BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori mengenai pengertian

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

BAB I PENDAHULUAN. penerjemahan adalah satu ilmu yang sangat dibutuhkan dewasa ini, kekurangmampuan manusia dalammenguasaibahasa yang ada dunia ini

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi di Indonesia memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang orang menghadapi kesulitan dalam memahami isi atau makna

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertentangkan aspek-aspek dua bahasa yang berbeda untuk menemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin

BAB I PENDAHULUAN. seperti fabel yang menceritakan tentang binatang, hikayat yang merupakan cerita

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat.

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH BUDAYA POLITIK DALAM BUKU TEKS CIVIC CULTURE DAN TERJEMAHANNYA BUDAYA POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya pada level yang berbeda-beda. Peristiwa pengeboman Hiroshima pada

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah dari penelitian, identifikasi masalah dari latar belakang yang

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ROAD MAP PENELITIAN. Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian Arifin yang berjudul Analisis

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

PENGARUH STRUKTUR BAHASA ARAB TERHADAP BAHASA INDONESIA DALAM TERJEMAHAN AL QURAN Oleh: Yayan Nurbayan. Abstrak

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Seorang penerjemah karya sastra selain harus menguasai aspek-aspek kebahasaan antara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan penelitian ini. Kajian teori, meliputi teori tentang teknik penerjemahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN KERANGKA TEORI. 1) Roswita Silalahi (2009) dalam disertasinya berjudul Dampak Teknik, Metode

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Setelah mengumpulkan dan menganalisis data dari hasil tes dan angket

BAB I PENDAHULUAN. Hyde mulai dari masa anak-anak hingga dewasa, yang awalnya ingin menjadi. seorang komikus kemudian beralih menjadi seorang pemusik.

STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH

BAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame

BAB I PENDAHULUAN. atau sebuah konstruksi tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menarik minat pemerhati bahasa khususnya di bidang penerjemahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Berbagai macam problematika pada proses komunikasi juga turut

MAKNA PENERJEMAHAN IDIOM BAHASA JEPANG PADA KOMIK DORAEMON EDISI SEBELAS

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB sebagai suatu organisasi yang

PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi

BAB I PENDAHULUAN. sasaran. Hatim dan Mason (1997:1) mendefinisikan penerjemahan sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB I PENDAHULUAN. by equivalent textual material in another language atau mengganti bahan teks dalam

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan sosial

PENGAJARAN PENERJEMAHAN DI BIDANG BUDAYA. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kerja sama, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik maupun kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan latar belakang teori dan pendekatan yang berbeda. Catford (1969:20)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa dan budaya yang berbeda sering menjadi kendala dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama manusia menggunakan bahasa yang berbeda, maka selama itu pula

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bagi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. fungsional, (3) fungsi bahasa adalah membuat makna- makna, (4) bahasa adalah

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA BUKU TEORI BUDAYA TERJEMAHAN DARI BUKU CULTURE THEORY

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

Ragam Penerjemahan. Kardimin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarata Abstract

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam teks bahasa sasaran (TSa). Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa bahasa seakan-akan tidak ada batasan bagi siapapun, mengingat bahasa merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia dalam berkomunikasi. Para pakar bahasa menyatakan bahwa setiap bahasa mempunyai sistem sendiri, Nababan (2003:54) menyatakan: Sistem dalam setiap bahasa adalah polisistemik karena setiap bahasa mempunyai struktur sintaksis, sintagmatik, leksikal, dan morfem yang berbeda dari sistem bahasa lainnya. Perbedaan-perbedaan dalam hal sistem bahasa itulah yang menyebabkan timbulnya kesulitan-kesulitan dalam pengajaran bahasa, terutama bahasa asing dan dalam penerjemahan. Ini berarti bahwa perbedaan sistem bahasa ini merupakan salah satu faktor yang menimbulkan kesulitan bagi seorang penerjemah untuk mencari makna suatu kata, frasa hingga teks karena perbedaan struktur sintaksis, sintagmatik, leksikal dan morfem. Dalam novel Negeri 5 Menara dan terjemahannya The Land of Five Towers terdapat banyak istilah budaya yang memerlukan kehatian-hatian penerjemah dalam menerjemahkan istilah budaya untuk mencari padanan BSu ke dalam BSa. Sebagai salah satu karya sastra, novel menceritakan kehidupan seseorang yang tidak terlepas dari kehidupan budaya. Hal ini menunjukkan bahwa budaya merupakan ungkapan khas yang dimiliki oleh suatu masyarakat dan tidak dimiliki oleh masyarakat lainnya. Newmark (1988:82) menyatakan bahwa dalam 1

2 novel, karangan dan iklan biasanya kata-kata atau istilah budaya ditransfer ke dalam BSa untuk memberikan warna lokal BSu, sehingga menarik perhatian pembaca dan memberikan rasa kedekatan antara teks dan pembaca, terkadang bunyi atau gambar yang muncul menampilkan daya tarik. Oleh karena itu, seorang penerjemah dalam menerjemahkan novel memerlukan pemahaman budaya yang baik antara BSu dan BSa, sehingga pesan yang ada dalam BSu dapat tersampaikan dalam BSa. Sebagai contoh terjemahan istilah budaya dalam novel ini adalah bunyi talempong (N5M, 2009:17) diterjemahkan menjadi the sound of traditional Minang music (TLOFT, 2011:17). Terjemahan istilah ini diterjemahkan ke dalam BSa dengan cara generalisasi. Namun, jenis musik tradisional Minangkabau bukan hanya talempong, sehingga seharusnya istilah bunyi talempong diterjemahkan ke dalam BSa seperti BSunya atau melakukan peminjaman dan mendeskripsikannya ke dalam BSa agar makna dari BSu tetap tersampaikan. Seperti yang dikatakan oleh Nababan (2003:47) bahwa masalah makna merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bidang penerjemahan karena tujuan penerjemahan erat kaitannya dengan masalah pengalihan makna yang terkandung dalam suatu bahasa ke dalam bahasa lain; tidak jarang juga makna suatu kata sangat ditentukan oleh situasi pemakaiannya dan budaya penutur suatu bahasa. Hoed (2006:25) menyatakan bahwa untuk menghasilkan terjemahan yang baik, maka seorang penerjemah (dan juga juru bahasa) harus memahami BSu dan BSa secara baik, begitu pula kebudayaan yang melatari kedua bahasa itu dengan memiliki tiga kualitas dalam menerjemahkan yaitu (1) menguasai pengetahuan umum yang luas (dan pengetahuan khusus bila ia menerjemahkan teks teknis), (2) memiliki kecerdasan untuk memahami sebuah teks dan melihat secara cepat

3 logika teks yang harus diterjemahkan, dan (3) memiliki kemampuan retorika, yakni kemampuan merekayasa bahasa untuk menghasilkan terjemahan yang sepadan, akurat, dan berterima pada pembaca (atau pendengarnya). Dari pernyataan di atas dapatlah disimpulkan bahwa untuk menghasilkan terjemahan yang bermutu, seorang penerjemah harus memiliki kemampuan ilmu interdisipliner, penguasaan dua budaya antara BSu dan BSa serta memiliki kualitas pengetahuan umum dan khusus, memiliki kecerdasan terhadap pemahaman teks dan memiliki kemampuan retorika. Setiap kegiatan penerjemahan, pengalihan makna TSu ke dalam TSa dapat menimbulkan kesulitan bagi penerjemah. Hal ini disebabkan perbedaan makna BSu dan BSa, Alwasilah (1984:146) mengatakan makna ada dibalik kata, ini berarti bahwa sesuatu makna yang disampaikan seseorang hanya dapat dipahami melalui analisis terhadap unit bahasa terkecil berupa kata hingga unit bahasa yang lebih besar seperti kalimat dalam kaitannya dengan konteks budaya yang ada. Nida (1975:1) juga berpendapat bahwa suatu kata dapat mempunyai sejumlah makna yang saling berbeda. Ini berarti bahwa suatu kata yang terdapat dalam suatu bahasa tidak hanya memiliki satu makna, tetapi suatu kata bisa memiliki sejumlah makna tergantung isi (content) yang disampaikan dalam suatu teks, dan makna suatu kata dari BSu tidak memiliki makna yang persis sama bila diterjemahkan ke dalam BSa. Berkaitan dengan itu Catford (1965:20) menyatakan bahwa translation is the replacement of textual material in one language by equivalent textual material in another language. Sementara Hatim dan Munday (2004:6) menyatakan translation is the process of transferring a written text from source language (SL)

4 to target language (TL), conducted by a translator in speccific socio-cultural context. Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penerjemahan merupakan pengalihan BSu dengan kesepadanan terdekat ke dalam BSa. Proses pengalihan pesan TSu dipengaruhi oleh budaya penerjemah, yang tercermin dari cara penerjemah dalam memahami, memandang, dan mengungkapkan pesan itu melalui bahasa yang digunakannya. Berdasarkan pernyataan di atas, penerjemah harus bijak dalam menentukan padanan yang tepat dalam menerjemahkan istilah budaya dari BSu ke dalam BSa. Di satu sisi, penerjemah harus mengalihkan pesan TSu ke dalam TSa secara akurat dan memenuhi kaidah BSa. Di sisi lain penerjemah harus dapat menemukan padanan leksikal untuk objek atau kejadian yang tidak dikenal (asing) dalam budaya BSa. Pengalihan TSu ke dalam TSa juga memerlukan tingkat pemahaman penerjemah, artinya seorang penerjemah harus memiliki pemahaman yang baik terhadap makna kata, frasa atau kalimat TSu untuk dialihkan kedalam TSa yang erat kaitannya dengan konteks kalimat/alinea. Dalam hal ini pemahaman pesan hendaknya disertai dengan persamaan pengertian, sehingga tidak menimbulkan perbedaan pengertian untuk pesan yang sama. Penyebab lain timbulnya kesulitan dalam penerjemahan adalah padanan kata, frasa atau kalimat yang tidak ada dalam BSa. Ini disebabkan karena perbedaan cara pandang, adat istiadat, geografi, kepercayaan,budaya dan berbagai faktor lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Newmark (1988:94) yang menyatakan Frequently where there is cultural focus, there is translation problem due to the cultural gap or distance between the source and target language (its readership).

5 Oleh karena perbedaan cara pandang itu, penerjemahan bukanlah suatu kegiatan yang mudah untuk dilakukan, namun memerlukan kehati-hatian mengingat adanya faktor perbedaan budaya antara BSu dan BSa. Senada dengan itu, Sutrisno (2005:133) menyatakan bahasa maupun kebudayaan merupakan hasil dari pikiran manusia sehingga ada hubungan atau korelasi antara keduanya. Oleh sebab itu, penerjemahan tidak terlepas dari kedua aspek tersebut dan dalam menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain penerjemah akan banyak menemui kendala jika tidak menguasai hal yang melatar belakangi bahasa tersebut. Soemarno (2003:1) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang membuat aktivitas penerjemahan sulit dilakukan, diantaranya adalah bahwa ilmu penerjemahan merupakan ilmu interdisipliner. Ilmu ini memerlukan pengetahuan lain yang bersifat mendukung. Misalnya, ilmu budaya, sosiolinguistik, psikolinguistik, pengetahuan umum, dan sebagainya. Seorang penerjemah perlu membekali dirinya dengan ilmu tersebut, termasuk mempelajari perbedaan budaya sehingga bisa menghasilkan karya yang lebih bermutu dan produktif. Berkaitan dengan kemampuan interdisipliner, setiap bahasa mempunyai sistem sendiri, misalnya a beautiful lady diterjemahkan menjadi seorang wanita cantik. Pada contoh ini, kita dapat melihat perbedaan susunan kata atau struktur antara bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa). Dalam bahasa Inggris kata beautiful mendahului lady sebagai nomina, sedangkan terjemahannya wanita sebagai nomina mendahului kata cantik sebagai kata sifat. Selain faktor kesulitan di atas, Hoed (2006:7) menyatakan bahwa sebagai manusia, seorang penerjemah juga memiliki keterbatasan-keterbatasan dan

6 kendala-kendala dalam penerjemahan. keterbatasan-keterbatasan dan kendalakendala tersebut yaitu (1) Problema pemahaman teks pada konteks tempat teks itu diproduksikan (faktor penulis) dan ditafsirkan (faktor pembaca/penerjemah). (2) Tak ada dua kebudayaan yang sama. (3) Bagaimana menilai terjemahan sebagai solusi problema komunikasi. (4) Kendala kualitas dan kendala sosial dalam dunia penerjemahan. Berkaitan dengan keterbatasan dan kendala di atas, penerjemah memerlukan pemahaman yang tajam dan penafsiran yang benar terhadap TSu dan TSa. Berkaitan dengan pernyataan tersebut, Nida (2001:82) menyatakan bahwa for truly translation, biculturalism is even more important than bilingualism, since words only have meanings in terms of the cultures in which they function.. Hal ini bermakna bahwa dalam penerjemahan penguasaan dua budaya lebih penting dari pada penguasaan dua bahasa dalam hal menerjemahkan istilah-istilah yang berkaitan dengan budaya. Di samping itu, jika istilah yang diterjemahkan merujuk ke sesuatu yang tidak dikenal dalam kebudayaan sasaran, maka tugas penerjemah menjadi lebih berat. Dalam keadaan yang demikian, Larson (1984: 163) mengungkapkan bahwa penerjemah tidak hanya harus mencari cara terbaik untuk merujuk ke sesuatu yang sudah merupakan bagian dari pengalaman pembaca sasaran, tetapi juga harus mencari cara terbaik untuk mengungkapkan konsep yang sama sekaligus baru kepada penutur BSa. Konsep yang dimaksud harus memiliki padanan yang baik antara BSu dan BSa. Untuk menemukan padanan leksikal yang baik, perlu diketahui hubungan bentuk dan fungsi. Larson (1984:165) menjelaskan kemungkinan itu sebagai berikut : pertama, benda atau kejadian dalam satu bahasa dan kebudayaan

7 mungkin mempunyai bentuk dan fungsi yang sama dalam bahasa lain. Kedua, bentuk mungkin sama tetapi fungsinya berbeda. Ketiga, bentuk yang sama tidak terdapat dalam bahasa penerima, tetapi ada benda atau kejadian yang mempunyai fungsi yang sama. Keempat ialah bentuk dan fungsi mungkin sama sekali tidak ada hubungannya. Kata tersebut merujuk pada sesuatu yang tidak terdapat dalam kebudayaan sasaran dan dalam kebudayaan sasaran tidak ada unsur lain yang mempunyai fungsi yang sama. Penekanan pada bentuk dan fungsi akan banyak membantu penerjemah untuk menemukan padanan yang leksikal yang baik. Selanjutnya, Hamerlain (2005:55) menyatakan bahwa makna yang terdapat dalam TSu tidak selalu dipertahankan dalam versi TSa. Penyebabnya jika ditelusuri dapat berasal dari pandangan dan keyakinan penerjemah seperti apa terjemahan itu seharusnya. Masing-masing penerjemah tentunya memiliki ukuran dan pandangan berbedabeda mengenai terjemahan yang baik, namun mereka sama-sama ingin menghasilkan terjemahan yang memberikan informasi dan diterima dengan baik oleh pembacanya secara umum. Oleh karena itu, yang dipahami dalam penerjemahan adalah pengalihan pesan (message) atau maksud yang ada dalam sebuah TSu sehingga TSa yang dihasilkan dari penerjemahan dikatakan sepadan (equivalent) dengan teks BSu-nya (Hoed, 2006:52). Kemampuan memahami pesan yang ada dalam BSu sangatlah penting dikuasai oleh penerjemah untuk memberikan informasi kepada pembacanya. Dalam novel Negeri 5 Menara mengandung banyak informasi tentang perjalanan seorang anak yang belajar di pondok Madani. Informasi atau pesan yang ada dalam novel ini erat kaitannya dengan ungkapan atau istilah budaya.

8 Menerjemahkan novel tidak semudah menerjemahkan teks biasa. Dalam penerjemahan novel erat kaitannya dengan idiom atau ungkapan atau istilah budaya yang tidak dimiliki oleh masyarakat lain. Idiom atau ungkapan tersebut tidak dapat diterjemahkan secara denotatif tetapi bersifat konotatif yang memiliki makna tersirat di balik ungkapan yang tertulis. Sementara teks biasa misalnya dalam teks sains bersifat denotatif. Oleh karena perbedaan tersebut, menerjemahkan novel lebih sulit jika dibandingkan dengan menerjemhkan teks biasa. Maka, seorang penerjemah harus memiliki pemahaman budaya yang baik antara BSu dan BSa dalam mengalihkan pesan dalam novel ke dalam BSa. Berikut ini contoh terjemahan istilah budaya dalam novel ini (1) Aku tegak di atas panggung aula madrasah Negeri setingkat SMP (N5M, 2009:5) diterjemahkan menjadi I stood up on the auditorium stage of the state junior high madrasahreligious school (TLOFT, 2011:5), (2) Pak Etek punya banyak teman di Mesir yang lulusan Pondok Madani di Jawa Timur (N5M, 2009:12) diterjemahkan menjadi Your uncle has a lot of friends in Egypt who have graduated from Madani Pesantren in east Java (TLOFT, 2011:11). Pada contoh pertama, madrasah diterjemahkan menjadi madrasah-religious school, dalam BSa terjemahan ini memerlukan penambahan penjelasan agar mudah dimengerti oleh para pembaca teks Bsa. Pada contoh kedua, pondok madani diterjemahkan menjadi madani pesantren. Terjemahan ini disesuaikan dengan budaya BSa, kata pondok tidak diterjemahkan secara leksikon akan tetapi diterjemahkan menjadi pesantren yang berterima dan mudah dipahami dalam BSa. Dari contoh di atas berarti bahwa pemahaman budaya sangat penting dikuasai oleh penerjemah dalam mengalihkan istilah budaya BSu ke dalam BSa.

9 Peneliti tertarik untuk menganalisis terjemahan istilah budaya dalam novel Negeri 5 Menara ke dalam bahasa Inggris The Land Of Five Towers dan menganalisis teknik penerjemahan apa yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan kata dan frasa yang berkaitan dengan istilah budaya dalam menerjemahkan novel Negeri 5 Menara ke dalam bahasa Inggris The Land Of Five Towers. 1.2 Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah kategori istilah budaya yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara dan terjemahannya The Land of Five Towers? 2. Teknik penerjemahan apa sajakah yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan istilah budaya dalam novel Negeri 5 Menara ke dalam bahasa Inggris The Land Of Five Towers? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian sangat penting agar peneliti tidak salah dalam menjawab rumusan permasalahan di atas; Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mendeskripsikan kategori istilah budaya yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara dan terjemahannya The Land of Five Towers. 2. Untuk mendeskripsikan teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan novel Negeri 5 Menara ke dalam bahasa Inggris The Land of Five Towers.

10 1.4 Manfaat Penelitian Temuan penelitian bermanfaat bagi pembaca, akademisi, praktisi penerjemah dan juga pengembangan teori penerjemahan. Manfaat penelitian ini terdiri atas dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis, sebagaimana diuraikan di bawah ini: 1.4.1 Manfaat Teoritis a. Temuan penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dalam pengembangan kajian terjemahan, budaya dan linguistik, khususnya kategori istilah-istilah budaya dan teknik penerjemahan. b. Sebagai penguatan teori dalam hubungan kategori istilah-istilah budaya dan penggunaan teknik penerjemahan yang berkaitan dengan penerjemahan istilah-istilah budaya. 1.4.2 Manfaat Praktis a. Sebagai referensi bagi praktisi penerjemah dalam penerjemahan istilahistilah budaya dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. b. Bagi praktisi penerjemah yang tertarik dalam penerjemahan, hasil penelitian ini sangat membantu dan berguna karena bisa memberi masukan dan pemahaman tentang istilah-istilah budaya dan teknik penerjemahan yang berkaitan dalam penerjemahan istilah-istilah budaya c. Bagi pembaca, akademisi dan praktisi penerjemahan hasil penelitian ini dapat memberi penguatan bahwa budaya termasuk faktor yang sangat penting dalam menerjemahkan.

11 1.5 Batasan Masalah Penelitian ini fokus pada terjemahan sebagai produk, khususnya kata dan frasa yang berhubungan dengan istilah-istilah budaya dalam novel Negeri 5 Menara ke dalam bahasa Inggris The Land of Five Towers dan teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan novel tersebut. 1.6 Klarifikasi Makna Istilah Agar penelitian ini tidak disalah mengerti dan menghindari kesalahpahaman maka perlu diklarifikasi beberapa istilah-istilah berikut. 1. Teknik penerjemahan adalah sebagai prosedur untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan dan dapat diterapkan pada satuan lingual (Molina dan Albir, 2002:509). 2. Istilah budaya adalah ungkapan berupa kata atau frasa yang perwujudannya khas dalam suatu masyarakat dan maknanya berkaitan dengan budaya dan atau disebut cultural words (Newmark, 1988:94). 3. Bahasa sumber (BSu) merupakan terjemahan dari source language (SL), yakni bahasa yang diterjemahkan (Hoed, 2006:51). Dalam penelitian ini bahasa sumbernya adalah bahasa Indonesia. 4. Bahasa sasaran (BSa) merupakan terjemahan dari target language (TL), yakni bahasa terjemahan (Hoed, 2006:51). Dalam penelitian ini bahasa sasarannya adalah bahasa Inggris. 5. Teks sumber (TSu) adalah teks yang diterjemahkan dan bahasanya disebut BSu (Hoed, 2006:23). Dalam penelitian ini teks sumbernya adalah bahasa Indonesia

12 6. Teks sasaran (TSa) adalah teks yang disusun oleh penerjemah atau hasil dari kegiatan penerjemahan yang disebut terjemahan dan bahasanya disebut BSa (Hoed, 2006:23). Dalam penelitian ini teks sasarannya adalah bahasa Inggris. 7. Novel adalah sebagai karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (KBBI, 2005).