BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelamatkan pasien. Untuk menjalankan tujuannya ini, rumah sakit terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. konsumen atas suatu produk (Bustami, 2011). Dalam pelayanan kesehatan, mutu pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Kemitraan Antara Pasien dan Dokter. Indah Suksmaningsih Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)

BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun. terhadap pasiennya (UU No 44 Tahun 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan investasi esensial bangsa yang secara signifikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan

PENDAHULUAN. Sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

Pasien dan Masyarakat sebagai Mitra Menuju Rumah Sakit Berstandar Internasional

KASYFI HARTATI Disampaikan pada ASM 2014

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) adalah sistem dimana Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

Komunikasi penting dalam mendukung keselamatan pasien. Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antarperawat dan tim kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terfragmentasi dan kebutuhan kesehatan masyarakat tidak terpenuhi. Tenaga

repository.unimus.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. keras mengembangkan pelayanan yang mengadopsi berbagai. perkembangan dan teknologi tersebut dengan segala konsekuensinya.

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) menjadi suatu prioritas utama dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization

PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER)

PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety),

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan cukup pesat seiring di tertibkannya berbagai peraturan

BAB I PENDAHULUAN. bisa didapatkan di rumah sakit. Hal ini menjadikan rumah sakit sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya, serta beberapa perilaku lain yang merupakan sifat-sifat kemanusiaan

Winarni, S. Kep., Ns. MKM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, semakin besar pula tuntutan layanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, padat karya, padat profesi, padat sistem, padat mutu dan padat risiko,

BAB 1. bagi semua bangsa Indonesia. Pandangan pencapaian kesehatan bagi semua ini sering

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. isu yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit, yaitu: keselamatan pasien,

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

kedokteran keluarga, salah satunya adalah patient centered care. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan medis. Keberadaan sebuah rumah sakit harus mampu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penderita gangguan jiwa di dunia pada tahun 2001 adalah 450 juta jiwa, menurut

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sama beratnya untuk diimplementasikan (Vincent, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keselamatan pasien merupakan salah satu dari sekian banyak persoalan

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa diperkirakan pasien rawat inap per tahun

PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS. xxx NOMOR : 17/PER/2013 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN MEDIS. DIREKTUR UTAMA RS. xxx

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN orang meninggal pertahun akibat medication error. Medication error

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sejak dua dekade yang lalu (Wynia et al., 1999). Banyak hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan setiap upaya yang diselenggarakan secara

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu hal yang mendapat perhatian penting adalah masalah konsep keselamatan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986) adalah suatu proses yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. World Health Organization (WHO) telah mencanangkan World

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan ( safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Pasal 43

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of

KEPUASAN PASIEN DITINJAU DARI ORIENTASI KOMUNIKASI DOKTER. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

BAB I PENDAHULUAN. satu yang harus diperhatikan oleh pihak rumah sakit yaitu sistem keselamatan

mendapatkan 5,7% KTD, 50% diantaranya berhubungan dengan prosedur operasi (Zegers et al., 2009). Penelitian oleh (Wilson et al.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu hak dasar manusia. Hal ini tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. mampu melaksanakan fungsi manajemen keperawatan (Sitorus, R & Panjaitan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang

Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi atau Healthcare Associated Infections (HAIs) di rumah

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi aktif pasien dalam pelayanan kesehatan telah diakui secara internasional sebagai kunci utama dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan demi tercapainya patient centered healthcare. Hal ini didukung oleh World Health Organization (WHO) yang menekankan pentingnya peranan pasien dan keluarga dalam pengembangan pelayanan kesehatan yang lebih baik (WHO, 2005 cit. Longtin et al., 2010). United Kingdom s Department of Health (2005) turut menyatakan bahwa pasien yang dimotivasi agar berpartisipasi aktif mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mencapai hasil klinis yang lebih baik. Sir Derek Wanless di dalam laporannya mengenai pelayanan kesehatan di Inggris, Securing Our Future Health: Taking A Long Term View (2002), menuliskan bahwa dengan memberikan pilihan kepada pasien, menempatkan pasien pada posisi kontrol, dan membantu mereka untuk sepenuhnya terlibat dalam pelayanan kesehatan akan menghasilkan kualitas yang baik dengan biaya pelayanan lebih efektif dan efisien. Institute of Medicine (IOM) (1999) juga menegaskan bahwa pasien adalah sumber daya yang belum sepenuhnya dimanfaatkan dalam pengembangan pelayanan kesehatan. IOM menggarisbawahi pentingnya informasi dan edukasi pasien untuk menunjang hal tersebut. Partisipasi pasien adalah suatu interaksi atau rangkaian interaksi antara pasien dengan sistem pelayanan kesehatan atau tenaga kesehatan profesional, di mana di dalamnya pasien secara aktif memberikan informasi untuk membantu penegakan diagnosa dan pemecahan masalah, berbagi pandangan dan prioritas untuk pengobatan atau tata laksana penyakit, mengajukan pertanyaan dan/atau ikut menyumbangkan saran untuk mengidentifikasi pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan prioritasnya (Haywood et al., 2006 cit. Protheroe et al., 2010). Di dalam suatu pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada konsumen, terdapat 1

2 tujuh bentuk partisipasi aktif pasien yang dapat diberdayakan, yaitu peningkatan pengetahuan kesehatan, pengambilan keputusan medis bersama, peningkatan perawatan diri, pengembangan keselamatan pasien, peningkatan akses sarana kesehatan, perbaikan pelayanan kesehatan, dan pengembangan jasa pelayanan (Coulter & Ellins, 2006). Di dalam konsep partisipasi pasien ini terdapat suatu esensi yang mendefinisikan kembali peran seorang pasien. Ditinjau dari sisi sejarah pada berbagai suku bangsa, hubungan antara pasien dengan penyedia layanan kesehatan mengikuti suatu pola paternal, dan pasien hanya berperan pasif dalam proses penyembuhannya (Emanuel & Emanuel, 1992 cit. Longtin et al., 2010). Banyak peneliti yang berpendapat bahwa persepsi ini telah menyebabkan minimnya peran pasien dalam suatu interaksi dokter-pasien. Situasi ini mulai berubah sejak tahun 1995 dengan munculnya penelitian-penelitian yang mendukung partisipasi pasien secara aktif sekaligus menyatakan pasien sebagai pihak yang mempunyai peran besar dalam suatu interaksi medis (Street, 2003a cit. Gascoigne & Watson, 2009). Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan tersebut adalah pengaruh pandangan humanis yang menyatakan bahwa setiap individu pada dasarnya mempunyai keinginan dan hak untuk menentukan pilihannya sendiri (Gillon, 1994 cit. Longtin et al., 2010). Selain itu konsep konsumerisme juga turut berperan (Kizer, 2001 cit. Longtin et al., 2010). Seperti halnya konsumen di bidang industri jasa lainnya, seperti pariwisata, perhotelan, asuransi, dan konsultan, pasien juga menginginkan suatu pelayanan yang berkualitas (Coulter & Ellins, 2006). Dengan paradigma ini, pasien akan mengevaluasi pelayanan yang diberikan dan memberikan kritik serta saran yang berguna untuk dalam pengembangan sistem pelayanan kesehatan. Hasil penelitian di beberapa negara menunjukkan kecenderungan keinginan pasien untuk berpartisipasi aktif dalam penanganan medisnya. Di Amerika, hasil survei umum menunjukkan bahwa pasien ingin diberikan pilihan dan ditanyakan pendapatnya mengenai penanganan medis yang akan dilakukan (Levinson et al, 2005 cit. Longtin et al. 2010). Jepang dengan budaya paternalisme yang kuat, termasuk dalam hubungan pasien-dokter, ternyata saat ini memiliki preferensi lain

3 mengenai keterlibatan pasien dalam penanganan medisnya. Penelitian Sekimoto et al (2004) cit. Watanabe et al. (2008) menunjukkan bahwa sebanyak 83% pasien menginginkan partsipasi aktif/kolaboratif. Di Indonesia, penelitian Wicaksono (2009) mengenai keinginan pasien untuk terlibat dalam program patient safety, menunjukkan bahwa pasien memiliki keinginan untuk mengajukan pertanyaan yang bersifat faktual dan melaporkan kesalahan. Saat ini di Indonesia, pasien sudah mulai aktif dalam mengemukakan keinginan dan keluhannya melalui berbagai media. Bila merasa keluhannya tidak ditanggapi, pasien juga lebih proaktif untuk menggunakan jalur hukum. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya pelaporan kasus kelalaian medik yang diterima Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) pada tahun 2010 apabila dibandingkan dengan tahun 2009. Kasus kelalaian medik paling banyak terjadi di antaranya pada tindakan pembedahan, masalah kebidanan dan kandungan, serta penyakit anak (Effendi, 2010). Kondisi ini sebenarnya dapat diminimalkan apabila pelayanan kesehatan berperan lebih aktif dalam meningkatkan partisipasi pasien. Terdapat beberapa penelitian yang menunjang hal tersebut seperti penelitian Levinson et al. (1997) cit. Gascoigne & Watson (2009) yang menunjukkan bahwa peningkatan partisipasi pasien akan menyebabkan menurunnya kemungkinan timbulnya tuntutan hukum. Dari sisi profesionalitas dokter, penelitian Hogg (1999) cit. Howe (2006) menunjukkan bahwa partisipasi pasien akan meningkatkan ketelitian dan kecermatan dokter dalam menangani pasien. Selain itu partisipasi pasien juga terbukti mempunyai pengaruh dalam peningkatan kompetensi klinis dokter (Colliveret al., 1999 cit. Gascoigne & Watson, 2009), yang pada akhirnya memperkecil risiko kelalaian medis yang dilakukan oleh dokter. Dari sisi kebijakan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) juga mendukung dengan pembentukan Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) yang dalam pelaksanaannya menjamin hak pasien untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), mewajibkan Rumah Sakit (RS) untuk mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan

4 tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat memberikan informasi yang benar dan jujur, mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti, mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS, memahami dan menerima konsekuensi pelayanan, memenuhi kewajiban finansial yang disepakati, memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa (Kemenkes RI, 2006). Manfaat-manfaat lain dari partisipasi aktif pasien juga ditunjukkan oleh beberapa penelitian. Hasil penelitian Crawford et al. (2002) cit. Howe (2006) menunjukkan bahwa peningkatan partisipasi pasien akan diikuti oleh peningkatan kepuasan pasien dan perubahan positif organisasi pelayanan kesehatan yang disebabkan oleh meningkatnya masukan dari pasien yang telah diberdayakan. Pencegahan errors dan pembentukan budaya patient safety di RS juga akan lebih berhasil bila didukung oleh partisipasi pasien, seperti ditunjukkan hasil penelitian Davies et al. (2000) cit. Howe (2006). Partisipasi pasien juga mempunyai pengaruh dalam memperoleh diagnosis yang akurat, menetapkan tata laksana medis yang tepat, dan mencegah risiko efek samping atau kejadian tidak diinginkan (Vincent & Coulter, 2002). Motivasi pasien untuk mengikuti gaya hidup sehat dan ketaatan terhadap tata laksana medis akan mengalami peningkatan, seperti ditunjukkan penelitian Bissel et al. (2004) cit. Howe (2006). Selain memberikan manfaat bagi pasien, interaksi dokter-pasien yang baik juga akan memberikan manfaat bagi penyedia layanan seperti kepuasan profesional, yang tentunya sangat berpengaruh pada kinerja sehari-hari (Kassirer, 1998 cit. Gascoigne & Watson, 2009). Berdasarkan pertimbangan hal-hal di atas dan masih terbatasnya data mengenai partisipasi pasien di Indonesia, maka penelitian yang berpusat pada partisipasi pasien sangatlah penting untuk dilakukan, agar dapat lebih memahami peran pasien dalam suatu pelayanan medis dan pengaruhnya terhadap perkembangan institusi pelayanan kesehatan. Diharapkan hasil penelitian nantinya dapat melengkapi ulasan sistematis dan penelitian internasional yang telah dilakukan sebelumnya.

5 B. Perumusan Masalah Partisipasi aktif pasien merupakan salah satu kunci utama dalam pengembangan RS yang berorientasi pada pasien (patient centered care). Pasien dapat menjadi mitra yang sangat bernilai untuk kemajuan RS. Oleh karena itu partisipasi pasien perlu diberdayakan dan dikenali bentuk-bentuknya agar tercipta suatu program pemberdayaan yang efektif dan efisien. Berdasarkan latar belakang ini, maka perumusan masalahnya adalah: 1. Bagaimana bentuk partisipasi pasien di RS? 2. Bagaimana rumah sakit mendorong partisipasi pasien di RS? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengeksplorasi bentuk-bentuk partisipasi pasien. 2. Mengidentifikasi kebijakan RS dalam mendorong partisipasi pasien di RS. D. Manfaat Penelitian Setelah diidentifikasi bentuk-bentuk partisipasi pasien, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan kebijakan RS yang mendorong pemberdayaan pasien, maka hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui karakteristik partisipasi pasien dan pelaksanaannya di RS. Data-data ini akan berguna dalam penyusunan kebijakan RS untuk menentukan program pemberdayaan pasien. E. Keaslian Penelitian Peneliti telah melakukan studi literatur terhadap penelitian-penelitian mengenai partisipasi pasien dalam pelayanan kesehatan terdahulu yang memiliki tujuan yang sama dengan penelitian ini, yaitu untuk mendapatkan gambaran

6 umum partisipasi pasien RS. Beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan topik penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Fraenkel & McGraw (2007). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor-faktor penting yang mempengaruhi partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan medis ditinjau dari sudut pandang pasien. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan terdapat lima faktor penting, yaitu pengetahuan pasien, motivasi dari dokter, mengakui dan menghargai partisipasi pasien, mengetahui terdapat pilihan, dan waktu yang tersedia untuk konsultasi. 2. Larsson et al. (2007). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan persepsi pasien atas partisipasi selama perawatan untuk pengembangan asuhan keperawatan. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan metode grounded theory dan wawancara focus group. Hasil penelitian menunjukkan terdapat empat kategori besar yang mendorong terjadinya partisipasi, kondisi yang mendorong terjadinya partisipasi, jenis respon yang diberikan perawat, kecocokan dengan perawat, dan pengetahuan tentang hak pasien. 3. Watanabe et al. (2008). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bentuk-bentuk partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan medis dan kepuasan pasien dalam proses tersebut. Peneitian ini menggunakan desain kualitatif dan wawancara semistruktur. Hasil penelitian menunjukkan terdapat lima kategori, pasien sebagai pengambil keputusan aktif, pasien sebagai pemilih dokter, secara sadar mempercayakan keputusan kepada dokter, secara terpaksa mengikuti keputusan dokter, secara pasrah menyerahkan keputusan kepada dokter.

7 Di Program Pascasarjana Manajemen Rumah Sakit Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (MMR FK UGM) terdapat penelitian mengenai partisipasi pasien oleh Wicaksono (2009). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keinginan pasien untuk melakukan tiga kategori perilaku keselamatan di RS. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif, cross sectional survey dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan keinginan yang signifikan antara menanyakan pertanyaan faktual, menanyakan pertanyaan konfrontatif, dan melaporkan errors. Keinginan pasien tersebut juga berbeda ditinjau dari perilaku keselamatan, umur pasien, jenis staf medis, dan adanya dorongan dari staf medis. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif. Tujuan penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya karena hendak mendapatkan gambaran umum bentukbentuk partisipasi pasien dalam pelayanan kesehatan dan kebijakan RS yang mendukungnya.