BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada

BAB I PENDAHULUAN. Bermain merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari anak-anak, hampir

Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khas daerah.suasana damai, tentram, nyaman dan ramah dapat dirasakan di daerah

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Taman Pintar telah

BAB III: DATA DAN ANALISA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RUANG TERBUKA PADA KAWASAN PERMUKIMAN MENENGAH KE BAWAH Studi Kasus : Kawasan Permukiman Bumi Tri Putra Mulia Jogjakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dan kecenderungan perkembangan kawasan di perkotaan khususnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV PANDUAN KONSEP

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

BAGIAN 1 PENDAHULUAN

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. 1.2 Tujuan Proyek

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI Taman Bermain dan Taman Bacaan Forum Anak Pada Kecamatan Pontianak Selatan

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengolah jasmani. Selaras dengan hal itu Santosa Giriwijoyo (2007) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN. akan memberikan dukungan bagi pelaksanaan pembangunan. Pendidikan yang

Direktorat Jendral Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat KAMPUNG GLINTUNG GO GREEN KOTA MALANG

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REKREASI PANTAI DAN RESTORAN TERAPUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tengah tahunan di suatu kawasan dibagi dengan luas kawasan tersebut dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perubahan tidak akan terjadi dan tujuan tidak akan tercapai. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Usaha kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

PERMUKIMAN KUMUH DAN PERMASALAHANNYA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB I PENDAHULUAN. ( diakses 2 Maret 2015) ( diakses 2 Maret 2015)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

RIVERWALK SEBAGAI RUANG TERBUKA ALTERNATIF DI KAWASAN FLAMBOYAN BAWAH KOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN SINDULANG I KOTA MANADO

KETERSEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak merupakan masa untuk tumbuh dan berkembang, hal ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 11 menyebutkan bahwa setiap anak berhak untuk beristirahat dan mamanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebayanya, bermain, berekreasi, dan berkreasi dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri, selain itu Pemerintah juga menyebutkan bahwa Negara dan Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam menyelenggarakan perlindungan anak seperti yang tertuang dalam pasal 22 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002, dukungan sarana dan prasarana tersebut misalnya sekolah, lapangan bermain, lapangan olahraga, rumah ibadah, dan lain-lain. Perkembangan kota yang pesat dan tidak terarah terutama di Indonesia menyebabkan banyaknya permasalahan yang ditimbulkan, salah satunya adalah terjadinya perubahan fungsi lahan. Jumlah penduduk Indonesia, terutama di wilayah perkotaan tidak seimbang dengan jumlah lahan yang tersedia di perkotaan. Kebiasaan yang sering dilakukan oleh Pemerintah Kota dan pihak swasta adalah merubah fungsi ruang terbuka hijau menjadi ruang terbangun. Dampak dari semuanya itu adalah hilangnya fasilitas umum yang biasa digunakan oleh warga, salah satu diantaranya adalah hilangnya fasilitas tempat bermain anak, 1

terlebih lagi pada permukiman padat penduduk di perkotaan yang tidak terencana sebelumnya, atau yang sering kita sebut dengan sebutan kampung kota. Kampung Badran merupakan salah satu kampung yang terletak di kota Yogyakarta. Kampung tersebut tadinya merupakan wilayah pekuburan orang cina terletak di pinggiran sungai Winongo dan dilalui oleh jalur rel kereta api, kampung tersebut tumbuh secara spontan/tidak terencana, kepadatan bangunan relatif tinggi dengan orientasi bangunan yang tidak jelas serta ruang terbuka yang terbatas seperti taman atau lapangan bermain. Pada tanggal 22 Juli 2010 Walikota Yogyakarta Herry Zudianto memberikan julukan baru pada kampung Badran yang dulunya terkenal sebagai Kampung Preman kini diberi julukan sebagai Kampung Ramah Anak, hal ini dilakukan dalam rangka untuk mewujudkan program Pemerintah yaitu Kota Layak Anak yang dicanangkan oleh Kementrian Perempuan dan Perlindungan Anak. Semenjak diresmikannya Badran sebagai Kampung Ramah Anak, banyak program-program yang dilakukan oleh kampung Badran dan Pemerintah dalam upaya pemenuhan hak anak. Salah satunya adalah program perbaikan lingkungan, misalnya dengan mendirikan MCK umum, mendirikan Lintas Winongo yang merupakan program bank sampah, dan mendirikan FKWA (Forum Komunikasi Winongo Asri) yang merupakan program peningkatan kualitas sungai Winongo. Salah satu program yang dilakukan oleh FKWA adalah memperbaiki kualitas pinggir sungai dengan membuat kolam renang dan playground (taman bermain) di pinggiran sungai Winongo, hal tersebut dilakukan untuk menampung aspirasi anak-anak Badran yang senang bermain di pinggir sungai Winongo. Pembuatan kolam renang dan 2

playground (taman bermain) tersebut dilakukan dalam rangka pemenuhan hak anak, khususnya dalam hal bermain, bahkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 pasal 56 ayat 1 butir f, dipertegas bahwa Pemerintah dalam menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan wajib mengupayakan dan membantu anak, agar anak dapat memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan. Hakekatnya tempat bermain yang baik bagi anak-anak adalah di ruangan terbuka (open space) yang lapang dengan udara yang segar, hal tersebut sangat baik untuk merangsang kecerdasan anak, tidak hanya kecerdasan kognitif dan kecerdasan sosial, tetapi juga kecerdasan fisik/keterampilan kinestetik. Lingkungan sekitar merupakan faktor penentu bagi pertumbuhan dan perkembangan anak baik secara fisik, mental dan sosial. Anak-anak biasanya memberikan respon terhadap lingkungan di sekitarnya baik itu positif maupun negatif. Menurut Bogen & Bogen (2003) dalam Saptorini (2011) proses membangun kreatifitas terdapat empat tahap, yaitu yang pertama merupakan proses persiapan, dalam proses ini informasi yang didapatkan anak-anak diserap, yang kedua adalah proses inkubasi, dalam tahap ini informasi yang didapatkan oleh anak-anak masih diserap, yang ketiga yaitu proses iluminasi, dalam tahap ini penyelesaian masalah akan muncul dan yang terakhir adalah proses verifikasi, dalam tahap ini produk akhir akan diciptakan, lebih lanjut Saptorini (2011) menjelaskan bahwa lingkungan bermain merupakan variable yang sangat menentukan dalam membangun kreatifitas, lingkungan permukiman merupakan 3

area yang sering digunakan oleh anak-anak untuk bermain, terutama pada ruang terbukanya. Untuk mendukung proses perkembangan anak, yang salah satunya didapatkan dengan cara bermain, maka penyediaan ruang bermain di lingkungan tempat tinggal pun sangat disarankan, namun di lain pihak Saragih (www.kla.or.id) mengungkapkan bahwa ada atau tidaknya ruang bermain bagi anak-anak menjadi tidak begitu masalah, sebab secara alami anak-anak memiliki kemampuan untuk menemukan ruang bermainnya sendiri, sehingga keberadaan ruang bermain menjadi tidaklah begitu penting bagi mereka. Hal ini pun sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Sanoff dan Dickerson dalam Hester (1984), Sanoff dan Dickerson mengungkapkan bahwa aktifitas bermain anak sebagian besar dilakukan di pinggir jalan dan area culs-de-sac dibandingkan dengan area bermain yang disiapkan oleh perencana, penggunaan jalan sebagai ruang bermain anak-anak lebih atraktif dibandingkan dengan ruang bermain yang di desain khusus untuk kegiatan bermain. 1.2 Permasalahan Penelitian Dalam upaya pemenuhan hak anak di kampung Badran, terutama dalam bermain, kampung Badran bersama Pemerintah menyediakan ruang khusus untuk aktifitas bermain outdoor anak-anak, salah satunya dengan menyediakan ruang playground (taman bermain) dan kolam renang yang terletak di pinggir sungai Winongo, dan pada ruang terbuka yang terletak di tengah-tengah permukiman warga yang di desain sebagai lapangan olahraga/bermain. Ruang bermain tersebut 4

disediakan untuk mengurangi aktifitas bermain anak-anak yang memakai ruang jalan sebagai tempat bermainnya, ruang jalan dianggap dapat membahayakan keselamatan anak-anak karena fungsi utama ruang jalan adalah untuk sirkulasi kendaraan bukan untuk bermain. Namun seperti yang telah di ungkapkan oleh Saragih, Sanoff dan Dickerson sebelumnya bahwa anak-anak dapat menemukan ruang bermainnya sendiri, dan anak-anak lebih senang bermain di tempat yang tidak direncanakan sebagai tempat aktifitas bermainnya, maka permasalahan dari penelitian ini adalah : 1. Ruang bermain apa berdasarkan penelitian di Badran yang lebih sering digunakan oleh anak-anak dalam aktifitas bermain outdoornya? 2. Seperti apa karakteristik ruang bermain yang sering digunakan oleh anakanak? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pemilihan dan penggunaan ruang bermain tersebut? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan penggunaan ruang bermain yang digunakan untuk aktifitas bermain anak-anak di kampung Badran. Tujuan yang lebih khusus, yaitu : 1. Menemukan dan mengkategorikan ruang-ruang bermain yang terdapat dan digunakan oleh anak-anak di kampung Badran. 5

2. Menganalisis karakteristik ruang-ruang bermain tersebut, baik yang di desain sebagai wadah aktifitas bermain maupun yang tidak di desain sebagai wadah aktifitas bermain. 3. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pemilihan dan penggunaan ruang bermain tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dalam dua bidang, yaitu bidang ilmu pengetahuan dan bidang praktis. 1. Manfaat ilmu pengetahuan, yaitu dapat memperluas wawasan teori dalam bidang perencanaan kota secara umum dan perencanaan lingkungan secara khusus serta keterkaitannya dengan bidang keilmuan lainnya. 2. Manfaat praktis, dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang terkait dalam rangka mewujudkan program Kementrian Perempuan dan Perlindungan Anak dalam mewujudkan Kota Layak Anak, terutama program Pemerintah Yogyakarta dalam mewujudkan kampung Badran sebagai Kampung Ramah Anak mengenai ruang bermain yang sering digunakan oleh anak-anak kampung Badran sebagai wadah aktifitas bermainnya. 1.5 Keaslian Penelitian Keaslian penelitian ini dimaksudkan untuk membedakan penelitian yang coba diangkat oleh penulis dengan penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini, 6

dengan berlokasi di kampung Badran penulis menekankan pada karakteristik dan penggunaan ruang bermain anak-anak yang di desain khusus sebagai wadah/tempat untuk aktifitas bermain anak-anak dengan ruang bermain yang tidak di desain/diperuntukan sebagai wadah/tempat untuk aktifitas bermain anakanak. Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai ruang bermain namun berbeda pada penekanan dan wilayah yang diteliti, yaitu : No. Peneliti Tahun Tesis 1. Prayarani, 2006 Judul : Aci. Ruang dan Perilaku Bermain Anak di Lingkungan Permukiman Kota Studi kasus kampung Tamansari Yogyakarta. Fokus : Mengkaji pola dan karakteristik ruang bermain anak serta hubungannya dengan perkembangan anak. Lokus : Kawasan Permukiman Kampung Tamansari Yogyakarta. Pendekatan Penelitian : Kualitatif observasi partisipatif. 2. Alfisyahr, Tusiana N. 2011 Judul : Children s Play Space In Urban kampong : The Case Of Kampong Sosrowijayan, Yogyakarta. Fokus : Penekanan penelitian pada pemanfaatan ruang terbuka dan ruang publik di daerah kampung kota serta hubungannya degan kebijakan pemerintah. 7

3. Pradipta, Surya. Lokus : Kawasan Permukiman Sosrowijayan Yogyakarta. Pendekatan Penelitian : Kualitatif eksploratif. 2005 Judul : Ruang Terbuka Bermain Anak di Kawasan Kraton Yogyakarta. Fokus : Penelitian ini menekankan pada upaya untuk mengetahui ruang-ruang terbuka yang diinginkan dan digunakan anak-anak dalam bermain. Lokus : Kawasan Kraton Yogyakarta Pendekatan Penelitian : Kualitatif Eksploratif. 1.6 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian merupakan alur kerja dalam penelitian, yang dijadikan acuan dalam melakukan kegiatan penelitian dan pedoman dalam penulisan laporan penelitian. Kerangka penelitian ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam penulisan laporan penelitian dan agar penelitian yang dilakukan terpola dan sistematis. Untuk lebih jelasnya alur kerja yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bagan kerangka penelitian berikut ini : 8

Gambar 1.1. Kerangka Penelitian Sumber : Analisis Penulis 9