BAB I PENDAHULUAN. fibrosa yang longgar. Skin tag dapat berupa tonjolan kecil, lunak dan mempunyai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. warna kulit. Skin tag juga disebut achrochordon, softwart, soft fibroma, polip

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia / tingginya glukosa dalam darah. 1. Klasifikasi DM menurut Perkeni-2011 dan ADA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I P E N D A H U L U A N

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005).

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB VI PEMBAHASAN. Studi kasus kontrol pada 66 orang pasien terdiri atas 33 orang sampel

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian. 1

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. umum lipid ada yang larut dalam air dan ada yang larut dalam pelarut non. dan paha seiiring dengan bertambahnya usia 4.

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.

BAB 2. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. Bawang putih (Allium sativum) adalah nama tanaman dari genus Allium

BAB I PENDAHULUAN. Batu empedu merupakan batu yang terdapat pada kandung empedu atau pada

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Skin tag merupakan suatu tumor jinak jaringan konektif pada dermis yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN. mementingkan defisit neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah. untuk pasien dan keluarganya (Adibhatla et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skin tag merupakan suatu tumor jinak kulit yang terdiri dari jaringan fibrosa yang longgar. Skin tag dapat berupa tonjolan kecil, lunak dan mempunyai tangkai yang pendek di atas permukaan kulit. Biasanya skin tag dapat dijumpai di leher aksila dan daerah fleksor lainnya. Kadang-kadang dapat dijumpai skin tag yang banyak sampai ke daerah wajah, dada dan punggung. (Allegue dan Fachal, 2008). Skin tag atau dikenal dengan beberapa istilah lain seperti soft fibromas, acrochordons, fibrolipomas, fibroepithelial polyps biasanya dikeluhkan mengganggu secara kosmetik. Terdapat tiga tipe gambaran klinis skin tag yaitu tipe papul furrowed, filiformis dan tipe large bag-like protuberances. (Levine, 2006; Thomas, et al., 2012; Shah, 2014). Meskipun insiden skin tag cukup tinggi yaitu sekitar 46% dari populasi umum berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jerman, namun secara klinis skin tag jarang mendapatkan perhatian kecuali apabila mengalami iritasi atau nekrosis yang menyebabkan nyeri (Barbato, et al., 2012). Pada penelitian retrospektif yang dilakukan di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar periode tahun 2005-2009 didapatkan prevalensi skin tag sebesar 9,8% dari seluruh penderita tumor jinak kulit, lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki, lokasi lesi terbanyak pada daerah leher, angka 1

2 kejadian semakin tinggi seiring bertambahnya umur dan dalam penelitian ini skin tag paling banyak didapatkan pada umur 50 tahun (Laksmi-Dewi dkk, 2010). Adanya iritasi kulit yang sering dan lama diduga merupakan faktor pencetus, terutama pada penderita obesitas (Fairfield, et al., 2002; Thappa, 2005; Bray, 2007). Ketidakseimbangan hormonal juga dapat memudahkan terjadinya skin tag, misalnya tingginya kadar estrogen dan progesteron pada saat hamil, atau terganggunya kadar growth hormone (GH) pada penderita akromegali (Kershaw, dan Flier, 2004). Faktor penyebab lain diantaranya seperti proses penuaan, obesitas, dislipidemia, diabetes mellitus (DM), kehamilan, hormon tiroid, dan faktor gesekan dikatakan berhubungan dengan terjadinya skin tag (Mthur dan Bhargava, 2007; Fairfield, et al., 2002; Safoury, et al., 2011a, 2011b). Penderita skin tag sering ditemukan pada individu dengan berat badan berlebih dan mengalami sindrom metabolik seperti dislipidemia, hiperurisemia dan keadaan hiperinsulinemia (Cusin, et al., 1995; Haslam, 2005). Hidalgo (2002) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa skin tag merupakan salah satu komplikasi dermatologi yang dijumpai pada penderita obesitas (Rippe dan McInnis, 2001;Sudy, et al., 2008). Sindrom Metabolik (SM) adalah sindrom yang terdiri dari berbagai faktor risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes. Faktor-faktor ini termasuk peningkatan tekanan darah, disglikemia, peningkatan trigliserida, peningkatan kadar kolesterol, kadar High Density Lipoprotein (HDL) yang rendah, dan obesitas. (Safoury, et al., 2011a, 2011b; Tosson, 2013; Shah, 2014).

3 Pada berbagai studi epidemiologi dari berbagai populasi mengindikasikan hiperleptinemia dan resistensi leptin berhubungan dengan Sindrom Metabolik. Penelitian oleh Safoury, et al (2011a, 2011b) menyatakan bahwa skin tag dan hiperleptinemia pada penderita skin tag berhubungan dengan tingginya kadar trigliserida dan rendahnya HDL, maka pada penderita skin tag disarankan untuk merubah gaya hidup menjadi lebih sehat yang bisa mempunyai manfaat yang menguntungkan bagi penderita. Lipid adalah setiap kelompok heterogen lemak dan substansi serupa lemak, termasuk asam lemak, lemak netral, lilin dan steroid yang bersifat larut dalam air dan larut dalam pelarut non polar. Lipid yang mudah disimpan dalam tubuh, berfungsi sebagai sumber bahan bakar yang merupakan bahan terpenting dalam struktur sel dan mempunyai fungsi biologik yang lain (Bray, 2007; Schaefer dan Santos, 2012). Lipid diangkut di dalam plasma darah sebagai lipoprotein. Hasil ekstraksi senyawa lipid plasma dengan pelarut lipid yang sesuai akan memperlihatkan empat kelompok utama lipid yang terdapat di dalam lipoprotein. Keempat senyawa itu yaitu triasilgliserol, fosfolipid, kolesterol, dan ester kolesteril. Terdapat pula fraksi asam lemak rantai panjang yang tidak teresterifikasi yang disebut asam lemak bebas (free fatty acid), lipid plasma ini secara metabolik yang paling aktif (Schaefer dan Santos, 2012). Di samping asam lemak bebas, ada empat kelompok utama lipoprotein yang telah diidentifikasi yang mempunyai makna penting secara fisiologis dan untuk diagnosis klinis. Keempat kelompok ini adalah (1) kilomikron; (2) VLDL

4 (very low density lipoprotein); (3) LDL (low density lipoprotein); (4) HDL (high density lipoprotein). Triasilgliserol merupakan unsur lipid yang dominan pada kilomikron dan VLDL, sedangkan kolesterol dan fosfolipid masing-masing dominan pada LDL dan HDL (Schaefer dan Santos, 2012). Perubahan patologis kadar keempat lipoprotein tersebut menyebabkan dislipidemia. Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total ( 240 mg/dl), kolesterol LDL ( 160 mg/dl), kenaikan kadar trigliserida ( 200 mg/dl) serta penurunan kadar HDL ( 40 mg/dl) (Rippe, 2001; Schaefer dan Santos, 2012). Kondisi abnormalitas profil lipid, hipertensi, hiperglikemik, hiperinsulinemia, hiperleptinemia diperkirakan berhubungan dengan terjadinya skin tag. Gangguan metabolik seperti hiperkolesterolemia dan resistensi insulin merupakan faktor risiko penyakit aterosklerosis dan penyakit jantung. Lesi skin tag juga dihubungkan dengan beberapa kelainan sistemik seperti akromegali, polip kolon sebagai penanda adanya penyakit tersebut (Gorpelioglu, et al., 2009; Sari, et al., 2010). Dari studi yang memperoleh hasil bahwa skin tag berhubungan dengan dislipidemia menunjukkan hubungan antara skin tag dengan peningkatan trigliserida dan penurunan kadar HDL. Tingginya kadar trigliserida dan rendahnya HDL merupakan faktor prediksi yang signifikan pada penderita skin tag. Dari studi yang dilakukan oleh Safoury (2011) didapatkan tingginya kadar trigliserida dan rendahnya kadar HDL berpengaruh secara signifikan dengan angka kejadian

5 skin tag (p < 0,005). Peningkatan kadar Trigliserida ditemukan bersamaan dengan meningkatnya jumlah lesi skin tag, sebaliknya penurunan kadar HDL membawa peningkatan jumlah lesi skin tag. Dapat disimpulkan bahwa kadar Trigliserida berkorelasi positif dengan peningkatan jumlah lesi skin tag, dan kadar HDL berkorelasi negatif dengan meningkatnya jumlah lesi skin tag. Skin tag merupakan temuan klinis yang dapat dihubungkan dengan risiko sindrom metabolik dan penyakit jantung, sehingga penderita skin tag harus dievaluasi secara seksama untuk penyakit jantung dan sindrom metabolik (Fain, et al., 2004; Safoury, et al., 2011a, 2011b; Shah, et al., 2014). Dari pemaparan diatas dapat dirumuskan bahwa skin tag biasanya terjadi pada orang obesitas dan terdapat gangguan metabolik. Peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar trigliserida dan kadar HDL antara penderita skin tag dan bukan skin tag di RSUP Sanglah Denpasar serta hubungan peningkatan kadar trigliserida dan penurunan kadar HDL dengan jumlah lesi skin tag, karena sejauh ini penelitian mengenai hal tersebut belum pernah dilakukan di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat perbedaan kadar trigliserida antara penderita skin tag dan bukan skin tag? 2. Apakah terdapat perbedaan kadar HDL antara penderita skin tag dan bukan skin tag? 3. Apakah terdapat korelasi positif antara kadar trigliserida dengan jumlah lesi skin tag pada penderita skin tag?

6 4. Apakah terdapat korelasi negatif antara kadar HDL dengan jumlah lesi skin tag pada penderita skin tag? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan antara kadar trigliserida dan HDL dengan jumlah lesi skin tag. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui perbedaan kadar trigliserida antara penderita skin tag dan bukan skin tag. 2. Mengetahui perbedaan kadar HDL antara penderita skin tag dan bukan skin tag 3. Mengetahui adanya korelasi positif antara kadar trigliserida dengan jumlah lesi skin tag pada penderita skin tag. 4. Mengetahui adanya korelasi negatif antara kadar HDL dengan jumlah lesi skin tag pada penderita skin tag. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis Menambah wawasan keilmuan dan pemahaman tentang hubungan kadar Trigliserida dan HDL dengan patogenesis skin tag.

7 1.4.2 Manfaat praktis Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa skin tag berhubungan dengan peningkatan kadar trigliserida dan penurunan kadar HDL sehingga kita dapat menyarankan penderita skin tag untuk mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan diet sehat untuk mendapatkan penurunan kadar trigliserida dan peningkatan kadar HDL.