VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

VII. STRUKTUR PASAR KARET ALAM DI PASAR INTERNASIONAL. besarnya penguasaan pasar oleh masing-masing negara eksportir. Penguasaan

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Terjalinnya hubungan antara negara satu

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KARET ALAM

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian Indonesia tidak lepas dari perubahan

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Setelah dilakukan pengolahan data time series bulanan tahun 2005 sampai

meningkatkan pembangunan ekonomi dan menyejahterakan masyarakat. dicerminkan dari adanya pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan.

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

KEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik, mencapai 6,23%. Meskipun turun dibandingkan pertumbuhan

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAYA SAING KARET INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Nuhfil Hanani dan Fahriyah. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pertanian yang dapat dikembangkan. Kinerja ekspor

IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA. Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam usaha percepatan pembangunan ekonomi, industrialisasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

P A P A R A N P U B L I K

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Karet mempakan salah satu komoditi non migas yang mempunyai peranan. penting dalam perekonomian Indonesia. Peranan penting itu antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. bertambah seiring dengan peningkatan pembangunan, untuk itu ekspor harus

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini pengembangan sektor pertanian di Indonesia masih tetap strategis.

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

Volume 12 Desember 2017

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

PENDAHULUAN. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

DAMPAK KEBIJAKAN INTERNATIONAL TRIPARTITE RUBBER COUNCIL DALAM MEMBATASI KUOTA EKSPOR KARET ALAM TERHADAP INDONESIA

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu

Ekspor Nonmigas Agustus 2010 Mencapai US$ 11,8 Miliar, Tertinggi Sepanjang Sejarah

Transkripsi:

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA 6.1. Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia Permintaan terhadap karet alam dari tahun ke tahun semakin mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai ekspor total karet alam dunia. Peningkatan tersebut mengindikasi adanya peningkatan terhadap permintaan karena perkembangan dalam dunia industri secara global. Tabel 11 menyajikan nilai ekspor karet alam dunia pada periode tahun 2001-2008. Tabel 11. Nilai Ekspor Karet Alam Dunia Nilai (000 US$) 2001 3.356.809 2002 4.409.711 2003 6.635.149 2004 8.743.771 2005 9.990.115 2006 15.181.282 2007 16.517.318 2008 19.985.404 2009 11.284.082 Peningkatan konsumsi dunia terhadap karet alam ini memberikan peluang yang sangat besar bagi Indonesia untuk meningkatkan potensi ekspornya. Indonesia memiliki peluang yang besar pula untuk menjadi eksportir karet alam terbesar dunia, mengingat potensi pengembangan negara pesaing utama karet alam, yaitu Thailand dan Malaysia semakin kekurangan lahan dan sulit mendapatkan tenaga kerja yang murah (Departemen Perindustrian, 2007). Hal ini dapat menjadikan keunggulan tersendiri bagi Indonesia dalam rangka peningkatan industri karet nasional. Indonesia merupakan negara yang memiliki luasan areal terbesar dalam penanaman karet alam. Meskipun demikian tidak menjadikan Indonesia sebagai eksportir terbesar pula. Indonesia merupakan negara pengekspor karet alam ke 67

dua dalam jajaran eksportir karet alam terbesar dunia setelah Thailand. Indonesia mengalami kemajuan yang cukup baik dalam hal ekspor karet alam. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai ekspor dari tahun ke tahun. Tabel 12 menyajikan besaran nilai ekspor karet alam Indonesia periode 2001-2009. Tabel 12. Nilai Ekspor Karet Alam Indonesia Nilai Ekspor (000 US$) 2001 786.615 2002 1.038.387 2003 1.494.625 2004 2.181.252 2005 2.583.963 2006 4.322.294 2007 4.870.513 2008 6.058.244 2009 3.243.980 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai ekspor karet alam Indonesia dari tahun ke tahun semakin mengalami peningkatan. Pertumbuhan nilai tersebut tidak terlepas dari peningkatan produksi karet alam Indonesia yang secara langsung juga berpengaruh terhadap peningkatan kuantitas ekspornya. Data mengenai besaran volume ekspor karet alam Indonesia disajikan pada Tabel 13. Selain peningkatan pada volume produksi, peningkatan nilai ekspor karet alam Indonesia juga dapat dikatakan sebagai dampak dari membaiknya harga karet Indonesia di pasaran karet alam dunia. Tercatat bahwa pada tahun 2001, harga karet alam Indonesia di pasar dunia sebesar 541 US$/ton. Nilai ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, harga karet alam Indonesia telah mencapai 2.638 US$/ton (International Trade Statistics, 2010). 68

Tabel 13. Volume Ekspor Karet Alam Indonesia Volume Ekspor (ton) 2001 1.453.694 2002 1.496.381 2003 1.661.972 2004 1.875.059 2005 2.024.608 2006 2.287.053 2007 2.407.848 2008 2.296.476 2009 1.992.001 Karet alam Indonesia yang diekspor terdiri dari berbagai bentuk. Pada tahun 2005-2006, bentuk yang paling banyak diekspor didominasi oleh jenis karet bentuk SIR, kemudian dalam bentuk sheet, barang dari karet, lateks pekat, dan terakhir dalam bentuk crepe (Zainuddin, 2007). Total ekspor karet alam Indonesia pada tahun 2007 sebesar 2,4 juta ton dengan komposisi crumb rubber/sir (85%), sheet/rss (45%), lateks (0,4%), dan lain-lain (0,6%) (Rachman, 2008). Perkembangan nilai ekspor karet yang dicapai Indonesia pada kurun waktu antara tahun 1984 hingga 1991 relatif rendah, secara total hanya 1,4% per tahun. Penurunan nilai ekspor terjadi untuk ekspor bentuk crepe dan RSS. Nilai ekspor komoditas karet yang meningkat cukup besar diperoleh dari ekspor barang dari karet dan sedikit dari ekspor lateks. Rendahnya peningkatan nilai ekspor karet alam Indonesia dalam kurun waktu tersebut selain diakibatkan rendahnya pertambahan volume ekspor, juga disebabkan adanya kecenderungan menurunnya harga karet alam di pasar internasional. Fluktuasi harga yang terjadi di pasar luar negeri maupun di pasaran domestik tidak terlepas dari pengaruh tingkat produksi karet alam, kebijaksanaan stok dan tingkat konsumsi karet alam dunia. 69

6.2. Tujuan Ekspor Karet Alam Indonesia Permintaan terhadap karet alam yang semakin meningkat dari tahun ke tahun membawa dampak bagi perdagangan karet alam Indonesia. Perkembangan dalam dunia industri secara global mengakibatkan pertumbuhan yang cukup pesat dalam perdagangan komoditas ini. Hal ini tentu saja memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan karet nasional. Membaiknya harga komoditas karet alam di pasaran internasional turut mendorong pertumbuhan produksi lokal. Hingga saat ini, perdagangan karet alam Indonesia terpusat ke beberapa negara tujuan utama. Tabel 14 memperlihatkan besaran kuantitas ekspor karet alam Indonesia ke beberapa negara tujuam ekspor utama. Tabel 14. Kuantitas Ekspor Karet Alam Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Utama Negara Tujuan (ton) USA Jepang China Singapura Jerman 2001 517.187 151.695 136.764 78.387 62.461 2002 593.143 208.245 46.022 72.651 62.348 2003 598.310 228.957 107.724 79.317 73.313 2004 627.667 225.390 197.598 86.102 71.808 2005 669.120 260.812 249.791 115.614 61.974 2006 590.947 357.828 337.223 136.124 82.100 2007 644.270 398.025 341.821 162.032 80.809 2008 622.167 400.891 318.841 152.062 57.705 2009 394.307 273.022 457.118 100.742 36.638 Karet alam Indonesia diperdagangkan di berbagai negara di dunia. Negaranegara yang menjadi tujuan utama ekspor karet alam Indonesia hingga saat ini adalah Amerika, Jepang, dan China (Tabel 14). Lebih dari 50% ekspor karet alam Indonesia diserap oleh ketiga negara tersebut. Berdasarkan data dapat terlihat bahwa ekspor karet alam Indonesia terbesar ditujukan ke Amerika Serikat. Meskipun kuantitas ekspor karet Indonesia ke negara ini cenderung meningkat, namun dalam perkembangannya, persentase volume ekspor ini cenderung 70

% mengalami penurunan terhadap total kuantitas ekspor karet alam Indonesia. Trend perkembangan persentase volume ekspor karet alam Indonesia tersebut terlihat sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 6 dibawah ini. 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 2000 2002 2004 2006 2008 2010 USA Jepang China Singapura Jerman Sumber: International Trade Statistics (diolah), 2010 Gambar 6. Persentase Volume Ekspor Karet Alam Indonesia ke Beberapa Negara Tujuan Ekspor Utama (%) Hubungan dagang yang terjalin antara ASEAN dan China (ACFTA) yang dimulai sejak tahun 2004 membawa dampak terhadap ekspor karet alam Indonesia ke negara ini (Departemen Perdagangan, 2010). Hal ini dapat terlihat dari semakin meningkatnya volume ekspor karet alam Indonesia sejak tahun tersebut. Tercatat terjadi peningkatan persentase ekspor karet alam Indonesia ke China terhadap ekspor total karet alam Indonesia dari 6,5% pada tahun 2003 menjadi 10,5% pada tahun 2004. Peningkatan persentase volume ekspor ini dalam perkembangan selanjutnya terus mengalami kemajuan. Hal ini terjadi salah satunya karena meningkatnya perekonomian China yang ditandai dengan peningkatan dalam bidang industrinya. Novianti dan Hendratno (2008) menyatakan bahwa perkembangan industri ban di China menyebabkan pola konsumsi karet alam negara ini meningkat, di mana peningkatan terbesarnya terjadi pada tahun 2004 71

yaitu sebesar 23,75%. Berdasarkan gambar tersebut, terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan terhadap persentase volume ekspor karet alam Indonesia ke negara China dan terjadi penurunan persentase volume ekspor pada negara tujuan ekspor utama yang lain. Perkembangan nilai ekspor karet alam Indonesia dari tahun ke tahun juga semakin meningkat (Tabel 15). Hal itu terjadi karena semakin tinggi pula ekspor ke negara tujuan utama karet alam Indonesia. Nilai ekspor karet alam Indonesia, baik ke Amerika, Jepang, China, Singapura, maupun Jerman dari tahun ke tahun cenderung semakin meningkat. Meskipun kuantitas ekspor ke Amerika mengalami penurunan, misalnya, namun karena harga ekspor karet alam Indonesia yang semakin membaik, maka nilai ekspor karet alam ke negara ini tetap mengalami peningkatan. Tabel 15. Nilai Ekspor Karet Alam Indonesia Ke Negara Tujuan Ekspor Utama Negara Tujuan (000 US$) USA Jepang China Singapura Jerman 2001 281.743 83.539 68.921 43.918 33.309 2002 398.786 159.823 29.118 54.261 43.239 2003 539.986 213.288 94.924 70.686 66.012 2004 736.014 264.364 226.989 96.320 83.236 2005 852.029 329.993 322.425 144.009 80.302 2006 1.102.015 668.492 650.585 252.668 157.244 2007 1.287.317 806.497 701.054 333.038 165.563 2008 1.634.716 1.054.714 859.142 379.816 156.392 2009 657.644 453.920 693.936 166.483 63.028 Krisis global yang melanda pada kuartal ke 3 tahun 2008 membawa dampak terhadap kuantitas maupun nilai ekspor karet alam Indonesia ke negaranegara tujuan utama. Terlihat pada tahun 2009, terjadi penurunan nilai ekspor karet alam Indonesia ke negara-negara tersebut. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kuantitas ekspor karet alam yang dilakukan oleh ITRC akibat 72

menurunnya permintaan global terhadap karet alam. Selain karena adanya penurunan kuantitas ekspor karet, penurunan terhadap nilai ekspor ini juga disebabkan oleh melemahnya harga karet alam di pasaran internasional. 6.3. Perkembangan Ekspor Karet Alam Negara Pesaing Dalam kancah perdagangan internasional, persaingan tidak dapat terhindarkan. Setiap persaingan pasti akan melibatkan beberapa pesaing, begitupun dengan perdagangan karet alam. Dalam hal ini, karet alam di pasar internasional didominasi oleh sedikitnya tiga eksportir utama, yaitu Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Meskipun demikian, keberadaan Vietnam kini juga patut diperhitungkan, mengingat peningkatan nilai ekspornya yang semakin membaik. Tabel 16 memperlihatkan perkembangan kuantitas ekspor negara eksportir utama karet alam di pasar internasional pada periode tahun 2001 hingga 2009. Tabel 16. Kuantitas Ekspor Negara Pesaing Utama Karet Alam Dunia Thailand Malaysia 2001 2.549.748 820.891 2002 2.785.088 886.966 2003 3.107.760 946.877 2004 3.021.938 1.109.380 2005 2.952.191 1.128.174 2006 3.056.972 1.132.408 2007 2.966.128 1.018.052 2008 2.832.071 915.651 2009 2.741.045 703.080 Adapun nilai ekspor masing-masing eksportir tersebut disajikan pada Tabel 17. Thailand yang merupakan pemegang utama ekspor karet alam masih mendominasi ekspornya yang mana negara ini mampu mengekspor karet alam sejumlah 2,7 juta ton pada tahun 2009 dengan nilai 4,3 milyar US$. Meskipun demikian, nilai tersebut bukanlah nilai tertinggi ekspor karet alam Thailand. 73

Kuantitas ekspor tertinggi Thailand dicapai pada tahun 2003 yang mana Thailand mengekspor karet alam sejumlah 3,1 juta ton. Namun nilai tertingginya diperoleh justru di tahun yang berbeda, yaitu tahun 2008 yang mana ekspornya hanya sebesar 2,8 juta ton dengan nilai ekspor 6,72 milyar US$. Perbedaan antara nilai dan kuantitas ekspor tersebut diindikasi dari harga karet alam yang semakin mengalami perbaikan (meningkat) dari tahun ke tahun. Tabel 17. Nilai Ekspor Negara Pesaing Utama Karet Alam Dunia (000 US$) Thailand Malaysia 2001 1.321.208 496.454 2002 1.737.762 655.775 2003 2.796.830 942.848 2004 3.414.560 1.371.326 2005 3.694.645 1.528.476 2006 5.430.350 2.246.584 2007 5.640.503 2.135.917 2008 6.720.964 2.431.235 2009 4.315.650 1.267.076 Malaysia yang merupakan eksportir ke tiga terbesar karet alam juga mengalami peningkatan nilai ekspor terhadap komoditas ini. Meskipun demikian, sejak tahun 2007 kuantitas ekspor karet alam Malaysia cenderung menurun. Hal ini dikarenakan produksi karet alam Malaysia yang semakin rendah. Tercatat produksi pada tahun 2007 sebesar 1,2 juta ton, menurun dari 1,28 juta ton pada tahun sebelumnya (Food And Agriculture Organization, 2010). Menurut laporan dari Departemen Statistik Malaysia (2010), pada tahun 2009 produksi karet alam negara ini hanya sebesar 857 ribu ton. Penurunan tersebut terjadi karena makin berkurangnya areal sadap karet Malaysia akibat alih fungsi lahan, yaitu dari seluas 750 ribu hektar pada tahun 2008 menjadi 590 ribu hektar pada tahun 2009 (Association of Natural Rubber Producing Countries, 2010). 74

Karet alam merupakan produk perkebunan yang sangat rentan terhadap perubahan harga. Fluktuasi yang terjadi dapat diakibatkan oleh berbagai hal, baik faktor internal maupun eksternal. Sensitifitas harga tersebut mendorong tiap negara untuk terus melakukan rekonstruksi terhadap produk masing-masing sehingga dapat terus bertahan dan tetap memiliki daya saing yang cukup kuat di pasar internasional. Perkembangan yang demikian kemudian mendorong negara-negara pengekspor karet melakukan suatu upaya untuk menstabilkan harga karet. Upaya tersebut diwujudkan dengan terbentuknya suatu perusahaan patungan karet alam bernama International Rubber Consortium Limited (IRCo) pada tahun 2002. Pendirian lembaga ini lambat laun terbukti dapat memperbaiki harga ekspor karet alam di pasar internasional. Peningkatan yang terjadi pada nilai ekspor karet alam Malaysia pun juga disebabkan karena semakin membaiknya harga karet alam dunia. Hal tersebut dapat terlihat sebagaimana disajikan pada Tabel 18 berikut ini. Tabel 18. Harga Ekspor Karet Alam Negara Eksportir Utama (US$/ton) Thailand Indonesia Malaysia 2001 518 541 605 2002 624 694 739 2003 900 899 996 2004 1.130 1.163 1.236 2005 1.251 1.276 1.355 2006 1.776 1.890 1.984 2007 1.902 2.023 2.098 2008 2.373 2.638 2.655 2009 1.574 1.629 1.802 Sayangnya, peningkatan harga karet dunia tidak berlangsung lama. Krisis global yang melanda pada kuartal ke 3 tahun 2008 menyebabkan melemahnya industri otomotif yang berakibat pada menurunnya permintaan terhadap karet alam. Hal ini membawa dampak terhadap jatuhnya harga karet alam di pasaran 75

dunia (Sore, 2010). Menghadapi masalah tersebut, ITRC (International Tripartite Rubber Council) yang merupakan perkumpulan dari tiga negara eksportir karet alam dunia menetapkan adanya pengurangan volume ekspor karet alam dengan tujuan mempertahankan harga karet alam. Pengurangan itu bukan tanpa sebab, mengingat krisis global menyebabkan turunnya permintaan karet alam dunia hingga 1 juta ton. Kesepakatan pengurangan total ekspor karet alam ketiga negara tersebut pada tahun 2009 mencapai 915 ribu ton yang masing-masing ditetapkan sebanyak 700 ribu ton melalui skema kesepakatan tiga negara (Agree Export Tonnage Scheme=AETS) dan 215 ribu ton dari peremajaan pohon karet di tiga negara tersebut. Penurunan yang dilakukan pada triwulan pertama tahun 2009 sendiri sejumlah total 270 ribu ton, dengan pembagian 132 ribu ton untuk Thailand, 116 ribu ton untuk Indonesia, dan 22 ribu ton untuk Malaysia (Hanggokusumo, 2008 dalam AntaraNews, 2008). 76