II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CABAI MERAH KERITING DI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR

I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Tahun Bawang

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. (Allium ascalonicum, L) atau dikalangan internasional. menyebutnya shallot merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peranan cukup penting adalah

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

Cara Menanam Cabe di Polybag

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber vitamin, mineral, penyegar, pemenuhan kebutuhan akan serat dan kesehatan

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi tinggi. Tanaman cabai dapat tumbuh di berbagai tipe tanah dan tanah yang

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Empirik Komoditas Tomat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

II.TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Umum Nanas

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

I. PENDAHULUAN. Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

FAKTOR PENENTU PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH DI KECAMATAN BULU DAN TLOGOMULYO, KABUPATEN TEMANGGUNG ABSTRAK

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kedudukannya di Indonesia. Potensi sumber daya alam di Indonesia yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuuml. ini berasal dari

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, BAWANG MERAH, JERUK, DAN PISANG JAWA TENGAH TAHUN 2014

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

BAB I PENDAHULUAN. ada dua faktor alam lain yang ikut memberi corak pertanian Indonesia. Pertama,

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Varietas Bawang Merah

SUPRAYITNO Fakultas Pertanian Universitas Bojonegoro Jl. Lettu Suyitno No.2, Bojonegoro,

ANALISIS PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annum) DI DESA GOMBONG KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV METODE PENELITIAN

wirausaha manajer dan wirausaha social engineer. Para pelaku wirausaha bisn

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

MENGKAJI HASIL DAUN BAWANG MERAH PADA JARAK TANAM BERBEDA.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan bisnis atau peluang usaha yang menjanjikan.tingginya minat

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

BUDI DAYA. Kelas VII SMP/MTs. Semester I

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Cabai Merah Keriting Cabai merah keriting atau lombok merah (Capsicum annum, L) merupakan tanaman hortikultura sayur sayuran semusim untuk rempah-rempah yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai penyedap masakan dan penghangat badan. Cabai merah keriting termasuk dalam famili Solanaceae. Tanaman ini merupakan tanaman herba tegak yang memiliki akar tunggang dengan banyak akar samping yang dangkal. Bagian batang yang muda berambut halus, bercabang banyak, serta bisa mencapai tinggi 1 2.5m. Daunnya tersebar dengan helaian daun bulat telur memanjang atau elips berbentuk lanset, serta pangkal dan ujung meruncing, sedangkan bunga cabai merah mengangguk dengan ukuran tanggai 10 18 mm. Bentuknya seperti terompet kecil dan umumnya berwarna putih, walau ada juga yang berwarna ungu. Buah cabai merupakan buah buni dengan bentuk garis lanset, merah cerah, dan rasanya pedas. Daging buahnya berupa keping-keping tidak berair. Bijinya berjumlah banyak serta terletak di dalam ruangan buah dan melekat pada plasenta. 5 Pada umumnya tanaman cabai merah keriting dapat ditanam di daerah dataran tinggi maupun di dataran rendah, yaitu lebih dari 500 1200 m di atas permukaan laut, yang terdapat di seluruh Indonesia terutama di Pulau Jawa. Meskipun luasan lahan yang cocok untuk cabai merah keriting masih sangat luas, tetapi penanaman cabai merah keriting di dataran tinggi masih sangat terbatas. Pengembangan tanaman cabai merah, lebih diarahkan ke areal pengembangan dengan ketinggian sedikit di bawah 800 m di atas permukaan laut. Terutama pada lokasi yang air irigasinya sangat terjamin sepanjang tahun. Pola Tanam Budidaya atau usahatani tanaman cabai merah selama ini dilakukan secara monokultur dan pola rotasi tanaman. Pada pola rotasi tanaman maka pola yang lazim dianut para petani adalah dengan melakukan pergiliran tanaman pola 1 : 2 yaitu satu kali tanaman cabai merah dan 2 3 kali tanaman palawija/sayuran lainnya yang tidak sama famili tanamannya dengan cabai merah. Untuk model kelayakan ini 5 Khasiat Buah. 2010. Khasiat Cabai Merah. http://khasiatbuah.com/cabai-merah.htm diakses Tanggal 26 April 2011 11

digunakan monokultur cabai merah sepanjang tahun, dengan masa lahan kosong selama 1 bulan di antara siklus tanam. Aspek teknik budidaya keberhasilan usaha produksi cabai merah sangat ditentukan oleh aspek teknis budidaya di lapangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dengan baik dalam pelaksanaan teknis budidaya tanaman cabai merah adalah sebagai berikut: 1. Pemakaian benih cabai merah yang unggul yang tidak terkontaminasi virus. 2. Ketersediaan air yang cukup sepanjang periode tanam/sepanjang tahun. Pola tanaman yang baik dan sesuai dengan iklim. 3. Pengolahan tanah yang disesuaikan dengan kemiringan lereng dan arah lereng. 4. Pemberantasan hama dan penyakit tanaman cabai merah dilaksanakan secara teratur sesuai dengan kondisi serangan hama dan penyakit. 5. Cara panen serta penanganan pasca panen cabai merah yang baik dan benar. 6 2.2 Kajian Peluang Usaha Agribisnis Cabai Nixon MT (2010) menyatakan bahwa lemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, justru malah memberikan keuntungan yang berlipat bagi para pelaku usaha di sektor pertanian. Hal ini dikarenakan banyak hasil-hasil usaha sektor agribisnis yang dipasarkan ke pasar luar negeri dengan transaksi penjualan dalam Dolar, sementara biaya produksi yang dikeluarkan dalam memproduksi menggunakan Rupiah. Nixon MT (2010), juga menyebutkan bahwa dari berbagai usaha yang banyak ditawarkan di sektor agribisnis, agribisnis cabai adalah salah satu agribisnis yang cukup menarik investor, dimana dari berbagai jenis sayuran dan buah-buahan, cabai dinilai sebagai produk yang mempunyai harga yang paling tinggi dan umurnya tergolong genjah sehingga modal cepat kembali. Namun ketika banyak petani yang membudidayakan cabai dan menerima keuntungan yang berlipat ganda, di sisi lain ada pula petani yang mengalami kerugian dan menjadi frustasi. Hal ini dikarenakan agribisnis cabai yang menjanjikan keuntungan ternyata juga mempunyai banyak kendala, mulai dari cuaca yang 6 Pupuk Bio Organik Herbafarm. 2005. Budidaya Cabai Merah. http://www.google.com/2005/gml/expr. Diakses 12 April 2011 12

tidak bisa ditolerir, serangan hama dan penyakit, pencurian dan penjarahan sampai dengan jatuhnya harga jual karena kelebihan penawaran. Pada umumnya siklus kebutuhan cabai di Indonesia meningkat menjelang waktu-waktu tertentu, misalnya memasuki bulan puasa, lebaran, natal, dan tahun baru. Pada saat-saat tersebut, permintaan cabai yang tinggi diiringi dengan harga yang melambung. Selain faktor tersebut, harga cabai menjadi sangat mahal karena pada waktu-waktu tersebut biasanya bertepatan dengan musim hujan. Biasanya petani yang menanam cabai sedikit dan banyak pula yang gagal panen karena serangan hama dan penyakit, akibatnya keberadaan cabai di pasaran menjadi sangat langka dan secara otomatis harganya melonjak tajam. Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pasar cabai untuk luar negeri pun masih luas. Saat ini pasar yang masih bisa dibidik adalah Hongkong, Amerika, Eropa dan yang paling utama adalah RRC, sebab RRC masih memprioritaskan industrinya sehingga sebagian besar sayur-sayuran dan buahbuahan yang dibutuhkan untuk konsumsi terpaksa harus diimpor dari luar (Nixon MT, 2010). Dari gambaran kebutuhan tersebut, jelas bahwa bertanam cabai masih mempunyai prospek yang cukup potensial, baik cabai hibrida, cabai besar, cabai rawit maupun cabai keriting. 2.3 Studi Penelitian Terdahulu Analisis pendapatan usahatani banyak digunakan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan usahatani yang dilakukan memberikan manfaat untuk orang yang melakukannya (petani). Studi mengenai analisis pendapatan dilakukan oleh Hendrawanto (2008) dan Siregar (2010), dimana keduanya menganalisis tentang usahatani cabai merah di daerah yang berbeda yaitu di Desa Sukagalih, Kabupaten Bogor dan di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Bogor. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis pendapatan usahatani dan analisis R/C. Hasil analisis pendapatan usahatani yang dilakukan menunjukkan secara garis besar adalah sama, dimana kegiatan usahatani cabai merah dapat memberikan keuntungan bagi petani. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendrawanto (2008) memperlihatkan bahwa usahatani cabai merah petani per 2.080 meter persegi di Desa Sukagalih menghasilkan penerimaan total sebesar Rp 12.393.734,32 dengan biaya tunai 13

yang dikeluarkan sebesar Rp 4.793.752,22 dan biaya total sebesar Rp 7.820.121,47; sehingga pendapatan kerja petani yang diterima yaitu sebesar Rp 4.597.870,97; maka diperoleh nilai R/C atas biaya tunai sebesar 2,59 dan R/C atas biaya total sebesar 1,59. Hasil penelitian Siregar (2010) menunjukkan bahwa, nilai R/C usahatani cabai merah organik lebih tinggi jika dibandingkan nilai R/C pada cabai merah non organik, hal ini dikarenakan terdapat perbedaan harga yang diterima antara petani organik dengan petani non organik. Harga cabai yang diterima petani organik lebih tinggi dibandingkan petani non organik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan untuk cabai merah non organik dengan luasan lahan 1 ha menghasilkan penerimaan sebesar Rp 78.000.000 dengan biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp 18.827.500 dan biaya total sebesar Rp 52.634.166; sehingga pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh yaitu sebesar Rp 59.172.500 dan pendapatan atas biaya total adalah sebesar Rp 52.365.834; maka diperoleh nilai R/C atas biaya tunai sebesar 4,14 dan nilai R/C atas biaya total sebesar 3,04. Sedangkan untuk cabai merah organik dengan luasan lahan 1 ha menghasilkan penerimaan sebesar Rp 176.000.000 dengan biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp 26.841.000 dan biaya total sebesar Rp 38.069.666 sehingga pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh yaitu sebesar Rp 149.159.000 dan pendapatan atas biaya total adalah sebesar Rp 137.930.334; maka diperoleh nilai R/C atas biaya tunai sebesar 6,56 dan nilai R/C atas biaya total sebesar 4,62. Penelitian yang menganalisis mengenai pendapatan usahatani pada komoditas sayuran dilakukan oleh Nadhwatunnaja (2008) dan Sujana (2010). Hasil penelititian Sujana (2010) menunjukkan bahwa penerimaan yang diterima oleh petani tomat anggota kelompok tani adalah Rp 93.408.741 sedangkan total biaya yang dikeluarkan adalah Rp 65.079.497; sehingga pendapatan atas biaya total sebesar Rp 28.329.244 maka nilai R/C atas biaya total yang diperoleh yaitu sebesar 1,44. Untuk petani tomat non anggota kelompok tani, memperoleh penerimaan sebesar Rp 90.541.310 dan total biaya yang dikeluarkan adalah Rp 69.776.249; sehingga pendapatan atas biaya total sebesar Rp 20.765.060 sehingga menghasilkan nilai R/C atas biaya total sebesar 1,30. Nadhwatunnaja (2008) menunjukkan bahwa pendapatan petani paprika hidroponik anggota Koptan Mitra Sukamaju lebih tinggi dibandingkan petani non anggota petani paprika hidroponik 14

yaitu dengan pendapatan atas biaya tunai dan biaya total petani anggota Koptan Mitra Sukamaju masing-masing sebesar Rp 19.638.973,12 dan Rp 7.916.973,12. Sedangkan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total petani non anggota masing-masing sebesar Rp 15.943.192,79 dan Rp 4.221.192,79. Begitu juga dengan nilai R/C, nilai R/C pada petani anggota Koptan Mitra Sukamaju lebih tinggi dibandingkan dengan non anggota, yaitu dengan nilai R/C atas biaya tunai petani adalah 1,74 dan nilai R/C 1,21. Sedangkan nilai R/C petani non anggota adalah 1,62 untuk biaya tunai dan 1.11 untuk biaya total. Walaupun terdapat perbedaan karakteristik produk, namun secara garis besar dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan usahatani sayuran, termasuk cabai merah memberikan keuntungan bagi petani yang dapat dilihat dari hasil analisis pendapatan usahatani yang nilainya lebih dari nol dan nilai R/C yang nilainya lebih dari 1. Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi digunakan untuk mengetahui sejauh mana efisiensi penggunaan faktor produksi (input) yang dapat mempengaruhi produksi (output). Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dapat dilakukan dengan menggunakan analisis fungsi produksi Cobb- Douglas dan rasio NPM/BKM. Hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglass masih dilakukan oleh peneliti yang sama yaitu Nadhwatunnaja (2008) dan Sujana (2010). Hasil penelitian keduanya menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R 2 ) pada usahatani paprika hidroponik dan usahatani tomat apel menunjukkan nilai lebih dari 50 persen dimana nilai tersebut mengartikan bahwa model yang dihasilkan layak untuk meramalkan kondisi ke depan secara akurat. Selain itu jika dilihat dari uji multikolinieritas melalui nilai VIF yang kurang dari 10, maka tidak terdapat masalah multikolinieritas pada kedua model penelitian tersebut. Melalui uji statistik diperoleh bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi tomat apel pada petani anggota kelompok tani yaitu variabel benih, pupuk kandang, pupuk P, pupuk K, pestisida cair dan tenaga kerja, dan pada petani non kelompok tani variabel yang berpengaruh nyata pada produksi tomat apel yaitu benih, pupuk kandang, pupuk K, pestisida cair dan tenaga kerja. Sedangkan untuk produksi paprika hidroponik dari hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi pada selang kepercayaan 99 persen adalah nutrisi dan pestisida, dimana pada selang 15

kepercayaan 99 persen mengartikan bahwa faktor-faktor produksi tersebut sangat berpngaruh terhadap produksi paprika hidroponik, karena tingkat kesalahannya hanya satu persen. Untuk selang kepercayaan 95 persen faktor produksi yang dianggap berpengaruh adalah faktor produksi luas lahan. Sedangkan faktor produksi yang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi paprika adalah tenaga kerja. 2.4 Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, penulis mencoba menganalisis pendapatan usahatani cabai merah keriting serta menganalisi faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani cabai merah keriting di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Dengan adanya penelitian terdahulu, maka dapat dilihat bahwa terdapat persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini. Persamaannya adalah sama-sama menganalisis tentang pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani dengan menggunakan alat analisis yang sama yaitu analisis pendapatan, analisis R/C ratio dan analisis faktor fungsi produksi Cobb-Douglass. Untuk perbedaannya yaitu lokasi penelitian yang berbeda, komoditi yang berbeda dan responden/petani yang digunakan juga berbeda, sehingga hasil yang diharapkan juga berbeda. 16