KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH
|
|
- Yenny Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH RIA SULASTRIANI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam gambaran kemandirian remaja puteri pasca kematian ayah, faktor-faktor yang menyebabkan kemandirian subjek, dan cara pengembangan kemandirian subjek. Kemandirian adalah kemampuan untuk menegakan kehendaknya, menentukan sendiri setiap perbuatannya, mampu mengembangkan diri dan tampil sebagai totalitas pribadi yang mantap, harmonis, utuh dan kuat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang dengan karakteristik berjenis kelamin perempuan berada pada usia 17 tahun dan telah ditinggal mati ayah selama 4 bulan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa subjek memiliki kemandirian emosi yang cukup baik, Kemandirian subjek pada aspek intelektual juga sangat baik. Subjek juga mampu mandiri dalam bidang sosial karena subjek mampu berinteraksi dengan baik dengan teman-teman atau lingkungan sekitar, tetapi subjek memiliki kesulitan dalam hal ekonomi keluarga. subjek merasa bingung siapa yang bertanggung jawab atas subjek dan keluarga karena ibu subjek tidak bekerja, kakak subjek masih berkuliah, subjek merasa kekurangan dalam hal ekonomi, subjek berencana ingin bekerja untuk membantu perekonomian keluarga pasca kematian ayah subjek. Saran yang diberikan penulis kepada subjek adalah agar subjek tetap dapat meningkatkan kemandirian dan dapat terus menjadi teladan yang baik untuk adik-adiknya dan menjadi seorang anak yang dapat menjadi kebanggan orang tua karena prestasinya yang baik. Peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya. Kata Kunci : Kemandirian, Remaja Puteri
2 A. LATAR BELAKANG Membicarakan hal tentang kematian bukanlah hal yang mudah bagi sebagian besar orang. Kematian adalah topik yang tidak banyak dibahas orang, sering kali menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan. Banyak pertanyaan tentang apa yang akan terjadi setelah kematian yang belum terjawab. Banyak peristiwa kehilangan akibat kematian yang menimbulkan kepedihan dan penyesalan. Kematian merupakan suatu realita dalam kehidupan manusia yang tidak dapat terhindarkan, karena pada akhirnya setiap manusia akan mengalami kematian. Walaupun kematian merupakan suatu realita yang pasti dialami oleh manusia, tetapi pada kenyataannya tidak semua orang siap menghadapi kematian, baik orang yang akan meninggal ataupun keluarga yang akan ditinggalkan, karena kematian salah satu anggota keluarga berarti akan kehilangan anggota keluarga tersebut untuk selama-lamanya. Apalagi jika anggota keluarga yang meninggal tersebut adalah seseorang yang sangat penting perannya dalam keluarga, seperti ayah. Kematian ayah dapat menimbulkan dampak yang negatif. Dampak negatif ini terjadi karena ayah memiliki peran penting dalam keluarga. Menurut Peterson (1980) dan Thevenin (1993) ayah berperan sebagai pemimpin dalam keluarga. Ia membuat keputusan dalam keluarga dan memberikan perlindungan dan keamanan bagi setiap anggota keluarga, menjadi teladan bagi anak-anaknya, mendukung kehidupan keluarga baik secara ekonomi maupun secara emosional serta menjaga hubungan keluarga dengan dunia luar. Mengingat pentingnya peran ayah, maka goncangan hidup akan terjadi apabila ayah yang memiliki peranan penting dalam keluarga, meninggal (Peterson, 1980). Hal ini karena keluarga adalah suatu sistem yang anggota-anggotnya saling terkait, saling berinteraksi, dan saling bergantung satu sama lain (Koman dan Stechler, 1991). Beberapa contoh kasus yang terjadi pada anak setelah kematian orang tuanya : Black (dalam Black, 1998) menemukan bahwa anak-anak yang mengalami kehilangan dimasa anak-anak awal cenderung mengembangkan gangguan psikis pada masa kanak-kanak akhir. Sementara Rutter (dalam Black, 1998) menemukan peningkatan gangguan psikis sebesar lima kali lipat pada anak yang mengalami kehilangan dibandingkan dengan yang tidak; sebagaimana diteliti oleh Urbanowicz (dalam Black, 1998) melalui laporan orang tua, anak-anak yang mengalami kehilangan memiliki tingkat gejala dan gangguan emosi yang lebih
3 tinggi dibandingkan anak yang tidak mengalmai kehilangan hingga dalam kurun waktu 2 tahun, dan 40% anak yang mengalami kehilangan masih menunjukkan gangguan selama satu tahun setelah kejadian kehilangan, dalam pengukuran langsung terhadap anak yang mengalami kehilangan. Weller (dalam Black, 1998) juga menemukan bahwa kerinduan akan bertemu kembali dengan orang yang telah meninggal adalah hal yang umum dan dapat mengarah pada pemikiran bunuh diri pada anak dan remaja yang mengalami kehilangan, walaupun jarang dilakukan, kesulitan lainnya mencakup delinkuensi dan depresi ketika dihadapkan pada situasi yang mengingatkan anak pada orang tuanya (Kastenbaum dalam Aiken, 1994). Dari hasil-hasil penelitian kita dapat melihat bahwa dampak kehilangan pada anak bukan hanya berlangsung beberapa bulan setelah kematian terjadi, tetapi juga bertahun-tahun bahkan seumur hidup jika tidak dilakukan intervensi. Kematian ayah berdampak pada kemandirian seorang anak. Seorang anak dituntut untuk dapat bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Kemandirian, menurut Barnadib (1982), meliputi perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan / masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. ( Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan bergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada dilingkungannya hingga kurun waktu tertentu. Seiring dengan berlalunya waktu dan perkembangan selanjutnya, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungannya terhadap orang tua dan orang-orang lain yang berada disekitar lingkungannya dan mulai belajar untuk mandiri. Hal ini merupakan proses almaiah yang dialami oleh setiap makhluk hidup, tidak terkecuali manusia. Mandiri atau sering juga disebut diatas kaki sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung pada orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Dampak yang ditimbulkan karena kematian ayah akan sangat besar karena ayah adalah tokoh central dalam keluarga dan memiliki tugas yang sangat utama dalam suatu keluarga seperti melindungi anggota keluarga dari dunia luar dan yang sangat terpenting adalah menopang perekonomian untuk seluruh anggota keluarga, membantu anaknya mewujudkan cita-citanya. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang kemandirian remaja akhir puteri pasca kematian ayah, dimana sosok ayah merupakan sosok yang
4 sangat penting dalam keluarga sebagai pelindung, pendidik dan sebagai penopang ekonomi dalam keluarga. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam dari kasus seorang remaja puteri yang ditinggal mati ayah karena walaupun berada dalam kasus yang sama tingkat kemandirian yang dimiliki seseorang berbeda. B. PERTANYAAN PENELITIAN 1. Bagaimana gambaran kemandirian remaja pasca kematian ayah? 2. Mengapa kemandirian subjek seperti itu? 3. Bagaimana cara perkembangan kemandirian subjek? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ciri-ciri kemandirian remaja akhir puteri pasca kematian ayah, faktor-faktor yang menjadi penyebabnya dan bagaimana cara perkembangan kemandirian tersebut. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Memberi masukan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi perkembangan dan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan kemandirian remaja. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi anak remaja agar menjadi mandiri setelah kematian ayah dalam menjalani hidupnya, sehingga terdorong untuk terus berprestasi dan meraih kesuksesan. E. LANDASAN TEORI Menurut Granicia (2000), kemandirian adalah kemampuan untuk dapat menjalani kehidupan tanpa adanya ketergantungan kepada orang lain. Dapat melakukan kegiatan sehari-hari, mengambil keputusan, serta mengatasi masalah. Dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri, setiap anak perlu dilatih untuk mengembangkan kemandirian sesuai kapasitas dan tahapan perkembangannya.
5 1. Dimensi-dimensi Kemandirian Beberapa dimensi-dimensi kemandirian yang dapat diidentifikasi oleh Steinberg (2002), yaitu: 1) Kemandirian Perilaku (behavioral Autonomy) Kemandirian perilaku diartikan oleh Stainberg (2002), sebagai kapasitas untuk membuat keputusan-keputusan dengan mandiri dan melaksanakan keputusannya tersebut. Menurut Stainberg (2002) kemandirian tingkah laku dapat dilihat dari tiga perubahan yang muncul pada saat remaja. 2) Kemandirian Emosi (Emotional Autonomy) Steinberg dan Silverberg (dalam Chen, 1999), Kemandirian emosi didefinisikan sebagai sebuah aspek dari kemandirian yang berhubungan dengan perubahan hubungan individual dengan orang-orang terdekat, terutama orang tua. Pada akhir tahapan remaja, seseorang menjadi lebih tidak bergantung secara emosinal terhadap orang tunya, daripada saat mereka masih kanak-kanak. Perubahan hubungan dengan orang tua inilah yang dapat disebut sebagai perkembangan dalam hal kemandirian emosional (Steinberg, 2002), walaupun demikian kemandirian remaja tidak membuat remaja tersebut terpisah dari hubungan keluarganya. Jadi seorang remaja tetap dapat menjadi mandiri tanpa harus terpisah hubungan dengan keluarganya. 3) Kemandirian Kognitif (Cognitive Autonomy) atau Kemandirian Nilai (Value Autonomy) Perubahan kognitif atau yang juga disebut sebagai kemandirian nilai pada remaja mendapat peran penting dalam perkembangan kemandirian, karena dalam kemandirian dibutuhkan kemampuan untuk membuat keputusan sendiri (Steinberg, 2002). Pada perkembangan dari kemandirian nilai, terjadi perubahan dalam konsep remaja tentang moral, politik, ideologi, dan isu tentang agama. Terdapat tiga aspek kemandirian nilai yang muncul pada tahap perkembangan remaja. Pertama, remaja telah berpikir secara abstrak tentang beberapa isu. Kedua, keyakinan (beliefs) menjadi lebih mengakar pada prinsip-prinsip umum. Ketiga, keyakinan(beliefs) lebih banyak ditemukan pada nilai-nilai pribadi remaja tersebut dan tidak selalu
6 ditemukan pada nilai-nilai yang diturunkan dari orang tua atau orang dewasa lain. 2. Aspek-Aspek Kemandirian Mandiri atau sering juga disebut dengan berdiri diatas kaki sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung pada orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Kemandirian dalam konteks individu tentu memiliki aspek yang lebih luas dari sekedar aspek fisik. Aspekaspek kemandirian menurut Havighurst (dalam Fatimah, 2006), yaitu: a. Emosi Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua. b. Ekonomi Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua. c. Intelektual Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. d. Sosial Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain 3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kemandirian Subjek Menurut Mahmud (1990), faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian adalah sebagai berikut: a. Jenis kelamin Yang membedakan antara anak laki-laki dan perempuan, dimana dituntut untuk berprilaku sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada di masyarakat. Antara lain bersifat logis, bebas dan agresif pada anak lakilaki sedangkan sikap lemah, lembut, ramah dan feminim pada anak perempuan. b. Usia Semenjak muda anak kecil berusaha mandiri manakala mulai mengeksplorasi lingkungan atas kemauannya sendiri, sehingga semakin bertambah usia anak akan semakin tinggi tingkat kemandirian seseorang. c. Urutan anak dalam keluarga
7 Anak sulung biasanya lebih beroientasi pada orang dewasa, pandai mengendalikan diri, takut gagal dan pasif jika dibandingkan dengan saudara-saudaranya. Anak tengah cenderung lebih ekstrovert dan kurang mempunyai dorongan, akan tetapi mereka lebih memiliki pendirian, sedangkan anak bungsu adalah anak yang paling disayang oleh orang tua. Remaja adalah masa terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman dalam Sarwono, 2001). Menurut Havighurst (dalam Monks dkk, 1999) tugas perkembangan meliputi : a. Perkembangan aspek-aspek biologis b. Menerima peranan dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan masyarakat sendiri c. Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa yang lain d. Mendapatan pandangan sendiri e. Merealisasikan identitas sendiri dan dapat mengadakan partisipasi dalam kehidupan sosial masyarakat WHO mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya tandatanda kehidupan secara permanen, yang biasanya terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. 1. Tanda-Tanda Pasti Kematian Setelah seseorang dinyatakan mati, maka akan muncul tanda-tanda yang menyertai kematian. Tanda-tanda tersebut antara lain : a. Adanya lebam mayat (hipostatis / lividitas pasca kematian) b. Kaku mayat (Rigor Mortis) c. Penurunan suhu tubuh d. Pembusukan e. Mumifikasi f. Adiposera Tanda-tanda ini terjadi setelah kematian, antara lain kerja jantung dan peredaran darah terhenti, pernapasan terhenti, refleks cahaya dan kornea mata hilang dan terjadi relaksasi otot (
8 F. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam bentuk studi kasus karena peneliti ingin mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang kemandirian remaja akhir puteri pasca kematian ayah. Metode studi kasus dianggap yang paling tepat karena peneliti dapat melakukan wawancara dengan subjek secara mendalam, dapat mengungkap hal-hal yang unik dan spesifik dan dapat mengungkap makna dibalik fenomena dalam kondisi apa adanya. G. SUBJEK PENELITIAN Karakter subjek penelitian ini adalah remaja perempuan yang berusia 17 tahun, yang telah mengalami kematian ayah (ditinggal mati) selama 4 bulan. H. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diketahui faktor-faktor yang menyebabkan kemandirian subjek seperti itu adalah subjek memang memiliki kemampuan dalam dirinya untuk bisa memiliki kemandirian yang baik setelah kematian ayah. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan subjek dan significant other yang menyatakan bahwa subjek memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri dan menjalankan keputusan tersebut untuk menjadi teladan bagi adik-adiknya, juga menahan emosi marah dan kesedihannya agar tidak melukai anggota keluarga lain. Faktor lain yang menyebabkan mengapa subjek memiliki kemandirian yang baik karena kematian ayah subjek yang mengharuskan subjek bersikap lebih dewasa dalam segala hal. I. KESIMPULAN Pada umumnya subjek cukup mampu mandiri pasca kematian ayahnya, subjek tidak mengandalkan orang lain dalam banyak hal, subjek mampu mengambil keputusan sendiri dan konsekuen dengan keputusannya dilihat dari aspek emosi, lalu subjek juga mampu untuk mengatasi masalahnya dan menghadapi masalah yang diterimanya dengan baik, subjek mampu menghadapi masalah dan tidak menjerumuskan diri pada hal yang negatif ketika menghadapi masalah dihadapannya. Subjek juga sudah mandiri dari aspek sosial hal ini dilihat dari kepandaian subjek dalam berinteraksi dengan orang lain dan tidak menunggu aksi dari orang lain. Tetapi subjek mengalami masalah dalam aspek ekonomi, karena
9 sejak kematian ayahnya tidak ada yang secara pasti menanggung kebutuhan keluarga. J. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat diketahui bahwa subjek memiliki kemandirian yang baik, hal ini dikarenakan subjek yang selalu berusaha untuk menjadi teladan bagi adik-adiknya pasca kematian ayahnya, selain itu usia subjek yang telah beranjak dewasa membuatnya mampu berpikir dengan lebih baik dan telah mampu melihat konsekuensi dari tindakan yang diambilnya. Saran yang diberikan penulis kepada subjek adalah agar subjek tetap dapat meningkatkan kemandirian dan dapat terus menjadi teladan yang baik untuk adikadiknya dan menjadi seorang anak yang dapat menjadi kebanggaan orang tua karena prestasinya yang baik. Saran yang diberikan penulis bagi penelitian selanjutnya agar dapat terus berupaya memperbaharui dan mengembangkan hasil penelitian ini secara lebih mendalam dan dapat menjadi perbandingan bagi penelitian-penelitian lain dengan tema yang sama seperti kemandirian remaja putera pasca kematian ayah
BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan
BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bangsa yang mampu bertahan dan mampu memenangkan persaingan yang semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang sangat diharapkan untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan bangsa Indonesia yang harus menjadi bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu. Seiring dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatihkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak selalu ada kebutuhan untuk dikasihi dan merasakan bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya. Keluarga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan
Lebih terperinci`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini
1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18/19 tahun, yang dilihat dari periode perkembangannya sedang mengalami masa remaja. Salzman (dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak mengalami masalah-masalah kompleks dalam kehidupannya yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, sehingga tanpa sadar manusia menciptakan mata
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Bekerja 1. Pengertian Motivasi Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar adalah motif ( motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu.
Lebih terperinciLAMPIRAN I KATA PENGANTAR
LAMPIRAN I KATA PENGANTAR Dengan hormat, Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai hubungan antara kemandirian dan prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya. hingga waktu tertentu. Seiring dengan berlalunya waktu dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu. Seiring dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan akademik (kognitif) saja namun juga harus diseimbangkan dengan kecerdasan emosional, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu keluarga kehadiran anak adalah kebahagiaan tersendiri bagi orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah amanah, titipan
Lebih terperinciPeran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa
Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa 125120307111012 Pendahuluan Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki setiap individu dan anak. Karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Individu akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya dan ketergantungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu periode perkembangan yang penting, dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock (1980:206) menyatakan
Lebih terperinciPerbedaan Kemandirian antara Anak Sulung, Anak Tengah dan Anak Bungsu pada Siswa SMU Mulia Pratama Medan
1 Perbedaan Kemandirian antara Anak Sulung, Anak Tengah dan Anak Bungsu pada Siswa SMU Mulia Pratama Medan Andy Chandra Fakultas Psikologi Universitas Medan Area Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciKEMANDIRIAN PADA ANAK TENGAH DARI LATAR BELAKANG BUDAYA YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI HALAMAN SAMPUL DEPAN
KEMANDIRIAN PADA ANAK TENGAH DARI LATAR BELAKANG BUDAYA YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI HALAMAN SAMPUL DEPAN Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenyataan merupakan sesuatu yang akan menjadi pengalaman individu masingmasing.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang punya perannya sendiri-sendiri, dengan peran itu mereka menempatkan diri, tepat atau tidak, cocok atau tidak merupakan pilihan yang dapat dipertanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial, tentu membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ayah 1. Definisi Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal (Supartini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ainsworth (dalam Helmi, 2004) mengartikan kelekatan sebagai ikatan afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini berlangsung lama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, setiap manusia memiliki dambaan untuk hidup bersama dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua. Perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu periode penting dalam kehidupan seseorang. Namun, terdapat perbedaan antara individu satu dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia sekolah menengah pertama pada umumnya berada pada usia remaja awal yaitu berkisar antara 12-15 tahun. Santrock (2005) (dalam http:// renika.bolgspot.com/perkembangan-remaja.html,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak selamanya berjalan dengan mulus, tenang, penuh dengan kebahagiaan dan kegembiraan. Tetapi seringkali manusia menghadapi berbagai cobaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran anak merupakan saat yang menggembirakan dan ditunggutunggu oleh setiap pasangan suami istri untuk melengkapi sebuah keluarga. Memiliki anak adalah suatu anugerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Kesuksesan (keberhasilan, keberuntungan) yang berasal dari dasar kata sukses yang berarti berhasil, beruntung (Kamus Bahasa Indonesia,1998), seringkali menjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEMANDIRIAN. dapat menjadi otonom dalam masa remaja. Steinberg (dalam Patriana, 2007:20)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEMANDIRIAN 1. Pengertian Kemandirian Kemandirian merupakan kemampuan individu untuk bertingkah laku sesuai keinginannya. Perkembangan kemandirian merupakan bagian penting untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tidak hanya didukung oleh pemerintah yang baik dan adil, melainkan harus ditunjang pula oleh para generasi penerus yang dapat diandalkan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era kompetitif ini, Indonesia adalah salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Hadirnya anak dalam sebuah keluarga merupakan suatu kebahagian bagi orangtuanya. Kebahagiaan itu akan terus bertambah sejalan dengan bertambahnya usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana seseorang akan kehilangan orang yang meninggal dengan penyebab dan peristiwa yang berbeda-beda
Lebih terperinciBAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua.
BAB III TEMUAN PENELITIAN Dalam bab ini saya akan membahas temuan hasil penelitian terkait studi kasus kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua. Mengawali deskripsi hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman pertumbuhan dan perkembangan anak diperlukan suatu kepekaan terhadap kebutuhan anak, karena dengan kepekaan tersebut pemahaman dapat mudah diperoleh. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada orangtua dan orang-orang yang ada di lingkungannya hingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan bergantung kepada orangtua dan orang-orang yang ada di lingkungannya hingga waktu tertentu.
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran. Kesimpulan dalam penelitian ini berisi gambaran sibling rivalry pada anak ADHD dan saudara kandungnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah media penghantar individu untuk menuju masa depan yang lebih baik. Pendidikan merupakan salah satu solusi atau upaya yang dibuat agar dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang mengalami tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan biologis, psikologis dan spiritual yang harus dipenuhi. Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam perkembangan kepribadian seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai
Lebih terperinciB A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang
B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang nyaman dan bahagia, yaitu hidup dengan perlindungan dan kasih sayang dari kedua orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah periode perubahan dimana terjadi perubahan tubuh, pola perilaku dan peran yang diharapkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah
38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah seluruh subjek yang menjadi anggota populasi, oleh karena itu metode analisis yang digunakan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang defenisi sekolah, sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistwmatis melaksanakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN 1. Defenisi Kemandirian Menurut Steinberg (2002) kemandirian adalah kemampuan individu untuk bertingkah laku secara seorang diri. Steinberg (2006) juga menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa ditandai dengan adanya masa transisi yang dikenal dengan masa remaja. Remaja berasal dari kata latin adolensence,
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. (Wawancara dengan Bapak BR, 3 Maret 2008)
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketika putri saya meninggal dunia, saya merasa kehilangan bagian dari diri saya. Saya merasa tidak utuh dan segala sesuatu tidak akan pernah sama lagi. Beberapa hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menunjukkan bakat di lingkungan masyarakat. Pendidikan diarahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia juga sebagai bantuan agar anak tersebut kelak menjadi manusia yang dapat menunjukkan
Lebih terperinciperkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu
KEMANDIRIAN REMAJA YANG MEMILIKI ORANGTUA YANG BERCERAI STARLINA AULIA UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kemandirian remaja yang memiliki orangtua yang bercerai,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan bahwa anak harus berpisah dari keluarganya karena sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dalam masyarakat industri modern adalah peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja berlangsung dari usia 10 atau 11 tahun sampai
Lebih terperinciBAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal
BAB II PROFIL INFORMAN Dalam bab sebelumnya telah dikemukakan tentang alasan apa saja yang mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal pasangan mahasiswa yang hamil diluar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini marak terjadi kasus perkelahian antar siswa sekolah yang beredar di media sosial. Permasalahannya pun beragam, mulai dari permasalahan yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut
12 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pengatasan Masalah Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut Lazarus dan Folkman (1984) pengatasan masalah merupakan suatu proses usaha individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini permasalahan remaja adalah masalah yang banyak di bicarakan oleh para ahli, seperti para ahli sosiologi, kriminologi, dan khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hari ini disebut warna efektif. Warna efektif ini kadang kadang lemah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbuatan individu pada umumnya disertai oleh perasaan perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian siswa, yakni saat remaja menguasai pola-pola perilaku yang khas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah bukanlah sekedar tempat untuk meraih keterampilan kognitif dan sikap saja, sekolah juga merupakan tempat berlangsungnya perkembangan kepribadian siswa,
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1. Kesimpulan Bab ini berusaha menjawab permasalahan penelitian yang telah disebutkan di bab pendahuluan yaitu melihat gambaran faktor-faktor yang mendukung pemulihan pada
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Refti Yusminunita F 100 050
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tua merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia, dalam masa ini akan terjadi proses penuaan atau aging yang merupakan suatu proses yang dinamis sebagai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Dinamika Personal Growth periode anak anak dewasa muda pada individu yang mengalami masa perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu mengalami perubahan diri masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 21 tahun (Potter,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanggung jawab atas kesejahteraan anak, baik jasmani, kesehatan, rohani serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan makhluk kecil ciptaan Allah SWT yang telah diamahkan pada sepasang suami - isteri untuk menjalankan perannya sebagi figur sebagai orangtua. Anak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Pribadi Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah kepemilikan sebuah nilai dalam diri seseorang yang mengarah kepada kedewasaan, sehingga dia mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA berada pada usia remaja yaitu masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Dengan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pasti melewati segala peristiwa dalam kehidupan mereka. Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh setiap individu dapat beragam, dapat berupa peristiwa yang menyenangkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan tidak hanya bertindak sebagai alat yang dapat meningkatkan kapasitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapar dia akan menangis, dan ketika disuapin ia akan diam, hal ini menunjukan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa bayi ketika lapar dia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran bahwa faktor inteligensi merupakan faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai
Lebih terperinciDalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. LA TAR BELAKANG MASALAH Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita bangsa, oleh karena itu remaja diharapkan dapat mengembangkan potensi diri secara optimal
Lebih terperinciKEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN
KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan yang terjadi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan baik itu secara biologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal
HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di usia republik yang sudah melebihi setengah abad ini, sudah sepatutnya bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa bayi ketika
Lebih terperinci