III Hubungan Stratigrafi

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB IV SIKLUS SEDIMENTASI PADA SATUAN BATUPASIR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV ANALISIS SEDIMENTASI

BAB IV ASOSIASI FASIES DAN PEMBAHASAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 4.9 Singkapan batupasir sisipan batulempung

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

BAB II TINJAUAN UMUM

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

Ciri Litologi

BAB IV ANALISIS FASIES PENGENDAPAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI CEKUNGAN TARAKAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Raden Ario Wicaksono/

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV STUDI BATUPASIR NGRAYONG

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

dalam Zonasi Bolli & Saunders (1985), berdasarkan kandungan plangton tersebut maka kisaran umur satuan batuan ini adalah N21 atau Pliosen Atas.

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV UNIT RESERVOIR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai.

Foto 3.12 Lokasi Singkapan batulempung B (DRM 3)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

I.1 Latar Belakang I.2 Maksud dan Tujuan

Bab II Geologi Regional

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB 4 KARAKTERISTIK RESERVOIR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

hancuran yang muncul sebagai breksiasi. Tebal batulempung dalam perselingan sangat bervariasi, dari 20 cm hingga 30 cm.

A. Perlapisan batupasir batulempung dengan ketebalan yang homogen B. Antara batupasir dan batu lempung memperlihatkan kontak tegas

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 4.5. Peta Isopach Net Sand Unit Reservoir Z dengan Interval Kontur 5 Kaki

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Zona penelitian ini meliputi Cekungan Kalimantan Timur Utara yang dikenal juga

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

Subsatuan Punggungan Homoklin

Batupasir. Batulanau. Foto 3.15 Bagian dari Singkapan Peselingan Batulanau dengan Batupasir pada Lokasi Sdm.5 di Desa Sungapan

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

BAB II TINJAUAN UMUM

4.2 Pembuatan Kolom Stratigrafi Pembuatan kolom stratigrafi (Lampiran F) dilakukan berdasarkan atas

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

Gambar 3.5 Klasifikasi Batugamping berdasarkan Dunham, 1964 ( Loucks et. Al, 2003)

Umur dan Lingkungan Pengendapan Umur Satuan Batupasir-Batulempung berdasarkan hasil analisis foraminifera kecil yaitu N17-N20 atau Miosen

BAB III GEOLOGI DAERAH BANTARGADUNG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab IV. Analisa Fasies Pengendapan. 4.1 Data Sampel Intibor

Batupasir. Batugamping. Batupasir. Batugamping. Batupasir

Transkripsi:

Umur Analisis mikropaleontologi dilakukan pada contoh batuan pada lokasi NA805 dan NA 803. Hasil analisis mikroplaeontologi tersebut menunjukkan bahwa pada contoh batuan tersebut tidak ditemukan adanya fosil, sehingga tidak dapat melakukan kisaran umur melalui analisis ini. Menurut Achmad & Samuel, 1984 satuan batupasir-konglomerat ini disetarakan dengan Formasi Tabul bagian bawah yang mempunyai kisaran umum Miosen Tengah-Miosen Akhir Lingkungan Pengendapan Ketidakhadiran fosil pada singkapan satuan ini dapat mengindikasikan bahwa satuan ini diendapkan pada lingkungan darat. Hadirnya endapan yang berwarna hitam atau abu-abu gelap hingga batubara menunjukkan tingkat pengendapan mineral organik (maseral) yang tinggi dengan lingkungan pengendapan yang umumnya bersifat reduksi, fluviatil hingga parralik. Adanya endapan yang mengkasar ke atas-prograding, merupakan karakter dari endapan delta. Adanya batupasirkonglomeratan dapat berasosiasi dengan konglomerat alas (basal conglomerate). Endapan yang menunjukkan fasies dengan dominansi pasir dapat diinterpretasikan sebagai endapan Lower delta plain-delta front (Wright, 1975 dalam Walker, 1992). Mengacu pada Achmad & Samuel (1984), lingkungan pengendapan satuan batupasir-konglomerat yang disetarakan dengan Formasi Tabul bagian bawah ini diendapkan pada delta complex dengan hadirnya endapan delta front-delta plain. Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri lithologi yang dapat dibedakan dengan satuan yang lain maka satuan ini dapat disetarakan dengan Formasi Tabul bagian bawah yang berumur Miosen Tengah dan merupakan endapan dari delta complex (Achmad & Samuel, 1984). Reni Fauziah 120 05 056 41

Hubungan Stratigrafi Hubungan dengan satuan yang lebih tua tidak ditemukan, menurut Achmad & Samuel, 1984 dan Tossin & Kadir, 1996 singkapan ini menutup dengan selaras di atas Formasi Meliat. Semakin distal (ke arah timur) lapisan dari endapan Formasi Tabul menjadi semakin tebal dan prograding. Satuan Batupasir-Batulempung Penyebaran Satuan ini diwakili dengan daerah berwarna hijau pada peta geologi Satuan ini menempati daerah dengan luas sekitar 17,09% dari daerah penelitian. Batuan yang termasuk satuan ini beberapa tersingkap dengan cukup baik, dengan ditemukannya beberapa singkapan yang relatif segar. Namun, kehadirannya sangat terbatas karena sebagian besar daerah ini telah mengalami alih fungsi lahan dari hutan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Singkapan umumnya terkonsentrasi di bagian timur laut daerah penelitian. Ketebalan satuan ini tidak dapat dipastikan karena tidak ditemukannya kontak atas dan bawah satuan ini. Berdasarkan penampang dan penyetaraan terhadap rujukan literatur yang ada, satuan ini mempunyai perkiraan ketebalan sekitar 1000-1200 meter dan kearah timur semakin menebal. Pada singkapan satuan ini ditemukan jurus lapisan yang umumnya barat laut-tenggara dan beberapa merupakan lapisan tegak dengan jurus hampir utara-selatan. Ciri Litologi Litologi satuan ini terdiri dari perselingan batupasir-batulempung dengan sisipan batubara diatas batulempung dan lanau-batuserpih di bagian bawah. Batupasir merupakan komponen utama satuan ini, mempunyai karakter berwarna abu-abu pada singkapan segar dan kecoklatan pada singkapan lapuk ukuran butir sedang-halus, pemilahan baik, kemas tertutup, nonkarbonatan, porositas sedang hingga baik, bentuk butir membundar tanggung-membundar dengan fragmen komposisi utama kuarsa dari hasil Reni Fauziah 120 05 056 42

sayatan satuan ini mempunyai nama Lithic wacke (Pettijohn, 1975 dalam Nichols, 2009). Batupasir ini menunjukkan adanya bedding, dengan struktur sedimen internal yang umumnya masif. Struktur sedimen yang hadir umumnya parallel laminasi dan cross lamination yang dibentuk oleh lapisan tipis berwarna merah yang berasar dari senyawa FeO x. Gambar 3. 16 Batupasir dengan streak besi oksida (berwarna merah) dan membentuk cross lamination. (NA 508). Gambar 3. 17 Batu pasir berlapis dari satuan batupasr-batulempung (NA 202). Reni Fauziah 120 05 056 43

Batulempung mempunyai karakter berwarna abu-abu terang hingga abu-abu gelap, semen non karbonatan, kemas tertutup, porositas sedangburuk. Kadang-kadang terdapat batubara tipis yang menyisip dalam batulempung ini. Secara gradasi batulempung ini berupah menjadi batuserpih karbonan-coally shale. Batuserpih karbonan ini umumnya memiliki warna coklat gelap atau abu-abu gelap, ukuran butir lempung, non karbonatan, berstruktur lapisan bersusun, di dalamnya hadir sisipan batubara dengan ketebalan yang kecil (kurang dari 2 cm). Pada beberapa lokasi dijumpai sisipan dengan ketebalan mencapai kurang lebih hingga 20 cm banyak mengandung sulfur yang dicirikan dengan hadirnya mineral sulfida (pyrite). Secara umum perselingan ini menunjukkan adanya lapisan batupasir yang menebal ke atas. Gambar 3. 18 Batupasir dengan Carbon streak (NA 406). Umur Analisis mikropaleontologi dilakukan pada contoh batuan pada lokasi NA 205 NA 305 dan NA 501. Hasil analisis mikroplaeontologi tersebut menunjukkan bahwa pada contoh batuan tersebut tidak ditemukan adanya fosil, sehingga tidak dapat melakukan kisaran umur melalui analisis ini. Menurut Achmad & Samuel, 1984 satuan batupasir-konglomerat ini disetarakan dengan Formasi Tabul bagian atas yang mempunyai kisaran umum Miosen Tengah-Miosen Akhir. Reni Fauziah 120 05 056 44

Lingkungan Pengendapan Ketidakhadiran fosil pada singkapan satuan ini dapat mengindikasikan bahwa satuan ini diendapkan pada lingkungan darat. Hadirnya endapan yang berwarna hitam atau abu-abu gelap hingga batubara menunjukkan tingkat pengendapan mineral organik (maseral) yang tinggi dengan lingkungan pengendapan yang umumnya bersifat reduksi, fluviatil hingga parralik. Adanya endapan yang mengkasar ke atas-prograding, merupakan karakter dari endapan delta. Endapan yang menunjukkan fasies dengan dominansi pasir dapat diinterpretasikan sebagai endapan Lower delta plain- Delta front. Menurut Achmad & Samuel, 1984, lingkungan pengendapan satuan batupasir-batulempung yang disetarakan dengan Formasi Tabul bagian atas ini diendapkan pada delta complex dengan hadirnya endapan delta front-delta plain. Endapan ini dan Satuan batupasir-konglomerat sama-sama merupakan regresive deltaic sequence, oleh karena itu kedua satuan ini sulit dibedakan terutama dengan tidak ditemukannya fosil. Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri litologi yang dapat dibedakan dengan satuan yang lain maka satuan ini dapat disetarakan dengan Formasi Tabul bagian atas yang berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir dan merupakan endapan dari delta complex (Achmad & Samuel, 1984). Hubungan Stratigrafi Hubungan dengan satuan yang lebih tua tidak ditemukan. Menurut Achmad & Samuel, 1984 dan Tossin & Kadir, 1996 semakin distal (ke arah timur) lapisan dari endapan Formasi Tabul menjadi semakin tebal dan prograding. Reni Fauziah 120 05 056 45

Satuan Batupasir Penyebaran Satuan ini diwakili dengan daerah berwarna kuning pada peta geologi (Gambar 3.5). Satuan ini menempati daerah dengan luas sekitar 36,07% dari daerah penelitian. Batuan ini tersingkap dengan cukup baik, dengan ditemukannya beberapa singkapan yang relatif segar. Kehadirannya cukup mudah diamati mulai dari barat hingga timur daerah penelitian terutama sepanjang jalan arteri. Ketebalan satuan ini tidak dapat dipastikan karena tidak ditemukannya kontak atas dan bawah satuan ini. Berdasarkan penampang dan penyetaraan terhadap rujukan literatur yang ada, satuan ini mempunyai perkiraan ketebalan sekitar 600-800 meter dan semakin distal (semakin ke timur) satuan ini semakin menebal. Pada singkapan satuan ini agak sulit mengamati jurus dan kemiringannya. Umumnya satuan ini melampar sepanjang batas satuan, namun pada beberapa torehan jalan kita dapat amati jurus dengan arah umum baratlaut-tenggara hingga barat-timur. Kemiringan lapisan sangat kecil-hampir datar di beberapa tempat. Ciri Litologi Litologi satuan ini terdiri dari batupasir dengan perselingan batulempung dan batuserpih. Batupasir merupakan komponen utama satuan ini, mempunyai karakter berwarna putih hingga merah muda pada singkapan segar dan kemerahan hingga kecoklatan pada singkapan lapuk. Mengandung red mottled, ukuran pasir sangat kasar-halus, pemilahan baiksedang, kemas tertutup, nonkarbonatan, porositas sedang hingga baik, bentuk butir membundar dengan fragmen komposisi utama kuarsa dan pada bagian bawah terdapat fragmen kuarsa berukuran kerikil-kerakal yang membundar tanggung-membundar selain itu hadir pula fragmen litik yang berukuran bongkah. Mengandung rootlets, nodule karbon, lignit dan FeOx. Batupasir ini umumnya mengandung carbon streak, struktur sedimen yang hadir umumnya parallel laminasi dan cross lamination. Dari sayatan satuan Reni Fauziah 120 05 056 46

ini menghasilkan nama batuan Quartz Wacke (Pettijohn, 1975 dalam Nichols, 2009). Gambar 3. 19 Gambar endapan satuan batupasir bagian bawah dengan nodule karbon, rootlets, dan red mottled. (NA 301). Batu lempung berwarna abu-abu makin ke atas dengan batas gradual warnanya berubah kecoklatan hingga merah muda. Batulempung hadir sebagai perselingan dengan batupasir. Batulempung ini mempunyai karakter berwarna abu-abu terang, coklat dan semakin ke atas menjadi merah muda dengan batas gradual, semen non karbonatan, kemas tertutup, porositas sedang-buruk. Kadang-kadang terdapat batubara tipis yang menyisip dalam batulempung ini. Secara gradasi batulempung ini berupah menjadi batuserpih yang berwarna hijau terang ukuran butir lempung, non karbonatan, pada beberapa lokasi dijumpai sisipan batubara dengan ketebalan yang kecil kurang lebih hingga 20 cm. Secara umum struktur sedimen yang dapat diamati berupa paralel laminasi, cross lamination dan paralel bedding. Suksesi secara umum menunjukkan adanya aggradasi. Reni Fauziah 120 05 056 47

Umur Analisis mikropaleontologi dilakukan pada contoh batuan pada lokasi NA 201 dan NA 403. Hasil analisis mikroplaeontologi tersebut menunjukkan bahwa pada contoh batuan tersebut tidak ditemukan adanya fosil, sehingga tidak dapat melakukan kisaran umur melalui analisis ini. Menurut Achmad & Samuel, 1984 satuan batupasir ini disetarakan dengan Formasi Tarakan, umur diperkirakan Miosen Akhir berdasarkan dating endapan tuff dari formasi Sijin yang menunjukkan umur ±10,5 JT yang lalu atau awal dari Miosen Akhir. Sehingga dapat diperkirakan Formasi Tarakan ini diendapkan sekitar Miosen Akhir atau awal Pliosen. Heriyanto (1992) menyebutkan Formasi Tarakan diendapkan pada Pliosen. Lingkungan Pengendapan Ketidakhadiran fosil pada singkapan satuan ini dapat mengindikasikan bahwa satuan ini diendapkan pada lingkungan darat. Hadirnya endapan yang berwarna hijau yang diperkirakan klorit atau abu-abu gelap menunjukkan lingkungan pengendapan yang umumnya bersifat reduksi, fluviatil hingga parralik. Endapan umumnya menunjukkan pola channel yang dikuatkan dengan hadirnya rootlets dan nodul karbon serta endapan turbidit. Endapan satuan ini dapat diinterpretasikan sebagai endapan Upper delta plain kemungkinan berupa distributary mouth bar. Menurut Achmad & Samuel, 1984, lingkungan pengendapan satuan ini disetarakan dengan Formasi Tarakan yang diendapkan delta front-delta plain. Heriyanto, dkk., (1992) menyebut bahwa Formasi Tarakan diendapkan pada umur Pliosen dan fasies yang hadir dalam formasi ini merupakan fasies delta plain. Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri lithologi yang dapat dibedakan dengan satuan yang lain maka satuan ini dapat disetarakan dengan Formasi Tarakan bagian bawah yang berumur Miosen Tengah dan merupakan endapan dari delta front-delta plain (Achmad & Samuel, 1984). Reni Fauziah 120 05 056 51

Hubungan Stratigrafi Hubungan dengan satuan yang lebih tua tidak ditemukan, namun dapat dipastikan berupa ketidakselarasan, hal ini diinterpretasikan dari perbedaan jurus dan kemiringan satuan ini dengan satuan di bawahnya. Menurut Achmad & Samuel, 1984 dan Tossin & Kadir, 1996 singkapan ini menutup dengan tidak selaras di atas Formasi Tabul. Semakin distal (ke arah timur) lapisan dari endapan Formasi Tarakan menjadi semakin tebal. Satuan Endapan Aluvial Satuan ini menempati hampir 28,28% wilayah penelitian, terdiri dari lumpur, lanau, pasir, kerikil, dan terdapat fragmen-fragmen mineral berupa kuarsa berukuran pasir sedang hingga gravel yang bersifat unconsolidatedsemiconsolidated. Fragmen membundar tanggung-membundar. Endapan ini merupakan endapan pantai, sungai dan rawa dan pada umumnya daerahnya ditandai dengan tumbuhnya tanaman bakau (Gambar 3.5 & Gambar 3.6). Reni Fauziah 120 05 056 52

Satuan Batupasir-batupasirkonglomeratan Gambar 3. 23 Peta geologi daerah penelitian. Reni Fauziah 120 05 056 53

3.3 Struktur Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari sesarsesar anjak berarah relatif Barat-Timur, Timurlaut-Baratdaya dan Baratlaut- Tenggara. dan perlipatan dengan sumbu yang sejajar dengan arah sesar anjak. Bukti-bukti yang diperoleh di lapangan yang menunjukkan adanya strukturstruktur tersebut diantaranya berupa data lapisan tegak, dan breksiasi. Khusus untuk kenampakan sesar anjak di lapangan, dicirikan oleh satuan batuan yang lebih tua yang relatif di atas satuan batuan yang lebih muda. Gambar 3. 24 Analisa kelurusan utama dan fitu-fitur struktur dengan menggunakan gradient shader. Pola utama yang dapat ditarik adalah yang berararah Baratlaut-Tenggara yang di wakili dengan lipatan utama. Sesar naik tersebut memiliki arah umum relatif barat laut-tenggara, dengan arah kemiringan sesar ke arah utara. Struktur lainya yang dijumpai yaitu adalah struktur lipatan yang memiliki sumbu searah dengan arah jurus sesar anjak yaitu relatif barat-timur dan Baratlaut-Tenggara. Reni Fauziah 120 05 056 54

Berdasarkan arah sumbu lipatan tersebut dapat kita ambil kesimpulan awal bahwa arah tegasan utama yang bekerja di daerah penelitian memiliki arah relatif Timurlaut-Baratdaya. Dari bukti-bukti pada singkapan dan analisa dari citra maupun dari SRTM maka beberapa struktur dapat dipetakan seperti dalam peta Geologi (Gambar 3.23 dan Lampiran E). Berikut ini merupakan bukti adanya pengaruh struktur di lapangan: Gambar 3. 25 Singkapan yang menunjukkan lapisan tegak berada di sebelah barat daya daerah penelitian (di luar daerah penelitian) kelurusan dari sesar yang dapat diinterpretasi dari singkapan ini menerus hingga ke daerah penelitian. Reni Fauziah 120 05 056 55

Gambar 3. 26 Lapisan tegak pada NA 305, ditandai dengan adanya lapisan batubara yang tegak. Gambar 3. 27 Zona hancuran yang hadir sebagai struktur penyerta, batuan ini terubah menjadi lempung akibat gerusan. Reni Fauziah 120 05 056 56