BAB VIXX PEMBAHASAN UMUM Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada jenis makanan yang sama biologi UBMK pada enam varietas dan galur kapas yang mengandung gen resisten pada umumnya tidak berbeda nyata dengan pada varietas pembanding rentan DPL-61. Meskipun demikian, lama stadia dan siklus hidup UBMK pada varietas dan galur yang mengandung gen resisten lebih panjang, sedangkan ukurannya lebih kecil dan keperidiannya lebih rendah dibanding pada varietas pembanding rentan DPL-61. Perbedaan biologi yang nyata justru terlihat di antara UBMK yang larvanya memakan bagian tanaman rang berbeda. Pertumbuhan dan perkembangan UBMK pada buah kapas lebih baik dibanding pada kuncup bunga. UBMK yang larvanya dipelihara pada buah kapas memiliki siklus hidup lebih panjang, ukuran tubuh lebih besar dan keperidian lebih tinggi dari pada yang larvanya memakan kuncup bunga. Hal itu disebabkan oleh kualitas gizi buah kapas lebih baik dibanding kuncup bunga dan juga karena kandungan gosipol dan taninnya lebih rendah dari pada kmcup bunga. Kedua senyawa terakbir ini terlibat dalam mekanisme antibiosis dalam resistensi tanaman kapas terhadap UBMK. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari enam varietas dan galur kapas yang mengandung gen resisten terhadap UBMK, kadar gosipol tertinggi dijumpai pada galur GHSU/2/4.
Karakter resistensi yang berbeda yang terdapat pada varietas dan galur kapas yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap preferensi peneluran dan kelimpahan populasi UBMK di lapang. Imago UBMK lebih suka meletakkan telurnya pada buah kapas dibanding kuncup bunga, daun dan batang kapas. Pemilihan inang dan sebaran vertikal telur di dalam tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan buah dan mengikuti sebaran buah kapas di dalam tanaman. Hasil pengamatan Rizal et al. (1995) di lapang menunjukkan bahwa sebaran horizontal dan vertikal UBMK sepanjang musim tanam kapas berubah-ubah mengikuti sebaran buah kapas. Meskipun tidak berbeda nyata, kelimpahan populasi UBMK pada varietas dan galur yang mengandung gen resisten lebih rendah dari pada varietas pembanding rentan DPL-6i. Demikian pula, jumlah generasi UBMK yang ditemukan per musim tanam kapas pada varietas dan galur yang mengandung gen resisten tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding tersebut. Pada kondisi tanpa insektisida di lapang, populasi UBMK meningkat dengan cepat. Hasil pengamatan aenunjukkan bahwa dalam satu generasi rata-rata populasi larva per buah meningkat 53.50 kali lipat dari 0.04 ekor/buah pada umur 82 hst menjadi 2.14 ekor/buah pada umur 104 hst (Tabel 7.2). Sementara itu, rata-rata laju pertambahan populasi di laboratorium (Ro) hanya sebesar 40.83 kali
lipat per generasi (Tabel 5.1). Hal itu mungkin disebabkan oleh kondisi lingkungan di lapang lebih sesuai untuk reproduksi UBMK dibanding di laboratorium. Selain itu ada kemungkinan terjadi ireigrasi UBMK dari tempat lain ke lokasi penelitian. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa mortalitas alami belun mampu mengendalikan populasi UBMR di lapang. Jika pengendalian tidak dilakukan sejak dini maka peledakan populasi UBMK setiap musim tanam kapas sangat mungkin terjadi. Setelah panen, UBHK bertahan pada sisa-sisa tanaman kapas yang tidak dimusnahkan di lapang yang terus berbunga dan menghasilkan buah. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa intensitas serangan pada buah setelah panen di lapang sangat tinggi yaitu 87.94-99.21 persen. Pada musim kemarau serangga itu juga ditemukan pada tumbuhan gulaa Abutilon spp. dengan intensitas serangannya 2-8 persen. Populasi yang bertahan pada sisa tanaman kapas lebih tinggi dan merupakan sumber utama infestasi UBMK terhadap tanaman kapas musin tanam berikutnya di daerah As-agus dan sekitarnya. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk aengkaji peranan inang pengganti dan sisa-sisa tanaran kapas di lapang terhadap kelimpahan populasi UBMA pada musim tanam berikutnya. Berdasarkan pengaratan terhadap biologi dan perkembangan populasinya, baik di laboratorium maupun di lapang,
147 UBMK tergolong ke dalam serangga yang berstrategi ekologi antara dalam kontinum r dan K, dan cenderung berada lebih dekat pada ujung r dalam kontinum tersebut. Southwood (1977) menganjurkan pemanfaatan tanaman resisten yang dikombinasikan dengan musuh alami dan insektisida untuk mengendalikan serangga-serangga hama yang berstrategi antara tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa galur GM5U/ 2/4 relatif tahan terhadap UBMK sedangkan varietas dan galur lain rentan terhadap hama itu. Intensitas serangan UBMK pada biji galur tersebut lebih rendah 63.4 persen dan produksi seratnya lebih tinggi 123.09 persen dari pada varietas pembanding rentan DPL-61. Galur GM5U/2/4 dapat dijadikan sebagai induk dalam pemuliaan silang balik untuk meningkatkan ketahanannya terhadap UBMK. Perbaikan ketahanan misalnya dilakukan dengan menggabungkan sifat daun menjari pada galur tersebut. Daun saenjarf memiliki luas permukaan 60 persen lebih sempit dari daun berbentuk normal. Hal itu menyebabkan kanopi tanaran menjadi lebih terbuka dan dapat menurunkan serangan penyakit busuk buah (Kohel, 1974 dalaa Meredith, 1984). Di Asembagus, UBMK ditemukan berasosfasi sedikitnpa dengan 18 macam musuh alami yang sebagian besar terdiri dari predator. Populasi predator di lapang cukup tinggi, demikian pula dengan pemangsaan telur yang berkisar 53.0
- 83.5 persen. Meskipun demikian, musuh alami tampaknya tidak mampu menekan laju pertambahan populasi UBMK, terutama setelah hama tersebut mencapai generasi kedua di lapang dan populasinya terus meningkat hingga saat panen. Hal itu diduga disebabkan sebagian besar predator yang ditemukan memangsa UBMK di lapang adalah predator umum yang juga menyerang hama kapas lainnya seperti kutu daun, wereng kapas dan penggerek buah. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk rnendapatkan musuh alami yang lebih spesifik dan lebih efektif menyerang UBMK, terutama untuk menekan laju kenaikan populasi hama tersebut pada generasi kedua dan ketiga. Penggabungan karakter daun menjari pada galur GMSU/2/4 diharapkan juga dapat meningkatkan kinerja musuh alami. Pemantauan di lapang menunjukkan bahwa pemangsaan telur UBMK pada varietas dan galur berdaun menjari (Siokra dan 87002/7/6/1) relatif lebih tinggi dibanding varietas berdaun normal (Tabel 6.2). Dengan berkurangnya luas permukaan daun maka telur UBMK diduga akan lebih mudah ditemukan. Henneberry dan Clayton (1982) mengamati bahwa pemangsaan telur UBMK oleh predator lebih tinggi pada awal musim dibanding akhir musim tanam kapas. Penurunan unjuk kerja predator pada akhir musim tanaln kapas diakibatkan oleh peningkatan luas permukaan tanaman.
Tumpang sari dengan palawi j a terbukt i dapat mening- 149 katkan kehadiran musuh alami (Fredrik et al., 1990; Soebandrijo et al., 1989a; Soebandrijo dan Isdijoso, 1990). Tanaman palawi j a dapat menyediakan nektar bagi imago musuh alami dan sebagai tempat berlindung dari pendadakan insektisida yang disemprotkan pada tanaman kapas. Dengan demikian, ketiadaan nektar pada galur GM5U/2/4 diharap tidak akan berpengaruh negatif terhadap musuh alami. Daftar Pustaka Fredrik, M. Sjafaruddin, M. Rizal dan Luqmiaty. 1990. Inventarisasi hama, musuh alami dan uji komponen PHT di lahan sawah bero. Prosiding Seminar Budidaya Kapas di Lahan Sawah :149-62. Henneberry, T.J. dan T.E. Clayton. 1982. Pink bollworm: Seasonal oviposition, egg predation, and square and boll infestations in relation to cotton plant development. Environ. Entomol. 11:663-6, Meredith, W.R.3r. 1985. Quantitative genetics. Dal am Cotton (R.J. Kohel dan C.F. Lewis, eds.). Am. Soc. Agron. Inc., Wisconsin Madison, USA. P:132-50. Rizal, M., D.A. Sunarto dan Nurheru. 1995. Sebaran Poulasi Pectinophora gossypiella (Saunders) pada Dua 1 groekosistem Tanaman Kapas. Laporan Hasil Penelitian Balittas Malang. 15 hal. Soebandrijo, 'I.G.A.A. Indrayani, Nurindah, Subiyakto, T. Yulianti, S.E. Harjono, E. Sunarjo, O.S. Bindra dan J. Turner. 1989a. Pengendalian terpadu jasad pengganggu kapas. Prosiding Lokakarya Teknologi Kapas Tepat Guna No.l:29-38. ----- dan S.H. Isdijoso, 1990. Arthropods pada pola tanam kapas dengan palawija. Prosiding Seminar Budidaya Kapas di Lahan Sawah:163-73. Southwood, T.R.E. 1977. Ecological Methods: With Particular Reference to the Study of Insect Populations. ELBS - Chapman and Hall, London. 524p.