RINGKASAN I. PENDAPATAN DAERAH Untuk tahun 27-211, rata-rata jumlah PAD hanya sekitar 17% dan Lain-lain pendapatan hanya 1% (Tabel 1) dari total pendapatan, sementara Dana Perimbangan (Daper) mencapai 73%. Persentase dan tren dari ketiga sumber pendapatan ini ditunjukkan dalam Tabel 2 dan Chart 1. Tabel 1. Jenis Pendapatan Daerah Jenis Pendapatan % Dalam milyar rupiah 267,869 364,875 393,89 43,41 442,235 374,222 1 PAD 35,546 64,746 67,457 71,852 87,674 65,455 17 DAPER 28,674 276,11 281,285 292,281 32,264 272,121 73 Lain-lain pendapatan 23,649 24,28 44,347 38,98 52,297 36,646 1 Tabel 2. Persentase Sumber Pendapatan Daerah Jenis Pendapatan Persentase 1 1 1 1 1 PAD 13 18 17 18 2 DAPER 78 76 72 73 68 Lain-lain Pendapatan 9 7 11 1 12 Chart 1 memperlihatkan bahwa meskipun DAPER mempunyai proporsi paling besar, akan tetapi kecenderungannya semakin menurun dari tahun ke tahun. Jika di TA 27 nilainya mencapai 78%, maka pada tahun-tahun sesudahnya semakin menurun hingga menjadi 68% di TA 211. Kondisi sebaliknya terjadi untuk PAD, di mana nilai proporsinya cenderung mengalami kenaikan, dari 13% di TA 27 menjadi 2% di TA 211. Adapun untuk lain-lain pendapatan nilai proporsinya cenderung lebih berfluktuasi sepanjang TA 27 hingga TA 211, dengan nilai terendah sebesar 7% di TA 28 dan nilai tertinggi sebesar 12% di TA 211. 6
Chart 1. Persentase Jenis Pendapatan Daerah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Realisasi 27-29 Anggaran 21-211 PAD DAPER Lain-lain Pendapatan Tabel 3. Jenis Dana Perimbangan Dana Perimbangan Dalam milyar rupiah 28,674 276,11 281,285 292,281 32,264 272,121 Dana Bagi Hasil 45,994 78,137 69,719 77,677 71,934 68,692 Dana Alokasi Umum 145,575 176,638 186,938 193,226 27,81 181,891 Dana Alokasi Khusus 17,15 21,327 24,628 21,378 23,25 21,538 Total Dana Perimbangan konsisten bertambah selama periode 27 211. Dalam lima tahun, Total Dana Perimbangan telah meningkat sebesar 45%. Hal ini sejalan dengan peningkatan Dana Alokasi Umum sebesar 42% selama 27-211 dan Dana Alokasi Khusus sebesar 36%. 7
Tabel 4. Persentase Jenis Dana Perimbangan Dana Perimbangan Dalam persen 1 1 1 1 1 1 Dana Bagi Hasil 22 28 25 27 24 25 Dana Alokasi Umum 7 64 66 66 69 67 Dana Alokasi Khusus 8 8 9 7 8 8 Meskipun total dana perimbangan meningkat, persentase pendapatan dari ketiga sumber ini realtif konstan dalam periode 27-211. Chart 2. Tren jenis dana perimbangan 8 Realisasi 27-29 Anggaran 21-211 6 4 2 Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus 8
II. BELANJA DAERAH Total belanja meningkat sebesar 83% dari tahun 27 sampai tahun 211 yang kemungkinan besar disebabkan karena makin banyaknya jumlah daerah, disamping alasan logis bertambahnya kebutuhan pemerintah daerah. Tabel 5. Jenis Belanja Belanja Pegawai 1,477 148,515 169,279 198,578 275,29 178,376 46 Belanja Barang Jasa 46,525 66,585 76,3 82,6 94,982 73,28 19 Belanja Modal 77,477 97,866 14,614 96,17 16,27 96,467 25 Belanja Lainnya 34,57 53,986 62,219 66,811 64,54 56,315 14 Tabel 6 dibawah ini menunjukkan kategori belanja sebagai persentase dari total belanja dalam periode 27-211. Tabel 6. Persentase Jenis Belanja Jenis Belanja % Dalam milyar rupiah 258,986 366,951 412,413 443,565 474,135 391,21 1 Jenis Belanja Persentase 1 1 1 1 1 1 Belanja Pegawai 39 4 41 45 58 46 Belanja Barang Jasa 18 18 19 18 2 19 Belanja Modal 3 27 25 22 22 25 Belanja Lainnya 13 15 15 15 14 14 Dari keempat-besar jenis belanja tersebut, Belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja lainnya meningkat dalam nilai yang relatif konstan, sementara belanja modal menurun sekitar 8%. 9
Chart 3. Persentase jenis belanja 8 Realisasi 27-29 Anggaran 21-211 6 4 2 Belanja Pegawai Belanja Modal Belanja Barang Jasa Belanja Lainnya Sebagian besar belanja daerah digunakan untuk belanja pegawai sebesar 58%, meningkat tajam dibandingkan belanja pegawai tahun lalu sebesar 45%. Provinsi Papua Barat memiliki persentase belanja pegawai paling kecil yaitu sebesar 9%, sementara Kab. Demak mencapai 89% yaitu sekitar 2 kali rata-rata belanja pegawai nasional. Belanja Pegawai Milyar rupiah 1,477 148,515 169,279 198,578 275,29 Persentase 39 4 41 45 58 Berbeda halnya dengan belanja pegawai, belanja modal mengalami penurunan 8% yaitu menjadi Rp 16Triliun di Tahun 211. Belanja Modal Milyar rupiah 77,477 97,866 14,614 96,17 16,27 Persentase 3 27 25 22 22 1
Tabel 7. Persentase belanja per fungsi Fungsi 27 28 29 21 Pelayanan Umum 35 36 34 36 Pendidikan 24 24 26 26 Ekonomi 1 9 9 8 Kesehatan 8 8 9 1 Lainnya 24 23 22 2 Persentase belanja untuk fungsi-fungsi pelayanan umum, pendidikan, kesehatan relatif meningkat. Sementara alokasi untuk fungsi ekonomi seperti perkebunan dan penanaman modal relatif menurun. Alokasi untuk fungsi pelayanan umum merupakan alokasi terbesar untuk tiap tahunnya yaitu mencapai 36% dari total belanja. 11
III. SURPLUS/(DEFISIT) Sebagaimana terlihat pada chart 4 dibawah ini, anggaran daerah dalam tahun 27-211 menunjukkan pola yang fluktuatif dan dalam bersentase terhadap anggaran, angka tersebut masih dapat dikategorikan dalam level yang bisa diterima dengan range kurang dari 1%. Selama pada Tahun 211, defisit sekitar Rp32 Triliun, yaitu 7% dari anggaran. Dari chart ini terlihat bahwa realisasi APBD cenderung menunjukkan angka surplus yaitu untuk Tahun 27-29, sementara untuk data anggaran 21-211 cenderung menggambarkan APBD defisit. Chart 4. Surplus-Defisit 5, 27-211 4, Milyar rupiah 3, 2, 1, Pendapatan Belanja Surplus/Defisit -1, 12
IV. PEMBIAYAAN Lebih dari 9% penerimaan pembiayaan berasal dari sisa lebih anggaran tahun sebelumnya, yaitu mencapai Rp37 Triliun pada Tahun 211, kemudian diikuti oleh Penerimaan Pinjaman dan Obligasi Daerah sebesar 6% (Rp 2 Triliun). Pengeluaran pembiayaan utamanya dialokasikan untuk penyertaan modal (investasi) daerah sebesar 44% (Rp 3,4 Triliun) dan Pembayaran pokok utang 41% (Rp 3,1 Triliun). Chart 5. Persentase Penerimaan Pembiayaan 12 1 8 6 4 2 SiLPA Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Lain2 Chart 6. Persentase Pengeluaran Pembiayaan 6 5 4 3 2 1 Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Daerah Pembayaran Pokok Utang LAIN2 13