BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu persyaratan ruangan yang baik adalah ruangan yang memiliki

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC

BAB III PERHITUNGAN. Tugas Akhir

Universitas Mercu Buana 49

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

BAB IV ANALISA DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

LAMPIRAN I. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B

LAMPIRAN. = transmitansi termal fenestrasi (W/m 2.K) = beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian dalam (diambil

BAB IV. HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

TUGAS AKHIR ANALISA THERMAL ROOFING MENGGUNAKAN VARIASI MATERIAL ATAP DAN WARNA MATERIAL ATAP PADA SUDUT 45 KE ARAH TIMUR

BAB III ANALISA DAN PENGHITUNGAN DATA

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip

PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH)

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA BEBAN KALOR PADA RUANGAN SERVER SEBUAH GEDUNG PERKANTORAN

BAB III PERANCANGAN.

Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar

Perbandingan Perhitungan OTTV dan RETV Gedung Residensial Apartement.

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

Perbandingan Perhitungan OTTV dan ETTV Gedung Komersial - Kantor

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

BAB II PENERAPAN HUKUM THERMODINAMIKA

9/17/ KALOR 1

Analisa performansi kolektor surya pelat bergelombang dengan variasi kecepatan udara

PENDEKATAN TEORITIS. Gambar 2 Sudut datang radiasi matahari pada permukaan horizontal (Lunde, 1980)

RANCANG BANGUN ALAT PENGONDISI TEMPERATUR AIR PADA BUDI DAYA UDANG CRYSTAL RED

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA KOLEKTOR PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN TURBULENCE ENHANCER

Soal Dan Pembahasan Suhu Dan Kalor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB II LANDASAN TEORI

Suhu dan kalor NAMA: ARIEF NURRAHMAN KELAS X5

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

P I N D A H P A N A S PENDAHULUAN

Kinerja Material Bata Kapur terhadap Kenyamanan Termal Rumah Tinggal di Kabupaten Tuban

BAB III PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN. Perhitungan beban pendinginan office PT. XX yang berlokasi di Jakarta

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

LAPORAN TUGAS MENGHITUNG NILAI OTTV DI LABTEK IXC

Konduksi Mantap Satu Dimensi (lanjutan) Shinta Rosalia Dewi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. RUMAH TINGGAL PERUMAHAN YANG MENGGUNAKAN PENUTUP ATAP MATERIAL GENTENG CISANGKAN

1 By The Nest We do you. Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Hotel Sapadia Siantar. Hotel Danau Toba International Medan. Rumah Sakit Columbia Asia Medan

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

BAB V KESIMPULAN UMUM

ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA PEMANAS AIR TENAGA SURYA TIPE PLAT DATAR DENGAN SISTEM SINGLE DAN DOUBLE CUTOFF

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) G-184

PERHI TUNGAN BEBAN PENDI NGI N PADA RUANG LABORATORI UM KOMPUTER PAPSI - I TS

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

STUDI EVALUASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KAMPUS BUKIT JIMBARAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan

PENGARUH BENTUK DAN OPTIMASI LUASAN PERMUKAAN PELAT PENYERAP TERHADAP EFISIENSI SOLAR WATER HEATER ABSTRAK

benar kering. Kandungan uap air dalam udara pada untuk suatu keperluan harus dibuang atau malah ditambahkan. Pada bagan psikometrik ada dua hal yang p

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Dan Letak Ruangan Server. Lampiran Kondisi ruang server

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARYA AKHIR PERANCANGAN MODEL ALAT PENGERING KUNYIT

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA

Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Model Aliran Panas

KAJIAN ANALISA PROSES DISTILASI AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH (UNTUK KONSUMSI) LOKASI BELAWAN

PEMBUATAN ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS BAHAN PADAT UNTUK MEDIA PRAKTEK PEMBELAJARAN KEILMUAN FISIKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Latar Belakang Kualitas ikan buruk pada saat sampai di tempat pelelangan, sehingga harga jual rendah, Kapal-kapal kecil yang di operasikan oleh nelaya

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

Studi Konduktivitas Panas pada Papan Partikel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Radiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam

BAB II LANDASAN TEORI

NOTE : PERHITUNGAN OTTV HANYA DIBERLAKUKAN UNTUK AREA SELUBUNG BANGUNAN DARI RUANG YANG DIKONDISIKAN (AC).

Pengantar Sistem Tata Udara

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

Transkripsi:

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1. Perhitungan Total Beban Kalor Dalam Ruangan Dalam bahasan ini total beban kalor tersimpan dalam ruangan adalah penjumlahan dari tambahan panas dari transmisi radiasi matahari melalui jendela kaca (kcal/h) ditambah dengan beban transmisi kalor melalui jendela kaca (kcal/h). 4.1.1. Tambahan Panas Dari Radiasi Matahari Melalui Jendela Kaca Data-data yang diperlukan untuk menghitung tambahan panas dari transmisi radiasi matahari melalui jendela kaca adalah : 1. Data luas jendela Cara termudah menghitung luas jendela yang digunakan untuk sebuah ruangan adalah 1/6 1/8 x luas lantai, dengan demikian luas jendela dapat diasumsikan sebesar 4 m 2 23

2. Jumlah radiasi matahari Jumlah radiasi matahari rata-rata tiap jamnya diasumsikan sebesar 50 kcal/m 2 jam 3. Faktor transmisi Dari tabel faktor transmisi yang diperlihatkan dalam Bab II dapat ditetapkan nilai faktor transmisi untuk kaca biasa tanpa penutup adalah 0,95 4. Faktor bayangan Dari table faktor bayangan yang diperlihatkan dalam Bab II dapat ditetapkan nilai faktor bayangan untuk single glass (regular sheet) adalah 0,64 Tambahan panas dari transmisi radiasi matahari melalui jendela kaca dapat dihitung sebagai berikut : Luas jendela (m²) x Jumlah radiasi matahari (kcal/m h) x faktor transmisi x faktor bayangan. = 4 x 50 x 0,95 x 0,64 = 121,6 kcal/h 4.1.2. Beban Transmisi Kalor Melalui Jendela Kaca Data-data yang diperlukan untuk menghitung beban transmisi kalor melalui jendela kaca adalah : 24

1. Data luas jendela 2. Koefisien transmisi kalor melalui jendela kaca Dari table koefisien transmisi kalor melalui jendela kaca yang diperlihatkan dalam Bab II dapat ditetapkan nilai koefisien transmisi kalor melalui jendela kaca adalah 5,5 kcal/m² jam. 3. Selisih temperatur interior dengan eksterior Nilai selisih yang di maksud adalah selisih dari temperatur luar ruangan dengan temperatur di dalam ruangan. Nilai temperatur ruangan dalam bahasan ini merupakan variable terikat (karena merupakan nilai temperatur yang ingin dipertahankan) yang telah ditetapkan nilainya sebesar 23 C. Sementara nilai temperatur luar ruangan merupakan variable bebas, dalam bahasan ini penulis menetapkan 3 (tiga) nilai temperatur yang berbeda sebagai variable bebas dengan pembagian waktu dan temperatur sebagai berikut : 1) Antara pukul 08.00 10.30 disebut sebagai pagi, temperatur dinyatakan sebagai T 1 = 26 C 2) Antara pukul 10.30 13.30 disebut sebagai siang, temperatur dinyatakan sebagai T 2 = 32 C 3) Antara pukul 13.30 16.00 disebut sebagai sore, temperatur dinyatakan sebagai T 3 = 28 C Dengan demikian maka diperoleh 3 (tiga) nilai selisih temperatur interior dengan eksterior yang berbeda : Δ T 1 = 26 C - 23 C = 3 C 25

Δ T 2 = 32 C - 23 C = 9 C Δ T3 = 28 C - 23 C = 5 C Selanjutnya beban transmisi kalor melalui jendela kaca dapat dihitung sebagai berikut : Luas jendela (m²) x koefisien transmisi kalor melalui kaca (kcal/m² h C) x selisih temperatur interior dengan eksterior ( C). 1) Menggunakan ΔT 1 = 4 x 5,5 x 3 = 66 kcal/h................ (1) 2) Menggunakan ΔT 2 = 4 x 5,5 x 9 = 198 kcal/h................ (2) 3) Menggunakan ΔT 3 = 4 x 5,5 x 5 = 110 kcal/h................ (3) Dalam tabel, hasil perhitungan di atas diperlihatkan sebagai berikut : A Tabel 4.1 Beban Transmisi Kalor Melalalui Jendela Kaca Koefisien transmisi kalor melalui jendela kaca ΔT Beban transmisi kalor melalui jendela kaca 4 5.5 3 66 4 5.5 9 198 4 5.5 5 110 26

Setelah nilai tambahan panas dari transmisi radiasi matahari melalui jendela kaca dan nilai beban transmisi kalor melalui jendela kaca diketahui maka dapat diperoleh nilai total beban kalor tersimpan dari ruangan. total beban kalor tersimpan dari ruangan = tambahan panas dari transmisi radiasi matahari melalui jendela kaca + beban transmisi kalor melalui jendela kaca (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7) 1. Perhitungan total dengan menggunakan nilai beban transmisi kalor melalui jendela kaca (1) = 121,6 + 66 = 187,6 kcal/h........... (q 1 ) 2. Perhitungan total dengan menggunakan nilai beban transmisi kalor melalui jendela kaca (2) = 121,6 + 198 = 319,6 kcal/h........... (q 2 ) 3. Perhitungan total dengan menggunakan nilai beban transmisi kalor melalui jendela kaca (3) = 121,6 + 110 = 231,6 kcal/h........... (q 3 ) 27

Dalam tabel, hasil perhitungan di atas diperlihatkan sebagai berikut : Tabel 4.2 Total Beban Kalor Melalalui Jendela Kaca Tambahan panas daari transmisi radiasi matahari melalui jendela kaca Beban transmisi kalor melalui jendela kaca Total beban kalor tersimpan dari ruangan 121.6 66 q1 187.6 121.6 198 q2 319.6 121.6 110 q3 231.6 4.2. Menghitung Nilai Konduktivitas Thermal (k) Untuk Masing-masing Ketebalan Kaca Dalam bahasan ini seperti yang telah ditetapkan dalam Bab II, kaca yang digunakan adalah kaca bening biasa bentuk lembaran dengan 7 (tujuh) ketebalan yang berbeda, yakni 3 mm, 5 mm, 8 mm dan 10 mm dan 13 mm, 15mm dan 19mm. Perhitungan nilai konduktivitas thermal (k) kaca adalah dengan menggunakan rumus perhitungan perpindahan panas secara konduksi : 28

Dalam perhitungan ini nilai negatif dalam rumus diabaikan. Untuk mencari nilai k maka 1) Menghitung Nilai Konduktivitas Thermal (k) Untuk Ketebalan Kaca 3 mm Menggunakan rumus perpindahan panas secara konduksi di atas, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai (k) untuk ketebalan kaca 3 mm (0,003 m) : 1) k 1 0.047 (w/m C) 2) k 2 0.027 (w/m C) 3) k3 0.035 (w/m C) 29

Dalam tabel, hasil perhitungan di atas diperlihatkan sebagai berikut : Tabel 4.3 Kondutivitas Thermal Untuk Ketebalan kaca 3 mm q dx A dt k 1 187.6 0.003 4 3 0.047 2 319.6 0.003 4 9 0.027 3 231.6 0.003 4 5 0.035 2) Menghitung Nilai Konduktivitas Thermal (k) Untuk Ketebalan Kaca 5 mm Menggunakan rumus perpindahan panas secara konduksi di atas, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai (k) untuk ketebalan kaca 5 mm (0,005 m) : 1) k 4 0.078 (w/m C) 2) k 5 0.044 (w/m C) 3) k6 0.058 (w/m C) 30

Dalam tabel, hasil perhitungan di atas diperlihatkan sebagai berikut : Tabel 4.4 Kondutivitas Thermal Untuk Ketebalan kaca 5 mm q dx A dt k 1 187.6 0.005 4 3 0.078 2 319.6 0.005 4 9 0.044 3 231.6 0.005 4 5 0.058 3) Menghitung Nilai Konduktivitas Thermal (k) Untuk Ketebalan Kaca 8 mm Menggunakan rumus perpindahan panas secara konduksi di atas, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai (k) untuk ketebalan kaca 8 mm (0,008 m) : 1) k 7 0.125 (w/m C) 2) k 8 0.071 (w/m C) 3) k9 0.093 (w/m C) 31

Dalam tabel, hasil perhitungan di atas diperlihatkan sebagai berikut : Tabel 4.5 Kondutivitas Thermal Untuk Ketebalan kaca 8 mm q dx A dt k 1 187.6 0.008 4 3 0.125 2 319.6 0.008 4 9 0.071 3 231.6 0.008 4 5 0.093 4) Menghitung Nilai Konduktivitas Thermal (k) Untuk Ketebalan Kaca 10 mm Menggunakan rumus perpindahan panas secara konduksi di atas, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai (k) untuk ketebalan kaca 10 mm (0,01 m) : 1) k 10 0.156 (w/m C) 2) k 11 0.089 (w/m C) 3) k12 0.016 (w/m C) 32

Dalam tabel, hasil perhitungan di atas diperlihatkan sebagai berikut : Tabel 4.6 Kondutivitas Thermal Untuk Ketebalan kaca 10 mm q dx A dt k 1 187.6 0.01 4 3 0.156 2 319.6 0.01 4 9 0.089 3 231.6 0.01 4 5 0.116 5) Menghitung Nilai Konduktivitas Thermal (k) Untuk Ketebalan Kaca 13 mm Menggunakan rumus perpindahan panas secara konduksi di atas, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai (k) untuk ketebalan kaca 13 mm (0,013 m) : 1) k 13 0.203 (w/m C) 2) k 14 0.115 (w/m C) 3) k15 0.151 (w/m C) 33

Dalam tabel, hasil perhitungan di atas diperlihatkan sebagai berikut : Tabel 4.7 Kondutivitas Thermal Untuk Ketebalan kaca 13 mm q dx A dt k 1 187.6 0.013 4 3 0.203 2 319.6 0.013 4 9 0.115 3 231.6 0.013 4 5 0.151 6) Menghitung Nilai Konduktivitas Thermal (k) Untuk Ketebalan Kaca 15 mm Menggunakan rumus perpindahan panas secara konduksi di atas, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai (k) untuk ketebalan kaca 15 mm (0,015 m) : 1) k 16 0.235 (w/m C) 2) k 17 0.133 (w/m C) 3) k18 0.174 (w/m C) 34

Dalam tabel, hasil perhitungan di atas diperlihatkan sebagai berikut : Tabel 4.8 Kondutivitas Thermal Untuk Ketebalan kaca 15 mm q dx A dt k 1 187.6 0.015 4 3 0.235 2 319.6 0.015 4 9 0.133 3 231.6 0.015 4 5 0.174 7) Menghitung Nilai Konduktivitas Thermal (k) Untuk Ketebalan Kaca 19 mm Menggunakan rumus perpindahan panas secara konduksi di atas, dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai (k) untuk ketebalan kaca 19 mm (0,019 m) : 4) k 19 0.297 (w/m C) 5) k 20 0.169 (w/m C) 6) k21 0.220 (w/m C) 35

Dalam tabel, hasil perhitungan di atas diperlihatkan sebagai berikut : Tabel 4.9 Kondutivitas Thermal Untuk Ketebalan kaca 19 mm q dx A dt k 1 187.6 0.019 4 3 0.297 2 319.6 0.019 4 9 0.169 3 231.6 0.019 4 5 0.220 36

4.3. Hubungan Ketebalan Kaca Dengan Nilai Konduktivitas Thermal Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Bab I dalam rumusan masalah ataupun batasan masalah, penelitian ini mencoba mencari hubungan antara ukuran ketebalan kaca dengan nilai konduktivitas thermal (k) kaca. Dalam tabel, seluruh nilai-nilai konduktivitas thermal yang diperoleh dari perhitungan-perhitungan di atas diperlihatkan sebagai berikut : Tabel 4.10 Kondutivitas Thermal Untuk 7 (tujuh) Ketebalan Kaca Dengan Temperatur Dalam 23 C Tebal Kaca k, dengan temperature luar : 26 C 28 C 32 C dx1 3 mm 0.047 0.035 0.027 dx2 5 mm 0.078 0.058 0.044 dx3 8 mm 0.125 0.093 0.071 dx4 10 mm 0.156 0.116 0.089 dx5 13 mm 0.203 0.151 0.115 dx6 15 mm 0.235 0.174 0.133 dx7 19 mm 0.297 0.220 0.169 37

Kemudian dari tabel tersebut di atas, dapat diperlihatkan hubungannya dalam bentuk grafik sebagai berikut : k 0.25 0.2 0.15 0.1 q 1 Series1 Series2 q 2 Series3 q 3 0.05 0 3 mm 5 mm 8 mm 10 mm 13 mm 15 mm dx Gambar 3.1 Grafik Hubungan Ketebalan kaca dengan Nilai Kondutivitas Thermal (k) Kaca 38

4.4. Analisa Data Dari grafik diatas, dapat dinyatakan beberapa hasil analisa data sebagai berikut : 1) Grafik di atas menunjukkan bahwa semakin tebal kaca maka semakin besar nilai konduktivitas thermal nya (k). 2) Grafik di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur maka semakin kecil nilai konduktivitas thermal nya (k). 39