BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Intelligent Quotient

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki pengertian yang sangat luas. Kecerdasan menurut para ahli adalah

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi, hal ini disebabakan karena banyaknya faktor-faktor diluar faktor

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

Diajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi seorang manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. maju, meningkatkan diri, punya motivasi, dan jiwa pencari pengetahuan

*( Abdul Ghofur Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diterapkan di. Indonesia pada tahun MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

Interpersonal Communication Skill

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K

ARIS RAHMAD F

(Survey di Perguruan Tinggi di Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang dibutuhkan mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan alam sekitar beserta permasalahan di dalamnya. Mempelajari IPA

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian adapun pembahasan secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai

EMOSI DAN SUASANA HATI

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

3/22/2012. Definisi Intelek : Kekuatan mental manusia dalam berpikir Kecakapan (terutama kecakapan berpikir) Pikiran dan intelegensi

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berkaitan dengan kecerdasan ganda (multipe intelligences). Gardner, menyatakan bahwa IQ tidak

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

Emotional Intelligence (EI) Compiled by : Idayustina

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Untuk membina

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah sebuah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk ilmu lain, utamanya sains

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada SDM yang dimilikinya. Oleh karena itu setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebanyakan perusahaan memanfaatkan orang-orang yang ber-

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENGARUH KEYAKINAN DIRI (SELF BELIEF) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA. Ika Gita Nurliana Putri; Rustono, WS.; Edi Hendri Mulyana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DIII KEBIDANAN TINGKAT I POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

PROFIL PERTANYAAN SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 6 TANJUNGPINANG PADA MATERI SISTEM PERTAHANAN TUBUH BERDASARKAN QUESTION CATEGORY SYSTEM FOR SCIENCE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya (IQ), namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

II. LANDASAN TEORI. Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, kreatif, inovatif, mandiri, dan bertanggung jawab, serta menjadi. Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-sekolah atau di lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Taksonomi Bloom Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran. Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom, hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors). Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di 6

7 bidangnya. Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Taksonomi Bloom mengalami dua kali perubahan perubahan yaitu Taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom sendiri dan Taksonomi yang telah direvisi oleh Andreson dan KartWohl. Untuk pembahasan masing-masing dijelaskan sebagai berikut, A. Ranah Kognitif Tujuan kognitif atau Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang tertinggi yang meliputi 6 tingkatan antara lain :

8 a) Pengetahuan (Knowledge) Pada level atau tingkatan terendah ini dimaksudkan sebagai kemampuan mengingat kembali materi yang telah dipelajari, misalnya: (a) pengetahuan tentang istilah; (b) pengetahuan tentang fakta khusus; (c) pengetahuan tentang konvensi; (d) pengetahuan tentang kecendrungan dan urutan; (e) pengetahuan tentangklasifikasi dan kategori; (f) pengetahuan tentang kriteria; dan (g) pengetahuan tentang metodologi. Contoh: menyatakan kebijakan. b) Pemahaman (Comprehension) Pada level atau tingkatan kedua ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan memahami materi tertentu, dapat dalam bentuk: (a) translasi (mengubah dari satu bentuk ke bentuk lain); (b) interpretasi (menjelaskan atau merangkum materi);(c) ekstrapolasi (memperpanjang/memperluas arti/memaknai data). Contoh : Menuliskan kembali atau merangkum materi pelajaran c) Penerapan (Application) Pada level atau tingkatan ketiga ini, aplikasi dimaksudkan sebagai kemampuan untuk menerapkan informasi dalam situasi nyata atau kemampuan menggunakan konsep dalam praktek atau situasi yang baru. Contoh: Menggunakan pedoman/ aturan dalam menghitung gaji pegawai.

9 d) Analisa (Analysis) Analisis adalah kategori atau tingkatan ke-4 dalam taksonomi Bloom tentang ranah (domain) kognitif. Analisis merupakan kemampuan menguraikan suatu materi menjadi bagian-bagiannya. Kemampuan menganalisis dapat berupa: (a) analisis elemen (mengidentifikasi bagian-bagian materi); (b) analisis hubungan (mengidentifikasi hubungan); (c) analisis pengorganisasian prinsip (mengidentifikasi pengorganisasian/organisasi). Contoh: Menganalisa penyebab meningkatnya Harga pokok penjualan dalam laporan keuangan dengan memisahkan komponen- komponennya. e) Sintesis (Synthesis) Level kelima adalah sintesis yang dimaknai sebagai kemampuan untuk memproduksi. Tingkatan kognitif kelima ini dapat berupa: (a) memproduksi komunikasi yang unik; (b) memproduksi rencana atau kegiatan yang utuh; dan (c) menghasilkan/memproduksi seperangkat hubungan abstrak. Contoh: Menyusun kurikulum dengan mengintegrasikan pendapat dan materi dari beberapa sumber.

10 f) Evaluasi (Evaluation) Level ke-6 dari taksonomi Bloom pada ranah kognitif adalah evaluasi. Kemampuan melakukan evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat suatu benda/hal untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Paling tidak ada dua bentuk tingkat (level) evaluasi menurut Bloom, yaitu: (a) penilaian atau evaluasi berdasarkan bukti internal; dan (2) evaluasi berdasarkan bukti eksternal. Contoh: Membandingkan hasil ujian siswa dengan kunci jawaban. 2. Teori kognitif a) Pengertian Teori Belajar Kognitif Salah satu teori belajar yang dikembangkan selama abad ke-20 adalah teori belajar kognitif, yaitu teori belajar yang melibatkan proses berfikir secara komplek dan mementingkan proses belajar. Menurut Baharuddin dan Esa (2007: 89) yang menyatakan aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukan sekedar stimulus dan respons yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam individu yang sedang belajar. Berarti bahwa belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan perilaku, sehingga perilaku

11 yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lain sebagainya. Teori belajar kognitif menurut Bambang (2008) yang beranggapan bahwa Belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Maksudnya bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku. Dimana teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam kontek situasi secara keseluruhan. Seperti juga di ungkapkan oleh Winkel (1996:53) bahwa Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas. Hal ini berarti bahwa perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang dialami oleh manusia, dimana pengalaman tersebut bersifat relatif menjadi proses belajar yang membekas dalam fikiran manusia. Selain itu teori belajar kognitif memandang Belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi.

12 Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas. b) Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif Berdasarkan pendapat dari Bambang (2008:89) yang menyatakan tentang prinsip-prinsip dasar teori kognitivisme, antara lain: Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan, peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran menekankan pada pola pikir peserta didik. Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya. Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif di dalam diri peserta didik. Menerapkan reward and punishment. Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang disampaikan pengajar, tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.

13 c) Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan teori belajar kognitif. Di samping memiliki kelebihan kelebihannya ada pula kelemahan kelemahannya. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kelemahan teori kognitif, antara lain: 1. Kelebihan Teori Belajar Kognitif a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri. Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain. b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif didalam

14 proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya. Serta menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami. 2. Kelemahan Teori Belajar kognitif a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan. b. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut. c. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas. 3. Kecerdasan Emosional a. Pengertian Kecerdasan Emosional Goleman (2005 : 512) Kecerdasan Emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

15 Kemampuan untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa pada masa sekarang ini lebih dikenal dengan istilah Emotional Qoutient (EQ) atau Kecerdasan Emosional. Kecerdasan Emosional (Goleman: 2005) menyatakan bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai rapor, dan prediksi kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sudah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup. Lebih lanjut Goleman menyatakan bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu membedakan orang sukses dari mereka yang berprestasi biasa-biasa saja, selain kecerdasan akal yang mempengaruhi keberhasilan orang dalam bekerja. Menurut Robbins & Judge (2008 : 335) mengatakan bahwa, kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta mengelola petunjuk-petunjuk dan informasi emosional. Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan dalam memahami diri sendiri dan pikiran orang lain dalam mengelola emosi yang baik. b. Dimensi dan Indikator Kecerdasan Emosional Komponen kecerdasan emosional atau kerangka kerja kecakapan emosi menurut Goleman (2005) terdapat lima dimensi, yaitu:

16 a) Kesadaran diri atau pengenalan diri pada dasarnya dimensi ini untuk mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan, sumber daya, dan institusi, seperti: kesadaran emosi, penilaian diri secara teliti dan percaya diri. b) Pengaturan diri atau pengendalian diri memberi tekanan pada mengelola kondisi, impuls, dan sumber daya diri sendiri, seperti: kendali diri, sifat dapat dipercaya, kewaspadaan, adaptibilitas dan inovasi. c) Keterampilan sosial, yaitu kepintaran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain, seperti: pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan kooperasi serta kemampuan tim. d) Motivasi, yaitu kecendrungan emosi yang mengantar atau memudahkan peralihan sasaran, seperti: dorongan prestasi, komitmen, inisiatif dan optimisme. e) Empati, merupakan kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain, seperti: memahami orang lain, orientasi pelayanan, mengembangkan orang lain, mengatasi keragaman dan kesadaran politis.

17 Tabel 2.1 Dimensi dan Indikator Kecerdasan Emosional Dimensi Indikator Pengenalan diri 1. Kesadaran emosi 2. Penilaian diri secara teliti 3. Percaya diri Pengendalian diri 1. Kendali diri 2. Sifat dapat dipercaya 3. Kewaspadaan 4. Adaptibilitas 5. Inovasi Motivasi 1. Dorongan prestasi 2. Komitmen 3. Inisiatif 4. Optimisme Empati 1. Memahami orang lain 2. Orientasi pelayanan 3. Mengembangkan orang lain 4. Mengatasi keragaman Keterampilan Sosial 1. Pengaruh 2. Komunikasi

18 3. Kepemimpinan 4. Manajemen Konflik 5. Pengikat jaringan 6. Kolaborasi dan kooperasi 7. Kemampuan tim 4. Kecerdasan Intelektual (IQ) a. Pengertian Kecerdasan Intelektual Menurut Binet & Simon dalam Azwar (2004 : 5) Intelligensi sebagai suatu kemampuan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu: kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilakukan. Kemampuan untuk mengeritik diri sendiri. Dalam memahami akuntansi adanya kecerdasan intelektual merupakan hal yang penting juga untuk dipertimbangkan. Kecerdasan Intelektual (IQ) merupakan pengkualifikasian kecerdasan manusia yang didominasi oleh kemampuan daya pikir rasional dan logika. Lebih kurang 80%, IQ diturunkan dari orangtua, sedangkan selebihnya dibangun pada usia sangat dini 0-2 tahun kehidupan manusia yang pertama. Sifatnya relative digunakan sebagai predictor keberhasilan individu dimasa depan. Implikasinya, sejumlah riset

19 untuk menemukan alat (tes IQ) dirancang sebagai tiket untuk memasuki dunia pendidikan sekaligus dunia kerja. Menurut Robins & Judge (2008 : 57) berpendapat bahwa kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental berpikir, menalar dan memecahkan masalah. Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan intelektual adalah kemampuan seseorang untuk memperoleh pengetahuan, menguasai dan menerapkannya dalam menghadapi masalah. b. Dimensi dan Indikator Kecerdasan Intelektual Dari penelitian ini kecerdasan intelektual mahasiswa diukur dengan dimensi dan indikator sebagai berikut (Stenberg, 1981 dalam azwar, 2008 : 8): a) Kemampuan memecahkan masalah, yaitu mampu menunjukan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi, mengambil keputusan tepat, menyelesaikan masalah secara optimal, menunjukan fikiran jernih. b) Intelegensi verbal, yaitu kosa kata baik, membaca dengan penuh pemahaman, ingin tahu secara intelektual, menunjukan keingintahuan. c) Intelegensi praktis, yaitu tahu situasi, tahu cara mencapai tujuan, sadar terhadap dunia sekeliling, menunjukan minat terhadap dunia luar.

20 Tabel 2.2 Dimensi dan Indikator Kecerdasan Intelektual Dimensi Indikator Kemampuan masalah memecahkan 1. Mampu menunjukan pengetahuan mengenai masalah yang dihadapi. 2. Mengambil keputusan tepat. 3. Menyelesaikan masalah secara optimal. Intelegensi Verbal 1. Kosakata baik. 2. Membaca dengan penuh pemahaman. 3. Ingin tahu secara intelektual. 4. Menunjukan keingintahuan. Intelegensi Praktis 1. Tahu situasi. 2. Tahu cara mencapai tujuan. 3. Sadar terhadap dunia sekeliling. 4. Menunjukan minat terhadap dunia luar. 5. Kecerdasan Sosial a. Pengertian Kecerdasan Sosial Menurut Goleman (2007 : 113) Kecerdasan Sosial adalah kemampuan manusia untuk menjalin hubungan dengan orang lain, dengan mengabaikan apa yang sedang berlangsung ketika berinteraksi.

21 Dari tahun-tahun belakangan ini, kecerdasan sosial telah merupakan bidang yang terisolasi, umumnya diabaikan oleh para psikolog sosial juga oleh para peneliti kecerdasan. Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, dan kemampuan ini merupakan sesuatu yang amat sangat penting dimiliki supaya nyaman menjalani hidup dan bisa menikmati keberadaan diri sendiri. Menurut Buzan (2004 : 2) Kecerdasan Sosial adalah ukuran kemampuan diri dalam pergaulan di masyarakat, dan kemampuan berinteraksi sosial dengan orang sekitarnya. Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan sosial yaitu kemampuan manusia untuk menjalin hubungan dan berinteraksi sosial dengan orang lain. b. Dimensi dan Indikator Kecerdasan Sosial Komponen kecerdasan sosial atau unsur-unsur kecerdasan sosial menurut Goleman (2007) terdapat dua dimensi, yaitu: a) Kesadaran Sosial pada dasarnya untuk mengetahui perasaan diri sendiri tentang orang lain, seperti empati dasar, penyelarasan, ketepatan empatik, dan pengertian sosial. b) Fasilitas sosial mengetahui apa yang mereka pikirkan atau niati, tidak menjamin interaksi yang kaya, seperti sinkronisasi, presentasi diri, pengaruh, dan kepedulian.

22 Tabel 2.3 Dimensi dan Indikator Kecerdasan Sosial Kesadaran Sosial Dimensi Indikator 1. Empati Dasar 2. Ketepatan Empatik 3. Pengertian Sosial 4. Penyelarasan Fasilitas Sosial 1. Sinkronisasi 2. Presentasi diri 3. Pengaruh 4. Kepedulian 6. Pemahaman Akuntansi a. Pengertian Pemahaman Akuntansi Menurut Mardahlena (2007 : 25) tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa dinyatakan dengan seberapa mengerti seseorang mahasiswa terhadap apa yang sudah dipelajari yang dalam konteks ini mengacu pada matakuliah akuntansi. Paham dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti pandai atau mengerti benar sedangkan pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan.

23 Menurut Melandy dan Aziza (2006 : 9) Seseorang yang memiliki pemahaman akuntansi adalah seseorang yang pandai dan mengerti benar akuntansi. Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan pemahaman akuntansi adalah proses atau cara mahasiswa jurusan akuntansi dalam memahami matakuliah akuntansi. b. Dimensi dan Indikator Pemahaman Akuntansi Dalam pemahaman ini, pemahaman akuntansi diukur dengan menggunakan matakuliah akuntansi, yaitu: a) Akuntansi Keuangan Dasar b) Sistem Informasi Akuntansi c) Auditing

24 Tabel 2.4 Dimensi dan Indikator Pemahaman Akuntansi Dimensi Akuntansi Keuangan Dasar Indikator 1. Mampu mengerjakan siklus akuntansi 2. Penyajian laporan keuangan akuntansi perusahaan jasa 3. Penyajian laporan keuangan akuntansi perusahaan dagang Sistem Informasi Akuntansi 1. Siklus pendapatan dan penjualan 2. Siklus pembelian dan pengeluaran kas 3. Siklus penggajian dan aktiva tetap Auditing 1. Laporan audit 2. Perencanaan audit 3. Pemeriksaan audit 4. Fraud (Kecurangan)

25 B. Hubungan Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi 1. Hubungan Kecerdasan Emosional Terhadap Pemahaman Akuntansi Kecerdasan Emosional memungkinkan seseorang untuk memutuskan dalam situasi apa dirinya berada lalu bersikap secara tepat didalamnya. EQ memberikan kesadaran mengenai perasaan milik diri sendiri dan juga perasaan milik orang lain. EQ memberikan rasa empati, cinta, motivasi, dan kemampuan untuk menaggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat. (Goleman dalam Zohar & Marshall, 2007 : 3). Dengan kecerdasan emosional, seseorang mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaan-perasaan orang lain dengan efektif. Seseorang dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk berprestasi. Sedangkan seseorang yang tidak dapat menahan kendali atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak kemampuannya untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugasnya dan memiliki pikiran yang jernih. Kecerdasan emosional yang ditandai oleh kemampuan pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan kemampuan sosial akan mempengaruhi perilaku belajar mahasiswanya yang nantinya juga mempengaruhi seberapa besar mahasiswa dalam memahami akuntansi.

26 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional memiliki hubungan dengan pemahaman akuntansi. 2. Hubungan Kecerdasan Intelektual Terhadap Pemahaman Akuntansi Selama ini banyak orang menanggap bahwa jika seseorang memiliki tingkat kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi, maka orang tersebut memiliki peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar di banding orang lain. Pada kenyataannya, ada banyak kasus dimana seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi tersisih dari orang lain yang kecerdasan intelektualnya lebih rendah. Ternyata IQ (Intelligence Quotient) yang tinggi tidak menjamin seseorang akan meraih kesuksesan. Para psikolog menyusun berbagai tes untuk mengukur kecerdasan intelektual, dan tes-tes ini menjadi alat memilah manusia ke dalam berbagai tingkatan kecerdasan, yang kemudian lebih dikenal dengan istilah IQ (Intelligence Quotient), yang katanya dapat menunjukan kemampuan mereka. Menurut teori ini, semakin tinggi IQ seseorang, semakin tinggi pula kecerdasannya (Zohar & Marshall, 2007 : 3). Kecerdasan intelektual memiliki dimensi yaitu kemampuan memecahkan masalah, intelegensi verbal, dan intelegensi praktis (Stenberg, 1981 dalam Azwar, 2008 : 8). Seorang mahasiswa akuntansi yang memiliki kecerdasan intelektual yang baik maka mampu memahami akuntansi dan dapat membaca dengan penuh pemahaman serta menunjukan keingintahuan terhadap akuntansi.

27 3. Hubungan Kecerdasan Sosial Terhadap Pemahaman Akuntansi Dalam kecerdasan sosial terdapat serangkaian keterampilan yang semuanya merupakan komponen-komponen pembentuk kecerdasan. Orangorang yang kecerdasan sosialnya tinggi dapat memanfaatkan dan menggunakan segala kemampuan otak dan bahasa tubuhnya untuk berkomunikasi dengan orang lain dan untuk memahami teman bicaranya. Seseorang harus memiliki sikap yang mampu member stimulasi kepada orang lain agar bertumbuh, kreatif, ramah, dan bersikap bersahabat, dan harus tahu bagaimana membangun persahabatan dan mempertahankannya. Buzan (2004 : 4) Seseorang yang kecerdasan sosialnya tinggi merasa nyaman walaupun berada di antara orang-orang yang memiliki latar belakang yang berlainan, baik berada dalam usia, kebudayaan ataupun tingkat sosial. Yang terpenting, seseorang mampu membuat orang-orang yang berada disekitarnya merasa nyaman dan santai dengan keberadaan dirinya. Kecerdasan sosial merupakan bagaimana seorang mahasiswa berada di lingkungan sekitar dan apabila seorang mahasiswa berada di lingkungan orang-orang yg pandai, maka mahasiswa tersebut memiliki motivasi dari diri sendiri dan lingkungannya untuk memahami akuntansi. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan sosial memiliki hubungan dengan pemahaman akuntansi.

28 C. Kerangka Pemikiran Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulkan adanya pengaruh Kecerdasan Emosional (X 1 ), Kecerdasan Intelektual (X 2 ), dan Kecerdasan Sosial (X 3 ) terhadap Pemahaman Akuntansi (Y). Maka penulis membuat kerangka konseptual atas penelitian ini sebagai berikut: Kecerdasan Emosional ( X 1 ) Pemahaman Akuntansi ( Y ) Kecerdasan Intelektual ( X 2 ) Kecerdasan Sosial ( X 3 ) D. Penelitian Terdahulu Peran penelitian sebelumnya sangat berguna bagi penulis untuk melakukan penelitian ini lebih lanjut. Penelitian ini dibuat dengan mengacu beberapa penelitian terdahulu. Hasil-hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini masih menghasilkan penemuan yang berbeda-beda. Hal inilah yang menjadi salah satu sebab permasalahan ini menarik untuk diteliti kembali.

29 1. Penelitian Mardahlena (2007) Penelitan Mardahlena (2007) Penelitian ini dilakukan dikalangan mahasiswa akuntansi pada empat perguruan tinggi swasta di Jakarta. Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif-analitis, data diperoleh melalui penelitian survei dan grounded research, populasi penelitiannya adalah mahasiswa fakultas ekonomi jurusan akuntansi angkatan 2003 untuk semester gasal yang aktif, pengembalian sampel dilakukan dengan probability sampling berupa disproportionate startified random sampling. Dalam penelitiannya Mardahlena menyimpulkan kecerdasan emosional (pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial) berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman matakuliah akuntansi. 2. Penelitian Wirumananggay (2008) Penelitian Wirumananggay (2008) Analisis penelitian ini berdasarkan pendapat para mahasiswa dari 120 responden yang pengumpulan datanya dapat melalui penyebaran kuesioner. Alat uji analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukan pengaruh kecerdasan emosional yang terdiri dari pengendalian diri, pengenalan diri, motivasi, empati dan

30 keterampilan sosial terhadap tingkat pemahaman matakuliah akuntansi secara berurutan yang mempunyai pengaruh positif adalah pengendalian diri, motivasi, keterampilan sosial sedangkan yang mempunyai pengaruh negative adalah pengendalian diri dan empati. 3. Penelitian Aria Nurliniarina (2009) Penelitian Aria Nurliniarina metodologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif, karena dalam penelitian ini peneliti untuk mendeskripsikan pengaruh Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terhadap kemampuan anak dalam bersosialisasi, dengan subjek penelitian siswa kelas I SD Negeri 5 Sukajawa Bandar Lampung tahun 2008/2009. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 37 orang, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi, karena semua responden dalam penelitian ini juga dijadikan sample. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumbernya. Teknik pokok dalam pengumpulan data menggunakan teknik angket sosiometri, dan teknik penunjang dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil Penelitian yang telah dilakukan menunjukan adanya pengaruh pendidikan anak usia dini terhadap kemampuan anak dalam bersosialisasi di SDN 5 Sukajawa Bandar Lampung tahun 2008/2009.

31 Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu No. Nama dan Tahun Variabel Penelitian Hasil Penelitian Penelitian 1. Mardahlena (2007) -Kecerdasan Emosional -Kecerdasan Emosional (pengenalan diri, berpengaruh positif dan pengendalian diri, signifikan terhadap motivasi, empati, dan keterampilan sosial). tingkat akuntansi. pemahaman -Tingkat Pemahaman Matakuliah Akuntansi 2. Aria Nurliniarina -Pendidikan anak usia dini -Pendidikan dini anak usia berpengaruh -Kemampuan anak terhadap kemampuan dalam bersosialisasi anak dalam bersosialisasi di SDN 5 Sukajawa Bandar Lampung Tahun 2008/2009. 3. Wirumananggay -Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional (2008) -Tingkat Pemahaman yang mempunyai Matakuliah Akuntansi pengaruh positif adalah

32 pengendalian diri,motivasi,keterampila n sosial sedangkan yang mempunyai negative pengaruh adalah pengendalian diri dan empati.