BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist &

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi

HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA-SISWI PESANTREN X DI BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat

TIPE KEPRIBADIAN REMAJA DI SMPN 1 MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO DIMAS DANDY NIRANA SUBJECT: Tipe Kepribadian, Remaja DESCRIPTION:

BAB 3 METODE PENELITIAN tahun yang duduk di kelas 7-12 dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, disadari atau tidak remaja akan kehilangan hak-hak pribadi

PERBEDAAN TOLERANSI TERHADAP STRES PADA REMAJA BERTIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DI KELAS XI SMA ASSALAAM SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan

PERBEDAAN ASERTIVITAS REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. tergantung penyakit atau kasusnya yang bersifat intangibles, yaitu output tidak dapat terpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. prenatal sampai fase lanjut usia. Di antara rentang fase-fase tersebut salah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

Nama : Rizky Amelia NPM : Jurusan : Psikologi Pembimbing : Dr. M.M. Nilam Widyarini, M.Si., Psikolog

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

PENDAHULUAN. membantu untuk menjalin hubungan kerja sama dan kemampuan memahami individu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan

Niken Kartikasari F

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI. sah (Sarwono, 2005). Mu tadin (2002) mengatakan bahwa prilaku seksual

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan

PERBEDAAN MOTIVASI MENGEMBANGKAN KARIR ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA KARYAWAN. Skripsi

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pentingnya pendidikan moral dan sosial. Dhofier (1990) menyatakan moral dan

Perbedaan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa berdasarkan Tipe Kepribadian Ekstrovert- Introvert. Rizky Amelia 3PA

PERBEDAAN PERILAKU ASERTIF ANTARA ETNIS JAWA DENGAN ETNIS DAYAK

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai karakteristik yang berbeda. Karakteristik laki-laki adalah agresif,

Tipe-tipe Kepribadian. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

PERBEDAAN PERILAKU ASERTIF DITINJAU DARI POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MEMILIKI CLIQUE. Shilmi Khalisah dan Rahmi Lubis

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

BAB I PENDAHULUAN. emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

Perkembangan Sepanjang Hayat

MENINGKATAN KETERAMPILAN ASERTIF MELALUI SENI KETOPRAK

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi dengan baik terhadap orang lain. bersosialisasi dengan orang lain, baik itu keluarga, teman, ataupun guru di

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman modernisasi ini banyak dijumpai remaja yang sering ikutikutan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan sebuah ungkapan yang secara terminologi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani,

kalangan masyarakat, tak terkecuali di kalangan remaja. Beberapa kejadian misalnya; kehilangan orang yang dicintai, konflik keluarga,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Nama : Wienda Tridimita Ayu NPM : Fakultas : Psikologi Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Hera Lestari Mikarsa, Ph.D

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Nilai-nilai keagamaan yang diajarkan, di pesantren bertujuan membentuk

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN RUHANI DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL PADA SANTRI

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanyaan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist & Feist, 2006), remaja berada pada tahap identity versus identity confusion. Menurutnya, pencarian identitas ego mencapai klimaks selama masa remaja. Remaja akan berusaha untuk mencari tahu siapa dirinya. Pencarian identitas diri ini mendorong remaja untuk melakukan eksplorasi, remaja yang tidak mampu mengeksplorasi pengalaman hidup dan citra dirinya kedalam suatu identitas yang konsisten akan mengalami difusi peran, serta akan timbul kebingungan (Feist & Feist, 2006). Akibat dari kebingungan yang dialami, banyak remaja yang sering terlibat hal negatif, yaitu kenakalan remaja (Sunaryo, 2002). Menurut Nunally dan Hawari (dalam Marini & Andriani, 2005) penyebab para remaja terjerumus ke hal-hal negatif seperti tawuran, narkoba, seks bebas, pencurian dan lain-lain salah satunya disebabkan karena kepribadian yang lemah. Ciri-ciri kepribadian yang lemah

diantaranya rendahnya daya tahan terhadap tekanan, harga diri yang rendah, kurang bisa mengekspresikan diri, sulit menerima umpan balik, kurang bisa menyampaikan kritik, sukar menghargai hak dan kewajiban, kurang bisa mengendalikan emosi dan agresivitas serta tidak dapat mengatasi masalah dan konflik dengan baik, yang erat kaitannya dengan asertivitas (Marini & Andriani, 2005). Asertivitas merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan secara jujur, tidak menyakiti orang lain dan menyakiti diri sendiri serta mendapatkan apa yang seseorang inginkan (Jay, 2007). Menurut Rathus dan Nevid (1983) asertif adalah tingkah laku yang menampilkan keberanian untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan, dan pikiran-pikiran apa adanya, mempertahankan hak-hak pribadi, serta menolak permintaan-permintaan yang tidak masuk akal dari figur otoritas dan standar-standar yang berlaku pada suatu kelompok. Menurut Alberti dan Emmons (dalam Marini & Andriani, 2005) perilaku asertif lebih adaptif daripada perilaku pasif atau perilaku agresif. Hal ini dapat terjadi karena perilaku asertif menyebabkan dimilikinya harga diri yang tinggi dan hubungan interpersonal yang memuaskan, karena perilaku asertif memungkinan orang untuk mengemukakan apa yang diinginkan secara langsung dan jelas sehingga menimbulkan rasa senang dalam diri pribadi dan orang lain. Remaja perlu berperilaku asertif agar dapat mengurangi stres ataupun konflik yang dialami sehingga tidak melarikan diri ke hal-hal negatif (Marini &

Andriani, 2005). Perlunya pengembangan kepribadian pada remaja, seperti perilaku asertif, menjadi perhatian bagi sekolah. Sekolah yang bersifat keagamaan kental dengan pengembangan kepribadian. Menurut Feisal (1995), sekolah yang bersifat keagamaan seperti pesantren mempunyai tujuan untuk pengembangan kepribadian. Salah satu pesantren yang memperhatikan pengembangan diri siswanya adalah Pesantren X di Bogor (Widiarti, 2013). Siswa dan siswi yang biasa disebut dengan santriwan dan santriwati di Pesantren X ini sangat kental dengan Aqidah dan Akhlak, dalam arti santriwan dan santriwati diajarkan untuk bertingkah laku, bermoral, dan mempunyai budi pekerti yang baik. Hal ini menjadi landasan Pesantren X dalam membentuk suatu pengembangan diri santriwan dan santriwati. Di Pesantren X dikembangkan beberapa kegiatan ekstrakurikuler wajib, yaitu muhadharah dan jurnalistik. Kegiatan tersebut menurut Widiarti (2013) bertujuan untuk pengembangan diri santriwan dan santriwati Pesantren X. Kegiatan muhadharah merupakan kegiatan dimana siswa dilatih untuk melakukan ceramah, pidato, mengaji, dan MC. Melalui kegiatan muhadharah, siswa dilatih untuk berkomunikasi, mengemukakan pendapatnya dengan baik, mendidik santri menguasai public speaking, serta berani tampil berbicara di depan pendengar (Widiarti, 2013). Hal ini sesuai dengan ciri-ciri perilaku asertif yang diungkapkan Lange dan Jakubowski (1978) bahwa seorang yang asertif dapat berani mengemukakan pendapat secara langsung, perilaku asertif memungkinkan individu

mengkomunikasikan perasaan, pikiran, dan kebutuhan lainnya secara langsung dan jujur. Sedangkan kegiatan jurnalistik merupakan kegiatan dimana siswa dilatih untuk dapat berbicara dengan baik dan dapat menempatkan perilaku yang tepat dihadapan narasumber ketika sedang wawancara (Widiarti, 2013). Hal ini sesuai dengan aspek perilaku asertif yang diungkapkan oleh Eisler, Miller, Hersen, Johnson, dan Pinkton (dalam Martin & Poland, 1980), yaitu non verbal behavior, dimana seseorang yang asertif mampu menempatkan ekspresi wajah, kontak mata, jarak fisik, isyarat badan dan sikap tubuh. Serta aspek latency of response, dimana seorang yang asertif mampu memberikan jarak waktu antara akhir ucapan seseorang sampai giliran kita untuk memulai berbicara. Asertivitas akan berkembang dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana salah satunya adalah tipe kepribadian (Rathus & Nevid, 1983). Menurut Jung terdapat berbagai tipe kepribadian, yang terbentuk dalam dua sikap, yaitu introvert dan ekstrovert (Feist & Feist, 2006). Menurut Jung (dalam Feist & Feist, 2006) ekstrovert berarti mengarahkan energi psikis ke luar dan berorientasi kepada objek dan jauh dari subjektif. Seorang dengan kepribadian ekstrovert lebih dipengaruhi oleh sekeliling mereka daripada dunia dalam diri mereka. Sedangkan introvert (Feist & Feist, 2006) berarti mengalihkan energi psikis ke dalam diri yang bersifat subyektif dalam memandang dunia. Seorang dengan kepribadian introvert hidup di dunia dalam diri mereka sendiri bersama dengan bias, khayalan, mimpi, dan persepsi individual mereka. Mereka juga menerima dan mempersepsi dunia

eksternal, tetapi mereka melakukannya secara selektif dan dengan pandangan subjektif mereka. Ciri kepribadian ekstrovert menurut Eysenck (dalam Feist & Feist 2006) antara lain mudah bersosialisasi, lincah, aktif, periang, terbuka, dominan, berani, humoris, optimis, dan impulsif. Sedangkan kepribadian introvert mempunyai ciri antara lain tenang, pasif, tidak suka bersosialisasi, hati-hati, pendiam, bijaksana, pesimis, damai, tenang, dan terkendali. Kepribadian ekstrovert sering diasosiasikan dengan perilaku asertif. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Arfaniyah (2012) bahwa remaja dengan tipe kepribadian ekstrovert lebih asertif dibanding remaja dengan tipe kepribadian introvert. Salah satu ciri dari kepribadian ekstrovert tersebut sejalan dengan karakteristik asertif. Menurut Eysenck (dalam Feist & Feist 2006) seorang dengan kepribadian ekstrovert adalah seorang yang terbuka, sedangkan menurut Jay (2007) asertif dikarakteristikkan sebagai seorang yang dapat mengkomunikasikan apa yang diinginkan secara jujur. Ketika seorang dengan kepribadian ekstrovert yang terbuka, maka akan mudah baginya untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan secara jujur. Namun tidak selalu orang yang ekstrovert akan mudah menjadi asertif, karena terdapat beberapa ciri kepribadian introvert yang sejalan dengan perilaku asertif. Menurut Eysenck (dalam Feist & Feist 2006) seorang dengan kepribadian introvert adalah seorang yang hati-hati dan mempunyai kontrol diri. Sedangkan

menurut Jay (2007) asertif di karakteristikan sebagai seorang yang mampu berbicara dengan tidak menyakiti hati orang lain. Ketika seorang dengan kepribadian introvert yang berhati-hati dan mempunyai kontrol diri, maka mereka akan mampu berbicara tanpa menyakiti hati orang lain. Mengingat pentingnya perilaku asertif bagi remaja, termasuk pada siswa dan siswi di Pesantren X di Bogor, maka peneliti ingin mengetahui keterkaitan kepribadian ekstrovert dengan perilaku asertif, serta keterkaitan antara kepribadian introvert dengan perilaku asertif pada siswa dan siswi Pesantren X di Bogor. Tipe kepribadian sendiri memiliki peran terhadap perilaku asertif, sehingga dengan mengetahui keterkaitan antara ekstrovert dengan introvert diharapkan dapat diberikan metode pengembangan perilaku asertif yang berbeda sesuai dengan tipe kepribadiannya. 1.2 Rumusan Masalah Adakah hubungan antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert dengan perilaku asertif pada siswa-siswi pesantren X di Bogor? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert dengan perilaku asertif pada siswa-siswi pesantren X di Bogor.