KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (SML) DALAM SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI UNTUK KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR

dokumen-dokumen yang mirip
PRINSIP 1: KOMITMEN DAN KEBIJAKAN PRINSIP 2: PERENCANAAN

IMPLEMENT ASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (ISO 14001) DALAM MANAJEMEN OPERASI INST ALAS I NUKLIR

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001

Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001

Sumber: ISO Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996)

Model Rencana Impelementasi Pengembangan SML-14001

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA

PEMANTAUAN DAN PENGUKURAN SML

KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBE

Sistem manajemen mutu Persyaratan

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

IMPLEMENTASI JAMINAN MUTU DI RSG GAS*)

Sistem manajemen mutu Persyaratan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FORMAT DAN ISI

JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN

Audit Internal Sistem Manajemen Lingkungan ISO

Sistem manajemen lingkungan Persyaratan dan panduan penggunaan

BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

INSPEKSI IN DAN PENGEMBANGANNYA. Dedi Sunaryadi Direktorat Inspeksi Instalasi dan Bahan Nuklir (DI2BN).

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu

ISO : Click to edit Master text styles. Environmental Management System. Second level. Third level. Lely Riawati, ST., MT

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KRITERIA SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

ISO Sistem Manajemen Lingkungan. MRY, Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

STUDI KESELARASAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR TINGKAT FASILITAS/ INSTALASI NUKLIR PTBN TERHADAP PERKA BAPETEN NO.1 TAHUN 2010

FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Batasan dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya

DIREKTORAT PERIZINAN FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

A. KRITERIA AUDIT SMK3

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

ID IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN MUTU UNTUK KESELAMATAN DAN KEAMANAN OPERASIONAL INSTALASI P2TBDU

2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN MUTU UNTUK KESELAMATAN DAN KEAMANAN OPERASIONAL INST ALASI P2TBDU

TL-4103 Manajemen Teknik Lingkungan AUDIT LINGKUNGAN

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

EVALUASI AUDIT INTERNAL LUB PTBN UNTUK MENILAI EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI ISO/IEC 17025:2005

MANUAL SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Sistem manajemen lingkungan Panduan umum tentang prinsip, sistem dan teknik pendukung

PENERAPAN STANDAR ISO 9001 DAN ISO SECARA BERSAMAAN

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

(SMKP) ELEMEN 6 DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN (SMKP) MINERAL DAN BATUBARA

OLEH : Dra. Suyati INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF ZAT RADIOAKTIF

HUKUM KETENAGANUKLIRAN; Tinjauan dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja, oleh Eri Hiswara Hak Cipta 2014 pada penulis

2015, No Tenaga Nuklir tentang Penatalaksanaan Tanggap Darurat Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 te

Spesifikasi sistem manajemen keamanan pada rantai pasokan

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran

Sistem Manajemen Mutu Sarana Pelayanan Kesehatan

Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 13 Oktober Oleh

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013

MIA APRIANTHY ( )

AUDIT SML SML

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TATA CARA DAN ETIKA INSPEKSI. Oleh : SUYATI

IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU

Keselamatan Instalasi Nuklir

ANALISIS GAP AUDIT INTERNAL UNTUK MELIHAT KESIAPAN CV. BINA RAKSA DALAM MENERAPKAN ISO 9001:2000

3. PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Manual Prosedur Pengendalian Produk Tidak Sesuai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO/IEC : 2005

Ruang Lingkup Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir meliputi:

Transkripsi:

KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (SML) DALAM SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI UNTUK KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR Nur Tri Harjanto ABSTRAK KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LlNGKUNGAN (SML) DALAM SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI UNTUK KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR. Instalasi nuklir seperti IEBE dan IRM disamping mempunyai potensi bahaya radiasi juga menghasilkan limbah baik itu berupa limbah padat, cair maupun gas/aerosol yang berdampak pada lingkungan. Dalam operasinya keselamatan menjadi prioritas utama sehingga potensi bahaya radiasi dapat ditekan seminimal mungkin. Sesuai dengan Perka BAPETEN NO.07 Tahun 1999 maka setiap organisasi pengelola instalasi nuklir wajib melaksanakan fungsi jaminan mutu. Dalam Program Jaminan Mutu (PJM) operasi instalasi nuklir sesuai standard IAEA SS 50 C-QA ditekankan pentingnya aspek keselamatan dalam operasi instalasi nuklir, namun aspek penting lingkungan belum dipersyaratkan secara nyata. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang kompaktibel terhadap manajemen yang lain dapat diimplementasikan dalam manajemen operasi instalasi nuklir dengan mengembangkan dan memasukkan persyaratan SML pada Program Jaminan Mutu. Beberapa persyaratan SML seperti : Kebijakan, Perencanaan, Organisasi, Struktur dan tanggung jawab, Pelatihan, Komunikasi, Dokumentasi, Pengendalian Dokumen, Pengendalian Operasi/proses, Pengecekan dan Tindakan perbaikan, Pengendalian Ketidaksesuaian, Rekaman, dan Audit serta Kajian Manajemen sudah ada dalam PJM, hanya perlu pengembangan lingkup substansinya. Selain itu perlu ditambahkan persyaratan yang belum ada dalam PJM yakni Program Lingkungan serta Kesiagaan dan Tanggap Darurat. Dengan mengimplementasikan SML dalam PJM akan menunjukkan bahwa ada komitmen manajemen untuk memenuhi persyaratan kebijakan lingkungan, adanya penekanan pada tindakan pencegahan yang lebih dari pada tindakan koreksi, serta sistem memasukkan dan memadukan proses penyempurnaan berkelanjutan. Disamping itu instalasi akan lebih siap jika Draf Keselamatan 338 (Sistem Mannajemen Terintegrasi) harus diterapkan. Kata kunci: manajemen, keselamatan, lingkungan. PENDAHULUAN Isu nuklir sampai saat ini masih menimbulkan pro dan kontra sehingga belum bisa diterima oleh masyarakat sepenuhnya. Hal ini disebabkan karena masyarakat masih khawatir akan bahaya potensi radiasi dan limbah yang dihasilkan oleh industri nuklir yang cukup berbahaya. Untuk meredam isue pro dan kontra tersebut pendidikan publik dan transparasi/keterbukaan terhadap masyarakat sangat diperlukan. Instalasi nuk'lir seperti Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) dan Instalasi Radiometalurgi (IRM) disamping memiliki teknologi yang cukup tinggi juga mempunyai potensi bahaya radiasi. Oleh sebab itu mulai dari pembangunan hingga operasi dan perawatannya harus memenuhi ketentuan/persyaratan keselamatan yang ditentukan. Sesuai Perka BAPETEN Nomor 07 Tahun 99 Tentang Jaminan Kualitas Instalasi Nuklir, maka setiap organisasi pengelola instalasi nuklir wajib melaksanakan fungsi jaminan mutu. Fungsifungsi jaminan mutu tersebut meliputi : o Penyusunan program jaminan mutu 411

o Organisasi dan tata kerja jaminan mutu o Pengawasan jaminan mutu. Program jaminan mutu yang dibuat/ disusun oleh penguasa instalasi nuklir selama ini berdasarkan Safety Series No.50-C-Q tahun 1996 (Quality Assurance for Safety in Nuclear Power Plants) yang merupakan bagian dari program IAEA yang disebut Standard Keselamatan Nuklir (NUSS Program) yang menekankan pentingnya aspek keselamatan dalam manajemen operasi instalasi nuklir. Program Jaminan Mutu ini dibuat sebagai persyaratan untuk memperoleh ijin operasi. Program jaminan mutu berisi tentang kebijakan yang berkaitan dengan mutu keselamatan yang mencakup pengaturan tentang pengendalian terhadap seluruh kegiatan yang berkaitan dengan masalah nuklir. Selain itu Program Jaminan Mutu juga memuat persyaratan kualifikasi personil untuk setiap kegiatan yang mempengaruhi mutu dan keselamatan. 5 area safety series DS349: SM Fasilitas Nuklir Keselamatan umum (diterapkan pada semua area) Sistem manajemen adalah pengertian baru yang dikembangkan oleh IAEA (International Atomic Energy Agency) beberapa tahun belakangan untuk menggantikan istilah "Jaminan Mutu". Hingga tulisan ini dibuat, dokumen yang menjelaskan sistem manajemen masih dalam proses finalisasi. Meskipun demikian, konsep dasarnya telah diletakkan dengan sangat jelas dalam OS 338 ini. Sehingga ada banyak hal yang secara signifikan perlu segera dipahami oleh orang yang bekerja pad a fasilitas dan aktifitas tenaga nuklir. (Pengganti DS337: yang Keselamatan SMQ8-Q14, Fasilitas zat Radiologik radioaktif SS& 50-C-Q) Akti- DS338: Sistem Managemen- - Penanganan (Pengganti vitas Limbah & QI-Q7, Penyimpanan. Radioaktif. SS 50-C-Q) DS326: DS336: SM SMPengangkutan Perlakuan, DSl13: DS315: SM SM Badan Jasa Pengawas Teknologi } T Keselamatan fasilitas nuklir Proteksi radiasi dan keselamatan sumber radiasi IT Managemen keselamatan limbah radioaktif Pengangkutan yang selamat zat radioaktif I : Persyaratan dan Panduan Umum II : Panduan khusus pada setiap area safety series Gambar 1 : Struktur Standard Keselamatan IAEA untuk Sistem Manajemen Struktur standar keselamatan IAEA untuk Sistem Managemen adalah sebagaimana dijelaskan pada Gambar-1. Oi sini jelas bahwa Sistem Managemen menggantikan dokumen IAEA yang sudah sangat dikenal, yaitu Safety Series No 50-C/SG-Q"Quality Assurance for Safety in Nuclear Power Plants and Other Nuclear Installations" untuk bagian Q1 sid Q7. Oi sisi lain, 412

ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 pengembangan persyaratan Sistem Managemen mempertimbangkan Standar IS014001:1996 dan ISO 9001 :2000 yang dikembangan International Organization for Standardization. Sistem Manajemen Lingkungan menurut ISO 14001 adalah bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses dan sumberdaya untuk mengembangkan, menerapkan, mencapai, mengkaji dan memelihara kebijakkan lingkungan. Model sistem manajemen lingkungan dalam standard SNI 14001 (adopsi dari ISO 14001) dapat digambarkan seperti terlihat pada Gambar 1 Penyempurnaan Berkelanjutan Pengkajian Manajemen Kebijakan Lingkungan Perencanaan Pemeriksaan Koreksi dan Tindakan Penerapan dan Operasi Gambar 2. Model sistem manajemen lingkungan ISO 14001 Standar sistem manajemen lingkungan dimaksudkan untuk memberikan unsur-unsur sistem manajemen lingkungan yang dapat dipadukan dengan persyaratan manajemen keselamatan dalam Program Jaminan Mutu guna membantu organisasi mencapai tujuan mutu, keselamatan, ekonomi dan lingkungan. Standard ISO 14001 memiliki sistem manajemen dasar yang sama dengan Sistem manajemen/jaminan mutu untuk keamanan dan keselamatan instalasi nuklir (IAEA SS 50 C-QA). Sistem manajemen/jaminan mutu keselamatan instalasi nuklir berkaitan dengan keamanan/ keselamatan pembangunan, dan operasi instalasi nuklir, sedangkan sistem manajemen lingkungan (ISO 14001) mengarah pada kebutuhan dari berbagai pihak yang terkait dan adanya kebutuhan masyarakat akan perlindungan lingkungan yang semakin berkembang. Persyaratan Sistem Manajemen Lingkungan yang ditetapkan dalam standard ISO 14001 tidak perlu dirumuskan secara terpisah dari unsur-unsur Program jaminan Mutu Instalasi Nuklir. Dalam b.3berapa hal dimungkinkan untuk memenuhi semua persyaratan melalui penyesuaian terhadap unsur-unsur sistem manajemen yang sedang berlaku. Dengan menerapkan SML dapat membantu organisasi untuk memberikan kepercayaan kepada pihak terkait bahwa a) ada komitmen manajemen untuk memenuhi persyaratan kebijakan, tujuan, dan sasaran lingkungan. b) adanya penekanan pada tindakan pencegahan yang lebih dari pada tindakan koreksi. 413

c) dapat memberikan bukti adanya perhatian yang cukup dan kesesuaian dengan perundangundangan. Sistem memasukkan dan memadukan proses penyempurnaan berkelanjutan. STRUKTUR SISTEM MANAJEMEN LlNGKUNGAN ISO 14001 Struktur (elemen-elemen) dalam Sistem Manajemen Lingkungan meliputi : 1. Kebijakan Lingkungan Kebijakan ini ditetapkan oleh manajemen puncak yang berisi pernyataan mengenai maksud dan prinsip-prinsip dalam peningkatan kinerja lingkungan. Kebijakkan ini sesuai dengan jenis kegiatan, skala dan dampak lingkungan akibat kegiatan, produk atau jasa yang dihasilkan, yang mencakup komitmen untuk perbaikan secara terus menerus dan pencegahan pencemaran, serta mencakup komitmen pentaatan terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan yang relevan dan ketentuan lainnya yang terkait. 2. Perencanaan 1. Aspek Lingkungan Organisasi perlu membuat prosedur untuk mengidentifikasi aspek-aspek lingkungan sehingga organisasi dapat mengendalikan atau mengantisipasinya. Menentukan aspek mana yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan dan menjamin bahwa aspek-aspek yang berkaitan dengan dampak penting telah dipertimbangkan dalam penentuan tujuan dan sasaran pengelolaan lingkungan 2. Persyaratan Hukum dan Persyaratan lainnya Organisasi harus menetapkan dan memberlakukan prosedur untuk mengidentifikasi dan mendapatkan akses pada peraturan dan ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan organisasi terutama yang berkaitan dengan aspek lingkungan dari kegiatan, produk maupun jasa yang dihasilkan. 3. Tujuan dan Sasaran Organisasi harus menetapkan dan memelihara tujuan dan sasaran yang terdokumentasi pada setiap fungsi dan tingkatan manajemen organisasi. Tujuan dan sasaran harus konsisten dengan kebijakan lingkungan, termasuk merefleksikan komitmen terhadap pencegahan pencemaran. 4. Program Manajemen lingkungan Organisasi menetapkan dan memelihara program untuk mencapai tujuan dan sasaran lingkungan. Program berisi perencanaan kegiatan yang meliputi arahan dan tanggungjawab dalam pencapaian tujuan dan sasaran pad a setiap tingkatan dan fungsi yang relevan serta cara bagaimana sasaran dan tujuan tersebut dapat dicapai dan jangka waktu pencapaiannya. 3. Penerapan dan Operasi 1. Struktur dan Tanggung jawab Peran/fungsi, tanggungjawab dan kewenangan harus ditetapkan, didokumenta-sikan dan disampaikan untuk menunjang terciptanya manajemen lingkungan yang efektif. Manajemen harus menyediakan sumber daya yang diperlukan dalam implementasi dan pengendalian SML. 2. Pelatihan, kepedulian, dan kompetensi. Organisasi harus mengkaji kebutuhan pelatihan. Selain itu, semua karyawan yang bekerja pada area yang berpotensi mengakibatkan dampak penting lingkungan, harus telah menerima pelatihan yang memadai. 414

ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 Karyawan yang melakukan tugas-tugas yang dapat menyebabkan timbulnya dampak penting terhadap lingkungan, harus memiliki kompetensi pendidikan pelatihan, dan/ atau pengalaman yang sesuai. 3. Komunikasi. Dengan berlandaskan pad a aspek-aspek lingkungan dan SML, organisasi perlu menetapkan dan memberlakukan prosedur untuk melakukan komunikasi internal pad a setiap tingkatan dan fungsi dalam organisasi. Selain itu juga prosedur penerimaan dan dokumentasi tanggapan atas komunikasi dari pihak-pihak eksternalyang berkepentingan. 4. Dokumentasi SML Organisasi perlu menetapkan dan memelihara informasi secara tertulis ataupun di dalam data elektronik untuk menjelaskan elemen-elemen inti dari sistem manajemen lingkungan dan interaksi antara elemen-elemen tersebut, serta memberikan arahan atas dokumen yang terkait. Ada 4 tingkatan sistem dokumentasi SML yakni : Manual, Prosedur, Instruksi kerja, dan Reka-man/catatan. 5. Pengendalian Dokumen Organisasi perlu menetapkan dan memberlakukan prosedur untuk mengenda-likan seluruh dokumen yang dipersyaratkan oleh standard internasional ini untuk memastikan bahwa : Dokumen-dokumen secara periodik ditinjau kem-bali, direvisi, dan versi terbaru dari dokumen yang relevan tersedia. Dokumen kadaluwarsa segera ditarik dari setiap lokasi penyimpanan dan penggunaan atau diamankan dari pemakaian yang tidak sengaja. 6. Pengendalian Operasi Organisasi harus mengetahui operasi dan kegiatan yang berhubungan dengan aspek-aspek penting lingkungan yang telah teridentifikasi, agar dilaksanakan sejalan dengan kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan organisasi. Menetapkan dan memelihara prosedur operasi agar tidak terjadi penyimpangan terhadap kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan. 7. Kesiagaan dan Tanggap Darurat Organisasi harus menetapkan dan memberlakukan prosedur untuk mengidentifikasi dan tanggap terhadap kecelakaan dan keadaan darurat yang mungkin terjadi, serta prosedur untuk menghindari dan mengatasi dampak lingkungan yang mungkin terjadi akibat kecelakaan atau keadaan darurat tersebut. Organisasi perlu mengkaji dan memperbaiki prosedur kesiagaan, selain itu perlu menguji secara berkala prosedur-prosedur yang memungkinkan untuk diuji. 4. Pengecekan dan Tindakan Perbaikan 1. Pemantauan dan Pengukuran Organisasi perlu membuat dan memberlakukan prosedur tertulis untuk secara berkala memantau dan mengukur karakteristik kunci dari operasi dan kegiatan yang dapat menimbulkan dampak penting pada lingkungan. Alat-alat pemantau lingkungan harus dikalibrasi dan disimpan sesuai dengan ketentuan. Organisasi perlu membuat dan memberlakukan prosedur tertulis untuk secara berkala melakukan evaluasi tentang kesesuaian dengan peraturan dan perundang-undangan lingkungan hidup. 2. Ketidaksesuaian, Perbaikan dan Tindakan Pencegahan. Organisasi perlu membuat dan memberlakukan prosedur dalam menetapkan tanggung jawab dan wewenang untuk menangani dan menyelidiki kasus-kasus ketidaksesuaian, pengambilan tindakan untuk mengatasi dampak lingkungan akibat ketidaksesuaian tersebut, dan untuk memulai dan menyelesaikan tindakan koreksi dan pencegahan. Organisasi harus menetapkan dan mendokumentasikan semua perubahan dalam prosedur tertulis yang diakibatkan oleh tindakan koreksi dan pencegahan. 415

3. Rekaman Organisasi perlu membuat dan memberlakukan prosedur untuk identifikasi, pemeliharaan, dan pendistribusian rekaman lingkungan. Rekaman harus jelas, dapat diidentifikasi dan dilacak hubungannya dengan aktivitas tertentu, hasil atau jasa. Rekaman lingkungan harus disimpan dan dipelihara sehingga rekaman tersebut siap digunakan dan terjaga dari kerusakan atau hilang. Waktu penyimpanan harus ditetapkan dan dicatat. 4. Audit Sistem Manajemen Lingkungan Organisasi harus menetapkan dan memberlakukan suatu program dan prosedur untuk melaksanakan audit sistem manajemen lingkungan secara periodik. Tujuan dari audit adalah agar dapat menetapkan apakah sistem manajemen lingkungan telah diterapkan dan diberlakukan dengan benar sesuai dengan aturan atau ketetapan yang direncanakan termasuk ketetapan-ketetapan standard ini serta memberikan informasi atas hasil audit kepada manajemen puncak. 5. Pengkajian Manajemen Manajemen puncak organisasi harus mengkaji sistem manajemen lingkungan sesuai dengan jadwal/interval waktu yang ditetapkan untuk memastikan kesesuaian, ketepatan, dan keefektifan sistem tersebut. Proses kajian manajemen ini harus memastikan bahwa informasi penting telah dikumpulkan sehingga dapat dievaluasi. Kaji ulang pelaksanaan SML secara berkala oleh manajemen puncak diperlukan untuk memastikan keberlanjutan dan ketepatan serta keefektifan pelaksanaan yang meliputi pengkajian terhadap : Tujuan dan sasaran lingkungan Kinerja lingkungan secara keseluruhan Temuan hasil audit SML Kajian manajemen harus terbuka terhadap kemungkinan adanya perubahan kebijakan, tujuan dan elemen-elemen lain dalam sistem manajemen lingkungan sejalan dengan hasil audit sistem manajemen lingkungan, perubahan situasi, dan adanya komitmen terhadap perbaikan secar-a terus menerus. IMPLEMENTASI SML DALAM MANAJEMEN PENGELOLAAN INSTALASI NUKLIR Sistem Manajemen Lingkungan sesuai standard ISO 14001 (SNI 14001) sampai sa at ini masih bersifat sukarela, namun tidak menutup kemungkinan pada suatu sa at akan berubah menjadi wajib sesuai dengan perkembangan hukum/undang-undang dan tuntutan masyarakat. Suatu instalasi nuklir sebaiknya menerapkan sistem manajemen lingkungan secara efektif agar membantu melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dari dampak penting kegiatan, produk atau jasanya, dan untuk membantu memelihara serta memperbaiki mutu lingkungan. Penerapan SML dalam manajemen operasi instalasi nuklir dapat dilakukan dengan mengembangkan manajemen yang sudah ada dalam hal penekanan aspek dan ruang lingkup serta menambahkan elemen-elemen yang belum diatur dalam program jaminan mutu instalasi nuklir. 416

ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 Tabel 1. Perbandingan Elemen-elemen IAEA SS 50 C-QA dengan Elemen elemen SML s,frukiur, MJ..J~~O, 14(01) 5trukfurPJM s'esuai IAEA 55 ~QG~g!N 50" CQ (1996) I. Kebijakan Lingkungan II. Perencanaan 1. Aspek Lingkungan 2. Persyaratan Hk & Persyara-tan lainnya 3. Tujuan & Sasaran 4. Program Lingkungan Ill.Implementasi & Operasi 1. Struktur & Tanggung jawab 2. Pelatihan Kepedulian dan Kompetensi 3. Komunikasi 4. Dokumentasi SML 5. Pengendalian Dokumen 6. Pengendalian Operasi 7. Kesiagaan & Tanggap darurat IV. Pengecekan Perbaikan & Tindakan 1. Pemantauan & Pengukuran 2. Ketidak sesuaian, Perbaikan & Tindakan Pencegahan 3. Rekaman 4. Audit SML I.Pendahuluan 1.1. Umum (Kebijakan) II. Program Jaminan Mutu 1.2. Ruang Lingkup 11.1.Umum 1.2. Ruang Lingkup (11.1.) III. Organisasi 111.1.Tanggung Jwb, Wewenang, Komunikasi 1.3.Tanggung jawab 111.3.Penstafan dan Pelatihan (111.1) 11.2.Prosedur, Instruksi, dan gambar. IV. Pengendalian Dokumen V. Pengendalian Desain VI. Pengendalian Pengadaan VII. Pengendalian Bahan VIII. Pengendalian Proses IX. Inspeksi dan Pengendalian Pengujian IX.1. Program Inspeksi IX.2. Program Pengujian IX.3. Pengendalian alat pengujian/pengukuran & kalibrasi X. Pengendalian Ketidaksesuaian XI. Tindakan Koreksi Xll.Rekaman XIII. Audit I. Pendahuluan II. Managemen 111.1.1 1.,11.1.3 III.Kinerja 11.1.1 11.2.1 11.1.1 11.1.5 11.4.1 111.1.1 111.4.1 111.4.2 11.3.1 11.3.2 11.4.2 IV. Penilaian V. Kajian Manajemen 11.3.Review Manajemen PENYE5UAIAN 5ML DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM JAMINAN MUTU IN5TALA51 NUKLIR. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) dapat diterapkan pada seluruh kegiatan/manajemen lain selain dari manajemen tersebut, termasuk manajemen keselamatan operasi instalasi nuklir. Program Jaminan Mutu Instalasi Nuklir yang mengacu pada Pedoman IAEA SS 50 C-QA menekankan manajemen operasi instalasi nuklir terhadap keselamatan operasi instalasi nuklir. Untuk menyesuaikan SML dalam manajemen tersebut harus dilakukan revisi terhadap PJM sehingga dapat mengakomodir persyaratan-persyaratan yang ada dalam SML tersebut. Penerapan SML dalam manajemen operasi instalasi nuklir dapat dilakukan dengan mengembangkan manajemen yang sudah ada dalam hal penekanan aspek dan ruang lingkup serta menambahkan elemen-elemen yang belum diatur dalam program jaminan mutu instalasi nuklir. 417

Tabel 2. Penyesuaian PJM Operasi Instalasi Nuklir dengan persyaratan dalam SML No dilaksanakan pencegahan tidak terjadi ditetapkan, Organisasi Kebijakan Tindakan Program Pengendalian penting dan PJM ketidaksesuaian koreksi lingkungan dan untuk harus perlu terulangnya akibat Operasi agar Jaminan Koreksi MutuPengujian Dokumen Ketidaksesuaian Desain Proses Bahan Pengadaan IAEA SS 50 & Inspeksi C-QATidak *) Sudah Ruang Perlu Prosedur Struktur Inspeksi ditambahkan dipersyaratkan sesuai lingkup Penyesuaian proses/operasi Ketidaksesuaian pengambilan organisasi, dengan kebijakan dalam dalam tanggung SML dengan tindakan diperluas yang PJM yang SML berhubungan : jawab, SML berkaitan yakni untukwe- wenang BK. Pelatihan berkaitan Prosedur BAPETEN Ditambahkan komunikasi tingkat (Sub linqkunqan Manajemen SK BAPETEN dan alat dengan Pengendalian lingkungan kegiatan dan terhadap Ka kondisi kesiagaan sasaran ABN Bapedal. mengenai ukur inspeksi dengan hukum radioaktivitas untuk dampak perlu Pelatihan. BATAN komunikasi. limbah pengujian/ eksternal & dan perlu No lingkungan pengelolaan Lingkungan ditambahkan Aturan persvaratan disamping & harus alat 02 dan persyaratan penting operasi kemampuan... Pengujian ditambahkan. dan & tanggap selain lingkungan, 03 IAEA meliputi pengukuran tugas tentang lingkungan. yang aspek perlu limbah, seperti ISO SS yakni dengan yang lainnya darurat dan dapat 50 inspeksi 14000 ditambah kesela- dengan ada C-QA : kepe- dll untuk dengan mengatasi dengan : uk, tujuan memulai dan*) dan *)Kalibrasi sasaran Garis Penstafan Program Tujuan Keselamatan tindakan dampak di Komitmen aspek limbah) terhadap P2PLR memantau dulian Sesuai lingkungan. menimbulkan Persyaratan Baku relevan SK menyelesaikan Aspek kan 418

ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 XII Audit Rekaman (Record) Sudah Perlu ditambahkan sesuai dengandalam SML program audit dengan Audit persvaratan SML yaitu SML kesesuaian manajemen terhadap Program kesiagaan dan tanggap darurat dalam instalasi nuklir sudah ada hanya belum ditetapkan dalam PJM oprerasi sehingga dengan penerapan SML ini maka program tersebut dapat dimasukan dalam kebijakan PJM KESIMPULAN 1. Untuk mengimplementasikan SML (ISO 14001) dalam manajemen operasi instalasi nuklir dapat dilakukan penyesuaian dengan mengembangkan manajemen yang sudah ada yaitu aspek aspek yang perlu diperhatikan, ruang lingkup serta menambahkan elemen-elemen yang belum diatur dalam program jaminan mutu instalasi nuklir. 2. Dengan penerapan SML dalam PJM Instalasi nuklir maka ada komitmen manajemen untuk memenuhi persyaratan kebijakan lingkungan, adanya penekanan pada tindakan pencegahan yang lebih dari pada tindakan koreksi, serta sistem memasukkan dan memadukan proses penyempurnaan berkelanjutan. 3. Penerapan SML dalam PJM akan mempermudah instalasilfasilitas dalam mempersiapkan diri diterapkannya Sistem Manajemen Teritegrasi OS 338 DAFTAR PUSTAKA [1] Perka Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor : 07 Tahun 1999 Tentang Jaminan Kualitas Instalasi Nuklir. [2] ISO 14001 Environmental Managemen Standards (EMS), 1996 [3] SNI 19-14001-1997 : Sistem Manajemen Lingkungan (SML) - Spesifikasi dengan panduan penggunaan, Dewan Standardisasi Nasional, 1997 [4] IAEA, Quality Assurance for Safety in Nuclear Power Plants and Other Nuclear Installations, Safety Series No 50-C/SG-Q, Vienna, 1996 [5] IAEA, Management System, Draft Safety Requirements DS338, Vienna, 2005. [6] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1997 Tentang Ketenaga nukliran 419