BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Industri Hilir Aluminium Industri aluminium terdiri dari industri primer, industri antara dan industri hilir. Industri primer adalah industri peleburan alumina menjadi aluminium. Bentuk produk yang dihasilkan pabrik peleburan adalah sebagai berikut (Aluminium Handbook 2:1999): 1. Aluminium ingot tanpa bahan tambahan. Ingot ini akan dilebur kembali sebelum dicetak menjadi produk akhir. Berat yang umum 25 kg per batang, sedangkan dalam ukuran besar 500 kg hingga 2 ton. 2. Aluminium ingot dengan bahan tambahan. Ingot ini juga dilebur kembali sebelum dicetak menjadi produk akhir. Berat yang umum per tumpuk 500 hingga 1000 kg. 3. Pelet, butiran dan serbuk. Pelet berukuran diameter 3 hingga 20 mm, butiran berukuran diameter 0.5 hingga 3 mm sedangkan serbuk berdiameter kurang dari 0.5 mm. 4. Bentuk tertentu seperti slab/pelat dengan berat 50 kg hingga 13 ton (berukuran 2500 x 600 x 3900 mm), billet/pipa pejal dan pipa berlubang dengan diameter hingga 500 mm dan panjang 3900 mm serta berat 2 ton, persegi dengan panjang tertentu dan wire bars/batangan kabel seberat 80 kg. 5. Aluminium cair dimana pengiriman cairan aluminium ke pencetakan dan pabrik menggunakan kontainer yang diisolasi panas secara khusus atau menggunakan kendaraan khusus. 6
Dari kelima bentuk produk aluminium sektor primer di atas, selanjutnya akan diproses lanjut oleh industri antara menjadi produk setengah jadi ataupun oleh industri hilir menjadi produk jadi yang dapat digunakan oleh konsumen, misalnya: frame, pipa, kaleng, bahan bangunan dan lain-lain seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1 Pohon Industri Aluminium. (Sumber: http://www.kemenperin.go.id) Gambar 2.1. Pohon Industri Aluminium Nilai tambah dari setiap kegiatan proses di atas terlihat pada rantai nilai produksi aluminium seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2 rantai nilai produksi aluminium. Dari gambar tersebut, nilai tambah (added value) dari produk primer ke produk setengah jadi sebesar 10 ~100% sedangkan nilai tambah dari produk primer ke produk jadi sebesar 60 ~ 325% 7
(Sumber: http://www.scielo.br/scielo.php) Gambar 2.2 Rantai Nilai Produksi Aluminium 2.2 Teori Diamond Porter Secara umum klaster dapat didefinisikan sebagai hubungan interaksi dan fungsional dari beberapa pelaku yang dikonsentrasikan pada letak geografis, jenis industri maupun ketersediaan sumber daya alam tertentu sehingga sering disebut 8
dengan klaster industri (Doeringer dan Terkla, 1995). Menurut Porter: (Porter, 1998) beberapa keuntungan kompetititf dari pendekatan klaster yaitu: - Efisiensi : kedekatan geografis akan berdampak terhadap pengurangan biaya dalam operasionalisasi (transportasi dan komunikasi) dan biaya produksi, serta memungkinkan efisiensi lainnya seperti pembiayaan bersama (cost sharing) dan pembagian risiko (risk sharing) - Produktif: sebagai dampak adanya spesialisasi (specialized labor pool, specialized input supplier, and technological supplier) maka para pelaku dapat memfokuskan pada kompetensi masing-masing). Dalam banyak hal ini juga dapat meningkatkan produktivitas. - Inovatif: merupakan output dari interaksi sinergis oleh para aktor, termasuk didalamnya keterlibatan perguruan tinggi dan lembaga penelitian akan meningkatkan kemampuan kolektif. Beberapa teknik riset menganalisa bentuk klaster menurut Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD 1999, Dedy Saputra dkk) yaitu: 1. Input-output analysis, memfokuskan pada hubungan interaksi antara industri yang terdapat pada rantai nilai ekonomi. 2. Graph analysis, didasarkan pada teori grafik, mengidentifikasi hubungan kelompok dan jaringan lainnya antarperusahaan atau grup industri. 3. Correspondence analysis, misalnya analisa faktor, analisa komponen utama, penilaian multi-dimensional dan korelasi. Teknik ini bertujuan mengidentifikasi kelompok usaha atau industri yang memiliki inovasi yang sejenis. 4. Qualitative case study Porter yang dikenal dengan Diamond Porter, digunakan secara luas dalam pendekatan kompetitif dan pengembangan ekonomis. 9
Bentuk diagram Diamond Porter digunakan sebagai dasar kerangka untuk mengilustrasikan faktor-faktor penentu keunggulan nasional seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3: (Sumber: Porter,1998) Gambar 2.3. Diagram Diamond Porter Teori klasik perdagangan internasional menyatakan bahwa keunggulan komparatif adalah hibah (pemberian) termasuk tanah, sumber daya alam, tenaga kerja, dan ukuran penduduk setempat. Michael E Porter berpendapat bahwa suatu bangsa dapat menciptakan faktor yang lebih maju seperti tenaga kerja terampil, teknologi yang kuat dan basis pengetahuan, dukungan pemerintah dan budaya. Peranan masing-masing komponen pada Diamond Porter dijelaskan sebagai berikut: 10
l. Kondisi Faktor - Sebuah negara sendiri menciptakan faktor penting, bukan diwariskan. seperti sumber daya yang terampil dan basis teknologi. Faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja tidak terlatih dan bahan baku dapat dengan mudah dimiliki oleh setiap perusahaan yang akhirnya tidak memiliki nilai kompetitif. Negaranegara yang memiliki sumber daya terbatas seringkali membuat mereka menjadi kompetitif dan inovatif. 2. Kondisi Permintaan - Penerimaan yang baik sebuah produk oleh pasar lokal akan berdampak terhadap daya saing produk tersebut. Konsumen secara aktif memberikan masukan terhadap kualitas yang dapat memacu industri lokal meningkatkan kualitas produksinya. Dengan membawa citra tersebut dalam konteks internasional, maka industri lokal menjadi kompetitif dalam pasar global. 3. Industri Pendukung dan Terkait - Ketika industri pendukung lokal yang kompetitif; perusahaan menikmati input biaya yang lebih efektif dan inovatif. - Dukungan industri terkait dan industri inti akan meningkatkan daya saing industri. 4. Strategi, Struktur dan Persaingan antar Perusahaan - Kondisi lokal mempengaruhi strategi perusahaan, misalnya kondisi pasar modal. Negara dengan sistem permodalan jangka pendek cenderung menginvestasikan dana mereka pada industri yang dibiayai oleh investasi jangka pendek seperti komputer. Sedangkan negara dengan sistem permodalan jangka panjang cenderung menginvestasikan dana mereka pada industri yang dibiayai oleh investasi jangka panjang seperti farmasi. 11
- Struktur perusahaan sangat dipengaruhi oleh pola manajemen. Sebagai contoh, perusahaan Jerman cenderung hirarkis. perusahaan Italia cenderung lebih kecil dan dijalankan seperti perusahaan keluarga. - Persaingan antar perusahaan akan meningkatkan kinerja industri tersebut. Persaingan antar pelaku industri akan mempercepat akselerasi inovasi yang pada akhirnya secara akumulatif meningkatkan daya saing klaster tersebut. Peran pemerintah dalam model adalah: - Mendorong perusahaan untuk meningkatkan kinerja mereka, misalnya dengan menegakkan standar produk yang ketat. - Merangsang permintaan awal untuk produk lanjutan. - Fokus pada penciptaan faktor khusus. - Merangsang persaingan lokal dengan membatasi kerja sama langsung dan menegakkan peraturan antitrust. 2.3 Metode Penilaian Untuk Manfaat Pengembangan Ekonomi Untuk mengetahui pengaruh pengembangan suatu kawasan terhadap pertumbuhan ekonomi ada beberapa metode penilaian yang digunakan antara lain: 1. Analisis biaya manfaat 2. Analisis nilai tambah 3. Metode multiflier. Analisis biaya-manfaat (Cost Benefit Analysis-CBA), kadang disebut analisis manfaat-biaya (Benefit Cost Analysis-BCA), adalah pendekatan pengambilan keputusan ekonomi, digunakan terutama dalam pemerintahan dan bisnis. CBA digunakan dalam penilaian apakah yang diusulkan proyek, program atau kebijakan 12
layak dilakukan, atau untuk memilih antara beberapa alternatif yang ada. Termasuk membandingkan total biaya yang diharapkan pada setiap pilihan dengan total manfaat yang diharapkan (www.wikipedia.com). Salah satu metoda yang digunakan adalah Discounted Cash Flow yaitu metode untuk memberi peringkat proposal investasi yang menggunakan konsep nilai waktu dari uang (Eugene F, 2001) dengan beberapa indikator yang digunakan yaitu: - Margin pendapatan bersih yaitu laba bersih dibagi dengan penjualan - Internal Rate of Return (IRR) yaitu tingkat pengembalian investasi yang dihitung dengan mencari tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus masuk kas dimasa mendatang terhadap biaya proyek - Return On Invesment (ROI) yaitu laba bersih dibagi investasi - Payback period yaitu lamanya waktu yang dibutuhkan bagi pendapatan investasi bersih untuk menutup biayanya Pengertian nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa pengusaha pengolahan (Hayami et al, 1987). M =NP-NB, dimana: M =marjinal (tenaga kerja, input lain, balas jasa pengusaha) NP = nilai produk NB = nilai bahan baku 13
NT= M x Q, dimana: NT = nilai tambah Q = jumlah produk Multiplier investasi menggambarkan seberapa besar peningkatan nilai tambah perekonomian secara keseluruhan (Produk Domestik Bruto) yang terjadi sebagai akibat dari adanya tambahan investasi di suatu sektor seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1. Metode perhitungan multiplier mengikuti pendekatan Cuihong (2000). Tabel 2.1 Multiplier Berbagai Sektor No Sektor Multiflier investasi 1 Industri Makanan dan Minuman 3.025 2 Sektor Listrik, Gas & Air Minum 2.728 3 Industri Barang dari Karet 2.575 4 Industri Logam dasar besi dan baja 2.352 5 Sektor Bangunan 2.235 6 Industri Produk Kimia 2.215 7 Industri lainnya 2.182 8 Industri Pemintalan, Textile, Kulit & Pakaian 2.118 9 Sektor Restaurants & hotels 2.075 10 Industri Produk Kayu 2.066 11 Industri Kertas dan Produk Kertas 2.065 12 Sektor Pengangkutan 2.000 13 Industri Semen dan galian bukan logam 1.857 14 Industri mesin,mesin listrik,alat2 & perlengkapan listrik 1.745 15 Industri alat pengangkutan 1.663 16 Sektor Lainnya 1.599 17 Sektor Pemerintahan umum dan pertahanan 1.514 18 Industri Rokok 1.419 19 Sektor Perdagangan 1.404 20 Sektor Jasa Keuangan, sewa & business services 1.346 21 Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan,Kehutanan & Perikanan 1.289 22 Sektor Pertambangan (non migas) 1.246 23 Sektor Komunikasi 1.201 24 Sektor pertambangan migas dan refinery 1.177 Sumber: Outlook Ekonomi Indonesia 2008 2013 Dari tabel di atas terlihat bahwa multiflier investasi terbesar pada sektor industri makanan dan minuman sebesar 3,025 sedangkan pada sektor industri logam dasar besi dan baja sebesar 2,352. Hal ini berarti setiap peningkatan investasi di sektor industri logam dasar besi dan baja sebesar Rp 1 milyar akan menghasilkan peningkatan Pendapatan Domestik Bruto sebesar Rp 2,352 milyar. 14