Jurnal Sasindo Unpam, Volume 2, Nomor 2, Juli Afiksasi Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Studi Kontrastif)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan

PERBANDINGAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA DENGAN MORFEM TERIKAT BAHASA MELAYU SUBDIALEK KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

ANALISIS KONTRASTIF PROSES MORFOLOGIS BAHASA KANGEAN DAN BAHASA INDONESIA SKRIPSI. Oleh: Ummu Atika

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. Beberapa studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AFIKSASI BAHASA JAWA-BANTEN PADA LAGU DAERAH BANTEN SEBAGAI PESONA IDENTITAS LOKAL. Sundawati Tisnasari 1 Agustia Afriyani 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013

pada Fakultas Sastra Universitas Andalas

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS AFIKSASI DAN PENGHILANGAN BUNYI PADA LIRIK LAGU GEISHA DALAM ALBUM MERAIH BINTANG

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

BAB VI PENUTUP. dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Variabel

ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROSES MORFOLOGIS PADA TERJEMAHAN AYAT-AYAT AL QUR AN YANG MENGGAMBARKAN KEPRIBADIAN NABI MUHAMMAD SAW NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA. (Analisis Bahasa Karya Samsuri) Oleh: Tatang Suparman

BAB V PENUTUP. bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2

BENTUK DAN MAKNA VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA DALAM SARIWARTA PADA PANJEBAR SEMANGAT EDISI TAHUN 2011

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

ANALISIS REDUPLIKASI MORFOLOGIS BAHASA MELAYU SUB DIALEK MASYARAKAT SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN KABUPATEN TEMBILAHAN RIAU

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA MADING DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JURNAL ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN AFIKS PADA KARANGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SAMBI

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

HUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN Analisis Kontrastis Bahasa Jawa Dengan Bahasa Indonesia Riris Tiani

PROSES MORFOLOGIS KATA MAJU BESERTA TURUNANNYA INTISARI

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS EDISI OKTOBER 2014

sebagai kecenderungan baru dalam telaah bahasa secara alami. Dikatakan demikian karena analisis wacana pada hakikatnya merupakan kajian tentang fungsi

ANALISIS AFIKSASI SUB DIALEK MELAYU TEMBELING KAMPUNG GUNTUNG KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BAB II LANDASAN TEORI

THE AFFIXATION OF JAVA LANGUAGE KRAMA INGGIL DIALECT OF EAST JAVA IN THE VILLAGE SUAK TEMENGGUNG DISTRIC OF PEKAITAN ROKAN HILIR

ANALISIS AFIKSASI DALAM ALBUM RAYA LAGU IWAN FALS ARTIKEL E-JOURNAL. Muhammad Riza Saputra NIM

ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUB DIALEK MANTANG BESAR KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN ARTIKEL E-JOURNAL

INTERERENSI FONOLOGIS DAN MORFOLOGIS BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SD SE-KECAMATAN KRAMAT, KABUPATEN TEGAL

BAB 3 METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Bab ini merupakan penjabaran lebih lanjut tentang metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

ANALISIS MORFEM BEBAS DAN MORFEM TERIKAT BAHASA MELAYU DIALEK RESUN KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

2/27/2017. Kemunculan AK; Kuliah 1 Sejarah Perkembangan, Konsep dan Teori Analisis Bezaan

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

ANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA. Riris Tiani Fakultas Ilmu Budaya Undip

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

KESALAHAN AFIKS DALAM CERPEN DI TABLOID GAUL

Analisis Pemakaian Afiks pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail

ANALISIS BENTUK MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK TANJUNG AMBAT KECAMATAN SENAYANG

BAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil dari penelitian berjudul Interferensi Morfologis

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rancangan penelitian deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

AFIKSASI BAHASA MELAYU DIALEK NGABANG

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa

ANALISIS AFIKSASI BAHASA MELAYU SUBDIALEK TAMBELAN KABUPATEN BINTAN

PROSES MORFOLOGIS KARANGAN SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 2 GATAK SUKOHARJO TAHUN AJARAN JURNAL ILMIAH

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

PROSES MORFOLOGIS PEMAKAIAN KATA HANCUR DALAM MEDIA ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah

ANALISIS AFIKSASI SUBDIALEK BAHASA MELAYU PULAU LAUT KABUPATEN NATUNA KEPULAUAN RIAU

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon dalam bidang fonologi, morfologi, dan

ARTIKEL JURNAL LINA NOVITA SARI NPM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

HEADLINE RIAU PREFIXES IN THE POS ISSUE 10 JUNE TO 30 JUNE 2016

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini,

Analisis Morfofonemik Cerita Bersambung Pedhalangan Aswatama Anglandhak dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2012 Karya Mulyantara

ANALISIS REDUPLIKASI PADA CERITA FABEL SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

Transkripsi:

Afiksasi Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Studi Kontrastif) Muhamad Romli, S.S. 1 M. Wildan, S.S., M.A. 2 ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian tentang persamaan dan perbedaan afikasasi yang terdapat pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Penelitian ini untuk mencari persamaan dan perbedaan afiksasi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif, penelitian ini mendeskrifsikan jenis-jenis afiks pada bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, persamaan dan perbedaan dalam afiksasi bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Dalam penelitian ini penulis menemukan persamaan jenis afiks yang terdapat dalam afiksasi bahasa Indonesia dan bahasa Sunda, yaitu terdapat dalam prefiks men- dan rarangkén hareup ñ-, prefiks men- dan rarangkén hareup ŋ-, prefiks di- dan rarangkén hareup di-, prefiks se- dan rarangkén hareup sa-, prefiks ke- dan rarangkén hareup ka-, prefiks ter- dan rarangkén hareup ti-, sufiks kan dan rarangkén tukang keun, sufiks an dan rarangkén tukang an, konfiks di--kan dan rarangkén barung di keun, infiks el-, -em-, -er- dan rarangkén tukang ar-, -um-, -in-, sertasufiks i dan rarangkén tukang -an Selain itu, terdapat juga perbedaannya terletak pada prefiks ber-, perfiks per-, rarangkén hareup si-. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat enam prefiks, dua sufiks, dan satu konfiks yang sama dalam afiksasi bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Kata Kunci: Afiksasi, Prefiks, Infiks, Sufiks, Konfiks, Kontrastif 1. Latar Belakang Masyarakat bahasa menurut Kridalaksana (2008 : 150) adalah sekelompok orang yang merasa memiliki bahasa bersama atau yang merasa termasuk dalam kelompok itu, atau yang berpegang 1 Dosen Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang 2 Ketua Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang 1

pada bahasa standar yang sama. Sementara itu, menurut Bloomfied (1995: 40) yang berdasarkan sistem bahasa yang monolitik berpendapat bahwa masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang menggunakan sistem tanda bahasa yang sama. Pendefinisian masyarakat bahasa yang dikemukakan oleh para linguis tersebut tampak sama. Disebut bahasa karena adanya masyarakatnya.jadi dalam masyarakat bisa terjadi penuturan lebih dari satu bahasa dan bahasa tersebut bisa saling berkaitan satu dengan yang lainnya.misalnya, di negara Indonesia, yang memiliki beberapa bahasa.bahasa- bahasa tersebut dapat saling berkaitan erat dengan adanya masyarakat penutur bahasa. Misalnya, antara bahasa Indonesia dengan bahasa daerah (Indonesia). Artinya, penggunaan bahasa Indonesia akan saling berkaitan dengan bahasa daerah di Indonesia. Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara kebangsaan, baik daerah kecil, maupun negara bagian.masyarakat Indonesia sebelum menguasai bahasa Indonesia, mereka menggunakan bahasa daerah atau lazimnya menggunakan bahasa ibu di daerah masing-masing.. Karena dengan adanya suatu proses pembelajaran baik formal maupun informal, membuat rata-rata masyarakat Indonesia dapat menguasai bahasa Indonesia. Sehingga bisa dikatakan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat bilingual atau masyarakat yang menguasai dua bahasa. Namun dengan adanya masyarakat bilingual, maka akan terjadi suatu permasalahan pada bahasa satu dengan bahasa yang lainnya. Misalnya,pada penggunaan dua bahasa antara bahasa Indonesia dengan bahasa Sunda. Bahasa Sunda sebagai bahasa daerah/nusantara terpakai di wilayah Propinsi Jawa Barat.Jumlah Penutur bahasa ini sekarang 24.155.962 orang (Alwi, dalam Marsono, Morfologi Bahasa Indonesia dan Nusantara, 2011:42). Dalam jumlah penutur di antara bahasa Nusantara bahasa Sunda menduduki urutan kedua setelah bahasa Jawa, dan bahasa Sunda merupakan bahasa daerah internasional yang berada pada peringkat ke-33 di dunia berdasarkan data Organisasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PPP//United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO).Bahasa Sunda memiliki 2

perbedaan dengan bahasa yang lainnya.menurut Sudaryat (2007 : 13) bahasa Sunda memiliki 7 huruf vokal antara lain, a, i, u, e, é, eu, dan o. Bukan hanya itu bahasa Sunda memiliki proses imbuhan (rarangkén) yang berjumlah lebih dari 40 imbuhan (rarangkén) antara lain; Prefiks (rarangken hareup), Infiks (rarangkén tengah), Sufiks (rarangkén tukang), Konfiks (rarangkén barung), tukang), Konfiks (rarangkén barung). Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia dapat dikatakan merupakan bahasa Melayu, karena bahasa Indonesia berasal dari bahasa (Proto Austronia). Bahasa Indonesia diresmikan pada tanggal 28 Oktober 1928. Di sebagian daerah di Indonesia, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kedua sebelum bahasa ibu atau bahasa daerah. Bahasa Indonesia biasanya dikenalkan pada saat masyarakat sedang dijenjang pendidikan, di sanalah masyarakat akan diajarkan mengenai bahasa Indonsesia. Bahasa Indonesia mempunyai keistimewaan dalam proses pembentukan kata atau proses imbuhan. Menurut Chaer (2008: 23) imbuhan yang dimiliki bahasa Indonesia terdapat 19 imbuhan yang terdiri dari awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks) dan gabungan konfiks. Afiksasi adalah salah satu proses morfologi yang merupakan proses yang umum terjadi dalam bahasa-bahasa di dunia. Bukan hanya itu, afiksasi juga merupakan unsur yang ditempelkan dalam pembentukan kata dan dalam linguistik afiksasi bukan merupakan pokok kata melainkan pembentukan pokok kata yang baru. Dari definisi tersebut, kita dapat menalar bahwa pada suatu bahasa pasti mengalami proses afiksasi seperti bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Sehingga antara bahasa Indonesia dan bahasa Sunda sama-sama terjadinya suatu proses afiksasi. Analisis kontrastif adalah sebuah metode yang digunakan dalam mencari suatu perbedaan antara bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2) yang sering membuat pembelajar bahasa kedua mengalami kesulitan dalam memahami suatu materi bahasa kedua yang dipelajarinya tersebut.analisis kontrastif juga disebut analisis bandingan merupakan kajian linguistik yang bertujuan untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan dua bahasa yang berbeda.suatu metode analisis pengkajian kontrastif 3

ini menunjukan kesamaan dan perbedaan antara dua bahasa dengan tujuan untuk menemukan prinsip yang dapat diterapkan pada masalah praktis dalam pengajaran bahasa atau terjemahannya.berdasarkan deskripsi di atas, maka dalam penelitian ini akan membahas tentang persamaan dan perbedaan proses afiksasi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda (melalui studi kontrastif). 2. Sekilas Kajian Teoritis Senada dengan anak judul dari penelitian ini yaitu studi kontrastif, penulis dalam hal ini menganalisis yang berangkat dari aspek-aspek afiksasi dan kemudian kedua afiksasi dalam dua bahasa ini dibandingkan, apakah ada persamaan dan perbedaannya.cara membandingkan kedua afiksasi kedua bahasa tersebut, penulis mengakitkan dengan studi kontrastif. Karena dengan studi kontrastif ini, penulis akan mudah menemukan persamaan dan perbedaan afiksasi pada kedua bahasa tersebut. Di samping itu pula, kita mengenal afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan mengimbuhkan afiks(imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kelompok. Afiksasi dalam pandangan Ramlan (1987: 50) ialah satuan gramatikal terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Analisis kontrastif atau anakon adalah kegiatan membandingkan struktur bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2) untuk mengidentifikasi perbedaan kedua bahasa itu.sedangkan menurut kontrastif adalah aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan di antara kedua bahasa. Selanjutnya menurut Fisiak (1981) analisis kontrastif adalah suatu cabang ilmu linguistik yang mengkaji perbandingan dua bahasa atau lebih, atau subsistem bahasa, dengan tujuan untuk menemukan perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan bahasa-bahasa tersebut. 4

3. Metode Penelitian Penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif deskriptif.kualitatif deskriptif adalah memaparkan faktafakta kebahasaan dengan pemaparan komprehensif dan bukanlah penjelasannya berdasarkan angka-angka. Menurut Sudaryanto (1992:62) penelitian yang menggunakan metode deskriptif dalam penelitian yang semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penturnya sehingga yang dihasilkan atau dicatat berupa bahasa yang bersifat apa adanya. Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini, didapat pada dua sumber data antara lain, sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber primer ini didapatkan dari buku Chaer yang berjudul Penggunaan Imbuhan Bahasa Indonesia dan Morfologi Bahasa Indonesia, buku Ramlan yang berjudul Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif, buku Suryalaga yang berjudul Gapura Basa, buku Rusyana Pustaka Basa Pangajaran Basa Sunda. Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini antara lain, data yang didapat dari internet atau website. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik agih. Teknik agih adalah teknik analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1985:5;1993:15). Bukan hanya teknik agih saja, pada penelitian ini juga memerlukan teknik lainnya antara lain, teknik oposisi dua-dua, teknik penggantian atau substitusi, dan perluasan atau ekspansi. Teknik oposisi dua-dua adalah oposisi antara dua kategori morfologis, yang sebuah mengandung nilai kategorial tertentu yang dinyatakan dengan prosede morfologis (Subroto, 2007:77). Selanjutnya, teknik penggantian atau substitusi adalah menyelidiki adanya kepararelan atau kesejajaran distribusi antara satuan lingul atau antara bentuk linguistik lain (Subroto: 2007: 79). Dan terakhir, teknik perluasan dan ekspansi adalah teknik 5

memperluas satuan lingual tertentu yang dikaji atau dibahas dengan unsur atau satuan lingual tertentu baik perluas ke kiri atau ke kanan. (Subroto, 2007: 82). 4. Afiksasi Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda Beserta Persamaan dan Perbedaannya. Afiksasi dalam bahasa Indonesia terbagi dalam beberapa jenis yaitu; prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), dan konfiks (gabungan).prefiks atau awalan adalah bentuk terikat yang dibubuhi pada awal kata dasar, yaitu prefiks ber-, prefiks me-, prefiks per-, prefiks ter-, prefiks di-, prefiks se-, dan prefiks ke- (Chaer, 2008: 23). Infiks yaitu afiks yang dibubuhkan di tengah kata, biasanya pada suku awal kata, yaitu infiks el-, infiks em-, dan infiks er- (Chaer, 2008: 23). Infiks termasuk dalam imbuhan/afiks yang tidak produktif, karena imbuhan tersebut sudah hampir tidak digunakan lagi dalam proses pembentukan kata. Sufiks, adalah afiks yang dibubuhkan di kanan bentuk dasar, yaitu sufiks kan, sufiks i, sufiks an, dan sufiks nya. Konfiks adalah afiks yang dibubuhkan di kiri dan di kanan bentuk dasar secara bersamaan karena konfiks ini merupakan satu kesatuan afiks. Konfiks yang ada dalam bahasa Indonesia adalah konfiks ke--an, konfiks ber--an, konfiks pe--an, konfiks per--an, dan konfiks se--nya. Afiksasi dalam bahasa Sunda disebut dengan kecap rundayan.afiksasi atau kecap rundayan pada bahasa Sunda terbagi dalam beberapa jenis antara lain: Prefiks (rarangkén hareup), infiks (rarangkén tengah), sufiks (rarangkén tukang), dan konfiks (rarangkén barung). Rarangkén hareup (awalan atau Prefiks), anu napel di hareupeun dasar, nyaétaprefiks n-,prefiks m-, prefiks ñ-, prefiks ŋ-, prefiks pa-, prefiks pi-, prefiks pang-, prefiks sa-, prefiks si-, prefiks ti-, prefiks di-, prefiks ka-, prefiks ba-, prefiks per-. 6

Rarangkén tengah (seselan atau infiks), nu diseselkeun di tengah dasar, nyaétainfiks -ar-, infiks - um-, infiks -in-.rarangkén tukang (ahiran atau sufiks), anu napel di tukangeun dasar, nyaéta, sufiks -an, sufiks -eun, sufiks -keun, sufiks -ing, sufiks -ning. Rarangkén barung (barungan atau konfiks), ), nu mangrupa rarangkén tunggal minangka barungan tina dua rarangkén, biasana napel di hareup jeung tukangeun dasar, nyaéta konfiks ka--an, konfiks kapi-, konfiks pa--ar, konfiks pang--na, konfiks pang--keun, konfiks pi--eun, konfiks pika-, konfiks pika--eun, konfiks sa--eun, konfiks sa--na, konfiks di--keun, konfiks n--keun. Persamaan afiksasi dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda antara lain, pada prefiks men- dengan rarangken hareup ny-, prefiks men- dengan rarangken hareup ng-, prefiks di- dengan rarangken hareup di-, prefiks se- dan rarangken hareup sa-, prefiks ke- dengan rarangken hareup ka-, prefiks terdengan rarangken hareup ti-, dan prefiks pe- dengan rarangken hareup pa-. Bukan hanya dalam prefiks saja, sufiks pun terdapat persamaannya antara lain, sufiks kan dengan rarangken tukang -keun, dan sufiks i dengan rarangken tukang an. Selanjutnya persamaan pun terdapat pada konfiks, antara lain, konfiks di kandengan rarangken barung di keun, konfiks ke an dengan rarangken barung ka an, dan konfiks pen an dengan rarangken hareup pa an. Serta terdapat persamaan pada infiks antara lain, infiks el-, -er-, -em- dengan rarangken tengah ar-, -in-, - um-. Perbedaan afiksasi bahasa Indonesia dan bahasa Sunda tidaklah terlau banyak seperti yang terjadi pada persamaan afiksasi bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Untuk perbedaan hanya terjadi pada beberapa afiksasi saja antara lain, prefiks ber-, prefiks per-, prefiks si-, dan konfiks ber an. 7

5. Simpulan Setelah penulis membahas permasalahan berdasarkan hasil dari data yang diperoleh dalam penelitian yang mengenai tentang afiksasi dalam bahasa Indonesia dan afiksasi bahasa Sunda studi kontrastif. Maka penulis dapat menyimpulkan dari hasil penelitian ini, antara lain: Pertama, jenis-jenis afiksasi dalam bahasa Indonesia terbagi empat yaitu (1) prefiks yang terdiri dari prefiks ber-, me-, per-, ter, di-, se- dan ke-. (2) infiks yang terdiri dari infiks er-, -el- dan em-. (3) sufiks antara lain kan, -i, dan an. (4) konfiks yaitu antara lain, ke-an, ber-an, pe-an, per-an, dan se-nya. Jenis-jenis afiksasi dalam bahasa Indonesia terjadi beberapa pembentukan antara lain, pengekalan fonem, pelepasan fonem, perubahan fonem, peluluhan fonem, maupun penambahan fonem. Kedua, jenis-jenis afiksasi dalam bahasa Sunda terbagi empat juga yaitu, (1) rarangkén hareup yang terdiri dari n-, m-, ñ-, ŋ-, pa-, pi-, sa-, si-, ti-, di-, dan ka-.(2) rarangkén tengah yang terdiri dari ar-, -in-, dan um-. (3) sufiks antara lain an, -keun, -eun, dan na. (4) rarangkén barung antara lain di keun, n keun, pa an dan ka an. Jenis-jenis afiksasi dalam bahasa Sunda terjadi peristiwa pembentukan juga, antara lain pengekalan, peluluhan, perubahan, pelepasan fonem. Ketiga, kedua jenis afiksasi antara bahasa Indonesia dan bahasa Sunda memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya antara lain terdapatdalam prefiks men- dan rarangkén hareup ñ-, prefiks men- dan rarangkén hareup ŋ-, prefiks di- dan rarangkén hareup di-, prefiks se- dan rarangkén hareup sa-, prefiks ke- dan rarangkén hareup ka-, prefiks ter- dan rarangkén hareup ti-, sufiks kan dan rarangkén tukang keun, sufiks an dan rarangkén tukang an, konfiks di-kan dan rarangkén barung dikeun, infiks el-, -er-, -em- dan rarangkén tengah ar-, - in-, -um serta sufiks i dan rarangkén tukang an. Persamaan afiks tersebut terletak pada proses penempelan afiks, hasil pembentukan kata dan persamaan arti kata. 8

Perbedaannya terletak pada prefiks ber-, per-, sufiks i, konfiks ber--an, serta rarangkén hareup si-. DAFTAR PUSTAKA Bloomfied, Leonard. 1995. Language, Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.. 1989. Penggunaan Imbuhan Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah. Dhewi, Elis Yulistiati. 2014. Buku Pangayaan Basa Sunda Kelas VII. Depok: CV. Arya Duta Djajasudarma, T. Fatimah dan Idat Abdulwahid. 1990. Tatabahasa Sunda. Bandung: Rahmat Cijulang. Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia.Jakarta: Gramedia. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.Jakarta: Gramedia Marsono.2011. Morfologi Bahasa Indonesia dan Nusantara.Yogyakarta: Gadjah Madha University Pross. Ramlan, M. 1985. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV. Karyono. Rusyana, Enang. 2009. Pustaka Basa Pangajaran Basa Sunda VIII. Bogor: CV. Bina Pustaka.. 2011. Pustaka Basa Pangajaran Basa Sunda VII. Bogor: CV. Bina Pustaka. Subroto. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Carasvatibooks Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik Ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. Suryalaga, R, Hidayat. 2002. Gapura Basa Pangajaran Basa Sunda SLTP Kelas Hiji.Bandung: CV. Geger Sunten Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa. 9