BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian bersifat eksperimental yaitu dilakukan pengujian pengaruh

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN. Lampiran 1. Perhitungan viskositas larutan alginat. Pengukuran viskositas menggunakan viskosimeter Broookfield

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

Lampiran 1.Gambar alat pencetak kapsul dan pengering kapsul. Gambar alat pencetak kapsul

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN

Pelepasan Fero Sulfat Dari Cangkang Kapsul Alginat Transparan: Pengaruh Jenis Cangkang dan Penyimpanan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Skema pembuatan ODF metoklopramid. Sorbitol + Sukralosa + As.askorbat

Lampiran 1. Flowsheet Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat. Alat pencetak kapsul (batang besi) Alat pencetak kapsul yang dilapisi natrium alginat

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

Aspirin merupakan salah satu obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang

BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan adalah alat permeasi in vitro Crane dan Wilson

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

Lampiran 1. Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 1. Kotak Kemasan Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 2. Sampel Neo Antidorin Kapsul

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

BAB III BAHAN, ALAT, DAN CARA KERJA. Aminofilin (Jilin, China), teofilin (Jilin, China), isopropil miristat (Cognis

10); Pengayak granul ukuran 12 dan 14 mesh; Almari pengenng; Stopwatch;

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

LAMPIRAN. Lampiran 1. Flowsheet Pembuatan ODF Antalgin

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka dapat disusun kerangka konsep

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

LAMPIRAN. Larutan dapar fosfat ph 7,4 isotonis

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daging lidah

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini kerangka konsep yang digunakan yaitu:

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

BAB I PENDAHULUAN. menyerupai flubiprofen maupun meklofenamat. Obat ini adalah penghambat

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

Lampiran. Lampiran I. Rancangan Percobaan. Laaitan standar formaldehid. Sampel 2 macam. Persiapan sampel dengan. Penentuan Panjang gelombang optimum

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

Lampiran 1. Gambar Sediaan Tablet

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

III. METODE PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari - Juli tahun 2012

OLEH: RUDI YANTO ANTONO NIM PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati

Lampiran 1. Data pemberian obat kepada kelinci. Tanggal Pemberian obat ,750 1, ,650 1,500

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN Penelitian bersifat eksperimental yaitu dilakukan pengujian pengaruh penambahan polimer terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat. Dalam penelitian ini yang termasuk variabel bebas adalah pelepasan amoksisilin. Sedangkan variabel terikat adalah polimer yang digunakan yaitu polietilen glikol (PEG), gelatin dan Avicel. 3.1 Alat-Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitis (Metler Toledo), alat disolusi metoda dayung (Erweka), spektrofotometer (shimadzu UV mini 1240), viscometer Thomas-Stromer, termometer, ph meter (Hanna), anak timbangan 50 g dan 2 kg, jangka sorong (Tricle), micrometer (Delta), stopwatch, waterbath (Erweka), alat pencetak kapsul yang terbuat dari batang stainless steel berbentuk silindris dengan panjang 10 cm serta berdiameter 6 mm untuk bagian badan cangkang kapsul dan 6,2 mm untuk bagian tutup cangkang kapsul, alat pengering kapsul, labu tentukur 1000 ml (MBL), labu tentukur 25 ml (Pyrex), beaker glass 1000 ml (Pyrex), gelas ukur 1000 ml (pyrex), gelas ukur 10 ml (Pyrex), mat pipet 5 ml (MBL), dan alat-alat laboratorium yang biasa digunakan. 3.2 Bahan-Bahan

Natrium alginat 80-120 cp (Wako pure chemical industries, Ltd Japan), amoksisilin trihidrat (PT. MUTIFA), polietilen glikol (PEG) 400 (PT. Brataco), Avicel 102 (PT. Brataco), gelatin (Aneka Chemical), titanium dioksida (PT. Brataco), kalsium klorida anhidrat ( Wako pure chemical industries, Ltd Japan), alkohol (Merck), gliserin (Merck), nipagin, gliserin (Merck), natrium metabisulfit (Merck) kalsium klorida dihidrat (Merck), HCl pekat (Merck). 3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Pembuatan pereaksi 3.3.1.1 Larutan CaCl 2 0,15 M Kalsium klorida dihidrat (CaCl 2 2 H 2 O) sebanyak 22.05 g dilarutkan dalam 1000 ml aqua bebas CO 2 (Ditjen POM, 1995). 3.3.1.2 Pembuatan cairan lambung buatan (ph 1,2) Asam klorida pekat sebanyak 8,35 ml ditambahkan akuades hingga 1000 ml (USP XXX, 2007). 3.3.2 Pembuatan cangkang kapsul kalsium alginat 3.3.2.1 Pembuatan larutan alginat 80-120 cp tanpa polimer Formula: Alginat 80-120 cp TiO 2 Nipagin Natrium Metabisulfit Gliserin 4,5 g 0,4 g 0,25 g 0,1 g 2 g Aquadest ad 100 ml

Sebanyak 0,25 g nipagin dilarutkan dengan air panas 10 ml, kemudian 2 g gliserin dicampur dengan 20 ml aquadest. Natrium metabisulfit 0,1 g dan TiO 2 sebanyak 0,4 g dilarutkan dalam 25 ml aquadest dan semua larutan tadi dicampur menjadi satu. Kemudian taburkan 4,5 g natrium alginat di cukupkan dengan aquadest hingga 100 ml diaduk perlahan-lahan hingga homogen dan didiamkan selama 24 jam. 3.3.2.2 Pembuatan larutan alginat 80-120 cp dengan penambahan polimer a. Formula larutan natrium alginat PEG 1% Alginat 80-120 cp PEG TiO 2 Nipagin Natrium Metabisulfit Gliserin 4,5 g 1 g 0,4 g 0,25 g 0,1 g 2 g Aquadest ad 100 ml b. Formula larutan natrium alginat PEG 2% Alginat 80-120 cp PEG TiO 2 Nipagin Natrium Metabisulfit Gliserin 4,5 g 2 g 0,4 g 0,25 g 0,1 g 2 g Aquadest ad 100 ml c. Formula larutan natrium alginat gelatin 5%

Alginat 80-120 cp 4,5 g Gelatin 5 g TiO 2 0,4 g Nipagin 0,25 g Natrium Metabisulfit 0,1 g Gliserin 2 g Aquadest ad 100 ml d. Formula larutan natrium alginat avicel 5% Alginat 80-120 cp 4,5 g Avicel 5 g TiO 2 0,4 g Nipagin 0,25 g Natrium Metabisulfit 0,1 g Gliserin 2 g Aquadest ad 100 ml Sebanyak 0,25 g nipagin dilarutkan dengan air panas 10 ml kemudian 2 g gliserin dicampur dengan 20 ml aquadest. Natrium metabisulfit 0,1 g dan TiO 2 sebanyak 0,4 g dilarutkan dalam 25 ml aquadest, kemudian larutkan polimer (PEG,Gelatin dan avicel) dengan 20 ml aquadest dan semua

larutan tadi dicampur menjadi satu. Kemudian taburkan 4,5 g natrium alginat di cukupkan dengan aquadest hingga 100 ml diaduk perlahan-lahan hingga homogen dan didiamkan selama 24 jam. (khusus untuk gelatin di larutkan dengan air panas) 3.3.2.3 Pengukuran viskositas larutan natrium alginat Viskometer Thomas-Stromer diletakkan ditepi meja yang datar sehingga alat penggerak dengan beban 100 g dapat jatuh tanpa gangguan. Kemudian beaker glass berisi 200 ml larutan natrium alginat diletakkan diatas meja pengukuran dan dinaikkan sampai rotor baling-baling terendam ditengah-tengah sampel dan mencapai tanda pada tangkai rotor. Selanjutnya rem dilepaskan dan diukur waktu yang diperlukan untuk mencapai 100 kali putaran dengan menggunakan stopwatch. 3.3.2.4 Pembuatan badan cangkang kapsul alginat Alat pencetak kapsul dibuat dari bahan stainless steel dengan panjang 10 cm diameter 6,0 mm dicelupkan ke dalam larutan natrium alginat sedalam 3 cm, kemudian batang stainless steel yang ujungnya telah dilapisi larutan natrium alginat tersebut direndam dalam larutan kalsium klorida 0,15 M selama 75 menit dan diaduk dengan bantuan pengaduk magnet. Setelah itu cangkang kapsul yang telah mengeras direndam dalam aquadest selama 24 jam untuk menghilangkan kalsium yang menempel pada cangkang kapsul dan selanjutnya dikeringkan. 3.3.2.5 Pembuatan tutup cangkang kapsul alginat Alat pencetak kapsul dibuat dari bahan stainless steel dengan panjang 10 cm diameter 6,2 mm dicelupkan ke dalam larutan natrium alginat sedalam 2,5 cm, kemudian batang stainless steel yang ujungnya telah dilapisi larutan natrium

alginat tesebut direndam dalam larutan kalsium klorida 0,15 M selama 75 menit dan diaduk dengan bantuan pengaduk magnet. Setelah itu cangkang kapsul yang telah mengeras direndam dalam aquadest selama 24 jam untuk menghilangkan kalsium yang menempel pada cangkang kapsul dan selanjutnya dikeringkan. 3.3.2.6 Pengeringan cangkang kapsul alginat Pengeringan cangkang kapsul dilakukan dengan cara memasukkan di lemari pengering selama 1 hari dimana cangkang kapsul alginat basah tetap berada pada alat pencetak kapsul yang sebelumnya telah dilapisi dengan plastik. Sesudah kering, kapsul ditarik dari alat pencetak dan digabungkan badan dan tutup kapsul kemudian disimpan dalam botol plastik. 3.3.3 Penentuan spesifikasi cangkang kapsul 3.3.3.1 Pengukuran panjang dan diameter cangkang kapsul Panjang dan diameter cangkang kapsul diukur menggunakan jangka sorong. 3.3.3.2 Pengukuran volume cangkang kapsul Pengukuran volume cangkang kapsul dilakukan dengan menggunakan buret dimana cangkang kapsul diisi dengan air sampai penuh. 3.3.3.3 Penimbangan berat cangkang kapsul Berat cangkang kapsul ditimbang dengan neraca analitik. 3.3.3.4 Pengamatan warna cangkang kapsul Warna cangkang kapsul diamati secara visual

3.3.3.5 Pengukuran ketebalan cangkang kapsul Ketebalan cangkang kapsul diukur menggunakan mikrometer. Pengukuran dilakukan 5 kali untuk masing-masing sampel, satu kali di pusat dan 4 kali di perimeter sekitarnya, kemudian diambil rata-ratanya. 3.3.4 Uji kerapuhan 3.3.4.1 Cangkang kapsul kosong Cangkang kapsul kosong dijatuhkan beban seberat 50 g dari ketinggian 10 cm. Diamati kerapuhan kapsul. Uji ini dilakukan terhadap 6 kapsul. 3.3.4.2 Cangkang kapsul berisi (uji ketahanan terhadap tekanan) Cangkang kapsul diisi dengan amilum manihot, kemudian ditekan dengan beban 2 kg. Diamati kerapuhan kapsul. Uji ini dilakukan terhadap 6 kapsul. 3.3.5 Pembuatan larutan induk baku amoksisilin Amoksisilin ditimbang sebanyak 50 mg, dilarutkan dengan larutan medium cairan lambung (ph 1,2) dalam labu takar 100 ml, dikocok sampai larut, lalu ditambahkan medium cairan lambung sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Konsentrasi yang diperoleh 500 ppm (mcg/ml). 3.3.5.1 Pembuatan kurva serapan larutan amoksisilin dalam cairan lambung buatan (ph 1,2) Larutan Induk Baku (LIB) amoksisilin (2.3.5) dipipet 0,5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, kemudian dicukupkan dengan medium ph 1,2 sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Konsentrasi amoksisilin adalah 5

mcg/ml. Serapan diukur dengan spektrofotometer UV panjang gelombang 200-400 nm. 3.3.5.2 Pembuatan kurva kalibrasi larutan amoksisilin dalam cairan lambung buatan (ph 1,2) Larutan Induk Baku (LIB) amoksisilin (2.3.5) dibuat berbagai konsentrasi yaitu 1; 2; 5; 10; 15; 18; 20; 25; 30 mcg/ml dengan cara memipet larutan induk baku masing masing 0,1; 0,2; 0,5; 1; 1,5; 1,8; 2; 2,5; 3 ml ke dalam labu tentukur 50 ml, kemudian dicukupkan dengan medium ph 1,2 sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Serapan diukur dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan sebelumnya. 3.3.6 Uji disolusi 3.3.6.1 Medium disolusi Medium disolusi : Cairan lambung buatan ph 1,2 ( HCl 0,1 N) Kecepatan pengadukan Volume medium Suhu medium Metode Sampel : 100 rpm : 900 ml : 37 + 0,5 o C : dayung : Kapsul alginat yang mengandung amoksisilin dan dengan penambahan polimer (polietilen glikol=peg, gelatin dan Avicel) pada cangkang kapsul.

3.3.6.2 Prosedur uji disolusi Dimasukkan 900 ml medium disolusi ke dalam wadah disolusi dan diatur suhu 37 + 0,5 o C dan kecepatan pengadukannya 100 rpm. Pada kapsul alginat yang ingin di disolusi berikan pemberat berbentuk ring. Pada saat kapsul jatuh ke dasar wadah medium, lalu tekan tombol putar bersamaan dengan menghidupkan stopwach. Sebutir kapsul alginat yang mengandung amoksisilin 250 mg dimasukkan ke dalam wadah disolusi. Selama 480 menit kapsul didisolusi didalam cairan lambung buatan (ph1,2). Pada interval waktu tertentu dipipet sebanyak volume tertentu. Pengambilan cuplikan dilakukan pada posisi yang sama yaitu pada pertengahan antara permukaan medium disolusi dan bagian atas dari dayung tidak kurang 1 cm dari dinding wadah (Ditjen POM, 1995). Larutan itu kemudian diukur pada panjang gelombang (λ) 229 nm. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Viskositas Larutan Alginat Dari hasil pengukuran, viskositas larutan alginat (4,5%) 80-120 cp yang digunakan dalam cangkang kapsul alginat diperoleh viskositas sebesar 6151,16 cp. Pada viskositas tersebut, larutan alginat mempunyai sifat alir dan kekentalan yang sesuai untuk dapat dicetak menjadi cangkang kapsul. Viskositas dihitung berdasarkan kurva kalibrasi khas yang dapat menyajikan suatu konversi satuan kecepatan dan berat alat penggerak menjadi viskositas dalam centipoise. Dapat dilihat dilampiran 1 (hal. 46). 4.2 Spesifikasi Cangkang Kapsul Hasil pengukuran spesifikasi cangkang kapsul alginat dapat dilihat pada Tabel 4.1. Pengukuran panjang, diameter, berat dilakukan terhadap badan, tutup dan keseluruhan cangkang kapsul. Pengukuran ketebalan dilakukan terhadap badan dan tutup cangkang kapsul tersendiri. Sedangkan pengukuran volume hanya dilakukan terhadap badan cangkang kapsul, karena umumnya bahan obat hanya diisikan ke dalam badan cangkang kapsul sebelum ditutup dengan tutup kapsul. Dan air yang digunakan untuk mengukur volume cangkang kapsul hanya diisikan sampai meniskus atas air menyentuh ujung kapsul untuk mencegah kelebihan pembacaan volume cangkang kapsul dan cangkang kapsul alginat berwarna putih, seperti yang ditunjukkan Tabel 4.1.

Cangkang kapsul yang dibuat merupakan cangkang kapsul dengan ukuran 0. Hal ini bisa dilihat dari spesifikasi cangkang kapsul tanpa polimer dan dengan penambahan polimer pada Tabel 4.1-4.5. Tabel 4.1 Spesifikasi cangkang kapsul alginat tanpa polimer No Spesifikasi Badan cangkang Tutup cangkang Cangkang kapsul keseluruhan 1 Panjang (mm) 18,45 11,4 21,42 2 Diameter (mm) 7,66 7,38-3 Volume (ml) 0,613 - - 4 Berat (mg) 76,2 69,9 145,8 5 Warna Putih Putih Putih Tabel 4.2 Spesifikasi cangkang kapsul alginat dengan penambahan polimer PEG 1% No Spesifikasi Badan cangkang Tutup cangkang Cangkang kapsul keseluruhan 1 Panjang (mm) 18,45 11,4 21,42 2 Diameter (mm) 7,66 7,38-3 Volume (ml) 0,613 - - 4 Berat (mg) 52 42 94 5 Warna Putih Putih Putih Tabel 4.3 Spesifikasi cangkang kapsul alginat dengan penambahan polimer PEG 2% No Spesifikasi Badan cangkang Tutup cangkang Cangkang kapsul keseluruhan 1 Panjang (mm) 18,45 11,4 21,42

2 Diameter (mm) 7,66 7,38-3 Volume (ml) 0,613 - - 4 Berat (mg) 48 39,2 87 5 Warna Putih Putih Putih Tabel 4.4 Spesifikasi cangkang kapsul alginat dengan penambahan polimer gelatin 5% No Spesifikasi Badan cangkang Tutup cangkang Cangkang kapsul keseluruhan 1 Panjang (mm) 18,45 11,4 21,42 2 Diameter (mm) 7,66 7,38-3 Volume (ml) 0,613 - - 4 Berat (mg) 79,2 68,5 147,8 5 Warna Putih Putih Putih Tabel 4.5 Spesifikasi cangkang kapsul alginat dengan penambahan polimer avicel 5% No Spesifikasi Badan cangkang Tutup cangkang Cangkang kapsul keseluruhan 1 Panjang (mm) 18,45 11,4 21,42 2 Diameter (mm) 7,66 7,38-3 Volume (ml) 0,613 - - 4 Berat (mg) 78,6 71,3 150 5 Warna Putih Putih Putih Tabel 4.6 Spesifikasi cangkang kapsul 0 menurut Shionogi qualicaps, 2002. Ukuran Badan Kapsul Tutup Kapsul Panjang Cangkang

kapsul Panjang Diameter Panjang Diameter Kapsul Keseluruhan (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) 0 18,60 7,36 10,90 7,66 21,80 Toleransi ±0,30 ±0,30 ±0,30 ±0,30 ±0,30 Tabel 4.7 Ketebalan cangkang kapsul alginat Ketebalan tanpa Ketebalan Ketebalan Ketebalan Ketebalan polimer PEG 1% PEG 2% Avicel gelatin Badan Tutup Badan Tutup Badan Tutup Badan Tutup Badan Tutup 0,125 0,123 0,078 0,08 0,059 0,07 0,153 0,16 0,109 0,112 Penambahan polimer berpengaruh terhadap ketebalan cangkang kapsul alginat. Cangkang kapsul alginat lebih tipis dengan penambahn polimer PEG, cangkang kapsul alginat dengan penambahan gelatin sama dengan cangkang kapsul alginat tanpa polimer, sedangkan avicel cangkang kapsul alginat lebih tebal. PEG dapat menipiskan cangkang kapsul alginat kemungkinan karena PEG mengganggu pembentukan gel alginat, sedangkan avicel menebalkan cangkang kapsul alginat karena avicel tidak larut dalam air sehingga gel alginat tidak bercampur sempurna. Gambar 4.1 Cangkang Kapsul Alginat

4.3 Uji Kerapuhan 4.3.1 Cangkang kapsul kosong Untuk uji kerapuhan ini, pada cangkang kapsul kosong dijatuhkan beban 50 g dari ketinggian 10 cm dimana beban 50 g ini diibaratkan sebagai tekanan yang terjadi saat membuka kemasan kapsul. Kapsul dikatakan rapuh apabila setelah dijatuhkan beban, cangkang kapsul retak atau pecah (Nagata, 2002). Kapsul akan rapuh jika kadar uap air yang dikandungnya sedikit. Sebaliknya jika kadar uap airnya terlalu banyak, kapsul cenderung akan melunak. Uji kerapuhan untuk masing-masing 6 cangkang kapsul kosong pada berbagai formula kapsul tidak menunjukkan kerapuhan yang berarti, tetapi pipih pada lokasi tertentu. Dapat dilihat pada (Gambar 4.2-4.6). (a) (b) Gambar 4.2. Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong (alginat 80-120 cp tanpa polimer) (a) Sebelum uji kerapuhan (b) Sesudah uji kerapuhan

(a) (b) Gambar 4.3. Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong (alginat 80-120 cp + PEG1%) (a) Sebelum uji kerapuhan (b) Sesudah uji kerapuhan (a) (b) Gambar 4.4. Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong (alginat 80-120 cp + PEG2%) (a) Sebelum uji kerapuhan (b) Sesudah uji kerapuhan (a) (b) Gambar 4.5. Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong (alginat 80-120 cp + gelatin 5%)

(a) Sebelum uji kerapuhan (b) Sesudah uji kerapuhan (a) (b) Gambar 4.6. Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong (alginat 80-120 cp + Avicel 5%) (a) Sebelum uji kerapuhan (b) Sesudah uji kerapuhan 4.3.2 Cangkang kapsul berisi (uji ketahanan terhadap tekanan) Pada uji ini, cangkang kapsul yang telah diisi dengan amoxicilin ditekan dengan beban 2 kg (Nagata, 2002). Cangkang kapsul alginat disisi dengan amoksisilin dan beban 2 kg diibaratkan seperti tekanan yang mungkin terjadi selama proses pengisian sampai dengan pengemasan kapsul. Dalam sekali produksi, dapat dihasilkan beribu-ribu kapsul dimana kapsul yang telah diisi ini dapat tertekan oleh kapsul lainnya sebelum dimasukkan ke dalam kemasan. Akibatnya jika kapsul rapuh, maka isi kapsul dapat keluar. Uji kerapuhan untuk masing-masing 6 cangkang kapsul berisi pada berbagai formula kapsul tidak menunjukkan kerapuhan yang berarti, tetapi pipih pada lokasi tertentu, tetapi hanya kapsul alginat dengan penambahan avicel yang mengalami kerapuhan. Dapat dilihat pada (Gambar 4.7-4.11).

(a) (b) Gambar 4.7. Uji kerapuhan cangkang kapsul alginat 80-120 cp berisi (uji ketahanan terhadap tekanan) (a=sebelum uji kerapuhan, b = sesudah uji kerapuhan (pipih pada lokasi tertentu) (a) (b) Gambar 4.8. Uji kerapuhan cangkang kapsul alginat 80-120 cp + PEG 1% berisi (uji ketahanan terhadap tekanan) (a = sebelum uji kerapuhan, b = sesudah uji kerapuhan (pipih pada lokasi tertentu) (a) (b)

Gambar 4.9. Uji kerapuhan cangkang kapsul alginat 80-120 cp + PEG 2% berisi (uji ketahanan terhadap tekanan) (a = sebelum uji kerapuhan, b = sesudah uji kerapuhan (pipih pada lokasi tertentu) (a) (a) (b) Gambar 4.10. Uji kerapuhan cangkang kapsul alginat 80-120 cp + gelatin 5% berisi (uji ketahanan terhadap tekanan) (a = sebelum uji kerapuhan, b = sesudah uji kerapuhan (pipih pada lokasi tertentu) (a) (b) Gambar 4.11. Uji kerapuhan cangkang kapsul alginat 80-120 cp + Avicel 5% berisi (uji ketahanan terhadap tekanan) (a = sebelum uji kerapuhan, b = sesudah uji kerapuhan (rapuh pada lokasi tertentu) 4.4 Pengukuran Uji Pelepasan Amoksisilin dari Kapsul Alginat 4.4.1 Pengaruh penambahan PEG terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat.

Pengaruh pelepasan amoksisilin dalam kapsul alginat tanpa PEG dengan penambahan PEG 1% dan PEG 2% pada cairan lambung buatan ph 1,2 dapat dilihat pada (Gambar 4.12). Pada kapsul alginat dengan penambahan PEG menambah pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat. PEG 2% yang lebih cepat pelepasannya daripada PEG 1%. Gambar 4.12 Pengaruh penambahan PEG terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat Dari hasil pengamatan terlihat pelepasan kapsul amoksisilin pada cairan lambung buatan (ph 1,2) yaitu pada menit ke-180 menit mencapai 8,89 % untuk kapsul tanpa penambahan PEG sedangkan dengan penambahan PEG 1% pada menit ke-180 mencapai 22,38 % dan dengan penambahan PEG 2% pada menit ke- 180 mencapai 56,96 %. Dari hasil ini menunjukkan bahwa dengan penambahan polimer PEG tidak dapat digunakan untuk pelepasan segera, tetapi dengan

penambahan PEG dapat merubah sifat fisik dari kapsul alginat yaitu kapsulnya lebih kenyal, tipis dan tidak rapuh. Penambahan PEG pada cangkang kapsul alginat tidak dapat lebih tinggi dari 2% karena sifat hidrofiliknya PEG sehingga kapsul alginat tidak bisa lagi dicetak. Pada hasil uji statistik, dengan penambahan PEG 1% dan PEG 2% pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) mulai dari waktu 10 menit menunjukkkan ada perbedaan pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat dimana F hitung > F tabel atau p < 0,05. Seperti yang terlihat pada lampiran 16 (hal. 88). Sebuah studi interaksi antara natrium alginat, yaitu pengaruh polimer terhadap sifat fisik natrium alginat. Ditemukan bahwa dengan menambahkan PEG400 mengakibatkan peningkatan persen pelepasan obat dibandingkan dengan alginat tanpa plasticizer (Mitpracha, 2008). 4.4.2 Pengaruh penambahan gelatin terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat. Pengaruh pelepasan amoksisilin dalam kapsul alginat dengan penambahan gelatin 5% pada medium lambung buatan ph 1,2 dapat dilihat pada (Gambar 4.13). Pada kapsul alginat dengan penambahan gelatin meningkatkan pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat.

Gambar 4.13 Pengaruh penambahan gelatin terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat. Dari hasil pengamatan terlihat pelepasan kapsul amoksisilin pada cairan lambung buatan (ph 1,2) yaitu pada menit ke- 180 mencapai 8,89 % untuk kapsul tanpa penambahan gelatin sedangkan dengan penambahan gelatin 5% pada menit ke-180 sudah mencapai 55,94%. Pada hasil uji statistik dengan penambahan gelatin 5% pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dari waktu 5 menit sampai dengan 210 menit menunjukkkan tidak ada perbedaan pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat, dimana p>0,05 atau F hitung < F tabel, sedangkan dari waktu 240 menit menunjukkan ada perbedaan pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat, dimana p < 0,05 atau F hitung > F tabel. Seperti yang terlihat pada lampiran 17 (hal. 109) 4.4.3 Pengaruh penambahan Avicel terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat.

Pengaruh pelepasan amoksisilin dalam kapsul alginat dengan penambahan Avicel 5% pada cairan lambung buatan ph 1,2 dapat dilihat pada (Gambar 4.14). Pada kapsul alginat dengan penambahan Avicel 5% sedikit menambah laju pelepasan amoksisilin tetapi tidak ada perbedaan secara statistik. Gambar 4.14 Pengaruh penambahan Avicel terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat. Dari hasil pengamatan terlihat pelepasan kapsul amoksisilin pada cairan lambung buatan (ph 1,2) yaitu pada menit ke-240 mencapai 13,25 % untuk kapsul tanpa penambahan Avicel sedangkan dengan penambahan Avicel 5% pada menit ke-240 mencapai 16,67 %. Pada hasil uji statistik, dengan penambahan Avicel 5% pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) menunjukkkan tidak ada perbedaan pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat, dimana p > 0,05 atau F hitung < F tabel. Seperti yang terlihat pada lampiran 18 (hal. 124). Dari hasil keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan polimer tidak dapat dihasilkan pelepasan segera, karena kadar yang diperoleh

tidak memenuhi syarat menurut USP XXX (2007), kadar tidak kurang dari 80% (Q) dalam waktu 90 menit. Penambahan polimer hanya berpengaruh terhadap ketebalan dan kerapuhan cangkang kapsul alginat. Polimer PEG cangkang kapsul alginat menjadi lebih tipis, gelatin tidak berpengaruh terhadap kapsul alginat, sedangkan avicel cangkang kapsul alginat menjadi lebih tebal. Cangkang kapsul alginat dengan penambahan Avicel yang mengalami kerapuhan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Pengaruh penambahan polimer (polietilen glikol=peg, gelatin dan Avicel) mempercepat pelepasan amoksisillin dari kapsul alginat, tetapi penambahan polimer tidak menghasilkan pelepasan segera (immediate release) dari kapsul alginat. 2. Cangkang kapsul alginat dengan penambahan polimer semua tidak mengalami kerapuhan kecuali kapsul alginat dengan penambahan polimer Avicel. 3. Penambahan polimer polietilen glikol (PEG) menghasilkan cangkang kapsul alginat lebih tipis, gelatin tidak menambah ketebalan sedangkan Avicel menambah ketebalan cangkang kapsul alginat. 4. Polimer yang lebih cepat pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat adalah PEG 2%. 5.2 Saran Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk dapat melihat pengaruh polietilen glikol (PEG) terhadap sifat-sifat fisik lainya dari cangkang kapsul alginat seperti waktu hancur, permeabilitas uap air dan stabilitas cangkang kapsul alginat yang ditambahkan polietilen glikol.