Prevalensi Penyakit Cacing Saluran Pencernaan pada Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) dan Sapi Simental di Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan

dokumen-dokumen yang mirip
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013

Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung

Prevalensi Helminthiasis Saluran Pencernaan melalui Pemeriksaan Feses pada Sapi di Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) Kecamatan Benowo Surabaya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi adalah ternak ruminansia yang memiliki nilai ekonomi tinggi dalam

TINGKAT INFESTASI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI BALI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU PROVINSI LAMPUNG

Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

Prevalensi Trematoda di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

Prevalensi Infeksi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan pada Sapi Bali di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung Denpasar

Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Mengwi, Badung

METODA UJI APUNG SEBAGAI TEKNIK PEMERIKSAAN TELUR CACING NEMATODA DALAM TINJA HEWAN RUMINANSIA KECIL

HUBUNGAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERHADAP KEJADIAN INFEKSI CACING NEMATODA PADA KELOMPOK TERNAK SAPI DI PETANG KECAMATAN PETANG, BADUNG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

UPAYA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAPI BALI MELALUI PENGENDALIAN PENYAKIT PARASIT DI SEKITAR SENTRA PEMBIBITAN SAPI BALI DI DESA SOBANGAN ABSTRAK

Prevalensi dan Intensitas Telur Cacing Parasit pada Feses Sapi (Bos Sp.) Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Pontianak Kalimantan Barat

Table of Contents. Articles. Editors. 1. I G. Made Krisna Erawan, Bagian Klinik Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi

Epidemiologi Helminthiasis pada Ternak Sapi di Provinsi Bali (Epidemiology of Helminthiasis in Cattle in Bali Province )

RINGKASAN. Kata kunci : Cacing nematoda, Kuda, Prevalensi, Kecamatan Moyo Hilir, Uji apung. SUMMARY

ABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran.

Buletin Veteriner Udayana Vol.1 No.2. :41-46 ISSN : Agustus 2009 PREVALENSI INFEKSI CACING TRICHURIS SUIS PADA BABI MUDA DI KOTA DENPASAR

SATUAN ACARA PERKULIHAN (SAP)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

DERAJAT INFESTASI PARASIT NEMATODA GASTROINTESTINAL PADA SAPI DI ACEH BAGIAN TENGAH Zulfikar 1), Hambal 2) dan Razali 2) ABSTRACT

INFESTASI PARASIT CACING NEOASCARIS VITULORUM PADA TERNAK SAPI PESISIR DI KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG SKRIPSI. Oleh :

PENDAHULUAN. Latar Belakang. baik, diantaranya dalam hal pemeliharaan. Masalah kesehatan kurang

BAB 2. TARGET LUARAN BAB 3. METODE PELAKSANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PREVALENSI DAN DERAJAT INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA INDAH KARTIKA SARI

Upaya Peningkatan Kekebalan Broiler terhadap Penyakit Koksidiosis melalui Infeksi Simultan Ookista

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak

PENGARUH UMUR DAN SANITASI TERHADAP KOKSIDIOSIS PADA KELINCI DI SENTRA PETERNAKAN KELINCI DI KABUPATEN BANYUMAS

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

KERAGAAN INFEKSI PARASIT GASTROINTESTINAL PADA SAPI BALI MODEL KANDANG SIMANTRI

PREVALENSI DAN JENIS TELUR CACING GASTROINTESTINAL PADA RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DI PENANGKARAN RUSA DESA API-API KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, karena hanya. Kabupaten Blora sedangkan pemeriksaan laboratorium

Identifikasi dan Prevalensi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan pada Anak Babi di Bali

Prevalensi Parasit Gastrointestinal Ternak Sapi Berdasarkan Pola Pemeliharaan Di Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Program Studi Kedokteran Hewan

Varla Dhewiyanty 1, Tri Rima Setyawati 1, Ari Hepi Yanti 1 1. Protobiont (2015) Vol. 4 (1) :

Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia Vol. 1(1): 8-15, April 2017

Kolokium: Ulil Albab - G

PARASIT GASTROINTESTINAL PADA SAPI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO YOGYAKARTA. The Gastrointestinal Parasites Cows on Progo Watershed in Yogyakarta

(Infestation of Parasitic Worm at Mujair s Gills (Oreochromis mossambicus)) ABSTRAK

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penyakit yang sering terjadi pada peternakan ayam petelur akibat sistem

TINGKAT INFESTASI CACING HATI PADA SAPI BALI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU PROVINSI LAMPUNG

I Putu Agus Kertawirawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali Jl. By Pas Ngurah Rai, Pesanggaran-Denpasar

Prevalensi Nematoda pada Sapi Bali di Kabupaten Manokwari

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Prevalensi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan pada Kambing Peranakan Ettawa di Kecamatan Siliragung, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur

Investigasi Keberadaan Cacing Paramphistomum sp. Pada lambung sapi yang berasal dari Tempat Pemotongan Hewan di Kota Gorontalo

JENIS DAN TINGKAT INFEKSI CACING ENDOPARASIT PADA FESES SAPI DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) MEDAN DAN KECAMATAN ANDAM DEWI KABUPATEN TAPANULI TENGAH

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

Kata kunci: Fascioliosis, total eritrosit, kadar hemoglobin,pakced cell voleme, Sapi Bali

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. terkait meningkatnya konsumsi masyarakat akan daging babi. Khusus di Bali, ternak

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

AKURASI METODE RITCHIE DALAM MENDETEKSI INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA BABI

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET HASIL IB DI WILAYAH KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG

Revenue Analysis Of Cattle Farmer In Sub District Patebon Kendal Regency

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan konsumsi pangan asal hewan di Indonesia semakin meningkat

PENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA SAPI OLeh : Akram Hamidi

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan

Hubungan Umur, Bobot dan Karkas Sapi Bali Betina yang Dipotong Di Rumah Potong Hewan Temesi

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN

PEMERIKSAAN FESES PADA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. domestikasi dari banteng (Bibos banteng). Karakteristik dari sapi bali bila

Kata kunci : Prevalensi, infeksi cacing Toxocara canis, Anjing Kintamani Bali.

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

SISTEM PEMELIHARAAN DAN PRODUKTIVITAS SAPI POTONG PADA BERBAGAI KELAS KELOMPOK PETERNAK DI KABUPATEN CIAMIS SKRIPSI ELIS NURFITRI

Kata kunci: filariasis; IgG4, antifilaria; status kependudukan; status ekonomi; status pendidikan; pekerjaan

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. BIOMETRIK OBSERVASIONAL TERHADAP TELUR CACINt,? SALURAN PENCERNAAN PADA SAP. MADURA DI KABUPATEN SAMPANG

Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

an sistem pemel ubucapan TERIMA KASIH

Identifikasi Ookista Isospora Spp. pada Feses Kucing di Denpasar

EVALUATION OF SLAUGHTERED FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED DIARY COWS IN PRODUCTIVE AGE AT KARANGPLOSO SUB DISTRICT MALANG

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 85, Desember 2014 ISSN : X

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada saat makanan tersebut siap untuk dikonsumsi oleh konsumen. adalah pengangkutan dan cara pengolahan makanan.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. merpati umumnya masih tradisional. Burung merpati dipelihara secara ekstensif,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

STATUS NUTRISI SAPI PERANAKAN ONGOLR DI KECAMATAN BUMI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Peternakan sapi perah umumnya tergabung dalam suatu koperasi. Perhatian dan pengetahuan koperasi terhadap penyakit cacing (helminthiasis) saluran cern

KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU. Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani²

PARASITOLOGI. Editor: SALIS SETYAWATI G1C PROGRAM STUDI DIPLOMAT IV ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

Transkripsi:

Veterinaria Medika Vol 7, No. 1, Pebruari 2014 Prevalensi Penyakit Cacing Saluran Pencernaan pada Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) dan Sapi Simental di Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan Prevalence of Worm Disease in Cattle Gastrointestinal Peranakan Ongole (PO) and Simental Cattle in The Subdistrict Laren, District Lamongan Faris Amsyari Khozin, Achmad Arga Rahadian Program Studi Magister Ilmu Biologi Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Kampus C Unair, Jl. Mulyorejo Surabaya-60115 Telp. 031-5992785, Fax. 031-5993015 Email : alfarisi25vet@gmail.com Abstract The purpose of this study was to determine the prevalence of worm gastrointestinal disease based on age and breed with Peranakan Ongole (PO) and SIMENTAL cattle in the Subdistrict Laren, District Lamongan. This research has been done on May, 20 th 2013- June, 14 th 2013 at Department of Parasitology Veterinary, Faculty of Veterinary Medicine, Airlangga University. This research took stool samples from 50 Peranakan Ongole (PO) and 50 Simental cattle. Peranakan Ongole (PO) and Simental cattle were divided into 3 age groups. The first group of 1-6 months old. The second group of 7-24 months old. The third group > 24 months old. Data were analyzed with the formula Prevalence and Chi-Square test to compare the relationship between age and breed of cattle. This study shows the age factor may influence the prevalence of worms, while the factor of breed did not influence the prevalence of worms. Key words : Prevalence, gastrointestinal disease, cattle. Pendahuluan Keberhasilan suatu usaha peternakan sapi tidak lepas dari profesionalitas pengelolanya. Oleh karena itu pengetahuan mengenai cara mengelola peternakan sapi sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilanya (Santosa, 2008). Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha pengembangan ternak sapi di tingkat petani dari aspek managemen adalah faktor kesehatan atau kontrol penyakit. Ternak sapi sangat mudah terinfeksi oleh penyakit, salah satunya adalah cacing saluran pencernaan. Pengetahuan yang dimiliki peternak dalam memelihara sapi potong sangat kurang dengan sanitasi kandang kurang layak, kondisi lingkungan buruk, iklim ekstrim dan pakan yang terkontaminasi dapat mempengaruhi terjadinya penyebaran penyakit, jenis yang sering menginfeksi adalah cacing kelas Trematoda, Cestoda dan Nematoda (Soulsby, 1986 ; Koesdarto dkk., 2007 a ). Cacing ini umumnya dijumpai pada sapi dan kerbau terutama di negara-negara tropis (Mustika dan Riza, 2004). Penyakit cacing merupakan masalah besar bagi peternakan di Indonesia. Kasus infeksi cacing banyak menyerang sapi pada peternakan rakyat (Sarwono dan Arianto, 2001). Listiyana (2012) menyatakan angka prevalensi penyakit cacing pada saluran pencernaan sapi potong di Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro 85%. 87

Heni Puspitasari, dkk. Pemberian Imunoglobulin Y (IgY)... Hewan yang telah terinfeksi cacing juga akan mengalami penurunan daya tahan terhadap infeksi bakteri maupun virus (Soulsby, 1986). Usaha pengendalian penyakit cacing saluran pencernaan untuk menghindari kerugian yang lebih besar diperlukan suatu tindakan pencegahan dan pemberantasan (Mustika dan Riza, 2004). Seleksi hewan ternak yang secara genetis lebih resisten terhadap infeksi penyakit bisa digunakan sebagai langkah strategis penanggulangan penyakit. Jenis crossbreed dari Bos indicus lebih resisten terhadap paparan cacing terutama dibandingkan jenis sapi purebreed yang berada di kondisi daerah tropis (Alencar et al., 2009). Faktor intrinsik dari tubuh ternak juga mempengaruhi kepekaan hewan terhadap infeksi cacing, antara lain: spesies hewan, umur, dan kondisi hewan atau imunitas (Koesdarto dkk., 2007 a ). Kerugian yang dapat ditimbulkan dari penyakit cacing antara lain penurunan produktivitas ternak, penurunan daya kerja, kerugian penurunan berat badan 6-12 kg per tahun, penurunan kualitas daging, kulit, dan organ bagian dalam, terhambatnya pertumbuhan pada hewan muda dan bahaya penularan pada manusia atau zoonosis (Hawkins, 1993 ; Gasbarre et al., 2001). Keterlambatan pertambahan berat badan sapi yang terinfeksi cacing menurut Sudradjat (1991) dapat mencapai lebih dari 40 % dibandingkan dengan sapi normal. Menurut Imbang (2007) walaupun penyakit cacingan tidak langsung menyebabkan kematian, akan tetapi kerugian dari segi ekonomi dikatakan sangat besar, sehingga penyakit parasit cacing disebut sebagai penyakit ekonomi. Materi dan Metode Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, pada bulan Mei sampai Juni 2013. Pemeriksaan spesimen berupa feses sapi dilakukan di Departemen Parasitologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya. Rencana Penelitian Penelitian ini diawali dengan melakukan survei di Kecamatan Laren, Lamongan, yang meliputi ras, umur, jumlah sapi dan kondisi lingkungan/ pemeliharaan sapi. Selanjutnya dilakukan pengacakan untuk menentukan ternak yang akan diambil spesimen fesesnya. Pengambilan Spesimen Feses yang diambil adalah feses segar yang diambil dari rektum langsung atau baru keluar dari anus. Diambil secara acak atau random dari populasi sapi potong di Kecamtan Laren. Feses dimasukkan dalam plastik atau pot salep, diberi formalin 10 %. Diberi penanda nomor sampel pada tiap pot salep (Mumpuni dkk., 2007). Pemeriksaan Spesimen Spesimen feses yang diperoleh, diperiksa dengan metode natif, metode sedimentasi, dan metode apung Fulleborn yang dimodifikasi untuk menentukan adanya telur cacing yang menginfeksi sapi potong. Sampel yang positif dan telah diidentifikasi, (Mumpuni dkk., 2007). Analisis Data Data bimonial yang diperoleh akan dianalisis dengan uji Chi-Square untuk mengetahui pengaruh faktor umur,dan ras ternak terhadap tinggi rendahnya prevalensi 88

Veterinaria Medika Vol 7, No. 1, Pebruari 2014 penyakit cacing saluran pencernaan diolah menggunakan dengan menggunakan SPSS 18 for Windows (Yulius, 2010). Hasil dan Pembahasan Angka prevalensi penyakit cacing pada saluran pencernaan sapi potong yang didapat adalah 37 %. Jenis telur cacing didapatkan ada tujuh macam yang termasuk ke dalam kelas Nematoda. Selengkapnya dijelaskan pada Tabel 1 Tabel 1. Jenis Cacing yang Menginfeksi Saluran Pencernaan Sapi Potong di Kecamatan Laren, Lamongan No. Jenis Cacing (spesimen) Oesophagustomum spp. 19 Mecistocirrus spp. 9 Bunostomum spp. 4 Trichostrongylus spp. 2 Cooperia spp. 1 Trichuris spp. 1 Gambar 1. Telur Cacing Oesophagustomum spp. Gambar 2. Telur Cacing Mecistocirrus sp. Gambar 3. Telur Cacing Bunostomum spp. Gambar 4. Telur Cacing Trichostrongylus spp. Gambar 5. Telur Cacing Cooperia spp. (Pembesaran 100x). Gambar 6. Telur Cacing Trichuris spp. (Pembesaran 100x). Hal tersebut disebabkan cacing dari kelas Nematoda diatas tidak membutuhkan induk semang perantara dalam siklus hidupnya, untuk kelangsungan hidupnya lebih mudah. Cacing dari kelas Trematoda dan Cestoda tidak ditemukan karena mungkin lokasi penelitian dan waktu pengambilan sampel pada musim kemarau, sehingga tidak cocok untuk kelangsungan hidup inang antara cacing dari kelas trematoda dan cestoda. Hasil pemeriksaan sampel feses sapi yang dibedakan menurut ras dapat dilihat pada Tabel 2. 89

Heni Puspitasari, dkk. Pemberian Imunoglobulin Y (IgY)... Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Infeksi Cacing Saluran Pencernaan pada Feses Sapi Potong PO dan Simental yang Dibedakan Berdasarkan Ras Positif Negatif Ras Simental 19 (38%) 31 (62%) 50 (50%) PO 18 (36%) 32 (64%) 50 (50%) 37 (37%) 63 (63%) 100 (100%) Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi-Square dengan derajat bebas α = 0,05, P = 1, maka P > 0,05, sehingga tidak berbeda nyata, berarti perbedaan ras antara jenis PO dan Jenis Simental tidak mempengaruhi kejadian infeksi pada saluran pencernaan. Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Infeksi Cacing Saluran Pencernaan pada Feses Sapi Potong PO dan Simental yang Dibedakan Berdasarkan Kelompok Umur Sapi Hasil Umur 1-6 bulan 7 24 bulan > 24 bulan Positif 14 (37,9%) 18 (48,6%) 5 (13,5%) 37 (100%) Negatif 16 (23,8%) 32 (36,5%) 25 (39,7%) 63 (100%) 30 (30%) 40 (40%) 30 (30%) 100 (100%) Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat hasil yang berbeda nyata pada masing-masing kelompok umur (p<0,01). Pada uji didapatkan > 24 bulan sangat berbeda nyata dengan 7 24 bulan dan 1-6 bulan (p<0,01). 1-6 bulan dengan 7 24 bulan tidak berbeda nyata (p>0,05). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Paramitha, 2012) yang menyatakan bahwa faktor umur berpengaruh nyata terhadap infeksi cacing pada sapi potong di Kabupaten Pasuruan, Jombang dan Surabaya. Sapi yang berumur 1-6 bulan lebih rendah dibandingkan dengan sapi umur 7-24 bulan karena sapi yang berumur 1-6 bulan masih menyusui dan mempunyai kekebalan tubuh dari induknya, sedangkan sapi yang berumur 7-24 bulan belum bisa membentuk kekebalan tubuh atau antibodi sendiri. Sapi yang berumur > 24 bulan lebih rendah dari 1-6 bulan dan 7-24 bulan karena sapi yang berumur > 24 bulan sudah mempunyai kekebalan tubuh atau antibodi terhadap penyakit cacing. Menurut Levine (1990), reaksi daya tahan tubuh terhadap infeksi cacing pada sapi dewasa lebih baik dari pada sapi muda. Tabel 4. Prevalensi Penyakit Cacing Saluran Pencernaan pada Kelompok Umur Sapi Simental Hasil Umur 1-6 bulan 7 24 bulan > 24 bulan Positif 9 (47,4%) 7 (36,8%) 3 (15,8%) 19 (100%) Negatif 6 (19,3%) 13 (42%) 12 (38,7%) 31 (100%) 15 (30%) 20 (40%) 15 (30%) 100 (100%) Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat hasil yang berbeda nyata pada masing-masing kelompok umur (p<0,01). Pada uji didapatkan 7 24 bulan tidak berbeda nyata dengan 1-6 bulan dan > 24 bulan (p>0,05). 1-6 bulan dengan > 24 bulan berbeda nyata (p<0,01). 90

Veterinaria Medika Vol 7, No. 1, Pebruari 2014 Tabel 5. Prevalensi Penyakit Cacing Saluran Pencernaan pada Kelompok Umur Sapi Peranakan Ongole Hasil Umur 1-6 bulan 7 24 bulan > 24 bulan Positif 5 (27,8%) 11 (61,1%) 2 (11,1%) 18 (100%) Negatif 10 (31,2%) 9 (28,2%) 13 (40,6%) 32 (100%) 15 (30%) 20 (40%) 15 (30%) 100 (100%) Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat hasil yang berbeda nyata pada masing-masing kelompok umur (p<0,01). Pada uji didapatkan 1-6 bulan tidak berbeda nyata dengan 7 24 bulan dan > 24 bulan (p>0,05). 7 24 bulan dengan > 24 bulan sangat berbeda nyata (p<0,01). Prevalensi hasil pemeriksaan spesimen feses sapi di Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Prevalensi Hasil Pemeriksaan Infeksi Cacing Saluran Pencernaan pada Feses Sapi Di Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan Ras Positif Negatif Simental 19 (38%) 31 (62%) 50 (50%) PO 18 (36%) 32 (64%) 50 (50%) 37 (37%) 63 (63%) 100 (100%) Kesimpulan Prevalensi penyakit cacing saluran pencernaan melalui pemeriksaan feses pada sapi di Kecamatan Laren sebesar 37 %. enam jenis cacing yang menginfeksi saluran pencernaan pada sapi di Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan yang semuanya berasal dari kelas Nematoda yaitu Oesophagustomum spp., Bunostomum spp., Trichuris spp., Mecistocirrus sp., Cooperia spp., Trichostrongylus spp. Perbedaan ras antara jenis PO 36 % dan Simental 38 % tidak mempengaruhi kejadian infeksi pada saluran pencernaan sapi potong di Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan. Prevalensi infeksi cacing saluran pencernaan pada kelompok umur 1-6 bulan 14 %, 7-24 bulan 18 %, > 24 bulan 5 % di Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan ada perbedaan, hasil analisis statistik dengan uji Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat hasil yang berbeda nyata pada masing-masing kelompok umur (p<0,01). Daftar Pustaka Alencar, M.M., A.C.S. Chagas, R.Giglioti, H.N. Oliveira and M.C.S. Oliveira. 2009. Gastrointestinal nematode infection in beef cattle of different genetic groups in Brazil. J. Veterinary Parasitology. 166 : 249 254. Gasbarre, L.C., E.A Leighton, and W.L.Stout. 2001. Gastrointestinal nematodes of cattle in thenortheastern US: results of a producer survey. J. Veterinary Parasitology. 101: 29-44. Hawkins, J.A. 1993. Economic Benefits of Parasite Control in Cattle. J. Veterinary Parasitology. 46: 159-173. Imbang, D.R. 2007. Penyakit Parasit Pada Ruminansia. Staf Pengajar Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas Muhammidiyah Malang. 91

Heni Puspitasari, dkk. Pemberian Imunoglobulin Y (IgY)... Koesdarto, S., S. Subekti., S. Mumpuni., H. Puspitawati dan Kusnoto. 2007 a. Buku Ajar Ilmu Penyakit Nematoda Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Levine, N.D. 1990. Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Listiyana, A. 2012. Kadar Packed Cell Volume Hemoglobin dan Eosinofil pada Sapi PO yang Terinfeksi Cacing Saluran Pencernaan di Kabupaten Bojonegoro. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Mumpuni, S., S. Subekti., S, Koesdarto., H. Puspitawati dan Kusnoto. 2007. Penuntun Praktikum Ilmu Penyakit Helminth Veteriner. Departemen Pendidikan Nasional Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Paramitha, R.P. 2012. Prevalensi Helminthiasis Saluran Pencernaan melalui Pemeriksaan Feses pada Sapi di Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) Kecamatan Benowo Surabaya. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Santosa, U. 2008. Mengelola Sapi Secara Profesional. Cetakan 1. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Sarwono, B. Arianto dan B. Hario. 2001. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. PT Penebar Swadaya. Cimanggis. Depok. 8-21. Soulsby, E.J.L. 1986. Helmint, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animal. 7 th Ed. The English Languange Book Socienty and Baillire Tindall. London. 143-256. Sudradjat, D.S. 1991. Epidemiologi dan Ekonomi Veteriner. Yayasan Agribisnis Indonesia Mandiri. Cetakan Pertama. Jakarta. Yulius, O. 2010. Kompas IT Kreatif SPSS 18. Panser pustaka. Yogyakarta. 92