BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan

Transkripsi

1 94 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Proses morfologi yang ditemukan dalam penelitian ini ada dua yaitu afiksasi dan reduplikasi. Afiksasi yang ditemukan berupa prefiksasi, sufiksasi, konfiksasi dan simulfiksasi. Sedangkan reduplikasi yang ditemukan dalam penelitian berupa dwilingga salin swara dan dwipurwa. 2. Bentuk morfofonemik yang ada dalam penelitian ini yaitu pemunculan fonem, peluluhaan fonem, dan perubahan fonem. a. Pemunculan fonem 1. Fonem semi vokal /y/ akan muncul apabila ada sebuah kata yang diakhiri dengan fonem vokal /i/ atau /e/ bertemu dengan morfem afiks yang diawali dengan fonem /a/. /i/ atau /e/ + /a/ = muncul /y/ Data (73) [ ] siji-sijia [ ] siji-siji + -a [siji-sijiyɔ] Fonem semi vokal /y/ muncul sebagai pelancar antara fonem /i/ dan /ɔ/. Fonem semi vokal ini /y/ memiliki kesamaan dengan fonem vokal /i/ kaitannya dengan posisi lidah yang sama-sama diangkat tinggi. 2. Fonem semi vokal /w/ muncul apabila ada sebuah kata yang diakhiri dengan fonem /o/ atau /u/ bertemu dengan morfem afiks yang diawali dengan fonem /a/. /o/ atau /u/ + /a/ = muncul /w/ 94

2 94 95 Data (17) [ ] rayu [ ] rayu + -an rayuwan Fonem semi vokal ini /w/ muncul sebagai pelancar antara fonem /u/ dan /a/. Selain itu munculnya fonem semi vokal /w/ karena ada unsur kesamaan artikulasi posisi bibir yang agak membulat dengan fonem vokal /u/. 3. Fonem konsonan /?/ mucul apabila sebuah kata yang diakhiri dengan fonem vokal /ɔ/ / /o/ / /i/ / /u/ / /e/ bertemu dengan morfem afiks {-ake}. /ɔ/ / /o/ / /i/ / /u/ / /e/ + {-ake} = muncul /?/ Data (56) [...] nyirnakake [ ] ny- +sirna + -ake [~nirna?ake] Fonem konsonan /?/ muncul karena pengaruh fonem /k/ yang ada pada morfem {-ake} yang tergolong konsonan hambat letup dorso-velar. b. Peluluhan fonem 1. Peluluhan fonem /c/ dan /s/ Fonem konsona /c/ dan /s/ apabila bertemu dengan morfem nasal {ny-} maka akan terjadi peluluhan. {ny-} + /c/ atau /s/ = peluluhan /c/ atau /s/ Data (30) [ ] nyopet [ ] ny- + copet nyopet Luluhnya fonem /c/ atau /s/ ini dipengaruhi bunyi konsonan [ñ] yang tergolong konsonan medio-palatal bersuara. Sedangkan fonem /c/ tergolong konsonan medio-palatal tidak bersuara, fonem /s/ tergolong konsonan lamino-alveolar tidak bersuara. Fonem tidak bersuara /c/ dan /s/ ini apabila bergabung dengan fonem konsonan bersuara /ñ/ akan

3 94 96 sulit untuk diucapkan, sehingga fonem /c/ dan /s/ luluh lalu disenyawakan dengan fonem /ñ/. 2. Peluluhan fonem konsonan /p/ Fonem konsonan /p/ apabila bertemu morfem nasal {m-} maka akan terjadi peluluhan. {m-} + /p/ = peluluhan /p/ Data (23) [ ] masang [ ] m- + pasang masang Fonem /m/ merupakan konsonan bilabial bersuara, sedangkan fonem /p/ adalah konsonan bilabial tidak bersuara. Fonem tidak bersuara /p/ ini luluh karena untuk mempermudah pengucapan fonem bersuara /m/ 3. Peluluhan fonem konsonan /t/ Fonem konsonan /t/ apabila bertemu morfem nasal {n-} maka akan terjadi peluluhan. {n-} + /t/ = peluluhan /t/ Data (47) [ ] ninggal [ ] n- + tinggal ninggal Walaupun fonem /n/ dan /t/ sama-sama suara ujung lidah (apiko), namun /t/ merupakan fonem tidak bersuara, sehingga ketika bertemu fonem yang bersuara maka akan terjadi peluluhan. 4. Peluluhan fonem konsonan /k/ Fonem konsonan /k/ apabila bertemu dengan nasal {ng-} maka akan terjadi peluluhan. {ng-} + /k/ = peluluhan /k/

4 94 97 Fonem /k/ dan /ng/ merupakan fonem dorso-velar, namun bedanya /k/ merupakan fonem tidak bersuara, sehingga mengalami peluluhan ketika bertemu dengan fonem yang bersuara /ng/. c. Perubahan fonem 1. Fonem vokal /a/ Apabila ada kata yang suku awal atau akhirnya atau kedua-duanya berupa fonem vokal /ɔ/, bertemu morfem afiks yang diawali vokal /a/ / / /i/ / /e/ maka vokal /ɔ/ akan berubah menjadi vokal /a/. Selain itu apabila ada sebuah kata yang terdiri dari dua suku kata, suku kata terakhirnya berupa fonem vokal /e/, mengalami pengulangan jenis dwilingga salin swara (DLS), maka /e/ tadi akan berubah menjadi /o/ /ɔ/ atau /ɔ-ɔ/ + /a/ / / /i/ / /e/ = /a/ /e/ + DLS = /a/ Data (34) [ ] swasana [ ] [swasɔnɔ] + -ne [swasanane] Vokal /ɔ/ merupakan vokal bulat, karena pengaruh vokal /a/ / / /i/ / /e/ yang tergolong vokal tidak bulat, maka vokal /ɔ/ tadi berubah menjadi vokal tidak bulat /a/. 2. Fonem vokal /i/ Apabila ada kata yang suku akhirnya berupa vokal [I] bertemu vokal /e/ atau /i/, maka vokal [I] tadi akan berubah menjadi vokal /i/. [I] + /e/ atau /i/ = /i/ Data (8) [ ] batin [ ] [batin] + -e [batine] Vokal [I] tergolong vokal tinggi bawah, karena bertemu vokal /i/ yang tergolong vokal tinggi atas, maka vokal [I] tadi kembali menjadi vokal tinggi atas.

5 Fonem vokal /u/ Apabila ada kata yang suku akhirnya berupa vokal [U] bertemu vokal /a/ / /e/ atau /i/, maka vokal [U] tadi akan berubah menjadi vokal /u/. [U] + /a/ / /e/ atau /i/ = /u/ Data (2) [ ] rembug [ ] [rəmbug] + -an [rəmbugan] Berubahnya vokal [U] menjadi /u/ karena adanya unsur kesamaan bentuk bibir dalam pengucapannya, yaitu sama-sama membulat. 4. Fonem vokal /ɔ/ Apabila ada sebuah kata yang suku akhirnya berupa fonem vokal /u/ bertemu dengan fonem vokal /a/ atau /i/, maka vokal /u/ tadi akan berubah menjadi /ɔ/. /u/ + /a/ atau /i/ = /ɔ/ Data (4) [ ] ketaton [ ] ke- + [tatu] + -an [kətatɔn] Berubahnya fonem vokal /u/ menjadi /ɔ/ karena adanya unsur kesamaan bentuk bibir dalam pengucapannya, yaitu sama-sama membulat. 4. Fonem konsonan /t/ Apabila ada sebuah kata yang suku akhirnya berupa fonem konsonan /d/ bertemu fonem vokal /i/ atau /e/, maka fonem konsonan /d/ berubah menjadi /t/. /d/ + /i/ atau /e/ = /t/ Data (19) [ ] jagade [ ] [jagad] + -e [jagate]

6 994 Berubahnya fonem konsonan /d/ menjadi /t/ ini karena adanya unsur kesamaan artikulatornya, yaitu sama-sama suara apiko-dental hambat letup. 5. Vokal [ɛ] Apabila ada sebuah kata yang suku akhirnya berupa fonem vokal /i/ bertemu fonem vokal /a/, maka fonem vokal /i/ akan berubah menjadi vokal [ɛ]. /i/ + /a/ = [ɛ] Data (25) [ ] lalekake [ ] [lali] + -ake [lalɛ?ake] Berubahnya fonem vokal tinggi /i/ karena adanya pengaruh vokal /a/ yang tergolong suara rendah, sehingga vokal tinggi tadi diturunkan menjadi vokal tengah [ɛ]. 6. Fonem konsonan /p/ Apabila sebuah kata suku akhirnya berupa fonem konsonan /b/ bertemu fonem vokal /e/ atau /a/, maka konsonan /b/ akan berubah menjadi fonem konsonan /p/. /b/ + /a/ atau /e/ = /p/ Data (16) [ ] sebab [ ] [səbab] + -e [səbape] Berubahnya fonem konsonan /b/ menjadi konsonan /p/ ini karena adanya kesamaan pada artikulatornya, yaitu sama-sama suara bilabial hambat letup.

7 Fonem konsonan /k/ Apabila sebuah kata suku akhirnya berupa fonem konsonan /g/ bertemu fonem vokal /e/ atau /i/, maka konsonan /g/ akan berubah menjadi fonem konsonan /k/. /g/ + /e/ atau /i/ = /k/ Data (69) [ ] utege [ ] [utəg] + -e [utəke] Berubahnya fonem konsonan /g/ menjadi konsonan /k/, karena adanya kesamaan artikulator, yaitu sama-sama suara dorso-velar hambat letup. 8. Fonem vokal /o-a/ Apabila kata yang suku awal dan akhirnya berupa fonem vokal /a-i/ atau /a-ɔ/ mengalami pengulangan jenis dwilingga salin swara (DLS), maka fonem vokal tadi akan berubah menjadi /o-a/. /a-i/ atau /a-ɔ/ + DLS = /o-a/ Data (1) [ ] ganti [ ] ganti gonta-ganti B. Saran Penelitian ini terbatas pada morfofonemik yang hanya terdapat pada cerkak majalah Panjebar Semangat edisi 2 Januari-5 Maret 2016 dan edisi 12 Maret-14 Mei Masih banyak masalah dalam kajian morfofonemik, terkhusus morfofonemik bahasa Jawa dengan objek bahasa Jawa dialek daerah tertentu. seperti morfofonemik bahasa Jawa dialek Pekalongan, Jawa Timur ataupun dialek lainnya. Penelitian selanjutnya dapat mengambil objek seperti yang telah disebutkan di atas. Hal itu akan meramaikan dan memperkaya khasanah penelitian bahasa Jawa terkhusus di bidang morfofonemik, sehingga teori morfofonemik bahasa Jawa akan semakin komprehensif.

8 DAFTAR PUSTAKA Achmad dan Alek Abdullah Linguistik Umum. Jakarta: Penerbit Erlangga. Chaer, Abdul Morfologi Bahasa Indonesa (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta Ragam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta. Djajasudarma, Fatimah T Metode Linguistik. Bandung: PT Refika Aditama. Keraf, Gorys Tata Bahasa Indonesia. NTT: Nusa Indah. Keraf, Gorys Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Grasindo. Mahsun Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Marsono, Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Pateda, Mansoer Linguistik (Sebuah Pengantar). Bandung: Angkasa. Poedjosoedarmo, Soepomo dkk Morfologi Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bhasa Rahardi, Kunjana Bahasa Prevoir Budaya. Yogyakarta: Pinus Book Publisher Rohmadi, Muhammad dkk Morfologi. Surakarta: Yuma Pustaka.

9 Samsuri Analisis Bahasa. Jakarta: Penerbit Erlangga Satriya, Sri Tjatur Wisnu Sasangka Paramasastra Gagrag Anyar Basa Jawa. Jakarta: Yayasan Paralingua. Spencer, Andrew dan Arnold M.Zwicky The Handbook of Morphology. Massachusetts: Blackwell Subroto, Edi D Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Sudaryanto Aneka Konsep Kedataan Lingual dalam Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sudaryanto Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press. Sugiyono Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sutopo, H.B Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Tim Penyusun Pusat Bahasa Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi keempat). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Tim Penyusunan Skripsi/Tugas Akhir Pedoman Skripsi/Tugas Akhir. Surakarta. FSSR UNS. Tim Redaksi Panjebar Semangat (edisi 2 Januari-5Maret 2016 dan 12 Maret-14 Mei 2016). Surabaya: Panjebar Semangat. Uhlenbeck, E.M Kajian Morfologi Bahasa Jawa. Jakarta: Jakarta Djambatan. Verhaar, J.W.M Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.