BAB IV GAMBARAN UMUM Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara High Income

dokumen-dokumen yang mirip
IV. GAMBARAN UMUM Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian Negara Berkembang dan Maju Periode

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Fungsi Dampak Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian dan Industri Terhadap Emisi Gas Rumah Kaca

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

BAB III METODE PENELITIAN. antara tahun Data dalam penelitian ini adalah data dari 20 Negara

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada suatu periode tertentu.pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

DAMPAK PERTUMBUHAN DAN KETERBUKAAN EKONOMI TERHADAP DEGRADASI LINGKUNGAN OLEH DAVID AKBAR ABDURAHMAN H

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

Iklim Perubahan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Market Brief. Beras di Jerman

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2004


Pendekatan produksi: nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam suatu. Distribusi Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2005

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JANUARI 2017

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN MEI 2004

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015

PERNYATAAN ORISINALITAS...

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2016

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2016

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

Transkripsi:

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara High Income -28 Kelompok negara high income merupakan kelompok negara yang telah melewati tahapan pertumbuhan ekonomi hingga pada akhirnya mencapai kondisi mapan. Secara keseluruhan negara high income memiliki laju pertumbuhan GDP per kapita bernilai positif meskipun terdapat fluktuas dalam data tahunan. Hal tersebut menunjukan bahwa setiap tahunnya terjadi fluktuasi pendapatan namun secara keseluruhan untuk jangka waktu tahun -28 pendapatan negara high income mengalami peningkatan. GDP per kapita (US$) 45 4 35 3 25 2 15 1 5 Inggris Amerika Serikat Jepang Italia Perancis Gambar 4.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Negara High Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.1, rata-rata keseluruhan negara high income memiliki pertumbuhan ekonomi konstan dengan pertumbuhan GDP per kapita rata-rata per tahun sebesar 1,8 persen. Negara-negara high income memiliki 42

43 pertumbuhan perekonomian yang cenderung stabil apabila dibandingkan dengan kelompok negara lainnya. Jepang merupakan negara dengan GDP per kapita tertinggi untuk kelompok negara high income kemudian disusul oleh Amerika. Jepang merupakan negara produsen otomotif maupun elektronik dunia. Negara dengan tingkat industrialisasi yang tinggi yang berhasil mendongkrak perekonomiannya setelah terpuruk pasca Perang Dunia ke II. Sedangkan Amerika merupakan raksasa ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian global. Negara high income lainnya seperti Inggris, Perancis, dan Italia secara berurutan menempati posisi ke tiga, empat, dan kelima. 4.2. Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara Upper Middle Income -28 Kelompok negara upper-mid income merupakkan negara berpendapatan menegah yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi signifikan. Negaranegara tersebut sedang mengakselerasi pertumbuhan ekonominya untuk menjadi negara berpendapatan tinggi atau high income sedangkan lower-mid income merupakan negara dengan pendapatan menengah yang setingkat lebih tinggi dari negara berpendapatan rendah atau low income. Negara upper middle income yang terpilih menjadi contoh dalam penelitian ini adalah Cina, Brazil, Afrika Selatan, Malaysia, dan Argentina. Sedangkan untuk negara lower middle income yaitu India, Indonesia, Pilipina, Nigeria, dan Tonga. Gambar 4.2 menunjukan laju GDP per kapita untuk kelompok negara upper middle income dan lower middle income pada tahun sampai dengan 28.

44 GDP per kapita (US$) 12 1 8 6 4 2 Argentina Brazil Cina Malaysia Afrika Selatan India Indonesia Philippina Nigeria Tonga Gambar 4.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Negara Middle Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.2, dapat terlihat negara-negara upper-mid income seperti Brazil, Afrika Selatan, Malaysia, dan Argentina memiliki tingkat GDP per kapita yang lebih tinggi dari GDP per kapita negara lower-mid income, hanya Cina yang merupakan negara upper-mid income namun GDP per kapita negaranya berada diantara GDP per kapita negara lower-mid income. Hal tersebut dikarenakan dalam menggolongkan Negara-negara di dunia ke dalam kelompok pendapatan menggunakan GDP bukan GDP per kapita. Penduduk Cina yang banyak menjadikan GDP per kapita Cina lebih kecil dari GDP-nya. Meskipun untuk kelompok middle income laju GDP per kapita memiliki nilai yang bervariasi namun secara keseluruhan perekonomian negara middle income mengalami pertumbuhan yang bernilai positif.

45 4.3. Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara Low Income -28 Kelompok negara low income memiliki tingkat GDP per kapita terendah jika dibandingkan dengan kelompok negara high income dan low income. Trend pertumbuhan GDP per kapita untuk masing-masing negara low income bervariasi dengan tingkat fluktuas yang relatif tinggi. 8 7 GDP per Kapita (US$) 6 5 4 3 2 1 Malawi Uganda Comoros Liberia Zimbabwe Gambar 4.3. Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara Low Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.3, ada beberapa negara low income yang memiliki total pertumbuhan GDP per kapita yang bernilai negatif yaitu Zimbabwe, Liberia, dan Comoros. Penurunan GDP per kapita terbesar sepanjang tahun -28 dialami oleh Liberia dengan total penurunan GDP per kapita sebesar minus tujuh puluh persen. Negara Malawi, Uganda, dan Comoros mengalami pertumbuhan GDP total yang bernilai positif sepanjang tahun -28. Uganda merupakan negara kelompok low income yang mengalami total pertumbuhan GDP per kapita tertinggi.

46 4.4. Laju Pertumbuhan Emisi Gas Rumah Kaca CO 2 4.4.1 Laju Pertumbuhan CO 2 Negara High Income -28 Negara high income merupakan negara maju yang telah melewati beberapa fase pertumbuhan ekonomi termasuk industrialisasi. Kontribusi negara high income terhadap emisi gas CO 2 tidak diragukan lagi. Karena CO 2 merupakan limbah kegiatan produksi untuk mendongkrak perekonomian mereka di masa lampau. Gambar 4.4 adalah grafik dari laju pertumbuhan emisi gas CO 2 sepanjanga tahun -28: 6 5 CO2 (kilotonne) 4 3 2 1 Inggris Amerika Serikat Jepang Italia Perancis Gambar 4.4. Laju Pertumbuhan CO 2 Negara High Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.4, penyumbang emisi gas CO 2 tertinggi untuk golongan Negara high income adalah Amerika Serikat dengan emisi CO 2 berkisar antara empat juta kilo ton sampai lima juta kilo ton CO 2. Negara high income kedua tertinggi setelah Amerika Serikat adalah Jepang yang berkisar antara 9 ribu sampai satu juta kilo ton per tahun. Tingkat pertumbuhan emisi CO 2 per tahun untuk negara maju terbilang cukup rendah, yakni,5 persen per tahun.

47 4.4.2. Laju Pertumbuhan CO 2 Negara Middle Income -28 Dalam beberapa forum lingkungan tingkat dunia dan pendapat terkait pemanasan dunia, negara berkembang dengan pendapatan menengah sering kali menjadi terdakwa atas mengingkatknya emisi gas CO 2 ke atmosfer bumi. CO 2 aktif membentuk skema rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Berikut ini adalah grafik dari laju pertumbuhan emisi gas CO 2 sepanjang tahun -28 untuk negara middle income. 8 7 6 5 4 3 2 1 Afrika Selatan Argentina Malaysia Cina Brazil Nigeria Tonga India Indonesia Philipina Gambar 4.5. Laju Pertumbuhan CO 2 Negara Middle Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.5, untuk semua negara middle income selain India dan Cina, petumbuhan CO 2 tidak lebih dari satu juta kilo ton sepanjang tahun -28. Perbedaan yang sangat signifikan terlihat dari negara Cina dan India yang memiliki tingkat pencemaran CO 2 jauh di atas negara lainnya. Cina dan India adalah negara yang sedang gencar melakukan industrialisasi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi mereka. India hampir menembus angka dua juta kilo ton emisi CO 2 sedangkan Cina tujuh juta kilo ton pada tahun 28.

48 4.4.3. Laju Pertumbuhan CO 2 Negara Low Income -28 Negara low income merupakan dengan tingkat pendapatan terendah jika dibandingkan dengan kelompok negara lainnya. Perekonomian yang bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya alam secara sederhana tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap jumlah emisi gas CO 2 yang dihasilkan. 2 18 16 14 12 1 8 6 4 2 CO2 (kilotonne) malawi Uganda Comoros Liberia Zimbabwe Gambar 4.6. Laju Pertumbuhan CO 2 Negara Low Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.6, terdapat perbedaan yang signifikan antara Zimbabwe dengan negara low income lainnya. Antara -1994 Zimbabwe mengalami peningkatan emisi CO 2 rata-rata lima persen per tahun hingga pada akhirnya mengalami penurunan sampai dengan tahun 28. Meskipun secara keseluruhan Zimbabwe mengalami penurunan hingga titik 975,825 kilo ton emisi CO 2 namun emisi CO 2 yang dihasilkan masi jauh melampaui negara low income lainnya yang tidak melebihi titik 4. kilo ton CO 2.

49 4.4.4. Laju Pertumbuhan CH 4 Negara High Income -28 Sebagai sebuah negara yang berhasil mengakselerasi perekonomian melalui proses industrialisasi yang dilakukan di masa sebelumnya, negara high income merupakan kelompok konsumen bahan bakar fosil dengan jumlah yang sangat besar. Namun, negara high income bukan merupakan negara emitor gas CO 2 terbesar. 3.5E+4 3.E+4 CH4 (kilotonne) 2.5E+4 2.E+4 1.5E+4 1.E+4 5.E+3.E+ Inggris Amerika Serikat Jepang Italia Perancis Gambar 4.7. Laju Pertumbuhan CH 4 Negara High Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.7, sama seperti pada kasus emis CH 4, pada kelompok negara high income hanya Amerika yang menunjukan perbedaan signifikan dalam jumlah emisi yang dihasilkan. Emisi gas CH 4 yang dihasilkan Amerika jauh melebihi negara high income lainnya meskipun secara keseluruhan mengalami penurunan. Untuk negara high income lainnya memiliki kisaran CH 4 yang tidak begitu berbeda sepanjang tahun -28, yakni berkisar antara 2.9 kilo ton CH 4 sampai dengan 5.11 kilo ton. Keseluruhan pertumbuhan emisi CH 4 Negara high income tahun -28 bernilai negatif, yakni minus,7 persen

5 rata-rata per tahun. Dengan kata lain secara keseluruhan emisi CH 4 pada negara high income sepanjang tahun -28 mengalami penurunan. 4.4.5. Laju Pertumbuhan CH 4 Negara Middle Income -28 Negara middle income merupakan negara berkembang yang sedang mengalami industrialisi. Pergeseran dari sektor pertanian ke industri merupakan tahapan proses pembangunan yang harus dilewati kelompok Negara ini dalam menjalankan pembangunan ekonomi. Emisi gas CH 4 yang dihasilkan akibat oksidasi tidak sempurna dari barang organik banyak ditemukan pada lahan gambut dan area persawahan. Negara middle income merupakan kelompok negara yang aktif menyumbangkan emisi gas CH 4 ke udara. Gambar 4.8 adalah grafik dari laju pertumbuhan emisi gas CH 4 sepanjang tahun -28. CH4 (kilotonne) 8.E+4 7.E+4 6.E+4 5.E+4 4.E+4 3.E+4 2.E+4 1.E+4.E+ Cina Brazil India Indonesia Philipina Argentina Afrika Selatan Malaysia Tonga Nigeria Gambar 4.8. Laju Pertumbuhan CH4 Negara Middle Income, -28

51 Berdasarkan Gambar 4.8, untuk kelompok negara middle income emitor CH 4 tertinggi diraih oleh Cina, kemudian disusul oleh India dan Brazil. Emisi CH 4 yang dihasilkan negara Brazil, India, dan Indonesia banyak berasal dari kotoran hewan, rawa, lahan gambut maupun area pesawahan terbuka yang membutuhkan banyak konsumsi air. Sedangkan untuk negara Cina banyak berasal dari pembusukan limbah. Indonesia menempati urutan ke empat dengan pergerakan kurva emisi CH 4 yang sangat fluktuatif apabila dibandingkan dengan negara lain dalam kelompok negara middle income. pada tahun 1998 jumlah emisi CH 4 yang dihasilkan Indonesia melebihi empat juta kilo ton dan kemudian kembali turun secara drastis. Rata-rata pertumbuhan emisi CH 4 Brazil adalah 1,8 persen per tahun, sedangkan untuk Negara India dan Brazil sekitar satu persen rata-rata per tahun. 4.4.6. Laju Pertumbuhan CH 4 Negara Low Income -28 Negara low income merupakan dengan tingkat pendapatan terendah jika dibandingkan dengan kelompok negara lainnya. Meskipun pertanian dan peternakan merupakan motor penggerak perekonomian negara low income, namun emisi CH 4 yang dihasilkan relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan Negara middle income. Dan Gambar 4.8 adalah grafik dari laju pertumbuhan emisi gas CH 4 sepanjanga tahun -28.

52 CH4 (kilotonne) 1.4E+3 1.2E+3 1.E+3 8.E+2 6.E+2 4.E+2 2.E+2.E+ Malawi Uganda Comoros Liberia Zimbabwe Gambar 4.9. Laju Pertumbuhan CH4 Negara Low Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.9, pada kelompok negara low income Uganda merupakan negara emitor terbesar emisi CH 4. Emisi gas CH 4 yang dihasilkan Uganda jauh melebihi negara low income lainnya. Urutan nomor dua sebagai emitor CH 4 terbesar dalam golongan negara low income ditempati oleh Zimbabwe yang kemudian disusul oleh Malawi dan Liberia. Sedangkan Comoros merupakan Negara emitor terkecil dalam golongan Negara low income. Pertumbuhan CH 4 Uganda pada tahun -28 hampir mengalami peningkatan dua kali lipat, yakni sebesar 95 persen. Namun, untuk negara low income lainnya pertumbuhan yang terjadi tidak sebesar Uganda, hanya berada pada kisaran 5 persen. 4.4.7. Laju Pertumbuhan N 2 O Negara High Income -28 Nitrogen oksida banyak dihasilkan dari sisa pembakaran dan penggunaan pupuk N secara berlebiha. Mekipun Negara high income bukan merupakan negara

53 yang berbasiskan sektor pertanian, namun Negara high income memiliki kontribusi yang tidak sedikit terhadap pertumbuhan emisi gas N 2 O di udara. Berikut ini adalah grafik dari laju pertumbuhan emisi gas N 2 O sepanjang tahun -28: 1.4E+3 1.2E+3 N2O (kilotonne) 1.E+3 8.E+2 6.E+2 4.E+2 2.E+2.E+ Inggris Amerika Serikat Jepang Italia Perancis Gambar 4.1. Laju Pertumbuhan N 2 O Negara High Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.1, penyumbang emisi gas N 2 O tertinggi untuk golongan negara high income adalah Amerika Serikat dengan emisi N 2 O berkisar antara satu juta kilo ton sampai satu koma dua juta kilo ton N 2 O. Angka tersebut jauh diatas tingkat emisi N 2 O negara high income lainnya sepanjang tahun - 28 yang tidak melebihi 23 kilo ton N 2 O. Tingkat pertumbuhan emisi N 2 O tahun -28 bernilai negatif. Terjadi penurunan N 2 O untuk semua negara high income disepanjang tahun -28.

54 4.4.8. Laju Pertumbuhan N 2 O Negara Middle Income -28 Nitrogen Oksida yang sebagian besar berasal pembakaran dan pemberian pupuk N berlebihan pada sektor pertanian. Sebagai negara dengan kontribusi pertanian yang besar seharusnya negara middle income memiliki kontribusi yang besar terhadap emisi gas N 2 O di udara. Berikut ini adalah grafiknya sepanjang tahun -28: N2O (kilotonne) 2.E+3 1.8E+3 1.6E+3 1.4E+3 1.2E+3 1.E+3 8.E+2 6.E+2 4.E+2 2.E+2.E+ Cina Brazil India Indonesia Pilipina Argentina Afrika Selatan Malaysia Tonga Nigeria Gambar 4.11. Laju Pertumbuhan N 2 O Negara Middle Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.11, untuk kelompok negara middle income emitor N 2 O tertinggi adalah Cina, kemudian disusul oleh India dan Brazil. Indonesia menempati urutan ke empat dengan pergerakan kurva emisi N 2 O yang sangat fluktuatif apabila dibandingkan dengan negara lain dalam kelompok Negara middle income. Pertumbuhan emisi N 2 O sepanjang tahun -28 untuk negara middle income terlihat serupa dengan pola yang ditampilkan untuk emisi CH 4 negara middle income.

55 4.4.9. Laju Pertumbuhan N 2 O Negara Low Income -28 Secara keseluruhan negara low income memiliki laju pertumbuhan N 2 O yang berbeda untuk setiap negara. Gambar 4.12 menunjukan laju pertumbuhan emisi gas N 2 O sepanjang tahun -28. N2O (kilotonne) 9.E+1 8.E+1 7.E+1 6.E+1 5.E+1 4.E+1 3.E+1 2.E+1 1.E+1.E+ Uganda Comoros Liberia Zimbabwe Malawi Gambar 4.12. Laju Pertumbuhan N2O Negara Low Income, -28 Berdasarkan Gambar 4.12, pada kelompok negara low income Uganda merupakan negara emitor terbesar emisi N 2 O. Emisi gas N 2 O yang dihasilkan Uganda melebihi negara low income lainnya. Terdapat lonjakan emisi N 2 O pada tahun sebesar 155 persen namun kembali turun sebesar 3 persen pada tahun 28. Urutan nomor dua sebagai emitor N 2 O terbesar dalam golongan Negara low income ditempati oleh Zimbabwe yang kemudian disusul oleh Malawi dan Liberia. Sedangkan Comoros merupakan negara emitor terkecil dalam golongan negara low income, serupa dengan pola yang ditampilkan untuk emisi CH4. Pertumbuhan N 2 O Uganda pada tahun -28 mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat, yakni sebesar 149 persen. Namun, untuk negara low income

56 lainnya pertumbuhan yang terjadi tidak sebesar Uganda, hanya berada pada kisaran empat persen. 4.5. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara High Income -28 Secara keseluruhan persentase perdagangan terhadap GDP untuk negara high income relatif lebih kecil dari kelompok negara lain. Hal tersebut mengindikaskan bahwa kontribusi perdagangan terhadap GDP untuk negara high income lebih kecil jika dibandingkan dengan negara lain. Gambar 4.13 adalah laju tingkat keterbukaan ekonomi negara high income yang dilihat melalui penjumlahan kontribusi ekspor maupun impor terhadap GDP. 7 6 Trade/GDP (persen) 5 4 3 2 1 Amerika Serikat Inggris Jepang Italia Perancis Gambar 4.13. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara High Income, - 28 Berdasarkan Gambar 4.13, tingkat keterbukaan ekonomi yang ditentukan oleh share perdagangan terhadap GDP menunjukan angka yang fluktuatif. Namun dapat dilihat melalui Gambar 4.13, secara keseluruhan negara yang memiliki

57 tingkat keterbukaan ekonomi tertinggi untuk kelompok negara high income adalah Inggris. Share rata-rata perdangan terhadap GDP negara Inggris adalah 53,7 persen. Negara dengan tingkat keterbukaan ekonomi kedua dan ketiga adalah Perancis dengan Share perdagangan terhadap GDP rata-rata sebesar 48,1 persen dan Italia dengan share perdagangan terhadap GDP rata-rata sebesar 45 persen. Jepang dan Amerika menempati posisi keempat dan kelima dengan selisih persentase rata-rata hanya,1 persen. Share perdagangan terhadap GDP rata-rata yang dimiliki Jepang adalah 22,35 persen, sedangkan share perdagangan terhadap GDP rata-rata Amerika adala 22,35 persen. 4.6. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara Upper Middle Income -28 Kelompok negara middle income merupakan kelompok negara yang sedang berkembang dan terus mengejar pertumbuhan ekonomi untuk mencapai kondisi mapan. Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Gambar 4.14 menunjukan, negara Malaysia merupakan negara upper middle income yang memiliki tingkat keterbukaan tertinggi berdasarkan share perdagangan terhadap GDP. Pada kelompok negara middle income ditemukan beberapa kasus menunjukan share perdagangan terhadap GDP yang melebih 1 persen. Hal ini dikarenakan keterbukaan ekonomi diukur melalui penjumlahan kontibusi ekspor dan impor terhadap GDP dan bukan diukur dari selisih antara keduanya.

58 25 Trade/GDP (persen) 2 15 1 5 Cina Malaysia Brazil Argentina Afrika Selatan Gambar 4.14. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara Upper Middle Income, -28 Untuk Negara middle income negara yang memiliki share perdagangan terhadap GDP tertinggi adalah Malaysia kemudian disusul oleh Afrika Selatan dan Cina. Lonjakan tingkat keterbukaan ekonomi terlihat pada negara Cina di tahun sampai dengan tahun. Cina merupakan negara yang sedang gencar melakukan perdagangan internasional untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 4.7. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara Lower Middle Income -28 Pada kelompok negara lower middle income laju tingkat keterbukaan ekonomi relatif lebih fluktuatif jika dibandingkan dengan high income dan upper middle income. Berdasarkan Gambar 4.15, besaran tingkat keterbukaan ekonomi untuk negara Indonesia, Tonga, dan Nigeria berkisar diantara 6 hingga 95 persen

59 pada tahun sampai dengan 28. Data laju tingkat keterbukaan ekonomi kelompok negara lower middle income menunjukan bahwa terjadi peningkatkan volume perdagangan secara konsisten untuk kasus negara India. Berbeda dengan negara lain yang memiliki fluktuasi yang cukup tinggi, peningkatan kontribusi perdagangan terhadap pembentukan GDP terus terjadi sepanjang tahun 1986 sampai dengan 28. 12 1 Trade/GDP (persen) 8 6 4 2 Indonesia India Pilipina Nigeria Tonga Gambar 4.15. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara Upper Middle Income, -28 4.8. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara Low Income -28 Kelompok negara low income merupakan kelompok negara dengan tingkat GDP per kapita terendah jika dibandingkan dengan kelompok negara lain. Trend pertumbuhan GDP per kapita untuk masing-masing negara low income bervariasi dengan tingkat fluktuas yang relatif tinggi. Ratio perdagangan terhadap GDP yang tinggi menunjukan bahwa lalu lintas perdagangan memiliki kontribusi yang cukup tinggi bagi perekonomian negara kelompok low income. Gambar 4.16 akan

6 menunjukan laju tingkat keterbukaan ekonomi untuk kelompok negara low income. Berdasarkan Gambar 4.16, pola laju tingkat keterbukaan ekonomi yang ditunjukan pada kelompok negara low income memiliki slope yang berbeda. Untuk negara low income Negara yang memiliki share perdagangan terhadap GDP tertinggi adalah Liberia. Beberapa data yang melebihi angka 1 persen untuk laju share perdagangan terhadap GDP menentukan lalu lintas perdagangan yang mendominasi perekonomian negara-negara low income karena tingkat keterbukaan dalam penelitian ini diukur berdasarkan jumlah perbandingan antara ekspor dengan GDP dan impor dengan GDP. 25 2 15 1 5 Zimbabwe Liberia malawi Comoros Uganda Gambar 4.16. Laju Tingkat Keterbukaan Ekonomi Negara Low Income, - 28