BAB II KERANGKA TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan memegang peranan

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Produk Domestik Bruto (PDB)

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan restoran mengalami peningkatan kontribusi. Demikian juga pertanian, listrik,

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Statistik KATA PENGANTAR

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik KATA PENGANTAR

NAMA : WIRO FANSURI PUTRA

konsumen, dan tiap kegiatan menambah nilai pada produk akhir.

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

VIII. ANALISIS FINANSIAL

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

Metode Penilaian Investasi Pada Aset Riil. Manajemen Investasi

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan suatu bisnis maupun dalam usaha menginvestasikan dana

VI. ANALISIS MULTIPLIER PEMBANGUNAN JALAN TERHADAP EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang terus berkembang ke arah yang

BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Working Paper DINAMIKA TOTAL FACTOR PRODUCTIVITY INDUSTRI BESAR DAN SEDANG INDONESIA DALAM MEMPENGARUHI OUTPUT

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Table 3.1 Definisi Kelayakan Investasi. Aspek Studi Kelayakan Bisnis

INDUSTRI.

V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. lebih terfokus pada kelayakan teknis dan kelayakan ekonomi. Adapun bobot prioritas dari kedua aspek tersebut adalah :

Bab I: Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Sebagai suatu negara berkembang, Indonesia sedang memacu pembangunan

ANALISIS KELAYAKAN SISTEM

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

BAB I PENDAHULUAN. Hasil tambang baik mineral maupun batubara merupakan sumber

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penganggaran Modal. Gambaran Umum Penganggaran Modal, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return. Nurahasan Wiradjegha, S.E.,M.

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Salah satu cara untuk menanggapi peluang tersebut adalah dengan

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

Transkripsi:

BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Industri Hilir Aluminium Industri aluminium terdiri dari industri primer, industri antara dan industri hilir. Industri primer adalah industri peleburan alumina menjadi aluminium. Bentuk produk yang dihasilkan pabrik peleburan adalah sebagai berikut (Aluminium Handbook 2:1999): 1. Aluminium ingot tanpa bahan tambahan. Ingot ini akan dilebur kembali sebelum dicetak menjadi produk akhir. Berat yang umum 25 kg per batang, sedangkan dalam ukuran besar 500 kg hingga 2 ton. 2. Aluminium ingot dengan bahan tambahan. Ingot ini juga dilebur kembali sebelum dicetak menjadi produk akhir. Berat yang umum per tumpuk 500 hingga 1000 kg. 3. Pelet, butiran dan serbuk. Pelet berukuran diameter 3 hingga 20 mm, butiran berukuran diameter 0.5 hingga 3 mm sedangkan serbuk berdiameter kurang dari 0.5 mm. 4. Bentuk tertentu seperti slab/pelat dengan berat 50 kg hingga 13 ton (berukuran 2500 x 600 x 3900 mm), billet/pipa pejal dan pipa berlubang dengan diameter hingga 500 mm dan panjang 3900 mm serta berat 2 ton, persegi dengan panjang tertentu dan wire bars/batangan kabel seberat 80 kg. 5. Aluminium cair dimana pengiriman cairan aluminium ke pencetakan dan pabrik menggunakan kontainer yang diisolasi panas secara khusus atau menggunakan kendaraan khusus. 6

Dari kelima bentuk produk aluminium sektor primer di atas, selanjutnya akan diproses lanjut oleh industri antara menjadi produk setengah jadi ataupun oleh industri hilir menjadi produk jadi yang dapat digunakan oleh konsumen, misalnya: frame, pipa, kaleng, bahan bangunan dan lain-lain seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1 Pohon Industri Aluminium. (Sumber: http://www.kemenperin.go.id) Gambar 2.1. Pohon Industri Aluminium Nilai tambah dari setiap kegiatan proses di atas terlihat pada rantai nilai produksi aluminium seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2 rantai nilai produksi aluminium. Dari gambar tersebut, nilai tambah (added value) dari produk primer ke produk setengah jadi sebesar 10 ~100% sedangkan nilai tambah dari produk primer ke produk jadi sebesar 60 ~ 325% 7

(Sumber: http://www.scielo.br/scielo.php) Gambar 2.2 Rantai Nilai Produksi Aluminium 2.2 Teori Diamond Porter Secara umum klaster dapat didefinisikan sebagai hubungan interaksi dan fungsional dari beberapa pelaku yang dikonsentrasikan pada letak geografis, jenis industri maupun ketersediaan sumber daya alam tertentu sehingga sering disebut 8

dengan klaster industri (Doeringer dan Terkla, 1995). Menurut Porter: (Porter, 1998) beberapa keuntungan kompetititf dari pendekatan klaster yaitu: - Efisiensi : kedekatan geografis akan berdampak terhadap pengurangan biaya dalam operasionalisasi (transportasi dan komunikasi) dan biaya produksi, serta memungkinkan efisiensi lainnya seperti pembiayaan bersama (cost sharing) dan pembagian risiko (risk sharing) - Produktif: sebagai dampak adanya spesialisasi (specialized labor pool, specialized input supplier, and technological supplier) maka para pelaku dapat memfokuskan pada kompetensi masing-masing). Dalam banyak hal ini juga dapat meningkatkan produktivitas. - Inovatif: merupakan output dari interaksi sinergis oleh para aktor, termasuk didalamnya keterlibatan perguruan tinggi dan lembaga penelitian akan meningkatkan kemampuan kolektif. Beberapa teknik riset menganalisa bentuk klaster menurut Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD 1999, Dedy Saputra dkk) yaitu: 1. Input-output analysis, memfokuskan pada hubungan interaksi antara industri yang terdapat pada rantai nilai ekonomi. 2. Graph analysis, didasarkan pada teori grafik, mengidentifikasi hubungan kelompok dan jaringan lainnya antarperusahaan atau grup industri. 3. Correspondence analysis, misalnya analisa faktor, analisa komponen utama, penilaian multi-dimensional dan korelasi. Teknik ini bertujuan mengidentifikasi kelompok usaha atau industri yang memiliki inovasi yang sejenis. 4. Qualitative case study Porter yang dikenal dengan Diamond Porter, digunakan secara luas dalam pendekatan kompetitif dan pengembangan ekonomis. 9

Bentuk diagram Diamond Porter digunakan sebagai dasar kerangka untuk mengilustrasikan faktor-faktor penentu keunggulan nasional seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3: (Sumber: Porter,1998) Gambar 2.3. Diagram Diamond Porter Teori klasik perdagangan internasional menyatakan bahwa keunggulan komparatif adalah hibah (pemberian) termasuk tanah, sumber daya alam, tenaga kerja, dan ukuran penduduk setempat. Michael E Porter berpendapat bahwa suatu bangsa dapat menciptakan faktor yang lebih maju seperti tenaga kerja terampil, teknologi yang kuat dan basis pengetahuan, dukungan pemerintah dan budaya. Peranan masing-masing komponen pada Diamond Porter dijelaskan sebagai berikut: 10

l. Kondisi Faktor - Sebuah negara sendiri menciptakan faktor penting, bukan diwariskan. seperti sumber daya yang terampil dan basis teknologi. Faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja tidak terlatih dan bahan baku dapat dengan mudah dimiliki oleh setiap perusahaan yang akhirnya tidak memiliki nilai kompetitif. Negaranegara yang memiliki sumber daya terbatas seringkali membuat mereka menjadi kompetitif dan inovatif. 2. Kondisi Permintaan - Penerimaan yang baik sebuah produk oleh pasar lokal akan berdampak terhadap daya saing produk tersebut. Konsumen secara aktif memberikan masukan terhadap kualitas yang dapat memacu industri lokal meningkatkan kualitas produksinya. Dengan membawa citra tersebut dalam konteks internasional, maka industri lokal menjadi kompetitif dalam pasar global. 3. Industri Pendukung dan Terkait - Ketika industri pendukung lokal yang kompetitif; perusahaan menikmati input biaya yang lebih efektif dan inovatif. - Dukungan industri terkait dan industri inti akan meningkatkan daya saing industri. 4. Strategi, Struktur dan Persaingan antar Perusahaan - Kondisi lokal mempengaruhi strategi perusahaan, misalnya kondisi pasar modal. Negara dengan sistem permodalan jangka pendek cenderung menginvestasikan dana mereka pada industri yang dibiayai oleh investasi jangka pendek seperti komputer. Sedangkan negara dengan sistem permodalan jangka panjang cenderung menginvestasikan dana mereka pada industri yang dibiayai oleh investasi jangka panjang seperti farmasi. 11

- Struktur perusahaan sangat dipengaruhi oleh pola manajemen. Sebagai contoh, perusahaan Jerman cenderung hirarkis. perusahaan Italia cenderung lebih kecil dan dijalankan seperti perusahaan keluarga. - Persaingan antar perusahaan akan meningkatkan kinerja industri tersebut. Persaingan antar pelaku industri akan mempercepat akselerasi inovasi yang pada akhirnya secara akumulatif meningkatkan daya saing klaster tersebut. Peran pemerintah dalam model adalah: - Mendorong perusahaan untuk meningkatkan kinerja mereka, misalnya dengan menegakkan standar produk yang ketat. - Merangsang permintaan awal untuk produk lanjutan. - Fokus pada penciptaan faktor khusus. - Merangsang persaingan lokal dengan membatasi kerja sama langsung dan menegakkan peraturan antitrust. 2.3 Metode Penilaian Untuk Manfaat Pengembangan Ekonomi Untuk mengetahui pengaruh pengembangan suatu kawasan terhadap pertumbuhan ekonomi ada beberapa metode penilaian yang digunakan antara lain: 1. Analisis biaya manfaat 2. Analisis nilai tambah 3. Metode multiflier. Analisis biaya-manfaat (Cost Benefit Analysis-CBA), kadang disebut analisis manfaat-biaya (Benefit Cost Analysis-BCA), adalah pendekatan pengambilan keputusan ekonomi, digunakan terutama dalam pemerintahan dan bisnis. CBA digunakan dalam penilaian apakah yang diusulkan proyek, program atau kebijakan 12

layak dilakukan, atau untuk memilih antara beberapa alternatif yang ada. Termasuk membandingkan total biaya yang diharapkan pada setiap pilihan dengan total manfaat yang diharapkan (www.wikipedia.com). Salah satu metoda yang digunakan adalah Discounted Cash Flow yaitu metode untuk memberi peringkat proposal investasi yang menggunakan konsep nilai waktu dari uang (Eugene F, 2001) dengan beberapa indikator yang digunakan yaitu: - Margin pendapatan bersih yaitu laba bersih dibagi dengan penjualan - Internal Rate of Return (IRR) yaitu tingkat pengembalian investasi yang dihitung dengan mencari tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus masuk kas dimasa mendatang terhadap biaya proyek - Return On Invesment (ROI) yaitu laba bersih dibagi investasi - Payback period yaitu lamanya waktu yang dibutuhkan bagi pendapatan investasi bersih untuk menutup biayanya Pengertian nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa pengusaha pengolahan (Hayami et al, 1987). M =NP-NB, dimana: M =marjinal (tenaga kerja, input lain, balas jasa pengusaha) NP = nilai produk NB = nilai bahan baku 13

NT= M x Q, dimana: NT = nilai tambah Q = jumlah produk Multiplier investasi menggambarkan seberapa besar peningkatan nilai tambah perekonomian secara keseluruhan (Produk Domestik Bruto) yang terjadi sebagai akibat dari adanya tambahan investasi di suatu sektor seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1. Metode perhitungan multiplier mengikuti pendekatan Cuihong (2000). Tabel 2.1 Multiplier Berbagai Sektor No Sektor Multiflier investasi 1 Industri Makanan dan Minuman 3.025 2 Sektor Listrik, Gas & Air Minum 2.728 3 Industri Barang dari Karet 2.575 4 Industri Logam dasar besi dan baja 2.352 5 Sektor Bangunan 2.235 6 Industri Produk Kimia 2.215 7 Industri lainnya 2.182 8 Industri Pemintalan, Textile, Kulit & Pakaian 2.118 9 Sektor Restaurants & hotels 2.075 10 Industri Produk Kayu 2.066 11 Industri Kertas dan Produk Kertas 2.065 12 Sektor Pengangkutan 2.000 13 Industri Semen dan galian bukan logam 1.857 14 Industri mesin,mesin listrik,alat2 & perlengkapan listrik 1.745 15 Industri alat pengangkutan 1.663 16 Sektor Lainnya 1.599 17 Sektor Pemerintahan umum dan pertahanan 1.514 18 Industri Rokok 1.419 19 Sektor Perdagangan 1.404 20 Sektor Jasa Keuangan, sewa & business services 1.346 21 Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan,Kehutanan & Perikanan 1.289 22 Sektor Pertambangan (non migas) 1.246 23 Sektor Komunikasi 1.201 24 Sektor pertambangan migas dan refinery 1.177 Sumber: Outlook Ekonomi Indonesia 2008 2013 Dari tabel di atas terlihat bahwa multiflier investasi terbesar pada sektor industri makanan dan minuman sebesar 3,025 sedangkan pada sektor industri logam dasar besi dan baja sebesar 2,352. Hal ini berarti setiap peningkatan investasi di sektor industri logam dasar besi dan baja sebesar Rp 1 milyar akan menghasilkan peningkatan Pendapatan Domestik Bruto sebesar Rp 2,352 milyar. 14