Psikologi Kepribadian I

dokumen-dokumen yang mirip
Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories

Psikologi Kepribadian I

Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan

Psikologi Kepribadian I Teori Psikososial Erik Erikson

Psikologi Kepribadian I Teori Personologi Henry Murray

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung

Psikologi Kepribadian I Object Relation Theories

Individual Psychology

Pandangan Teori Perkembangan Psikoanalisis menurut Sigmund Freuds

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

Psikologi Kepribadian I Humanistic Psychoanalysis

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

II. LANDASAN TEORI. serta menukarkan produk yang bernilai satu sama lain (Kotler dan AB. Susanto,

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1 Analisis Sikap II. LANDASAN TEORI Pengertian Sikap. Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok

KONSEP KOGNISI SOSIAL - BANDURA

Psikologi Kepribadian I

BAB II LANDASAN TEORI

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB 6 PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

Pendekatan-Pendekatan Psikologi Kepribadian. Adhyatman Prabowo, M.Psi

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

Diskusikanlah...! Genetik atau hasil belajar? Tunggal atau jamak? Kepribadian. Tetap atau Berubah? Ada atau tidak?

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

A. Proses Pengambilan Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok

Modul ke: Pedologi. Gangguan Kepribadian. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Sepanjang Hayat

Kepribadian Pola perilaku Memberikan karakter pada Pemikiran seseorang sepanjang waktu Motif dalam berbagai Emosi situasi berbeda relatif stabil

PSIKOMETRI. Pengantar Psikometri MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 01

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

PSIKOLOGI SOSIAL 1 MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 03

BAB I PENDAHULUAN. Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB II LANDASAN TEORI

DIRI PRIBADI. Tentang Diri MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh. mengkomunikasikan tentang Diri Pribadi

Karakteristik manusia komunikan. Rahmawati Z

2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK

CHAPTER REPORT (CHAPTER TWO) The Personality Pattern (Personality Development, Elizabeth B. Hurlock)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

MANAJEMEN KEPRIBADIAN KEPALA SEKOLAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

KEPRIBADIAN OLEH : JOKO PURWANTO FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Potensi yang dimiliki individu dapat tumbuh dan berkembang secara

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. masa estetik. Pada masa vital anak menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas unggulan di Universitas

BAB II KAJIAN TEORITIS

Menyampah' dari Perspektif Psikologi (2) Marselius Sampe Tondok Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya

Kepribadian dan Perilaku Konsumen

DASAR DASAR PERILAKU SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. orang tua sejak anak lahir hingga dewasa. Terutama pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan. menghargai perbedaan (pendapat, sikap, dan kemampuan prestasi) dan

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan formal merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap

Psikologi Kepribadian I. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

Perkembangan Sepanjang Hayat

Transkripsi:

MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 14 61101 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai pembahasan Trait Factor Theories. Ciri khusus kepribadian manusia. Kompetensi Mampu memahami tentang Pandangan Trait Factor Theoris.

Latar Belakang Pendahuluan Allport tidak setuju dengan teori psikoanalisis. Menurutnya manusia normal adalah mahkluk yang rasional yang diatur terutama oleh tujuan kesadarannya yang berakar dimasa kini dan masa yang akan datang, bukan dimasa lalu. Prinsip dasar tingkah laku adalah terus menerus bergerak mengalir. Karena itu konsep utama teori kepribadiannya menyangkut motivasi yang membuat orang bergerak. Arus aktivitas itu memiliki unsur yang tetap (trait) dan unsur yang berubah-ubah. Kecenderungan tingkah laku untuk berlanjut oleh alasan yang berbeda dengan motivasi awalnya. Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisik individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya. Suatu fenomena dinamik yang memiliki elemen psikologik dan fsiologik yang berkembang dan berubah yang memainkan peran aktif dalam berfungsinya individu. Definisi kepribadian ini memiliki 3 unsur pokok: 1. Istilah dynamic organization dipakai merangkum dua pengertian. kepribadian terusmenerus berkembang dan berubah dan didalam diri individu ada pusat organisasi yang mewadahi semua komponen kepribadian, menghubungkan satu dengan lainnya. 2. Istilah psychophysical systems menyiratkan bahwa kepribadian bukan hanya konstruk hipotik (yang dibuat oleh pengamat) tetapi merupakan fenomena nyata yang merangkum elemen mental dan neural, disatukan ke dalam unitas kepribadian. 3. Istilah determine mempertegas kembali bahwa kepribadian adalah sesuatu dan mengerjakan sesuatu, bukan sekedar konsep yang menjelaskan tingkah laku orang tetapi bagian dari individu yang berperan aktif dalam tingkah laku orang itu. Allport juga mempertimbangkan untuk tidak memakai istilah karakter dan temperamen sebagai sinonim personaliti. Menurutnya, character mengesankan suatu aturan tingkah lalu dimana orang atau perbuatannya akan dinilai, orang sering digambarkan memiliki character yang baik dan jelek. Karakter berseberangan dengan kepribadian yang menggambarkan deskripsi tingkah laku yang bebas dari penilaian (karakter adalah kepribadian yang menilai, dan kepribadian adalah karakter yang tidak menilai). Temperamen mengacu ke disposisi yang berkaitan erat dengan determinan biologik atau fisiologik. Jadi, hereditas memainkan peran penting dalam temperamen sebagai bahan baku bersama-sama, kecerdasan dan fisik membentuk kepribadian. 2 Agustini, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id

Struktur Kepribadian 1. Sifat (Trait) Trait adalah predisposisi untuk merespon secara sama kelompok stimuli yang mirip, suatu struktur neuropsikik yang memiliki kemampuan untuk menjadikan banyak stimuli berfungsi ekuivalen dan memulai serta membimbing bentuk-bentuk tingkah laku yang adaptif dan ekspresif. Jadi, trait sebagai struktur neuropsikik membimbing orang untuk bertingkah laku yang konsisten lintas waktu dan tempat, merespon secara sama kelompok stimuli yang mirip. Allport menjelaskan sifat-sifat yang terpenting dari trait sebagai berikut: a. Nyata Trait itu bukan konsep abstrak tetapi obyek nyata, yakni struktur neuropsikis. Suatu hari nanti, neurofisiologi akan dapat menjelaskan bagaimana berlangsungnya proses integrasi, penjembatan, dan tahap urutan yang berhubungan dengan konstruk hipotik kita sekarang ini. b. Membuat banyak stimuli berfungsi ekuivalen Mengandung pengertian bahwa trait itu telah menetapkan orang untuk memandang berbagai stimulus memiliki makna yang sama dan merespon stimuli itu dengan tingkah laku mirip. c. Mengubah/menentukan tingkah laku Trait muncul bukan hanya kalau ada stimulus yag sesuai. Tenaga dorongnya bervariasi, traits yang kuat memiliki kekuatan motif untuk menggerakkan tingkah laku, mendorong orang mencari stimulus yang sesuai sehingga dapat menampung ekspresi trait itu. Trait yang lemah hanya berperan membimbing tingkah laku yang sudah siap untuk bergerak. d. Empirik Trait dapat disimpulkan melalui berbagai pembuktian empirik. Pertama, trait disimpulkan dari terjadinya tingkah laku berulang yang mempunyai makna yang sama, mengikuti rentangan stimulus tertentu yang memiliki makna yang sama. Kedua, trait disimpulkan berdasarkan keajegan tingkah laku. Namun keajegan ini tidak mutlak karena trait bisa disimpulkan dari kesatuan keselarasan yang lembut dari berbagai manifestasi tingkah laku individu. Ketiga, trait disimpulkan dari jawaban atau kegiatan merespon stimuli kuesioner. 3 Agustini, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id

e. Kemandirian yang relatif Trait dapat dikenali bukan dari kemandiriannya yang kaku, tetapi dari kecenderungannya seputar operasi pengaruhnya. Tingkah laku dari suatu trait tertentu dipengaruhi oleh trait yang lain, saling tumpah tindih tanpa batas yang jelas. Allport membedakan antara trait umum dengan trait individual: 1). Trait Umum Adalah sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh banyak orang, dipakai untuk membandingkan orang dari latar budaya yang berbeda. Sekelompok orang lebih suka terbuka atau lebih sopan dibanding kelompok lain. Asumsi yang mendasari trait ini adalah persamaan evolusi dan pengaruh sosial. 2). Traits Individual Merupakan manifestasi traits umum pada diri seseorang sehingga selalu unik bagi orang itu, konstruk neuropsikik yang membimbing, mengarahkan, dan memotivasi tingkah laku penyesuaian yang khas. Sifat unik itu merupakan gambaran yang tepat dari struktur kepribadian seseorang. Perbedaan antara trait umum dengan trait individual bukan sekedar bahwa trait umum berlaku disekelompk orang, sedang trait individual diterapkan khusus kepada individu orang perorang karena secara mendasar trait individual bisa ditempatkan sebagai subkategori atau aspek pengkhususan dari trait umum. 3). Traits - Habit - Atitude Allport secara cermat membedakan penggunaan istilah trait attitude-habit-type yang dalam kehidupan sehari-hari dianggap sinonim. Trait, attitude dan habit semua predisposisi, mereka bisa unik, mereka semua produk faktor genetik dan belajar dan masing-masing mungkin mengwali atau membimbing tingkah laku. Type bisa dianggap sebagai super ordinasi dari ketiga konsep lainnya: 4). Sifat (Trait) Adalah predisposisi untuk merepon secara sama sekelompok stimuli yang mirip, penentu kecenderungan yang bersifat umum, dapat dipakai dalam lebih banyak situasi dan memunculkan lebih banyak variasi respon. Trait merupakan kombinasi atau taraf umum dari dua habit atau lebih. 4 Agustini, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id

5). Kebiasaan (Habit) Seperti traits tetapi sebagai penentu kecenderungan habit bersifat khusus, hanya dipakai untuk merespon situasi atau stimulus dan dari situasi atau stimulus itu. 6). Sikap (Attitude) Lebih umum dibanding habit tetapi kurang umum dibanding trait. Attitude terentang dari yang sangat spesifik sampai sangat umum, sedang trait selalu umum. Attitude berbeda dengan habit dan trait dalam hal sifatnya yang evaluatif. 7). Tipe (Type) Adalah kategori nomotetik dan konsep yang jauh lebih luas dibanding tiga konsep diatas. Sebagai suatu kategori, tipe akan mengelompokkan manusia menjadi beberapa jenis atau model tingkah laku. Tipe merangkum ketiga konsep yang lain, menggambarkan kombinasi trait-habit-attitude yang secara teoritik dapat ditemui pada diri seseorang. Namun manakala kita menganalisa individu dalam hal tipenya, kita kehilangan pengamatan mengenai sifat keunikannya. Karena tidak ada orang yang cocok dengan tipe secara sempurna, tipe menjadi pembeda artifial yang mengaburkan realita. 8). Trait dan Konsistensi Pribadi Allport mengumpulkan hampir 18.000 kata, umumnya kata sifat dalam bahasa Inggris yang bermakna trait, tidak termasuk kata-kata majemuk yang menggabungkan beberapa sifat, seprti pecinta sejati atau haus kasih sayang. Kalau kata-kata yang maknanya berdekatan, kata yang maknanya hanya sementara, dan kata yang sangat evaluatif (misalnya: terhormat, menjijikkan, atau setan) dibuang, akan tertinggal sekitar 5000 kata yang benar-benar menggambarkan karakteristik seseorang. Kalau gambaranan trait seseorang merupakan kombinansi dari 10 dari 5000 kata itu, variasi sifat manusia menjadi tidak terbatas 9). Proprium (Proprius) Proprium adalah aspek kepribadian yang teoritisi lain memberi nama self atau ego, istilah yang Allport tidak mau memakainya, karena keduanya sudah diberi makna yang bermacammacam oleh banyak teoritisi. Proprium adalah sesuatu yang mengenainya kita secara sadar, sesuatu yang kita fikirkan sebagai bagian yang hayat, sentral, dan privat dari kehidupan kita sehingga menjadi inti dari kehidupan. Pengertian proprium ini mencakup semua aspek kepribadian yang menimbulkan kehidupan emosional individu menjadi berbeda-beda membuat kehidupan diri menjadi terpisah dari orang lain dan menciptakan unitas dari sikap, 5 Agustini, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id

persepsi, dan tujuan hidup seseorang. Sebelum proprium muncul berkembang tidak ada kesadaran diri. Ketika bayi lahir, belum ada pemisahan ''aku'' dengan ''bukan aku'' belum ada perasaan kesadaran diri mereka mereaksi lingkungan secara otomatis dengan responnya. Ada delapan aspek proprium yang kemudian berkembang bertahan mulai bayi sampai dewasa sebagai berikut: Usia 0-3 tahun, berkembang 3 aspek proprium: 1. Aspek diri fisik (sense of bodily self). Muncul kesadaran tentang fisik. ''ini tanganku, ini jariku'' yang tampak dari usaha untuk memanipulasinya secara sengaja. 2. Aspek identitas diri yang berkesinambungan (sense of continuing self identity). Anak menyadari bahwa dirinya tetap orang yang sama walaupun terus berubah dan berkembang. Ditandai dengan mengenal ''nama diri'' sebagai identitas utama. 3. Aspek bangga diri (self esteem atau oride). mengembangkan perasaan bangga dengan kemampuan diri sendiri. Anak berjuang menjadi atau penyebab dari sesuatu, permainan membangun atau merusak, eksplorasi terhadap lingkungan. Usia 4-6 tahun muncul dua aspek proprium: 4 Aspek perluasan diri (extension of self), anak mulai menyadari keberadaan objek dan orang lain dan mengidentifikasi obyek-obyek yang menjadi bagian milik mereka. Anak mulai berbicara tentang ''mainanku, ayahku, sekolahku, dll.'' 5. Aspek gambaran sel (sel image), mencakup pandangan aktual dan ideal mengenai diri sendiri, bagaimana anak memandang diri sendiri dan harapannya mengenai bagaimana seharusnya dirinya. Pandangan aktual dan ideal ini berkembang melalui interaksi dengan orangtuanya yang membuat anak menjadi sadar mengenai apa yang menjadi harapannya dan tingkahlaku yang memenuhi harapan dan memberi kepuasan (atau tidak memenuhi harapan sehingga tidak memberi kepuasan. Usia 6-12 tahun 6. Aspek penguasaan rasional (sel as rational coper), muncul sesudah anak menyadari ia memiliki kemampuan berpikir rasional yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah. Anak menyadari dirinya dapat menangani masalah secara rasional dan logis. Usia Remaja 7. Aspek berusaha memiliki (propriate striving), yang mencakup tujuan jangka panjang (intention, long range purpose, & distant goal). Ini menjadi tahap akhir yakni kesadaran 6 Agustini, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id

eksistensi diri dalam tujuan atau pencapaian jangka panjang. Pandangannya mengarah ke masa depan dan untuk itu dia menyususn rencana-rencana. Menurut Allport, baru ketika orang dapat membuat rencana berjangka panjang, bangunan self menjadi lengkap. Usia Dewasa 8. Diri sebagai si tahu (self as knower). Totalitas dari semua 7 aspek yang terdahulu, kesadaran tentang diri sendiri. Self bukan bagian yang terpisah dari kepribadian, bukan inti atau pusat yang kemudian mengatur, mengorganisir, dan menjalankan sistem kepribadian. Self bukan kepribadian dalam kepribadian atau homunculus (manusia kecil di dalam dada sebagai inti manusia) yang tidak dapat difahami sebagai sifat atau fungsi kepribadian secara umum. Namun tidak semua sifat kepribadian terwakili dalam proprium karena sifat-sifat yang tidak akrab dan tidak menjadi pusat tingkah laku tidak termasuk proprium. Motivasi Dua ciri teori motivasi dari Allport adalah penolakannya terhadap masa lalu sebagai elemen penting motivasi dan pendapatnya yang kuat mengenai pentingnya proses kognitif seperti tujuan (intention) dan rencana (planning) dari motivasi orang dewasa. Manusia pertama-tama adalah mahkluk sadar dan rasional yang berbuat berdasarkan keinginan primitif atau berdasarkan limbah pengalaman traumatik masa lalu. Indikator terbaik tentang apa yang akan dilakukan orang sekarang dan masa yang akan datang adalah intensi orang itu. Motif primitif mungkin berlaku pada bayi, namun sesudah dewasa terjadi perubahan. Motif yang membimbing tingkah laku dewasa berbeda total dengan motif yang membimbing tingkah laku bayi. Menurut Maslow, motivasi harus difahami dengan dasar sifat-sifat motivasi berikut: 1. Kontemporer (kekinian), hal masa lalu bisa menjadi motivasi hanya kalau kini juga menjadi kekuatan pendorong. 2. Pluralistik (kompleks), tidak dapat disederhanakan menjadi beberapa drive seperti mencari kenikmatan, mengurangi tegangan, atau kekuatan rasa aman. 3. Melibatkan proses kognitif, mmbuat perencanaan tujuan secara sadar. 4. Kongkrit dan yata, dibatasi secara kongkrit, bukan sesuatu yang abstrak. 7 Agustini, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id

Otonomi Fungsional Otonomi fungsional (functional otonomy) memandang motif-motif orang dewasa beranekaragaman, mandiri sebagai sistem kontemporer, berkembang dari sistem anteseden tetapi secara fungsional tidak bergantung kepada sistem itu. Suatu aktivitas atau tingkah laku mungkin menjadi akhir atau tujuan dari tingkah laku itu sendiri, walaupun mula-mula terikat dengan alasan lain. Misalnya: tingkah laku membaca mula-mula terikat dengan tujuan memahami sesuatu, namun kemudian menjadi otonom - orang membaca karena ia ingin membaca dan puas dengan membaca (bukan puas karena pengetahuannya bertambah). Walaupun banyak tingkah laku dewasa tetap berlangsung berdasarkan prisnsip belajar sederhana, kemasakan diukur dari seberapa jauh motivasi seseorang menjadi fungsional otonom. Menurut Allport, ada dua tingkat otonom fungsional: 1. Otonom fungsional terbiasa (perseverative functional autonomy). Seperti adiksi, perbuatan yang diulang-ulang dan hal yang rutin. Perseverasi adalah kecenderungan suatu pengalaman mempengaruhi pengalaman berikutnya. Pemabuk akan minum alkohol tanpa alasan mengapa harus mabuk. Mula-mula remaja belajar merokok karena ingin ''menjadi hero'', tetapi sesudah itu ia merokok karena ia ingin merokok. 2. Otonomi funsional propriate (propriate functional autonomy). Seperti minat yang dipelajari, nilai-nilai, sentimen, tujuan, motif-motif pokok, disposisi pribadi, gambaran diri dan gaya hidup. Alkohol dan teka-teki silang mungkin menjadi ''ciri khusus diri'', tetapi hanya merupakan tampilan luar atau sisi perifer dari kepribadian, itu bukan proprium. Tingkah Laku yang Bukan Otonomi Fungsional Tidak semua tingkah lalu dapat dijelaskan memakai konsep otonomi fungsional. Allport mengemukakan ada 8 jenis tingkah laku yang tidak dibawah kontrol motif otonom fungsional, yakni: 1. Tingkah laku yang muncul dari dorongan biologis - makan, minum, tidur, bernafas dll. 2. Refleks - mengedip, mengangkat lutut, proses pencernaan dll. 3. Peralatan konstitusi - kecerdasan, bentuk tubuh, temperamen, kesehatan. 4. Habit, beberapa habit termasuk otonom fungsional, lainnya tidak ada motivasi sama sekali. 5. Tingkah laku yang bergantung kepada penguat primer (primary reinforcement). 8 Agustini, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id

6. Motif yang terkait langsung dengan usaha mereduksi dorongan dasar. 7. Tingkah laku non produktif - kompulsi, fikasi, dan regresi. 8. Sublimasi - kalau motif yang asli disublimasikan ke motif yang lain. Prinsip-Prinsip Otonomi Propriate Otonomi fungsional propriate dapat diperjelas dengan memahami prinsip-prinsip kerjanya. Menurut Allport otonomi propriate berfungsi dengan memakai tiga prinsip kerja: 1. Mengorganisir tingkat energi (organizing energy level): Prinsip ini tidak memperjelas bagaiamana motif berkembang atau tertransformasi dari motif yang mendahuluinya. Motif baru atau motif lama yang laten, muncul ke permukaan karena dibutuhkan untuk membantu mengkonsumsi energi agar energi itu tidak dipakai untuk hal-hal yang membahayakan atau merusak. 2. Penguasaan atau kompetensi (mastry dan competence): Otonomi propriate mendoronng orang mencapai tingkat tertinggi dalam memuaskan motivasinya. Tidak cukup asal puas, orang dewasa yang sehat dan normal termotivasinya untuk melakukan yang terbaiknya dan efisien untuk mempertinggi tingkat kompetensi dan penguasaan. 3. Pola propriate (propriate patterning): Motif-motif propriate tidak saling terpisah satu dengan yang lain. Mereka saling bergantung dalam struktur self, dimana mereka bermukim. Jadi orang mengorganisasi proses persepsi dan kognitifnya disekitar self, memperluas self yang propriate dan menolak yang nonpropriate. Propriate adalah usaha untuk memiliki kepribadian yang konsisten dan integral. Hubungan anatar Otonomi dengan Motivasi lain Proporium tempat beradanya motivasi dan otonomi fungsional adalah fenomena yang berkembang sehingga mengesankan motivasi juga berhubungan dengan masa lalu. Propriumlah yang menentukan bentuk tingkah laku mana yang akan otonom. Proprium sendiri agar terus berkembang, masa yang akan datang, dan membuang motivasi masa lalu. Pada kebanyakan orang dewasa motifnya tidak lagi berhubungan secara fungsional dengan akar historis motif itu. Karena itulah Allport mengukur kemasakan dari seberapa jauh motivasi seseorang menjadi otonom (dari pengaruh motivasi masa lalu). Motivasi Sadar dan Tak Sadar Allport menekankan pentingnya motivasi sadar, lebih dari pakar kepribadian lainnya. Orang dewasa yang sehat umumnya sadar tehadap apa yang mereka kerjakan dan alasan 9 Agustini, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id

mengapa mereka melakukannya. Namun Allport tidak mengabaikan eksistensi bahkan pentingnya proses tak sadar. Ia mengenali kenyataan adanya motivasi yang didorong oleh impuls masa anak-anak dan dorongan sublimasi. Menurutnya, hampir semua tingkah laku simtomatik itu terjadi melalui pengulangan otomatis, biasanya menyalahkan diri sendiri, dan dimotivasi oleh kecenderungan tak sadar. Tingkah semacam itu berasal dari masa kanakkanak dan menjadi tingkah laku kekanak-kanakan pada usia dewasa. Perkembangan Kepribadian Jelas dari bahasan otonomi fungsional bahwa Allport berpendapat ada perubahan signifikan antara anak-anak dengan orang dewasa. Orang mungkin bisa mengatakan Allport menawarkan dua teori terpisah mengenai kepribadian. Teori pertama adalah teori motivasi model sederhana, biologik, peredaan ketegangan, cocok untuk menjelaskan tingkah laku bayi. Teori kedua adalah model yang lebih komplek, dibutuhkan untuk menjelaskan tingkah laku orang dewasa. Disatu tempat (waktu) antara bayi dan dewasa ada transformasi lengkap walaupun tidak dengan tiba-tiba. Orang dewasa yang masak dan sehat secara kualitatif berbeda dengan bayi, alasan tigkah laku orang dewasa berbeda total dengan alasan tingkah laku bayi. 1. Perkembangan Masa Bayi Allport memandang bayi yang baru lahir sebagai mahkluk hereditas, primitive drive, dan reflex behaviour. Bayi tidak mempunyai kepribadian. Bayi membawa potensi tertentu seperti fisik dan temperamen tetapi pemenuhan potensi ini menunggu pertumbuhan dan maturasi. Tingkah laku bayi sebagian besar dapat dijelaskan sebagai kegiatan umum atau kumpulan respon-respon yang tidak jelas yang melibatkan semua sistem otot. Bayi dapat memberi respon spesifik dalam bentuk refleks, seperti mengisap da menelan. 2. Perembangan Masa Dewasa Penentu utama tingkah laku dewasa yang masak adalah seperangkat sifat (trait) yang terorganisir dan seimbang yang mengawali dan membimbing tingkah laku sesuai dengan prinsip otonomi fungsional. Bagaimana trait itu berkembang tidak penting bagi Allport karena dalam usia dewasa mereka memperoleh kekuatan motivasinya dari sumber kekinian. Masa lalu tidak penting, kecuali hal itu tampak dalam dnamik aktivitas masa kini. Secara umum, trait berfungsi dalam keadaan sadar dan rasional, mengikuti pola-pola perjuangan menjadi propriate. Jadi, untuk memahami orang dewasa harus dapat digambarkan lebih dahulu aspirasi an tujuan-tujaun hidupnya. Kualitas Kepribadian yang Masak 10 Agustini, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id

Tidak semua orang dewasa mencapai maturitas sepenuhnya. Orang-orang yang mengalami gangguan melakukan perbuatan tanpa tahu mengapa pebuatan itu dilakukan, tingkah laku mereka lebih dekat hubungannya dengan peristiwa anak-anak alih-alih peristiwa masa kini atau masa yang akan datang. Tingkat seberapa besar fikiran dan keinginan sadar mengambil alih motivasi tak sadar dan tingkat seberapa jauh trait bebas dari asalnya yang kenak-kanakan adalah ukuran kenormalan dan kemasakan seseoran. 11 Agustini, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id

Daftar Pustaka Alwisol (2012). Psikologi Kepribadian. Edisi Revisi. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah-Malang. Feist, J., & Feist G (2012). Theories of Personality (7 th ed.) USA: MC Graw Hill. 12 Agustini, M.Psi., Psikolog http://www.mercubuana.ac.id