BAB I PENDAHULUAN. masalah kemiskinan dan keterbelakangan. 1. Pendapatan mayoritas penduduk pedesaan yang rendah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENDAMPINGAN. Sehingga terjalin hubungan yang baik dan setara. Inkulturasi dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan

BAB II METODE PENELITIAN. dikenal dengan nama PAR atau Participatory Action Risearch. Adapun

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN. Menurut Yoland Wadworth sebagaimana di kutip Agus Afandi, PAR

BAB I PENDAHULUAN. mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

BAB II METODE PENELITIAN. A. Pengertian Participatory Action Research (PAR) Menurut Yoland Wadworth, Participatory Action Research (PAR) adalah

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. filosofi, metodologi dan prinsip kerjanya. PAR tidak memiliki sebutan

METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN. PAR (Participatory Action Research). Metode PAR (Participatory Action

: PEMBINAAN WILAYAH TINGKAT DESA

BAB III METODE RISET DAN PENDAMPINGAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN UNTUK PENDAMPINGAN

BAB III METODE RISET AKSI PARTISIPATIF. Pada proses pendampingan yang telah dilakukan di Dusun Satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. usaha ekonomi desa, pengembangan Lembaga Keuangan Desa, serta kegiatankegiatan

BAB VI REFLEKSI TEORITIK. keterkaitan antara sumber daya manusia, keuangan dan hubungan atau sistem

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah kecamatan sebanyak 15 kecamatan. Produktifitas rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri adalah

Perbandingan PRA dengan RRA dan PAR

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut keputusan menteri kesehatan No. 193/ MenKes/ SK/ X/2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya industri-industri kecil dan

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari hari, kita mengenal berbagai jenis organisasi

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan. Kabupaten lamongan ini secara umum memakai pendekatan PAR.

2014 PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT.

VII. EVALUASI DAN RUMUSAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN MELALUI KUBE DI KELURAHAN MAHARATU

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat perkembangan pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

Bab III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN. metode dalam cara kerja PAR (Participatory Action Research). Pada dasarnya, PAR merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28 UUD 1945 yang menyatakan: Tiap-tiap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Karangwungulor ini penulis menggunakan metode Participatory Action research

BAB IV REFLEKSI TEORITIK

Jurnal Paradigma, Vol. 6 No. 1, April 2017 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan selama orde baru yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia sangat bernuansa top-down karena

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji

BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu. pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu jalan untuk

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB II PENGATURAN PEMERINTAH DESA DALAM MENDIRIKAN BADAN USAHAMILIK DESA. A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Badan Usaha Milik Desa

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

BAB II KAJIAN TEORI. A. Ketergantungan Melemahkan Kemandirian. koran Kompas edisi 18 September 2007, bahwa setelah

BAB VII REFLEKSI TEORITIK. berkaitan. Menurut buku pemberdayaan masyarakat. terdapat dua kunci yang

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, keterbelakangan dan ketidak berdayaan. Oleh karena itu,

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA MATARAM

VI. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TKW DI DESA CIBAREGBEG

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

BAB V AKSI BERSAMA MASYARAKAT. kampung demak Jaya dan diikuti oleh ketua RT yakni Erik Setiawan (45 tahun) berkumpul di

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

PELATIHAN PENDAMPING SOSIAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FASILITASIPROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA DI BBPPKS REGIONAL II BANDUNG

Yang menentukan bentuk sistem ekonomi kecuali dasar falsafah negara dijunjung tinggi maka yang dijadikan kriteria adalah lembaga-lembaga khususnya

III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS. A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan. Dari pengamatan menyimpulkan bahwa terlaksananya

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode

BAB IV DISKUSI, BEKERJASAMA DAN BERAKSI BERSAMA MASYARAKAT. (Dinamika Proses Pendampingan Masyarakat)

BAB V PENUTUP. revolusi 1952 dalam novel al-lish-shu wal-kila b karya Najib Machfuzh, maka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN RISET AKSI PARTISIPATIF. Dompyong ini penulis menggunakan metode Participatory Action research

BAB I PENDAHULUAN. waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. 1. tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja (during employment),

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL

BAB VI MENUJU DESA TANGGUH BENCANA MELALUI PEMBENTUKAN KOMUNITAS TARUNA SIAGA BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

PERENCANAAN PARTISIPATIF. Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry ( )

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Problematik Apabila kita melihat keadaan pedesaan disekitar kita, maka seperti pada umumnya telah diakui oleh para ahli, pemerintah serta Lembagalembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat, masalah pokoknya adalah masalah kemiskinan dan keterbelakangan. Adapun gambaran nyata dari kemiskinan dan keterbelakangan di pedesaan tersebut adalah : 1. Pendapatan mayoritas penduduk pedesaan yang rendah. 2. Adanya kesengajaan antara yang kaya dan yang miskin 3. Kurangnya partisipasi golongan masyarakat miskin dalam usaha pembangunan. Apabila kalau melihat lebih mendalam tentang sebab-sebab dari keadaan diatas, maka hal-hal dibawah ini tampaknya merupakan sebab-sebab yang utama, yaitu: 1. Kurangnya pengembangan sumber daya manusia (SDM). 2. Kurangnya pengembangan sumber daya alam (SDA). 3. Kurangnya lapangan atau peluang atau kesempatan kerja dan berusaha. 4. Adanya struktur masyarakat yang menghambat. 1 1 Dr. Mubyarto, Peluang kerja dan berusaha di pedesaan, BPFE Yogyakarta, hal 25-26. 1

2 Sumber dari sebab sebab terjadinya keadaan tersebut diatas adalah bersifat historis. Karena belum adanya perubahan yang mendasar pada kehidupan pedesaan tersebut. Maka kondisi kemiskinan dan keterbelakangan tersebut masih berlangsung terus. Kemiskinan yang terjadi di pedesaan itu tidak sama permasalahannya. Ada juga yang tergolong kemiskinan struktural. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Jadi, bukan kemiskinan yang dialami seorang individu oleh karena dia malas atau terus menerus sakit. 2 Kemiskinan tersebut meliputi kemiskinan di bidang materil dan non materil dalam bentuk serba kekurangan atau serba rendah seperti kekurangan sandang, pangan dan papan, kondisi kesehatan, pendidikan, kesadaran lingkungan, harga diri, harkat, martabat yang rendah, keterampilan tidak ada dan lain lain. Ini merupakan kualitas hidupnya yang rendah. Kondisi yang demikian itu melahirkan sifat ketergantungan hampir didalam segala hal. Sehingga menyebabkan hilangnya sifat kemandirian. Salah satu adanya kondisi dimana pendapatan mayoritas penduduk yang rendah, adanya kesenjangan kaya miskin dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembanguna adalah disebabkan karena : 1. Kurangnya pengembangang sumber daya manusia (SDM). 2 Selo Sumardjan, kemiskinan struktural, Seminar HIPIS, YIIS, 1980.

3 Dalam hal ini yang paling menonjol adalah kurangnya keterampilan. Sebagian masyarakat pedesaan terutama yang miskin, untuk dapat memasuki lapangan kerja diluar sektor pertanian. 2. Kurangnya pengembangan sumber daya alam (SDA). Hal ini juga merupakan sebab sangat penting. Pengembangan ini baik untuk sektor pertanian maupun non pertanian. 3. Kurangnya lapangan atau peluang atau kesempatan kerja dan berusaha. Di pedesaan pada umumnya peluang kerja dan berusaha sebagian besar adalah sektor pertanian. Padahal sebenarnya masih ada kemungkinan penciptaan peluang kerja di sektor lain-lain. Jadi, dalam hal ini kurang ada vertifikasi jenis lapangan kerja yang diciptakan. 4. Terasingnya desa dari sumber-sumber kemajuan juga merupakan sebab kemiskinan dan keterbelakangan pedesaan. Dalam sumber-sumber kemajuan itu termasuk: a. sumber informasi pasar dan pengetahuan. b. sumber modal. Dan c. sumber teknologi. 5. Adanya struktur masyarakat yang menghambat. Dalam hal ini termasuk : a. Srtuktur ekonomi (struktur kepemilikan tanah, perdagangan, monopoli atau ciri-ciri ekonomi kapitalis dan lain-lain). b. Struktur kekuasaan politik (belum matangnya kehidupan demokrasi dan lain-lain). c. Struktur sosial budaya.

4 Dengan adanya faktor kemiskinan ini, seseorang akan rela bekerja sebagai apa saja termasuk menjadi tenaga kerja Indonesia. Menjadi tenaga kerja Indonesia tidak dilakukan oleh laki-laki saja, perempuan pun bisa menjadi tenaga kerja Indonesia. Tenaga Kerja Wanita merupakan ribuan dari jutaan manusia yang mencoba untuk mengadu nasib dengan bekerja diluar negeri. Mereka sampai rela meninggalkan keluarga, saudara dan kampung halamannya demi terciptanya kesejahteraan keluarga. Sebagian besar mereka bekerja disektor rumah tangga. Seperti pada daerah Jawa Timur ini, salah satunya di Bojonegoro, permasalahan yang terjadi yaitu masalah kesejahteraan sosial. Meningkatnya masalah kesejahteraan sosial ini merupakan tantangan yang harus ditanggapi dan diantisipasi baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat sekitar. Misalnya pada kerawanan yang mewujudkan semakin meningkatnya jumlah masyarakat miskin. Menjadi Tenaga Kerja Wanita tidaklah mudah. Karena, tidak bisa mengetahui bagaimana nanti nasib kalau sudah bekerja. Menjadi Tenaga Kerja Wanita ada yang yang berhasil dan ada juga yang tidak berhasil. Kalau yang berhasil, mereka mampu mengirimkan uang kepada saudara-saudaranya yang ada dikampung halamannya sendiri tanpa ada paksaan atau kesepakatan. Akan tetapi kalau yang tidak berhasil, mereka disana mendapatkan perlakuan yang tidak baik seperti pelecehan seksual. Didesa pancur ini pernah ada masyarakat yang menjadi Tenaga Kerja Wanita diluar negeri. Mereka bekerja menjadi TKW hanya beberapa tahun

5 saja. Tenaga kerja wanita yang ada didesa tersebut sekitar 15 orang. Mereka tidak mau kembali karena faktor tidak betah, mengira sudah mendapatkan modal yang cukup dan ada juga yang mendapat perlakuan yang tidak baik. Salah satu orang yang pernah bekerja menjadi tenaga kerja wanita adalah Ibu Yati. Yati bekerja menjadi tenaga kerja wanita kurang lebih sekitar sebelas bulan saja. Padahal, kalau menjadi tenaga kerja wanita diluar negri ada sistem kontrak. Sistem kontrak berlaku sampai dua tahun. Jadi, kalau selama dua tahun itu tidak betah untuk kerja lagi mereka tetap tidak bisa pulang. Diibaratkan mereka selama dua tahun itu mengadu nasib di negri orang susah dan senangnya mereka harus menjalani selama masa kontrak habis. 3 Awalnya sebelum berangkat menjadi tenaga kerja semua warga yang ingin menjadi TKW mereka dikumpulkan ke PT Kemuning. Di lembaga PT ini mereka diberikan penjelasan tentang tenaga kerja wanita dan perlengkapan apa saja yang dibawa serta susah senangya menjadi tenaga kerja wanita. Mereka tidak boleh membawa alat-alat tajam seperti pisau, jarum dan lainlain. Karena, dikhawatirkan akan menyebabkan timbulnya bahaya atau semacam lainnya. Selain dikumpulkan, mereka juga diberi pelatihan untuk orang orang yang tidak bisa memasa dan pelatihan untuk berbahasa arab ketika berada diluar negri. Pelatihan tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama. Hanya 3 Hasil wawancara dengan Ibu Yati tgl 25 Mei 201. Pkl 09.00 WIB

6 sekitar lima hari sampai dua puluh hari saja, tergantung dengan kecepatan orang itu sendiri dalam menangkap apa yang diberikan PT tersebut. Kalau masalah gaji, tergantung majikannya yang memberikan. Akan tetapi, rata-rata gaji seorang tenaga kerja wanita sekitar Rp. 1.500.000,-. gaji tersebut diberikan sesuai permintaan tenaga kerja tersebut. Ada yang meminta setiap bulannya diberikan dan ada juga yang dititipkan selama beberapa bulan kepada majikannya atau ke bank. Akan tetapi, kalau sebelum berangkat, harus potong gaji dulu untuk membayar biaya keberangkatannya. Biaya keberangkatannya sekitar Rp. 4.500.000,- dipotong gaji selama 3 bulan masa kerja. 4 Yati bekerja diluar negeri hanya beberapa bulan saja. Karena mendapat perlakuan yang tidak baik, akhirnya Yati mencoba untuk kabur dari rumah majikannya. Keniatan Yati untuk mengubah nasib diluar negeri sudah gagal. Yati tidak menginginkan untuk kembali dan sekarang dirumah mengurus anak-anaknya. Padahal ibaratnya gaji menjadi tenaga kerja wanita dan bekerja di pabrik hampir sama sekitar Rp. 1.500.000,- tiap bulannya. Yati binggung karena tidak tahu harus berbuat apa setelah pulang ke kampung halamannya. Apalagi sekarang kebutuhan ekonomi yang semakin lama semakin meningkat. Dan anak-anaknya juga membutuhkan biaya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikannya. 4 Hasil wawancara dengan Ibu Damiaton pkl 08.00 WIB. Tgl 25 Mei 2013.

7 Tidak hanya pada Yati saja, tenaga kerja wanita yang lainnya juga ada yang tidak kembali. Akan tetapi, problemnya tidak sama. Mereka tidak kembali karena ada yang sudah merasa cukup memiliki modal untuk dibawa pulang. Setelah pulang, modal tersebut dihabiskan untuk memperbaiki rumah mereka. Pada akhirnya, setelah mereka pulang tidak ada ada yang dikerjakan dan kembali menjadi buruh untuk mencukupi kebutuhannya. Dan problem lain semisal pada ibunya yang sakit selanjutnya tidak bisa kembali menjadi tenaga kerja wanita diharuskan harus merawat ibunya. Akan tetapi, setelah pulang belum ada pekerjaan yang bisa mencukupi kebutuhan ekonominya. B. Fokus Pendampingan 1. Bagaimana realitas yang terjadi pada mantan tenaga kerja wanita? 2. Bagaimana proses pendampingan pada mantan tenaga kerja? C. Tujuan Pendampingan 1. Untuk mengetahui realitas yang terjadi pada mantan tenaga kerja wanita 2. Untuk mengetahui proses pendampingan pada mantan tenaga kerja wanita D. Strategi pendampingan 1. Pemetaan awal Pemetaan awal sebagai alat untuk memahami komunitas, sehingga akan mudah memahami realitas problem dan relasi sosial yang terjadi.

8 Dengan demikian, memudahkan peneliti untuk masuk kedalam komunitas baik melalui kunci masyarakat maupun komunitas akar rumput yang sudah terbangun, seperti kelompok keagamaan (yasinan, tahlilan dan lain-lain), maupun kelompok ekonomi (petani, pedagang dan lain-lain). 2. Membangun hubungan kemanusiaan Peneliti melakukan inkulturasi dan membangun kepercayaan dengan masyarakat. Sehingga terjalin hubungan yang setara dan mendukung. Inkulturasi yang dilakukan seperti melakukan pendekatan dengan cara membaur dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dengan menjaga tingkah laku dan sikap, kita senantiasa belajar langsung dari masyarakat supaya dapat memperoleh informasi yang diharapkan. Pendekatan ini menggunakan pendekatan Nondirektif. Pendekatan ini dilakukan berlandaskan asumsi bahwa masyarakat tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan apa yang baik utuk mereka. Pada pendekatan ini, pemeran utama dalam suatu perubahan adalah masyarakat itu sendiri. Dalam tahap ini masyarakat diberikan kesempatan untuk membuat analisis dan mengambil keputusan yang berguna bagi mereka sendiri. Serta mereka diberi kesempatan penuh dalam penentuan cara-cara untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Tujuan dalam pendekatan nondirektif adalah supaya masyarakat memperoleh pengalaman belajar untuk mengembangkan dirinya (masyarakat tersebut) melalui pemikiran dan tindakan yang dirumuskan

9 oleh mereka. Pendekatan ini sering disebut pendekatan yang bersifat persuasif. 5 yaitu : Ada beberapa syarat untuk mengoptimalkan pendekatan nondirektif a. Adanya sejumlah orang yang tidak puas terhadap keadaan mereka dan sepakat tentang apa sebenarnya yang menjadi kebutuhan khusus mereka. b. Masyarakat ini menyadari bahwa kebutuhan tersebut hanya akan terpenuhi bila mereka mau berusaha untuk memenuhi kebutuhan diri mereka sendiri. c. Mereka memiliki atau dapat dihubungkan dengan sumber daya yang memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini meliputi: a. mempunyai cukup pengetahuan yang dapat membantu mereka mengambil keputusan yang bijaksana mengenai apa yang harus mereka lakukan dan bagaimana cara yang terbaik untuk mencapainya. b. mempunyai sumber daya yang terkait dengan pengetahuan, keterampilan dan peralatan untuk melakukan tindakan. 6 Tahap ini merupakan tahap membaur dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dengan bersikap sewajarnya dan tidak menggurui mereka, kita bisa memperoleh informasi-informasi yang diharapkan. Tahap ini diharapkan bisa membangun hubungan yang dekat antara fasilitator dengan kelompok mantan tenaga kerja wanita. 5 Isbandi Rukminto Adi. Intervensi Komunitas dan Pengembang Masyarakat (sebagai upaya pemberdayaan masyarakat).jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012. Hal 167-168. 6 Ibid, hal 171

10 3. Pemetaan Setelah melakukan pendekatan kepada masyarakat yang ada didesa tersebut. Selanjutnya melakukan pemetaan untuk melihat keadaan dan kondisi wilayah yang mau diteliti. 4. Investigasi sosial Tahap ini merupakan kegiatan riset (penelitian) untuk mencari dan menggali akar persoalan secara sistematis dengan cara partisipatif. Organizer terlibat dalam kehidupan masyarakat langsung dari dan bersama-sama masyarakat. Pengorganisir menemukan beberapa masalah yang kemudian bersama anggota komunitas melakukan upaya klarifikasi untuk menentukan masalah apa yang paling kuat dan mendesak untuk didiskusikan bersama. 7 5. Merumuskan permasalahan Setelah melakukan pendekatan kepada masyarakat dan juga memperoleh informasi-informasi yang diharapkan. Selanjutnya merumuskan permasalahan yang terjadi didalamnya. 6. Memfasilitasi proses Salah satu fungsi paling pokok dari seorang pengorganisir, baik yang berasal dari dalam masyarakat maupun yang dari luar adalah memfasilitasi masyarakat yang diorganisirnya. Memfasilitasi dalam artian tidah hanya memfasilitasi proses-proses pelatihan atau pertemuan saja, melainkan memahami peran-peran yang dijalankannya dimasyarakat seta 7 LPM IAIN Sunan Ampel Surabaya, Modul Participatory Action Research (PAR) untuk pengorganisasian masyarakat (Community Develpoment). 2013, hal 98.

11 memiliki keterampilan teknis menjalankannya, yakni keterampilan memfasilitasi proses-proses yang membantu, memperlancar dan mempermudah masyarakat setempat supaya pada akhirnya mampu melakukan sendiri semua peran yang dijalankan seorang pengorganisir. 7. Merancang strategi Merancang dan merumuskan strategi dalam pengorganisasian masyarakat benar-benar diarahkan untuk melakukan dan mencapai perubahan sosial yang lebih besar dan lebih luas di tengah masyarakat. Merencanakan strategi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada kelompok perempuan mantan tenaga kerja wanita tersebut. Beberapa uraian langkah berikut dapat membantu dan memahami tentang perumusan strategi ke arah perubahan sosial : 1. Menganalisis keadaan. 2. Merumuskan kebutuhan dan keinginan masyarakat. 3. Menilai sumber daya dan kemampuan masyarakat. 4. Menilai kekuatan dan kelemahan masyarakat sendiri. 5. Merumuskan bentuk tindakan dan upaya yang tepat dan kreatif. 8. Pengorganisasian masyarakat Prinsip pengorganisasian masyarakat yang harus dimiliki dan dibangun dalam diri pengorganisir masyarakat meliputi : 1. Membangun etos dan komitmen. Etos dan komitmen seorang pengorganisir merupakan prinsip utama agar mampu bertahan

12 menghadapi banyak tantangan dan berhasil membawa sebuah perubahan dimasyarakat. 2. Keberpihakan dan pembebasan terhadap kaum lemah. 3. Berbaur dan terlibat dalam kehidupan masyarakat. 4. Belajar bersama masyarakat, merencanakan bersama, dan membangun dengan apa yang masyarakat punya. 5. Kemandirian. Kemandirian merupakan prinsip yang dipegang baik dalam sikap politik, budaya dan dalam memenuhi kebutuhan dan sumber-sumber yang ada. 6. Berkelanjutan. Setiap kegiatan pengorganisasian diharapkan sebagai suatu yang terus menerus dilakukan. 7. Keterbukaan. Dengan prinsip ini, setiap anggota komunitas dirancang untuk mengetahui masala-masalah yang akan dilakukan dan sedang dihadapi oleh komunitas. 8 8. Partisipasi. Oleh karena itu, masyarakat didampingi oleh peneliti supaya dapat membangun pranata-pranata sosial. Baik dalam bentuk kelompokkelompok kerja, maupun lembaga-lembaga masyarakat yang secara nyata bergerak memecahkan problem sosialnya secara simultan. 9. Melancarkan Aksi atau Proses Pendampingan Setelah tersusun perencanaan yang matang berupa rancangan isu-isu strategis, langkah selanjutnya adalah pengorganisasian masyarakat untuk 8 LPM IAIN Sunan Ampel Surabaya, Modul Participatory Action Research (PAR) untuk pengorganisasian masyarakat (Community Develpoment). 2013, hal 95.

13 melakukan aksi bersama yang memungkinkan keterlibatan masyarakat sebesar-besarnya dalam penyelesaian masalah mereka sendiri. Dalam pengerahan aksi ini, kata kuncinya adalah partisipasi masyarakat. Oleh karena itu, seorang fasilitator dikatakan berberhasil jika mampu mendorong dan membiarkan mereka menjadi dominan, untuk menentukan lebih banyak agenda, dan untuk mengumpulkan, mengungkapkan, menganalisis informasi serta membuat rencana. Proses ini diawali dari penenttuan akan isu-isu strategis yang matang untuk membahas masalah dan bagaimana aksi penyelesaiannya melalui diskusi-diskusi dan pertemuan bersama masyarakat. Pendampingan ini bertujuan untuk mendampingi kelompok mantan tenaga kerja wanita untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya. 10. Refleksi Refleksi ini digunakan untuk mengetahui hasil dari aksi yang sudah dilakukan pada kelompok perempuan mantan tenaga kerja wanita tersebut. E. Analisis Stakeholder Untuk melakukan suatu pendampingan kita memerlukan dukungandukungan dari lingkungan sekitar.baik itu dari masyarakat sendiri maupun dari pemerintah yang berhubungan dengan pendampingan kita. Sebelum melakukan, pendampingan kita harus memiliki rancangan awal dan menentukan pihak mana yang kita butuhkan untuk melancarkan kegiatan.

14 Tokoh masyarakat : tokoh masyarakat ini merupakan salah satu pihak yang dapat melancarkan kegiatan tersebut. Karena, kita mengetahui informasi-informasi dan permasalahan yang terjadi dari masyarakat yang ada disekitar. Mantan perempuan tenaga kerja wanita : ini merupakan pihak yang dapat melancarkan kegiatan tersebut. Karena kita mengetahui informasi informasi kondisi dan permasalahan mereka sewaktu menjadi tenaga kerja wanita. Perangkat Desa : ini merupakan piak yang melancarkan suatu kegiatan. Karena sudah mengizinkan untuk melakukan pendampingan pada mantan-mantan tenaga kerja wanita di Desa Pancur. F. Kerangka Teoritik 1. Kesejahteraan Sosial Krisis legitimasi negara kesejahteraan sebagian disebabkan oleh krisis sumber daya atau fiskal. Sementara pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan pada tingkat-tingkat tinggi, pengeluaran sosial yang ditingkatkan dan perluasan layanan negara kesejahteraan adalah suatu kemungkinan yang nyata. Ketidaksanggupan pemerintah dibanyak negara untuk menangani krisis kesejahteraan ini dengan jelas diilustrasikan oleh apa yang disahkan untuk inisiatif kebijakan-kebijakan sosial. 9 9 Jim Ife, community Development, (Yogyakarta. Pustaka Pelajar, 2008) hal 5 dan 7

15 Kesejahteraan sosial pada dasarnya merupakan suatu bidang atau lapangan usaha praktek pekerjaan sosial.ini nenunjukkan bahwa kesejahteraan sosial mengandung arti yang luas, meliputi pekerjaan sosial, program-program dan kegiatan sosial lainnya dalam bidang kehidupan manusia. Konsepnya sebagai suatu program yang berhubungan dengan berbagai upaya yang terorganisir dan sistematis yang dilengkapi dengan berbagai keterampilan ilmiah. Oleh karena itu, lapangan kesejahteraan sosial melibatkan serta mencakup berbagai fungsi dari beberapa keahlian dan profesi dalam bidang pelayanan terhadap manusia, seperti ekonomi, sosiologi, psikologi, pekerja sosial dan lain-lain. 10 Kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem memiliki tujuan sebagai berikut: a. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera, misalnya sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan relasi-relasi sosial yang baik dengan lingkungannya. b. Untuk mencapai penyesuaian diri baik kepada masyarakat maupun lingkungannya. Fungsinya untuk menghilangkan atau mengurangi tekanan-tekanan yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan sosial ekonomi dan menghindarkan terjadinya konsekuensi sosial yang negativ terhadap 10 M. Fadhil nurdin, Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial, (Bandung: Angkasa, 1990) hal 9

16 pembangunan serta menciptakan kondisi-kondisi yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. 11 Selain itu, kesejahteraan juga mencakup berbagai tindakan yang dilakukan masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Taraf kehidupan yang lebih baik ini tidak diukur secara ekonomi dan fisik juga. Akan tetapi juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental dan segi kehidupan spiritual. Kata kesejahteraan ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, antara lain : a. Kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan (kondisi). Sebagai suatu keadaan atau kondisi kehidupan masyarakat antara lain kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan atau kondisi di mana tercipta tatanan atau tata kehidupan yang baik (memadai) dalam masyarakat. Dan bukan sekedar kemakmuran pada kehidupan material. Akan tetapi juga dalam aspek spiritual dan sosial. Misalnya pada aspek kehidupan ini dilakukan dengan tidak menempatkan satu aspek lebih penting dari pada yang lainnya. Akan tetapi lebih mencoba melihat pada upaya mendapatkan titik keseimbangan. Titik keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan antara aspek jasmaniah dan rohaniah ataupun aspek materil dan spiritual serta aspek sosial di mana seorang individu maupun keluarga akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya. 11 Ibid, hal 32-34

17 b. Kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan. Pengertian kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan dapat terlihat antara lain dari definisi yang dikembangkan oleh Friedlander, menurutnya kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisir dari berbagai institusi dan usaha-usaha kesejahteraan sosial yang dirancang guna membantu individu ataupun kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan. Meskipun tidak secara eksplisit menyatakan kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan, pengertian yang dikemukakan oleh Friedlander di atas sekurang-kurangnya menggambarkan kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem pelayanan (kegiatan) yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Meskipun dalam pengertian yang dikemukakannya secara ekplisit menyatakan bahwa target dari kegiatan tersebut adalah individu atau kelompok. Akan tetapi, dalam arti luas Friedlander juga melihat masyarakat sebagai suatu totalitas. 12 c. Kesejahteraan sosial sebagai suatu ilmu. Ada berbagai definisi yang dapat dikembangkan dalam upaya menggambarkan kejahteraan sosial sebagai suatu ilmu. Dua diantaranya yaitu: a) Ilmu kesejahteraan sosial yaitu suatu ilmu yang mencoba mengembangkan pemikiran, strategi dan teknik untuk 12 Isbandi Rukminto Adi. Intervensi Komunitas dan Pengembang Masyarakat (sebagai upaya pemberdayaan masyarakat).jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012. Hal 35-37.

18 meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat baik di level mikro, mezzo maupun makro. b) Ilmu kesejateraan sosial adalah ilmu terapan yang mengkaji dan mengembangkan kerangka pemikiran serta metodologi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup (kondisi) masyarakat, antara lain melalui pengelolaan masalah sosial, pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dan pemaksimalan kesempatan anggota masyarakat untuk berkembang. Dari berbagai definisi tersebut terlihat bahwa ilmu kesejahteraan sosial adalah ilmu yang bersifat terapan, karena itu kajiannya sangat terkait dengan suatu intervansi sosial (perubahan sosial terencana) yang dilakukan oleh pelaku perubahan terhadap berbagai sasaran perubahan yang terdiri dari individu, keluarga dan kelompok kecil, komunitas dan organisasi serta masyarakat yang lebih luas. 2. Pembangunan sosial Pembangunan sosial sebagai salah satu pendekatan dalam pembangunan. Pada awal perkembangannya, sering kali dipertentangkan dengan pembangunan ekonomi. Hal ini terkait dengan pemahaman banyak orang yang menggunakan istilah pembangunan yang dikonotasikan sebagai perubahan ekonomi yang diakibatkan oleh adanya industrialisasi. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, pembangunan yang terlalu difokuskan pada pembangunan ekonomi justru tidak jarang meningkatkan kesenjangan ekonomi antara mereka yang kaya dan miskin. Sehingga

19 ketika, pembangunan ekonomi menunjukkan pertumbuhan yang baik, ternyata angka kesenjangan pendapat si kaya dan miskin menjadi meningkat. Midgley melihat bahwa pertumbuhan ekonomi yang tidak diikuti dengan mengecilnya jurang si kaya dan miskin merupakan suatu proses pembangunan yang terdistorsi. Sehingga perlu dilakukan pendekatan lain yang dapat mengurangi kesenjangan tersebut. Pembangunan sosial merupakan pendekatan alternatif yang dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara konvensional, Midgley melihat ada tiga pendekatan untuk mempromosikan kesejahteraan sosial, salah satunya adalah pendekatan pekerjaan sosial yang mengandalkan pada tenaga profesional untuk mencapai tujuan kesejahteraan sosial dengan melakukan intervensi pada individu, kelompok maupun komunitas. Sebagai penjelasan dari definisi ini Midgley mengajukan beberapa aspek yang perlu diperhatikan: a. Proses pembangunan sosial tidak terlepas dari pembangunan ekonomi. b. Pembangunan sosial mempunyai fokus yang interdisipliner yang diambil dari berbagai jenis ilmu sosial. c. Dalam konsep pembangunan sosial tergambar adanya suatu proses yang dinamis. Dinamika dalam perubahan sosial ini menggambarkan adanya interaksi antara pelaku perubahan dengan sasaran perubahan, serta menggambarkan adanya interaksi internal di dalam masyarakat. Pada aspek ini di dalamnya dinyatakan secara eksplisit akan adanya

20 unsur perubahan dan pertumbuhan yang terjadi dalam suatu masyarakat. d. Proses perubahan yang terdapat dalam pendekatan pembangunan sosial pada dasarnya bersifat progresif. Aspek ini menunjukkan bahwa perubahan yang dirancang dalam pendekatan pembangunan sosial ini secara bertahap tapi terencana, dengan pasti akan menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik. e. Tujuan pembangunan sosial diusahakan untuk dicapai melalui beberapa strategi. Strategi ini baik secara langsung maupun tidak langsung akan menghubungkan intervensi sosial dengan upaya-upaya pembangunan ekonomi. Meskipun keduanya didasari dengan keyakinan dan ideologi yang berbeda. f. Tujuan dari pembangunan sosial adalah pengembangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan sosial yang dimaksud oleh Midgley adalah kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi sosial dan bukan sekedar kegiatan amal ataupun bantuan sosial yang diberikan oleh pemerintah. Sebagai suatu kondisi (keadaan). Kesejahteraan dapat dilihat dari tiga unsur utamanya, yaitu a. Tingkatan derajat sampai dimana permasalahan sosial yang ada di masyarakat dapat dikelola. b. Sampai seberapa banyak kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. c. Sampai seberapa besar kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup dapat diperluas pada berbagai lapisan masyarakat.

21 Dalam kaitan dengan strategi pembangunan sosial yang dapat diterapkan dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, Midgley mengemukakan tiga strategi besar, salah satunya adalah pembangunan sosial melalui komunitas. Di mana kelompok masyarakat secara bersamasama berupaya mengembangkan komunitas lokalnya. 13 13 Isbandi Rukminto Adi. Intervensi Komunitas dan Pengembang Masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat.( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2012). Hal 41-43.