BAB I PENDAHULUAN. menstimulasi pengeluaran CRH (Corticotropin Realising Hormone) yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PEMBAHASAN. cedera abrasi menyerupai dengan cedera peritoneum saat operasi abdomen..

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

Rangkuman P-I. dr. Parwati Abadi Departemen biokimia dan biologi molekuler 2009

BAB 1 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. diinginkan (Covino et al., 1994). Teknik ini pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah

FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

RESPON FISIOLOGIS STRES

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit kritis merupakan suatu keadaan sakit yang membutuhkan dukungan

BAB I PENDAHULUAN. seorang ahli anestesi. Suatu studi yang dilakukan oleh Pogatzki dkk, 2003

I. PENDAHULUAN. mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini. merupakan kumpulan nada-nada dengan bermacam-macam intensitas yang

ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

berkembang akibat peningkatan kemakmuran di Negara bersangkutan akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan perkapita dan perkembangan gaya hidup

FISIOLOGI HORMON STRUKTUR KELENJAR ENDOKRIN STRUKTUR KELENJAR ENDOKRIN

ANAK. DIVISI ENDOKRINOLOGI ANAK FKUSU/RSHAM Dr. HAKIMI, SpAK Dr. MELDA DELIANA, SpAK Dr. SISKA MAYASARI LUBIS,SpA

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. proliferatif, dan fase remodeling. Proses-proses tersebut akan dipengaruhi oleh faktor

PERISTIWA KIMIAWI (SISTEM HORMON)

BAB I PENDAHULUAN. seluruh proses kelahiran, dimana 80-90% tindakan seksio sesaria ini dilakukan dengan anestesi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1,2. Nyeri apabila tidak diatasi akan berdampak

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. untuk prosedur tersebut. Angka bedah caesar pada ibu usia 35 tahun ke atas jauh

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

TUGAS 3 SISTEM PORTAL

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

KETOASIDOSIS DIABETIK

KETOASIDOSIS DIABETIK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

MAKALAH KOMA HIPERGLIKEMI

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB I PENDAHULUAN. memberikan respon stress bagi pasien, dan setiap pasien yang akan menjalani

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Universitas Sumatera Utara

DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU?

HORMON. OLEH dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

Perbandingan kadar gula darah pasca pembedahan dengan anestesia umum dan anestesia spinal

HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. dari 40% keganasan pada perempuan merupakan kanker ginekologi. Kanker

RINI ASTRIYANA YULIANTIKA J500

BAB I PENDAHULUAN. Mual muntah pascaoperasi atau post operatif nausea and vomiting (PONV)

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

BAB I PENDAHULUAN. bagian tubuh untuk perbaikan. Beberapa jenis pembedahan menurut lokasinya

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan adanya hiperglikemia kronik akibat defisiensi insulin baik relatif maupun

Hubungan Kebisingan Dengan Peningkatan Kadar Glukosa Darah 73

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

EFEKTIVITAS PEMBERIAN AJUVAN MIDAZOLAM PADA ANESTESI SPINAL DENGAN BUPIVAKAIN TERHADAP PENCEGAHAN PENINGKATAN KADAR GULA DARAH TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anestesi spinal merupakan salah satu teknik anestesi regional yang

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

BAB I PENDAHULUAN. anestesiologi. 3. Universitas Sumatera Utara

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi

MANUAL PROSEDUR TATALAKSANA HIPOGIKEMIA & HIPERGLIKEMIA HIPOGLIKEMI & TATALAKSANANYA

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS. absolut (DM tipe 1) atau secara relatif (DM tipe 2).

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang disebabkan tubuh tidak lagi memiliki hormon insulin atau insulin tidak dapat bekerja

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari stres,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses pemotongan/penyembelihan dapat mengakibatkan stres hewan,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Askep Gadar Hipoglikemia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

6. PENGENDALIAN KADAR GLUKOSE DARAH

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH PADA WANITA PENGGUNA KONTRASEPSI ORAL DAN PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. multiorgan, ini disebut septic shock. Sepsis merupakan SIRS (Systemic. tempat infeksi, maka ini disebut dengan sepsis berat.

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati **

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reaksi tubuh terhadap pembedahan dapat merupakan reaksi yang ringan atau berat, lokal, atau menyeluruh. Reaksi yang menyeluruh ini melibatkan perubahan endokrin, metabolik, dan biokimia tubuh. Sistem hormon neuro endokrin dan mediator inlamasi terlibat di dalamnya. Reaksi ini disebut sebagai respon stres (Gulobovska dan Vanags 2008). Stres pembedahan mengaktivasi sistem neuro endokrin, menstimulasi jalur aksis hipotalamus-pituitari-adrenal dan sistem adrenergik. Stimulasi hipotalamus menstimulasi pengeluaran CRH (Corticotropin Realising Hormone) yang kemudian memicu pengeluaran ACTH (Adrenocorticotropin Hormone) dari pituitari. Pengeluaran ACTH menyebabkan pengeluaran glukokortikoid, salah satunya kortisol, dari kelenjar adrenal. Secara bersamaan, terjadi juga respon sistem adrenergik dengan pelepasan katekolamin seperti epinefrin dan norepinefrin dari kelenjar adrenal dan pre sinap saraf terminal. Stimulasi pada pankreas menyebabkan peningkatan glukagon dan penghambatan pengeluaran insulin (Shilling dan Raphael 2008, Desborough 2000). Perubahan hormonal dan sistem simpatis ini menyebabkan perubahan pada sistem kardiovaskuler dan perubahan metabolisme terhadap glukosa, asam amino, dan asam lemak (Nilson 1990). Pelepasan kortisol, efinefrin, dan 1

digilib.uns.ac.id 2 norefinefrin sebagai akibat dari stres pembedahan ini akan meningkatkan aktivitas metabolik, seperti glukoneogenesis dan glikogenolisis yang pada akhirnya akan menyebabkan hiperglikemi (Guyton dan Hall 1997). Kondisi hiperglikemi selama pembedahan merupakan penanda hasil klinis yang buruk, bahkan dapat meningkatkan mortalitas (Umpierres et al. 2007). Hiperglikemi mengakibatkan penurunan perfusi oksigen ke jaringan seperti jantung, otak dan ginjal. Keadaan hiperglikemi yang tidak terkontrol akan berakibat fatal bagi pasien. Penelitian observasional Pomposelli et al. (1998) serta Noordzij et al. (2007), menunjukkan bahwa pada pasien bedah, baik dengan riwayat Diabetes Melitus maupun tidak, kontrol gula darah yang baik secara positif dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas. Terjadinya hiperglikemia terbukti menyebabkan lamanya waktu perawatan di rumah sakit, infeksi, gangguan fungsi sosial setelah pulang dari rumah sakit, dan bahkan kematian (Umpierres et al. 2007). Hasil penelitian lain menunjukkan hiperglikemi pasca pembedahan dengan kadar glukosa serum lebih dari 110 mg/dl meningkatkan resiko terjadinya infeksi dari luka operasi (Ata et al. 2010). Sedangkan pencegahan terhadap hiperglikemi, maka dapat menurunkan kejadian komplikasi pasca operasi, lama perawatan dan mortalitas (Frisch 2010). Pemberian ajuvan opioid morfin intrathecal untuk anestesi regional telah menunjukkan keunggulan dalam menghasilkan analgesia tanpa blokade motorik, dan regulasi kadar gula darah yang baik melalui mekanisme blokade di susunan saraf pusat (Borgdorff 2004). Penambahan ajuvan opioid atau

digilib.uns.ac.id 3 Klonidin pada anestesi spinal juga dapat menyebabkan hemodinamik yang tidak stabil, mual, muntah, retensi urin, depresi nafas, dan perlambatan pemulihan blokade motorik (Yun et al. 2007). Pemberian Midazolam dapat mengurangi respon hormonal dan autonom terhadap stes operasi. Hal ini diperlihatkan dengan adanya penurunan kadar katekolamin dan kortisol darah setelah pemberian Midazolam melalui penghambatan aksis pituitari-adrenal (Nilsson 1990). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jerjes et al (2005), didapatkan hasil pemberian Midazolam dapat mengurangi stes operasi yang ditunjukkan adanya penurunan kadar kortisol saliva dibandingkan dengan kontrol. Musyaddad dkk (2010) melakukan penelitian dengan memberikan Midazolam 0,1mg/kg berat badan intra vena sesaat sebelum tindakan anestesi spinal pada pasien yang menjalani prosedur ginekologi. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil terjadinya penurunan kadar gula darah setelah 30 menit pemberian Midazolam. Akan tetapi kadar gula darah yang diukur pasca pembedahan justru mengalami kenaikan. Pemberian Midazolam secara intra vena ini juga dapat menyebabkan efek depresi nafas, penurunan tekanan darah, dengan disertai efek takikardi (Jerjes et al. 2005). Pemberian Midazolam secara intra vena juga tidak dapat dilakukan pada semua prosedur pembedahan. Pada kasus pembedahan tertentu, seperti prosedur TURP (Transurethral Resection of the Prostate), menghendaki kondisi pasien tidak tersedasi selama operasi. Pada kasus Secsio Cesaria pemberian Midazolam

digilib.uns.ac.id 4 pada pasien sebelum janin lahir sebaiknya juga dihindari karena dapat menyebabkan depresi janin (Morgan et al. 2006). Pemberian Midazolam sebagai ajuvan Bupivacain pada anestesi spinal terbukti memberikan efek analgetik yang baik setelah operasi, disertai efek anti emetik dan sedasi ringan (Sen et al. 2001). Akan tetapi belum ada penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh Midazolam intrathecal terhadap kadar glukosa darah dalam kaitannya sebagai respon stres operasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah pemberian ajuvan Midazolam intratechal pada anestesi spinal dengan Bupivakain efektif mencegah peningkatan kadar gula darah yang disebabkan oleh respon stres pembedahan. B. Rumusan Masalah Apakah pemberian ajuvan Midazolam pada anestesi spinal dengan Bupivakain efektif mencegah peningkatan kadar gula darah? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui efektifitas pemberian ajuvan Midazolam pada anestesi spinal dengan Bupivakain terhadap pencegahan peningkatan kadar gula darah 2. Tujuan khusus a. Mengukur kadar gula darah pada sesaat sebelum tindakan anestesi spinal

digilib.uns.ac.id 5 b. Mengukur kadar gula darah sesaat setelah irisan pertama, 30 menit setelah irisan pertama, sesaat setelah penutupan luka, 3 jam setelah penutupan luka, dan 6 jam setelah penutupan luka c. Menilai efek samping depresi nafas, mual muntah, dan menggigil D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Membuktikan adanya efektifitas pemberian ajuvan Midazolam pada anestesi spinal dengan Bupivakain terhadap pencegahan peningkatan kadar gula darah 2. Manfaat klinis a. Mengurangi stres operasi akibat pembedahan b. Mencegah hiperglikemi perioperatif c. Mengurangi morbiditas dan mortalitas pembedahan d. Mengurangi masa perawatan di rumah sakit e. Mengurangi biaya perawatan di rumah sakit. 3. Manfaat bidang kedokteran keluarga Memberikan pemahaman pentingnya pengendalian stres dan pemeriksaan kadar gula darah yang dilakukan secara teratur.