SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

dokumen-dokumen yang mirip
Sistem Manajemen Basis Data

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

III. METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMASI PENENTUAN KESEPAKATAN HARGA NILAM PADA RANTAI PASOK MINYAK ATSIRI DI KABUPATEN KUNINGAN

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

VII. ANALISIS FINANSIAL

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

VII. RENCANA KEUANGAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

A. Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

VIII. ANALISIS FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

III. METODE PENELITIAN

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

METODOLOGI PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman

III. KERANGKA PEMIKIRAN

6,25 6,25 6,00 5,75 6,13 5,75 6,88 5,25 6,50 6,75 Rata-rata Suku Bunga 6,20. Lampiran 2. Tingkat inflasi berdasarkan perhitungan inflasi tahun 2011.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

BAB V KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES )

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI A Kerangka Pemikiran

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

Mulai. Perancangan bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Pengukuran bahan yang akan digunakan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN

Transkripsi:

94 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN Konfigurasi Model Hasil analisis sistem menunjukkan bahwa sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri bersifat kompleks, dinamis, dan probabilistik. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya pelaku yang terlibat dalam sistem dengan kepentingan yang berbeda-beda sehingga memerlukan pendekatan sistem. Melalui prosedur metodologi dalam rancang bangun pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri, diharapkan mampu menghasilkan keputusan yang komplementer dan komprehensif terhadap sejumlah kebutuhan masing-masing komponen pelaku sehingga tercipta suatu sistem yang harmonis. Dinamika lingkungan sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri berupa biaya produksi serta harga jual nilam dan minyak nilam yang cenderung berfluktuasi, dapat diatasi melalui rancang bangun model yang dapat diaplikasikan ke dalam sistem berbasis computer. Model tersebut dibangun melalui empat komponen utama, yaitu Sistem Manajemen Basis Data (SMBD), Sistem Manajemen Basis Model (SMBM), Sistem Manajemen Basis Pengetahuan (SMBP), dan Sistem Pengolahan Terpusat (SPT). Selain itu model tersebut juga dilengkapi dengan Sistem Manajemen Dialog (SMD) dan hubungannya dengan pengguna. Sebagai tujuan akhir dari pengembangan model adalah membantu semua pihak dalam pengambilan keputusan terutama kepada koperasi usahatani dan usaha lepas panen, industri penyuling/eksportir, lembaga keuangan, dan Pemerintah Pusat/Daerah, baik dalam bentuk formulasi strategi maupun operasional. Sistem Pengolahan Terpusat merupakan bagian sistem yang bertujuan mengorganisasikan dan mengendalikan seluruh komponen sistem, serta memungkinkan sistem berinteraksi secara dua arah dengan sistem lainnya. Sistem Pengolahan Terpusat divisualisasikan dalam bentuk Menu Utama yang terdiri dari Basis Data, Basis Pengetahuan dan Basis Model. Sistem Manajemen Dialog merupakan bagian sistem yang memungkinkan pengguna dengan mudah berinteraksi dengan sistem. Sistem Manajemen Dialog dalam sistem penunjang keputusan pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri

95 menyediakan fasilitas interaktif antara model dengan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Berdasarkan analisis sistem nyata, agroindustri minyak nilam melibatkan beberapa elemen dengan pola interaksi yang sangat kompleks. Oleh karena itu perlu disusun suatu model yang terstruktur, sederhana tetapi dapat merepresentasikan sistem nyata. Model Sistem Penunjang Keputusan dirancang dalam bentuk perangkat lunak berbasis komputer yang berfungsi sebagai Sistem Penunjang Keputusan yang diberi nama PAP-Klaster (Pemberdayaan Agroindustri Perdesaan dengan Pendekatan Klaster). Cakupan Model PAP-Klaster PAP-Klaster dirancang sebagai sistem pendukung keputusan yang mengintegrasikan beberapa sub-model yang saling berhubungan dan didukung oleh basis data serta basis pengetahuan. Fitur-fitur yang disiapkan merupakan elemenelemen rinci yang disusun berdasarkan diskusi dengan praktisi sebagai pengguna dan literatur. Pada Halaman utama ini pengguna dapat memasukkan username dan password. Gambar 28 menunjukkan halaman depan dari PAP-Klaster. Gambar 28 Tampilan halaman depan PAP-Klaster

96 Konfigurasi model dirancang dalam paket program komputer sistem penunjang keputusan. Paket program tersebut bertujuan untuk membantu pengguna dalam proses pengambilan keputusan berkenaan dengan sistem pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri. Gambar 29 menunjukkan konfigurasi SPK PAP-Klaster dilengkapi dengan Sistem Manajemen Dialog (SMD) dan hubungannya dengan pengguna (user). Data Model Pengetahuan Sistem Manajemen Basis Data (DBMS) Daftar stakeholder Klaster Agroindustri Nilam Data internal pelaku klaster (data keuangan, data produksi, data pemasaran, data sumber daya) Sistem Manajemen Basis Model (MBMS) Model Kelayakan Usaha Tani dan Industri Kecil Penyulingan Model Kesepakatan Harga Model Pengukuran Kinerja Sistem Manajemen Basis Pengetahuan (KBMS) Penentuan Fungsi Sasaran Penentuan Kendala Utama Indikator Kinerja Usaha tani dan Industri Kecil Penyulingan Penentuan Indikator Kinerja Sistem Pengolahan Terpusat Sistem Manajemen Dialog PENGGUNA Gambar 29 Konfigurasi SPK PAP-Klaster Sistem penunjang keputusan (SPK) pada program PAP-Klaster disusun berdasarkan dua basis pengetahuan, yaitu: (1) perancangan indikator kinerja, dan (2) pembobotan indikator kinerja. Masing-masing basis data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

97 Analisis Biaya Analisis biaya ini menganalisis basis data berdasarkan kriteria finansial berupa PBP (Payback Period), NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), B/C-ratio (Benefit-Cost-Ratio), dan BEP (Break Event Point). Analisis sensitivitas dilakukan pada berbagai skenario, proyeksi cash-flow, dan analisis laba-rugi. Tujuan akhir dari analisis ini adalah untuk mendapatkan informasi layak atau tidak layak usahatani dan industri kecil penyulingan. Optimasi Kesepakatan Harga Optimasi kesepakatan harga pada usahatani dilakukan berdasarkan kesepakatan antara harga jual nilam kering dari petani dan harga beli nilam kering oleh industri kecil penyulingan. Tujuan dari optimasi kesepakatan harga ini adalah untuk member keuntungan yang memadai bagi usahatani dan industri kecil penyulingan. Sistem Pengolahan Terpusat Sistem Pengolahan Terpusat merupakan bagian dari sistem yang mengelola dan mengatur seluruh komponen, serta memungkinkan sistem berinteraksi secara timbal balik dengan sistem lainnya. Sistem pengolahan terpusat berfungsi sebagai koordinator dan pengendalian dari operasi Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan dalam Klaster Agroindustri Minyak Atsiri. Sistem Manajemen Dialog Sistem Manajemen Dialog merupakan fasilitas yang diberikan untuk berkomunikasi antara model dengan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Sistem ini akan mempermudah pengguna dalam pemakaian program. Hal ini dikarenakan sistem yang dibuat user friendly. Sistem Manajemen Dialog perlu dirancang dengan tampilan menarik agar pengguna mudah mengerti dengan alur kerja penggunaan program serta membuat pengguna tidak merasa bosan.

98 Sistem Manajemen Basis Data Sistem manajemen basis data merupakan salah satu komponen penting dari suatu sistem karena adanya perbedaan kebutuhan data. Sistem Manajemen Basis Data merupakan bagian sistem yang didalamnya terdiri dari basis data yang dapat digunakan untuk memberikan informasi yang bersifat tetap, tidak dapat diubah ataupun dimanipulasi dan berperan sebagai input bagi pengembangan sistem. Juga dapat berisikan basis data yang merupakan mekanisasi integrasi berbagai jenis data internal dan eksternal. Ada kemungkinan basis data harus dimanipulasi atau diubah dalam penggunaannya agar menghasilkan model tertentu. Sistem manajemen basis data pada model pemberdayaan masyarakat agroindustri minyak atsiri merupakan bagian yang memberikan fasilitas pengolahan data, yaitu mengendalikan dan memanipulasi data yang tersimpan. Proses tersebut diantaranya input data, ubah data, dan hapus data. Hal ini dimaksudkan agar keluaran model lebih aktual dan sesuai kondisi ketika model akan digunakan. Gambar 30 menunjukkan tampilan menu utama program PAP-Klaster yang memiliki tiga menu, yaitu: (1) analisis usaha, (2) kinerja, dan (3) kelembagaan. Gambar 30 Tampilan menu utama PAP-Klaster

99 Struktur Biaya Usahatani Nilam Analisis usaha dari usahatani memiliki basis data struktur biaya investasi dan biaya produksi usahatani. Data proyeksi produksi usahatani dalam kg nilam kering per hektar selama umur ekonomis diasumsikan bulan pertama 0 persen, bulan keenam 100 persen, dan bulan kesembilan 90 persen dengan umur ekonomis proyek satu tahun. Basis data tersebut dapat dilakukan editing berupa penambahan atau pengurangan sesuai keperluan ketika model akan dioperasikan. Tabel 3 menunjukkan struktur biaya investasi dan Tabel 4 menunjukkan struktur biaya produksi usahatani. Tabel 3 Struktur biaya investasi usahatani nilam No Uraian Satuan Volume Harga (Rp) Total Biaya (Rp/ha) 1 Sewa lahan Rp/ha/th 1 1 000 000 1 000 000 2 Cangkul buah 5 50 000 250 000 3 Sabit buah 5 50 000 250 000 4 Sprayer buah 2 200 000 400 000 Total 1 900 000 Tabel 4 Struktur biaya produksi usahatani nilam No Uraian Satuan Volume Harga (Rp) Total Biaya (Rp/ha) 1 Biaya Variabel: - Benih - Pupuk urea tanaman kg 25 000 60 175 2 200 4 375 000 132 000 - Pupuk TSP kg 30 2 500 75 000 - Pestisida botol 3 35 000 105 000 - Obat semprot rumput buah 2 35 000 70 000 - Karung buah 100 1 000 100 000 - Tenaga Pembukaan HOK 58 35 000 2 030 000 Lahan - Tenaga angkut bibit HOK 26 40 000 1 040 000 Sub Total 7 927 000 2 Biaya Tetap: - Tenaga Penanaman HOK 14 20 000 280 000 - Tenaga Pemupukan dan Pengendalian HOK 20 20 000 400 000 - Tenaga Pemanenan HOK 43 20 000 860 000 Sub Total 1 540 000 Total 9 467 000

100 Gambar 31 menunjukkan tampilan asumsi dan kofisien budidaya nilam PAP-Klaster dan Gambar 32 menunjukkan tampilan biaya produksi usahatani nilam PAP-Klaster. Gambar 31 Tampilan asumsi dan koefisien budidaya nilam PAP-Klaster Gambar 32 Tampilan biaya produksi usahatani nilam PAP-Klaster

101 Struktur Biaya Industri Kecil Penyulingan Minyak Nilam Basis data struktur biaya industri kecil penyulingan terdiri dari biaya investasi tanah dan bangunan, mesin dan peralatan, biaya operasional, biaya penyusutan, dan biaya perawatan. Data proyeksi industri kecil penyulingan dalam kg minyak nilam per tahun selama umur ekonomis diasumsikan bulan pertama sampai bulan ke dua puluh 100 persen, dengan umur ekonomis proyek 20 bulan. Basis data tersebut dapat dilakukan editing berupa penambahan atau pengurangan sesuai keperluan ketika model akan dioperasikan. Tabel 5 menunjukkan biaya investasi, Tabel 6 menunjukkan biaya operasional, Tabel 7 menunjukkan biaya penyusutan dan Tabel 8 menunjukkan biaya perawatan industri kecil penyulingan. Tabel 5 Biaya investasi industri kecil penyulingan minyak nilam No Uraian Satuan Volume Harga (Rp) Total Biaya (Rp) 1 Alat Penyulingan unit 1 100 000 000 100 000 000 2 Mesin Rajang unit 1 10 000 000 10 000 000 3 Rumah Suling dan unit 1 10 000 000 10 000 000 Tungku 4 Katrol unit 1 3 000 000 3 000 000 5 Bak Angkut unit 1 100 000 100 000 Total 123 100 000 Tabel 6 Biaya operasional industri kecil penyulingan minyak nilam No Uraian Satuan Volume Harga (Rp) Total biaya (Rp) 1 Biaya variabel (per siklus): - Kayu bakar - Air - Listrik - Jerigen plastik 30 kg m 3 paket paket paket 3 1 1 1 40 000 100 1 000 6 000 120 000 100 1 000 6 000 Sub Total 127 100 2 Biaya tetap: -Nilam kering -Tenaga kerja Kg HOK 300 1 4 500 60 000 1 350 000 60 000 Sub Total 1 410 000 Total Biaya 1 537 100

102 Tabel 7 Biaya penyusutan industri kecil penyulingan minyak nilam No Uraian Biaya (Rp) Umur Penyusutan (%) Biaya Penyusutan (Rp) 1 Alat Penyulingan 100 000 000 5 10 2 000 000 2 Mesin Rajang 10 000 000 5 10 200 000 3 Rumah Suling 10 000 000 5 15 300 000 dan Tungku 4 Katrol 3 000 000 5 15 90 000 5 Bak Angkut 100 000 4 10 2 500 Total 2 592 500 Tabel 8 Biaya perawatan industri kecil penyulingan No Uraian Biaya (Rp) Perawatan (%) Biaya Perawatan (Rp) 1 Alat Penyulingan 100 000 000 1 1 000 000 2 Mesin Rajang 10 000 000 1 100 000 3 Rumah Suling dan 10 000 000 1 100 000 Tungku 4 Katrol 3 000 000 1 30 000 5 Bak Angkut 100 000 1 1 000 Total 1 231 000 Tabel 9 menunjukkan biaya pembelian alat suling agroindustri minyak nilam PAP- Klaster. Tabel 10 menunjukkan jadwal angsuran pinjaman agroindustri minyak nilam PAP-Klaster. Tabel 9 Biaya pembelian alat suling agroindustri minyak nilam PAP-Klaster N o 1 2 3 4 5 Uraian Alat penyulingan Mesin rajang Rumah suling dan tungku Katrol Bak angkut Jumlah (unit) 1 1 1 1 1 Harga (ribu Rp) 100 000 10 000 10 000 3 000 100 Sub total (ribu Rp) 100 000 10 000 10 000 3 000 100 Umur (thn) 5 5 5 5 4 Penyusut an (%) 10 10 15 15 10 B.penyusut an (ribu Rp) 2 000 200 300 90 2.5 Perawa tan (%) 1 1 1 1 1 B.perawa tan (ribu Rp) 1 000 200 100 30 1 Total 123 100 2 592.5 1 231

103 Tabel 10 Jadwal angsuran pinjaman agroindustri minyak nilam PAP-Klaster (Rp) No Awal Tahun Pokok Bunga Total 1 74 922 060 6 243 505 749 221 6 992 726 2 68 678 555 6 243 505 686 786 6 930 291 3 62 435 050 6 243 505 624 351 6 867 856 4 56 191 545 6 243 505 561 915 6 805 420 5 49 948 040 6 243 505 499 480 6 742 985 6 43 704 535 6 243 505 437 045 6 680 550 7 37 461 030 6 243 505 374 610 6 618 115 8 31 217 525 6 243 505 312 175 6 555 680 9 24 974 020 6 243 505 249 740 6 493 245 10 18 730 515 6 243 505 187 305 6 430 810 11 12 487 010 6 243 505 124 870 6 368 375 12 6 243 505 6 243 505 62 435 6 305 940 Total 74 922 060 4 869 934 79 791 994 Struktur Manajemen Basis Pengetahuan Sistem manajemen basis pengetahuan pada program PAP-Klaster disusun berdasarkan dua basis pengetahuan, yaitu: (1) perancangan indikator kinerja, dan (2) pembobotan indikator kinerja. Masing-masing basis pengetahuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Perancangan Indikator Kinerja Perancangan indikator kinerja (IK) dirancang berdasarkan beberapa kriteria yang selanjutnya bisa diderivasikan menjadi beberapa sub kriteria. Dalam perancangan ini identifikasi kriteria dilakukan dengan akuisisi pengetahuan pakar baik melalui kajian pustaka, brainstorming dengan pakar maupun dengan mengajukan beberapa pertanyaan pada pakar dalam bentuk kuesioner semi terbuka. Pakar yang dilibatkan sebanyak 6 orang yang terdiri dari 2 orang praktisi usahatani dan industri kecil penyulingan, 3 orang dari pemerintah dan 1 orang akademisi. Tujuan dari perancangan indikator kinerja ini adalah untuk mendapatkan indikator kinerja kunci dari klaster agroindustri minyak atsiri.

104 Pembobotan Indikator Kinerja Pembobotan indikator kinerja dilakukan untuk menghasilkan indikator kinerja kunci berdasarkan bobot dari masing-masing indikator kinerja. Dalam pembobotan ini digunakan perbandingan berpasangan (pairwise comparison) terhadap indikator kinerja yang ada. Dengan menggunakan AHP dapat dihasilkan struktur indikator kinerja dan indikator kinerja kunci (IKK) yang dihasilkan. Sistem Manajemen Basis Model Sistem manajemen basis model merupakan fasilitas yang diberikan dalam pengelolaan model untuk perhitungan yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Sistem manajemen basis model disusun berdasarkan empat model, yaitu: (1) model analisis kelayakan usaha, (2) model kesepakatan harga, (3) model pengukuran kinerja, dan (4) model kelembagaan. Masing-masing basis model tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Model Kelayakan Usaha Model analisis kelayakan usaha dirancang dengan tujuan untuk menganalisis kelayakan usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam. Model ini diharapkan dapat berguna bagi: (1) koperasi usahatani dan industri kecil penyulingan guna mendapatkan nilai tambah, (2) pengusaha atau investor yang ingin menanamkan modalnya pada usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam, (3) lembaga pembiayaan usaha untuk penyaluran kredit bagi pengusaha, dan (4) Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi sistem pemberdayaan masyarakat pedesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri berupa formulasi kebijakan, perbaikan infrastruktur, dan mendorong bentuk pengusahaan nilam secara terintegrasi melalui PAP-Klaster. Input data model kelayakan usaha dilakukan melalui dua cara yaitu input data yang tersimpan dalam file data struktur biaya usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam serta masukan data dan informasi langsung dari pengguna. Formulasi yang digunakan untuk menghitung kelayakan investasi dilakukan melalui

105 kriteria finansial berupa NPV (Net Present Value) adalah nilai bersih yang diterima proyek selama umur ekonomis pada saat ini; PBP (Pay Back Period) merupakan nilai yang mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali; IRR (Internal Rate of Return ) adalah nilai suku bunga yang membuat NPV proyek sama dengan nol, atau tingkat suku bunga yang menunjukkan bahwa nilai penerimaan sama dengan jumlah seluruh biaya investasi sekarang; B/C ratio (Benefit-Cost-Ratio) merupakan perbandingan nilai sekarang dengan nilai biaya bersih; dan BEP (Break Even Point) adalah analisa titik pulang pokok di mana tingkat volume penjualan akan impas untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Skenario yang dilakukan pada model kelayakan usaha ini terdiri dari tiga skenario, yaitu: (1) pada kondisi normal, (2) dengan penurunan harga jual sebesar 20%, dan (3) dengan penurunan harga jual sebesar 40%. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap ketiga skenario tersebut. Output model analisis kelayakan usaha berupa analisis laba-rugi, analisis cash flow, dan kriteria kelayakan usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam. Sub model Kelayakan Usahatani Nilam Sub Model ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani nilam dari segi aspek finansialnya. Perhitungan kriteria kelayakannya terdiri dari NPV (Net Present Value), BEP (Break Even Point), B/C Ratio, dan PBP (Pay Back Period). Perhitungan sub model ini dilakukan dengan menggunakan Microsoft excel 2007. Gambar 33 menunjukkan diagram alir model kelayakan analisis kelayakan usaha.

106 Mulai Input Basis Data Usahatani: 1. Biaya tetap: - Gaji karyawan tetap - Biaya tetap lainnya 2. Biaya tidak tetap: - Pemeliharaan tanaman - Pupuk, pestisida - Panen dan pascapanen -Biaya tidak tetap lainnya 3. Target produksi kebun: 10.000 kg/ha/tahun Input Skenario Model Usahatani: Sumber dana Bank Konvensional Tenggang waktu pengembalian pinjaman kredit Umur ekonomis proyek Harga jual nilam kering Hitung: Biaya investasi Biaya produksi Hitung: Analisis Laba-Rugi Analisis Cash-Flow Hitung: IRR - PBP NPV - BEP B/C ratio Layak? Cetak Output: Kriteria kelayakan usaha Analisis Laba-Rugi Analisis Cash-Flow Selesai Gambar 33 Diagram alir model analisis kelayakan usaha

107 Gambar 34 menunjukkan Tampilan Sub Model Kelayakan Usahatani Nilam. Gambar 34 Tampilan sub-model kelayakan usahatani nilam Tampilan sub-model kelayakan usahatani nilam terdiri dari: 1) Masukan model Masukan dari Sub-Model Kelayakan Usaha untuk usahatani nilam berasal dari data struktur biaya usahatani yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel, dan nilainilai asumsi untuk parameter yang digunakan dalam analisis. Biaya investasi yang diperlukan untuk usahatani nilam dengan luas lahan 10 000 m2 sebesar Rp 1 900 000. Biaya produksi usahatani sebesar Rp 9 467 000, sehingga modal kerja yang diperlukan adalah sebesar Rp 11 367 000 2) Analisis kelayakan finansial usahatani nilam ini menggunakan beberapa asumsi, yaitu : Masa usaha 1 tahun (12 bulan) Jangka waktu pengembalian pinjaman 12 bulan

108 Jarak tanam 0.6 m x 0.8 m, jumlah tanaman di lapang untuk 1 ha adalah adalah 20 834 tanaman Jumlah bibit yang disediakan adalah 25 000 tanaman dengan kematian bibit di lapang ± 16% Umur tanaman saat panen pertama adalah bulan ke 6, dan panen selanjutnya setiap 3 bulan sekali Satu tahun 3 kali panen, jumlah produksi per panen sebanyak 12 000 kg, Harga jual nilam basah adalah Rp 1 200/kg atau harga jual nilam kering sebesar Rp 4 500/kg Bunga bank yang berlaku adalah 12% Modal pinjaman dari bank sebesar 60% dan modal sendiri sebesar 40% Persentase produksi bulan ke-1 sampai dengan bulan ke-5 sebesar 0%, bulan ke-6 sebesar 100%, bulan ke-9 sebesar 90%. 3) Keluaran model Dalam penentuan kelayakan finansial perlu dilakukan pengujian terhadap tingkat sensitivitasnya. Pengujian dilakukan pada tiga kondisi yang berbeda. Skenario pertama adalah kondisi normal dengan menggunakan asumsi yang telah ditetapkan. Skenario kedua adalah kondisi dimana terjadi penurunan harga jual nilam basah sebesar 20%. Skenario ketiga adalah kondisi dimana terjadi penurunan harga jual nilam basah sebesar 40%. Skenario 1 Pada skenario pertama yang merupakan kondisi normal yaitu pada harga jual nilam basah Rp 1 200/kg, biaya produksi Rp 9 467 000, usahatani nilam untuk masa proyek selama 1 tahun memiliki keuntungan bersih per tahunnya sebesar Rp 14 019 145; NPV sebesar Rp 12 130 935; IRR sebesar 14.60%; PBP selama 4.97 bulan, dan B/C Ratio sebesar 1.35. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal usahatani layak untuk dijalankan.

109 Skenario 2 Pada skenario kedua terjadi penurunan harga jual nilam basah sebesar 20% yaitu pada harga jual Rp 960. Usahatani nilam untuk masa proyek selama 1 tahun memiliki keuntungan bersih per tahunnya sebesar Rp 6 675 145; NPV sebesar Rp 5 414 029; IRR sebesar 7.81%; PBP selama 10.25 bulan, dan B/C Ratio sebesar 1.16. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi kedua tersebut usahatani nilam layak untuk dijalankan jika terjadi penurunan harga jual hingga 20% Skenario 3 Pada skenario ketiga terjadi penurunan harga jual nilam basah sebesar 40%, yaitu pada harga jual Rp 720. Usahatani nilam untuk masa proyek selama 1 tahun memiliki keuntungan bersih per tahunnya sebesar Rp -668 855; NPV sebesar Rp -1 302 877; IRR sebesar -0 92%; PBP selama 20 bulan; dan B/C Ratio sebesar 0 96. Hasil analisis sensitivitas pada skenario ketiga menunjukkan bahwa usahatani nilam juga mulai tidak layak untuk dijalankan jika terjadi penurunan harga jual nilam hingga 40%. Berdasarkan analisis sensitivitas usahatani nilam, pada penurunan harga jual 40% usahatani tidak layak dijalankan. Tabel 11 menunjukkan hasil perhitungan kelayakan finansial usahatani nilam pada ketiga kondisi dengan luas lahan 1 ha. Tabel 11 Hasil kelayakan finansial usahatani nilam 10.000 m2 (1 ha) pada kondisi normal, biaya produksi naik 65%, harga jual turun 40% Parameter Kelayakan Kondisi Normal (Skenario 1) Penurunan Harga Jual(20%) (Skenario 2) Penurunan Harga Jual (40%) (Skenario 3) Keuntungan bersih/tahun (Rp) 14,019,145 6 675 145-668,855 NPV (Rp) 12,130,935 5 414 029-1,302,877 IRR (%) 14,60 7.81-0,92 PBP (bulan) 4,97 10.25 20 B/C Ratio 1,35 1.16 0,96 Hasil Analisis LAYAK LAYAK TIDAK LAYAK

110 Gambar 35 menunjukkan hubungan B?C ratio dengan skenario 1, 2, dan 3. Gambar 36 menunjukkan hubungan keuntungan per tahun dengan skenario 1, 2, dan 3. B/C Ratio 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 Kondisi normal Harga jual turun 20% Harga jual turun 40% B/C Ratio Gambar 35 B/C ratio pada kondisi normal, harga jual turun 20% dan harga jual turun 40% 15000000 Keuntungan per tahun 10000000 5000000 Keuntungan per tahun 0-5000000 Kondisi normal Harga jual turun 20% Harga jual turun 40% Gambar 36 Keuntungan per tahun pada kondisi normal, harga jual turun 20% dan harga jual turun 40% Sub-model Kelayakan Usaha Industri Kecil Penyulingan Minyak Nilam Sub-Model ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan industri kecil penyulingan minyak nilam dari segi aspek finansialnya. Perhitungan kriteria kelayakannya terdiri dari NPV (Net Present Value), BEP (Break Even Point), B/C Ratio, dan PBP (Pay Back Period). Perhitungan sub model ini dilakukan dengan menggunakan Microsoft excel 2007. Gambar 37 menunjukkan tampilan biaya

111 pembelian mesin, Gambar 38 menunjukkan tampilan jadwal angsuran pinjaman, dan Gambar 39 menunjukkan tampilan sub model kelayakan usaha industri kecil penyulingan minyak nilam. Gambar 40 menunjukkan diagram alir model kelayakan analisis kelayakan industri kecil penyulingan minyak nilam. Gambar 37 Tampilan biaya pembelian mesin agroindustri minyak nilam PAP-Klaster Gambar 38 Tampilan jadwal angsuran pinjaman agroindustri minyak nilam PAP-Klaster

Gambar 39 Tampilan sub model kelayakan usaha industri kecil penyulingan minyak nilam 112

113 Mulai Input Basis Data Industri Kecil Penyulingan: 1. Biaya tetap: - Gaji karyawan tetap - Biaya tetap lainnya 2. Biaya tidak tetap: - Pemeliharaan tanaman - Pupuk, pestisida - Panen dan pascapanen -Biaya tidak tetap lainnya Input Skenario ModelIndustri Kecil Penyulingan: Sumber dana Bank Konvensional Tenggang waktu pengembalian pinjaman kredit Umur ekonomis proyek Harga jual minyak nilam Hitung: Biaya investasi - Biaya penyusutan Biaya operasional - Biaya pemeliharaan Hitung: Analisis Laba-Rugi Analisis Cash-Flow Hitung: IRR - PBP NPV - BEP B/C ratio Layak? Cetak Output: Kriteria kelayakan usaha Analisis Laba-Rugi Analisis Cash-Flow Selesai Gambar 40 Diagram alir sub model kelayakan usaha industri kecil penyulingan minyak nilam

114 Tampilan sub model kelayakan usaha industri kecil penyulingan terdiri dari: 1) Masukan model Masukan dari sub model kelayakan usaha industri kecil penyulingan minyak nilam untuk terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, serta nilai-nilai asumsi untuk parameter yang digunakan dalam analisis. Perhitungan finansial industri kecil penyulingan minyak nilam dapat dilihat pada Lampiran 2) Analisis kelayakan usaha industri kecil penyulingan minyak nilam ini menggunakan beberapa asumsi, yaitu : Masa proyek 20 bulan Jangka waktu pengembalian pinjaman 20 bulan Kapasitas alat suling 300 kg nilam kering Rendemen sekitar 1,2% Jumlah kapasitas produksi sebesar 112,50 kg/bulan Lama penyulingan per satu kali suling adalah 8 jam Jumlah jam kerja adalah 8 jam/hari, 1 minggu 5 hari kerja atau sebanyak 260 hari/tahun Persentase terjual adalah 100% Harga jual minyak nilam adalah Rp 450.000 per kg Bunga bank yang berlaku adalah 12% Modal pinjaman dari bank sebesar 60% dan modal sendiri sebesar 40% Penyusutan peralatan sebesar 10% Persentase produksi tahun 1 sampai tahun ke 12 sebesar 100%. 3) Keluaran model Dalam penentuan kelayakan usaha perlu dilakukan pengujian terhadap tingkat sensitivitasnya. Pengujian dilakukan pada tiga kondisi yang berbeda. Skenario pertama adalah pada kondisi normal dengan menggunakan asumsi yang telah ditetapkan, penurunan harga jual minyak nilam sebesar 33,7%, 45% dan 50%. Skenario kedua adalah kondisi dimana terjadi kenaikan dan penurunan rendemen minyak nilam sebanyak 0,05%.

115 Skenario 1 Analisis sensitivitas pada skenario 1 dilakukan pada rendemen 1.2% dengan harga jual Rp 450 000, harga jual turun 33.7%, 45%, dan 50%. Dalam kondisi normal (rendemen 1,2% dan harga jual Rp 450.000), industri kecil penyulingan minyak nilam untuk masa proyek selama 1 tahun memiliki keuntungan bersih per tahunnya sebesar Rp 234 221 718; NPV sebesar Rp 216 615 449; IRR sebesar 47.99%; PBP selama 2.10 bulan; B/C Ratio sebesar 1.69. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan layak untuk dijalankan. Bila harga jual diturunkan sebesar 33,7%, maka keuntungan bersih per tahun Rp 86 817 918; NPV sebesar Rp 78 362 017; IRR sebesar 20.68%; PBP selama 4.49 bulan; B/C ratio sebesar 1.26. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan layak untuk dijalankan. Bila harga jual diturunkan sebesar 45%, maka keuntungan bersih per tahun Rp 37 391 718; NPV sebesar Rp 32 004 041; IRR sebesar 9.99%; PBP selama 7.18 bulan; B/C ratio sebesar 1.11. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan layak untuk dijalankan. Sedangkan bila harga jual diturunkan sebesar 55%, maka keuntungan bersih per tahun Rp -6 348 282; NPV sebesar Rp -9 020 717; IRR sebesar -2.05%; PBP selama 21 bulan; B/C ratio sebesar 0,97. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan tidak layak untuk dijalankan. Tabel 12 menunjukkan hasil perhitungan kelayakan usaha untuk industri kecil penyulingan dengan skenario 1.

116 Tabel 12 Hasil kelayakan finansial industri kecil penyulingan minyak nilam dengan rendemen 1.2% pada harga jual Rp 450 000, harga jual turun 33.37%, harga jual turun 45%, harga jual turun 55% Parameter Kelayakan Kondisi Normal Penurunan Harga jual 33,7% Penurunan Harga Jual 45% Penurunan Harga Jual 55% Keuntungan bersih/tahun (Rp) 234 221 718 86 817 918 37 391 718-6 348 282 NPV (Rp) 216 615 449 78 362 017 32 004 041-9 020 717 IRR (%) 47.99 20.68 9.99-2.05 PBP (bulan) 2.10 4.49 7.18 21 B/C Ratio 1.69 1.26 1.11 0,97 Hasil Analisis LAYAK LAYAK LAYAK TIDAK LAYAK Merujuk pada hasil analisis sensitivitas skenario I, usaha industri kecil penyulingan minyak nilam layak dijalankan, bila penurunan harga jual minyak nilam minimal 45% dari kondisi awal yaitu pada harga jual Rp 247 500 per kg. Gambar 41 menunjukkan grafik B/C ratio pada ke empat kondisi di atas. B/C ratio 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 Kondisi normal Penurunan harga jual 33.7% Penurunan harga jual 45% Penurunan harga jual 55% Gambar 41 B/C ratio dengan rendemen 1.2% pada harga jual Rp 450 000, harga jual turun 33.37%, harga jual turun 45%, harga jual turun 55%

117 Gambar 42 menunjukkan hubungan keuntungan bersih per tahun pada ke empat kondisi di atas. 250000000 Keuntungan /tahun 200000000 150000000 100000000 50000000 0-50000000 Kondisi normal Penurunan harga jual 33.7% Penurunan harga jual 45% Penurunan harga jual 55% Gambar 42 Keuntungan bersih per tahun dengan rendemen 1.2% pada harga jual Rp 450 000, harga jual turun 33.37%, harga jual turun 45%, harga jual turun 50% Skenario 2 Analisis sensitivitas pada skenario 2 dilakukan pada harga jual Rp 202 500 dan kenaikan rendemen minyak nilam sebesar 0.05%, yaitu pada rendemen 1.2%, 1.25%, 1.3% dan1.35%. Dengan rendemen 1.2%, maka keuntungan bersih per tahun Rp -6 348 282; NPV sebesar Rp -9 020 717; IRR sebesar -2.05%; PBP selama 21 bulan; B/C ratio sebesar 0.97. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan tidak layak untuk dijalankan. Dengan kenaikan rendemen menjadi 1.25%, maka keuntungan bersih per tahun Rp 1 852 968; NPV sebesar Rp -1 328 575; IRR sebesar 0.57%; PBP selama 21 bulan; B/C ratio sebesar 1.00. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan tidak layak untuk dijalankan.

118 Dengan kenaikan rendemen menjadi 1,3%, maka keuntungan bersih per tahun Rp 10 054 218; NPV sebesar Rp 6 363 567; IRR sebesar 2.98%; PBP selama 10.61 bulan; B/C ratio sebesar 1.02. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan layak untuk dijalankan. Dengan kenaikan rendemen menjadi 1.35%, maka keuntungan bersih per tahun Rp 18 255 468; NPV sebesar Rp 14 055 709; IRR sebesar 5.22%; PBP selama 9.29 bulan; B/C ratio sebesar 1.05. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal industri kecil penyulingan layak untuk dijalankan. Tabel 13 menunjukkan hasil perhitungan kelayakan usaha untuk industri kecil penyulingan dengan skenario 2. Tabel 13 Hasil kelayakan finansial industri kecil penyulingan minyak nilam dengan harga jual Rp 202 500 pada rendemen 1.2%, 1.25%, 1.3%, dan 1.35% Parameter Kelayakan Rendemen 1,20% Rendemen 1,25% Rendemen 1,30% Rendemen 1,35% Keuntungan bersih/tahun (Rp) -6 348 282 1 852 968 10 054 218 18 255 468 NPV (Rp) -9 020 717-1 328 575 6 363 567 14 055 709 IRR (%) -2.05 0.57 2.98 5.22 PBP (bulan) 21 21 10.61 9.29 B/C Ratio 0,97 1.00 1.02 1.05 Hasil Analisis TIDAK LAYAK TIDAK LAYAK LAYAK LAYAK Berdasarkan hasil analisis sensitivitas skenario 2, usaha industri kecil penyulingan minyak nilam layak dijalankan bila rendemen minyak yang dihasilkan minimal 1.3%. Gambar 43 menunjukkan grafik hubungan B/C ratio dengan harga jual Rp 225 000 pada remdemen 1.2%, 1.25%, 1.3%, dan 1.35%. Gambar 44 menunjukkan grafik hubungan keuntungan bersih per tahun dengan harga jual Rp 202 500 pada remdemen 1.2%, 1.25%, 1.3%, dan 1.35%.

119 B/C ratio 1.06 1.04 1.02 1 0.98 0.96 0.94 0.92 Rendemen 1.2% Rendemen 1.25% Rendemen 1.3% Rendemen 1.35% Gambar 43 B/C ratio dengan harga jual Rp 202 500 pada rendemen 1.2%, 1.25%, 1.3%, dan 1.35%. 20000000 Keuntungan / tahun 15000000 10000000 5000000 0-5000000 Rendemen 1.2% Rendemen 1.25% Rendemen 1.3% Rendemen 1.35% -10000000 Gambar 44 Keuntungan bersih per tahun dengan harga jual Rp 202 500 pada remdemen 1.2%, 1.25%, 1.3%, dan 1.35%.. Merujuk pada hasil analisis sensitivitas, industri kecil penyulingan minyak nilam lebih sensitif terhadap perubahan rendemen minyak nilam dibandingkan terhadap perubahan harga jual minyak nilam. Pada rendemen 1.2%, usaha industri kecil penyulingan layak dijalankan minimal pada harga jual Rp 247 500. Sedangkan jika harga jual minyak nilam Rp 202 500, maka usaha industri kecil penyulingan layak dijalankan minimal pada rendemen 1.3%.

120 Model Kesepakatan Harga Untuk memperoleh model kesepakatan harga digunakan metode optimasi dengan teknik Fibonacci. Kuester dan Mize (1973) menyatakan teknik Fibonacci merupakan sebuah prosedur untuk melakukan aliminasi interval yang dimulai dengan batasan awal dari peubah-peubah bebas. Teknik Fibonacci termasuk metode pencarian pada kelompok optimisasi problema tak linier berkendala variabel tunggal. Komponen-komponen biaya yang perlu diperhatikan dalam optimalisasi harga kesepakatan ini meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan usahatani maupun industri kecil penyulingan, diantaranya adalah biaya produksi, biaya pemanenan, biaya penyimpanan, dan biaya transportasi. Harga kesepakatan (win-win solution) nilam ditentukan berdasarkan selisih antara harga yang diharapkan usahatani dan harga yang diharapkan oleh industri kecil penyulingan minyak nilam. Dalam hal ini usahatani mengharapkan harga jual nilam kering yang tinggi sesuai dengan harga produksi yang dikeluarkannya dan di sisi lain industri kecil penyulingan minyak nilam mengharapkan harga beli nilam yang rendah untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Berdasarkan hal tersebut maka yang menjadi fungsi tujuannya adalah usaha untuk mengeliminasi selisih harga tersebut untuk memperoleh harga yang adil. Model kesepakatan harga dirancang dengan tujuan untuk memperoleh optimasi kesepakatan: (1) harga jual nilam antara usahatani nilam dengan industri kecil penyulingan, dan (2) harga jual minyak nilam antara industri kecil penyulingan dengan industri penyulingan/eksportir, yang selanjutnya disebut eksportir. Model ini diharapkan dapat berguna bagi: (1) usahatani, industri kecil penyulingan dan eksportir guna mendapatkan keuntungan yang adil dan transparansi, (2) pengusaha atau investor yang ingin menanamkan modalnya pada usahatani nilam dan industri kecil penyulingan minyak nilam, (3) lembaga pembiayaan usaha untuk penyaluran kredit bagi pengusaha, dan (4) Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi sistem pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri berupa formulasi kebijakan, perbaikan infrastruktur, dan mendorong bentuk pengusahaan nilam secara terintegrasi melalui PAP-Klaster. Input data model kelayakan usaha dilakukan melalui dua cara yaitu input data yang tersimpan dalam file data struktur biaya usahatani nilam dan industri kecil

121 penyulingan minyak nilam serta masukan data dan informasi langsung dari pengguna. Struktur biaya eksportir diperoleh dari informasi dari pengguna dan pakar. Formulasi yang digunakan untuk menghitung optimasi kesepakatan harga dilakukan bedasarkan program Optsys. Skenario yang dilakukan pada model kesepakatan harga ini terdiri dari tiga skenario, yaitu: (1) pada kondisi normal, yaitu kondisi saat penelitian, (2) pada saat produktiktivas usahatani tinggi, harga jual minyak nilam murni rendah, dan (3) pada saat produktivitas usahatani rendah, harga jual minyak nilam murni tinggi. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap ketiga skenario tersebut. Output model kesepakatan harga berupa kesepakatan harga jual nilam antara usahatani dengan industri kecil penyulingan, dan kesepakatan harga jual minyak nilam antara industri kecil penyulingan dan eksportir minyak nilam. Sub-model Kesepakatan Harga Jual Nilam Harga beli nilam oleh industri kecil penyulingan.minyak nilam dipengaruhi oleh harga jual minyak nilam, biaya penyulingan/pengolahan, biaya simpan dan transportasi serta keuntungan industri. Harga jual nilam oleh usahatani dihitung dengan memperhatikan luas lahan, biaya total usaha tani, produktivitas lahan dan keuntungan usaha tani. Untuk menghitung keuntungan yang diharapkan oleh usahatani digunakan. Nilai Kebutuhan Hidup Minimum (Upah Minimum Ratarata/UMR) yang berlaku di Kabupaten Kuningan yaitu Rp 700 000. Tampilan sub model kesepakatan harga jual nilam antara usahatani dengan industri kecil penyulingan terdiri dari: 1) Masukan model Masukan dari sub model kesepakatan harga jual nilam antara usahatani dengan industri kecil penyulingan terdiri dari biaya usahatani dan biaya industry kecil penyulingan, serta nilai-nilai asumsi untuk parameter yang digunakan dalam analisis. 2) Optimasi kesepakatan harga jual nilam menggunakan beberapa asumsi teknis, yaitu pada usahatani nilam, yang dihasilkan oleh petani dengan luas lahan 1 hektar, berdasarkan studi kasus di Kabupaten Kuningan dan Brebes: a) Produksi total nilam basah per tahun, 1 tahun 3x panen, sebesar 36 000 kg; b) Panen

122 pertama pada bulan ke-6, selanjutnya tiap 3 bulan sekali; c) Harga jual nilam basah Rp 1 200 per kg; d) Total penerimaan usahatani sebesar Rp 43 200 000 /ha/tahun; e) Merujuk pada arus kas usahatani, total biaya usahatani per tahun Rp 15 169 000; f) Keuntungan usahatani per tahun yaitu Rp 28 031 000. Pada industri kecil penyulingan, berdasarkan studi kasus di Kabupaten Kuningan dan Brebes, dalam satu kali penyulingan diperlukan: a) Bahan baku nilam kering 300 kg; b) Rendemen 1.5%; c) Jumlah minyak yang dihasilkan 4.5 kg; d) Harga nilam kering sekitar 3.75 x harga nilam basah, jadi harga nilam kering Rp 4 500/kg; e) Merujuk pada biaya operasional, total biaya pengolahan Rp 341 578/kg; f) Harga pasar minyak nilam tahun 2011 Rp 450 000/kg; g) Biaya simpan dan transportasi Rp 2 500/kg; h) Keuntungan per kg diasumsikan 4% dari harga jual minyak/kg, yaitu Rp 18 000; i) 1 kg minyak nilam membutuhkan 66 kg nilam kering (4.5 kg minyak nilam membutuhkan 300 kg nilam kering). 3) Keluaran model Keluaran dari sub-model kesepakatan harga jual nilam adalah harga jual nilam yang dapat menguntungkan usahatani dan industri kecil penyulingan. Validasi model dengan melakukan pengujian tingkat sensitivitasnya pada tiga kondisi yang berbeda. Skenario pertama adalah pada kondisi produktivitas usahatani sedang, yaitu total produksi 36 000 kg per tahun, harga jual nilam per kg Rp 1 200 dan harga jual minyak nilam kasar per kg Rp 450 000. Skenario kedua adalah pada saat produktiktivas usahatani tinggi,yaitu total produksi 42 000 kg nilam per tahun, harga jual nilam per kg Rp 1 000, dan harga jual minyak nilam kasar per kg Rp 400 000. Skenario ketiga adalah pada saat produktiktivas usahatani rendah,yaitu total produksi 24 000 kg nilam per tahun, harga jual nilam per kg Rp 1 400, dan harga jual minyak nilam kasar per kg Rp 525 000. Perhitungannya menggunakan teori optimasi dengan program Optsys. Skenario 1 Analisis sensitivitas pada skenario 1 dilakukan pada kondisi produktivitas usahatani sedang, yaitu harga jual nilam Rp 1 200 per kg dan harga jual minyak nilam kasar Rp 450 000 per kg. Biaya pengolahan industri kecil penyulingan sebesar Rp 41 578 yaitu (biaya tenaga kerja+energy+air+listrik+jerigen)/4.5 kg.

123 Keuntungan industri kecil penyulingan diasumsikan 10% dari harga jual minyak nilam yaitu Rp 45 000/ kg. Rumus kesepakatan harga jual nilam (HJn) dan harga beli nilam (HBn): /kg Keterangan: LL BT KT PL = luas lahan (ha) = biaya usaha tani (Rp/ha/tahun) = keuntungan usaha tani (Rp/tahun) = produktivitas lahan (kg/ha/tahun) Jadi, HJn = Rp 1 200 per kg HBn Keterangan: HJmnk BP BS KI = HJmn - BP - BS KI = 450 000 41 578 2 500 45 000 = Rp 360 922/ 250 kg nilam basah = Rp 1 444 /kg nilam basah = harga jual minyak nilam kasar (Rp/kg) = biaya pengolahan (Rp/kg) = biaya simpan dan transportasi (Rp/kg) = keuntungan industri kecil penyulingan (Rp/kg) Jadi, HBn = Rp 1 444 per kg Fungsi tujuan: Maksimumkan (HBn X) (X HJn) Dengan kendala: HBn > X > HJn Dengan menggunakan program OPTSYS, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada kondisi produktivitas usahatani sedang, kesepakatan harga jual nilam dari usahatani dan harga beli nilam dari industri kecil penyulingan adalah Rp 1 321.98 per kg atau Rp 1 322 per kg Skenario 2 Analisis sensitivitas pada skenario 2 dilakukan pada saat produktiktivas usahatani tinggi,yaitu total produksi nilam 42 000 kg per tahun, harga jual nilam per kg Rp 1 000, biaya operasional usahatani Rp 13 652 100 per tahun, dan keuntungan usahatani Rp 28 347 900 per tahun.

124 Rumus kesepakatan harga jual nilam (HJn) dan harga beli nilam (HBn): /kg Keterangan: LL BT KT PL = luas lahan (ha) = biaya usaha tani (Rp/ha/tahun) = keuntungan usaha tani (Rp/tahun) = produktivitas lahan (kg/ha/tahun) Jadi, HJn = Rp 1 000 per kg Pada industri kecil penyulingan, biaya pengolahan Rp 41 578 per kg, biaya simpan dan transportasi Rp 2 500, keuntungan industri 10% dari harga jual minyak nilam,per kg yaitu Rp 40 000, dan harga jual minyak nilam kasar Rp 400 000 per kg. HBn = HJmn - BP - BS KI = 400 000 41 578 2 500 40 000 = Rp 315 922 / 250 kg nilam basah = Rp 1 264/ kg nilam basah Keterangan: HJmnk = harga jual minyak nilam kasar (Rp/kg) BP = biaya pengolahan (Rp/kg) BS = biaya simpan dan transportasi (Rp/kg) KI = keuntungan industri kecil penyulingan (Rp/kg) Jadi, HBn= Rp 1 264 per kg Fungsi tujuan: Maksimumkan (HBn X) (X HJn) Dengan kendala: HBn > X > HJn Dengan menggunakan program OPTSYS, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada kondisi normal kesepakatan harga jual nilam dari usahatani dan harga beli nilam dari industri kecil penyulingan adalah Rp 1 131.97 per kg atau Rp 1 132 per kg. Skenario 3 Analisis sensitivitas pada skenario 3 dilakukan pada saat produktiktivas usahatani rendah,yaitu produksi total 24 000 kg nilam per tahun, harga jual nilam per kg Rp 1 400, biaya operasional usahatani Rp 20 400 000 per tahun, keuntungan usahatani Rp 13 200 000.

125 Rumus kesepakatan harga jual nilam (HJn) dan harga beli nilam (HBn): /kg Keterangan: LL BT KT PL = luas lahan (ha) = biaya usaha tani (Rp/ha/tahun) = keuntungan usaha tani (Rp/tahun) = produktivitas lahan (kg/ha/tahun) Jadi, HJn = Rp 1 400 per kg Pada industri kecil penyulingan, biaya pengolahan Rp 41 578 per kg, biaya simpan dan transportasi Rp 2 500, keuntungan industri 10% dari harga jual minyak nilam per kg, yaitu Rp 52 500, dan harga jual minyak nilam kasar Rp 525 000 per kg. HBn Keterangan: = HJmnk- BP - BS KI = 525 000 41 578 2 500 52 500 = Rp 428 422 / 250 kg nilam basah = Rp 1 714/ kg nilam basah HJmnk = harga jual minyak nilam BP = biaya pengolahan BS = biaya simpan dan transportasi KI = keuntungan industri kecil penyulingan Jadi, HBn= Rp 1 714 per kg Fungsi tujuan: Maksimumkan (HBn X) (X HJn) Dengan kendala: HBn > X > HJn Dengan menggunakan program OPTSYS, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada kondisi normal kesepakatan harga jual nilam dari usahatani dan harga beli nilam dari industri kecil penyulingan adalah Rp 1 556.97 per kg atau Rp 1 557 per kg. Sub-model Kesepakatan Harga Jual Minyak Nilam Harga beli minyak nilam oleh eksportir dipengaruhi oleh harga jual minyak nilam, biaya pengolahan, biaya simpan dan transportasi serta keuntungan eksportir. Harga jual nilam oleh industri kecil penyulingan minyak nilam dihitung dengan

126 memperhatikan kapasitas alat penyulingan, biaya total industri kecil penyulingan, produktivitas penyulingan dan keuntungan industri kecil penyulingan. Tampilan sub model kesepakatan harga jual minyak nilam antara industri kecil penyulingan dengan eksportir terdiri dari: 1) Masukan model Masukan dari sub model kesepakatan harga jual minyak nilam antara industri kecil penyulingan dengan eksportir terdiri dari biaya industri kecil penyulingan dan biaya eksportir, serta nilai-nilai asumsi untuk parameter yang digunakan dalam analisis. 2) Optimasi kesepakatan harga jual minyak nilam menggunakan beberapa asumsi yang digunakan pada industri kecil penyulingan dengan kapasitas alat penyulingan 300 kg. Pada industri kecil penyulingan, dalam satu kali penyulingan diperlukan: a) Bahan baku nilam kering 300 kg; b) Rendemen 1.5%; c) Jumlah minyak yang dihasilkan 4.5 kg; d) Merujuk pada biaya operasional, total biaya pengolahan Rp 1 537 100 per kali suling; e) Harga pasar minyak nilam Rp 450 000 per kg Pada eksportir, data yang diperlukan merujuk pada informasi pelaku maupun pakar, yaitu: a) Harga pasar minyak nilam murni Rp 540 000 per kg; b) Biaya pengolahan 5% dari harga jual minyak nilam murni, yaitu Rp 27 500; c) Biaya simpan 4% dari harga minyak nilam murni, yaitu Rp 21 600; d) Keuntungan per kg diasumsikan 5% dari harga jual minyak murni per kg, yaitu Rp 27 000. 3) Keluaran model Keluaran dari sub-model kesepakatan harga jual minyak nilam adalah harga jual minyak nilam yang dapat menguntungkan industri kecil penyulingan dan eksportir. Validasi model dengan melakukan pengujian tingkat sensitivitasnya pada tiga kondisi yang berbeda. Skenario pertama adalah pada kondisi produktivitas usahatani sedang, yaitu harga jual nilam per kg Rp 1 200, harga jual minyak nilam kasar per kg Rp 450 000 dan harga jual minyak nilam murni per kg Rp 540 000. Skenario kedua adalah pada saat produktiktivas usahatani tinggi,yaitu produksi total 42 000 kg nilam per tahun, harga jual nilam per kg Rp 1 000, dan harga jual minyak nilam kasar per kg Rp 400 000, dan harga jual minyak nilam murni

127 Rp 450 000 per kg. Skenario ketiga adalah pada saat produktiktivas usahatani rendah,yaitu produksi total 24 000 kg nilam per tahun, harga jual nilam Rp 1 400 per kg, dan harga jual minyak nilam kasar Rp 525 000 per kg. Perhitungannya menggunakan teori optimasi dengan program Optsys. Skenario 1 Analisis sensitivitas pada skenario 1 dilakukan pada kondisi produktivitas usahatani sedang, yaitu harga jual minyak nilam kasar dari industri kecil penyulingan adalah Rp 450 000 per kg, biaya pengolahan per kali suling Rp 1 537 100, produktivitas industri 4.5 kg/unit/1x suling dan keuntungan industri kecil penyulingan Rp 487 900 per kali suling. Jadi, HJmnk= Rp 450 000 per kg Pada eksportir, harga jual minyak nilam murni per kg sebesar $ 60 atau Rp 540 000 (kurs US$1=Rp 9 000). Keuntungan eksportir diasumsikan 5% dari harga jual minyak nilam murni, yaitu Rp 27 000 per kg. Keterangan: HBmnk = HJmnm BPe - BSe KE = 540 000 27 000 21 600 27 000 = Rp 464 400 /kg HJmnm = harga jual minyak nilam murni (Rp/kg) BPe = biaya pengolahan eksportir (Rp/kg) BSe = biaya simpan dan transportasi eksportir (Rp/kg) KE = keuntungan eksportir (Rp/kg) Jadi, HBmnk = Rp 464 400 per kg Fungsi tujuan: Maksimumkan (HBmnk X) (X HJmnk) Dengan kendala: HBmnk > X > HJmnk Dengan menggunakan program OPTSYS, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada kondisi produktivitas usahatani sedang, kesepakatan harga jual minyak nilam dari industri kecil penyulingan dan harga beli minyak nilam kasar oleh eksportir adalah Rp 457 199 per kg.

128 Skenario 2 Analisis sensitivitas pada skenario 2 dilakukan pada pada saat produktiktivas usahatani tinggi, harga jual minyak nilam kasar per kg Rp 400 000, biaya pengolahan per kali suling Rp 1 342 100 (merujuk biaya operasional), pendapatan Rp 1 800 000, produktivitas industri 4.5 kg/unit/1x suling dan keuntungan industri kecil penyulingan Rp 457 900 per kali suling Jadi, HJmnk = Rp 400 000 per kg Pada eksportir, biaya operasional 2.5% dari harga jual minyak nilam murni sebesar Rp 11 250, biaya simpan 2.5% dari harga jual minyak nilam murni sebesar Rp 11 250, keuntungan eksportir 4% dari harga jual minyak nilam murni sebesar Rp 18 000. Harga jual minyak nilam murni per kg sebesar $ 50 atau Rp 450 000 (kurs US$1=Rp 9 000). Rumus kesepakatan harga beli minyak nilam kasar (HBmnk): Keterangan: HBmnk = HJmnm - BPe - BSe KE = 450 000 11 250 11 250 18 000 = Rp 409 500 /kg HJmnm = harga jual minyak nilam murni (Rp/kg) BPe = biaya pengolahan eksportir (Rp/kg) BSe = biaya simpan dan transportasi eksportir (Rp/kg) KE = keuntungan eksportir (Rp/kg) Jadi, HBmnk = Rp 409 500 per kg Fungsi tujuan: Maksimumkan (HBmnk X) (X HJmnk) Dengan kendala: HBmnk > X > HJmnk Dengan menggunakan program OPTSYS, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada kondisi produktivitas usahatani tinggi, kesepakatan harga jual minyak nilam dari industri kecil penyulingan dan harga beli minyak nilam kasar oleh eksportir adalah Rp 400 000 per kg. Skenario 3 Analisis sensitivitas pada skenario 3 dilakukan pada pada saat produktiktivas usahatani rendah, harga jual minyak nilam kasar per kg Rp 525 000, biaya operasional per kali suling Rp 1 792 100 (merujuk biaya operasional), pendapatan

129 Rp 2 362 500, produktivitas industri 4.5 kg/unit/1x suling, dan keuntungan industri Rp 570 400 per kali suling. Jadi, HJmnk = Rp 525 000 per kg Pada eksportir, biaya operasional 5% dari harga jual minyak nilam murni sebesar Rp 31 500, biaya simpan 5% dari harga jual minyak nilam murni sebesar Rp 31 500, keuntungan eksportir 5% dari harga jual minyak nilam murni sebesar Rp 31 500. Harga jual minyak nilam murni per kg sebesar $ 70 atau Rp 630 000 (kurs US$1=Rp 9 000). Rumus kesepakatan harga beli minyak nilam kasar (HBmnk): Keterangan: HBmnk = HJmnm - BPe - BSe KE = 630 000 31 500 31 500 31 500 = Rp 535 500 /kg HJmnm = harga jual minyak nilam murni (Rp/kg) BPe = biaya pengolahan eksportir (Rp/kg) BSe = biaya simpan dan transportasi eksportir (Rp/kg) KE = keuntungan eksportir (Rp/kg) Jadi, HBmnk = Rp 535 500 per kg Fungsi tujuan: Maksimumkan (HBmnk X) (X HJmnk) Dengan kendala: HBmnk > X > HJmnk Dengan menggunakan program OPTSYS, hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada produktivitas usahatani rendah, kesepakatan harga jual minyak nilam kasar dari industri kecil penyulingan dan harga beli minyak nilam kasar oleh eksportir adalah Rp 530 249 per kg. Merujuk pada Skenario 1, 2, dan 3 dari sub-model kesepakatan harga jual nilam dan sub-model harga jual minyak nilam,dilakukan validasi harga jual nilam dan minyak nilam dengan menggunakan tiga skenario.total penerimaan dan biaya operasional merujuk pada aliran kas. Biaya operasional eksportir dihitung sebagai kesepakatan harga beli minyak nilam + biaya pengolahan 5% + biaya simpan 5%. Skenario 1 Validasi kesepakatan harga jual nilam dan minyak nilam dilakukan dengan analisis sensitivitas terhadap margin keuntungan yang dihasilkan oleh usahatani,

130 industri kecil penyulingan, dan eksportir. Skenario 1 dilakukan pada produktivitas usahatani sedang, yaitu total produksi 36 000 kg nilam per tahun, kesepakatan harga jual nilam Rp 1 322, kesepakatan harga jual minyak nilam kasar Rp 457 199 per kg, total produksi eksportir 50 000 kg minyak per tahun dan harga jual minyak nilam murni Rp 540 000 per kg. Tabel 14 menunjukkan margin keuntungan dari ketiga pelaku usaha pada skenario 1. Tabel 14 Margin keuntungan usahatani, industri kecil penyulingan dan eksportir pada kesepakatan harga jual nilam Rp 1 322 per kg, kesepakatan harga jual minyak nilam Rp 457 199 per kg No Uraian Usahatani Industri Kecil Penyulingan Eksportir 1 Penerimaan per tahun (Rp) 47 592 000 246 887 460 27 000 000 000 2 Biaya operasional/ tahun (Rp) 20 400 000 184 452 000 24 209 950 000 3 Margin keuntungan/tahun (Rp) 27 192 000 44 435 460 2 790 050 000 4 Margin keuntungan / tahun (%) 57.71 18 10.34 Skenario 2 Skenario 2 dilakukan pada produktivitas usahatani tinggi, yaitu total produksi 42 000 kg nilam per tahun, kesepakatan harga jual nilam Rp 1 132/kg, kesepakatan harga jual minyak nilam Rp 404 749 per kg, total produksi eksportir 70 000 kg minyak per tahun dan harga jual minyak nilam murni Rp 450 000 per kg. Tabel 15 menunjukkan margin keuntungan dari ketiga pelaku usaha pada skenario 2. Tabel 15 Margin keuntungan usahatani, industri kecil penyulingan dan eksportir pada kesepakatan harga jual nilam Rp 1 132 per kg, kesepakatan harga jual minyak nilam Rp 404 749 per kg No. Uraian Usahatani Industri Kecil Penyulingan Eksportir 1 Penerimaan per tahun (Rp) 47 544 000 254 991 870 31 500 000 000 2 Biaya operasional/tahun (Rp) 18 360 000 204 484 000 29 119 930 000 3 Margin keuntungan/tahun (Rp) 28 184 000 49 507 870 2 380 070 000 4 Margin keuntungan/ tahun (%) 59.27 19.42 7.56