METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

Gambar 2. Lokasi Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Gambar 1 Lokasi penelitian.

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

Gambar 12. Lokasi Penelitian

Gambar 2 Peta lokasi studi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

BAB III BAHAN DAN METODE

Kecamatan Beji. PDF created with pdffactory Pro trial version METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI. Jawa Barat Kab. Kuningan Desa Ancaran. Gambar 2. Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

III. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI. Gambar 14. Peta Orientasi Lokasi Penelitian.

BAB III BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA Lahan Gambut sebagai Lahan Basah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

III. METODOLOGI LAUT JAWA KEC.CILAMAYA KULON KAB.SUBANG TANPA SKALA TANPA SKALA DESA PASIRJAYA PETA JAWA BARAT LOKASI STUDI

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Batasan Penelitian...

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP :

3. METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta administrasi Kota Sintang

METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Kebun Raya Cibodas

Gambar 11 Lokasi Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

PEMODELAN DECISION SUPPORT SYSTEM MANAJEMEN ASET IRIGASI BERBASIS SIG

Gambar 1. Lokasi Penelitian

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

Gambar 4. Lokasi Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu 3.2. Metode Studi Inventarisasi

METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

BAB III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE KAJIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

2. Dinamika ekosistem kawasan terus berubah (cenderung semakin terdegradasi),

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. tahun, sebagian besar akibat kegiatan perambahan ilegal, sisanya karena

Transkripsi:

METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada gambut yang berada di tengah Kota Sintang dengan luas areal sebesar hektar. Kawasan ini terletak di Desa Baning, Kota Sintang, Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis ini terletak di antara 0 7 sampai 7 Bujur Timur dan sampai 6 Lintang Selatan. Kawasan sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Puri, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Ladang, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Baning. Orientasi lokasi penelitian serta kondisi gambut Baning ditampilkan pada Gambar 6 dan Gambar 7. Waktu penelitian dilaksanakan selama (dua belas) bulan. Kegiatan penelitian meliputi studi pustaka, pengamatan lapangan, pengolahan data, dan penyusunan laporan. Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian berupa perangkat keras dan perangkat lunak komputer, serta alat untuk survei lapangan dan petapeta (Tabel ). Tabel Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ) Komputer ) GPS Alat dan Bahan ) Kamera digital ) ArcView. 5) Expert Choice 6) Peta digital administrasi Kota Sintang dan peta dasar lain 7) AutoCAD 00 8) Photoshop Kegunaan Pengolahan data, pelaporan Survei lapang untuk pengambilan titik koordinat Dokumentasi objek dan Analisis spasial Analytical Hierarchy Process (AHP) Sumber untuk membuat peta tematik Perencanaan Perencanaan

Lokasi penelitian: Kawasan gambut Baning Sumber: RDTRK Sintang 007 Gambar 6 Orientasi Kota Sintang dan lokasi penelitian. Sumber: BKSDA KalBar 00, dokumentasi 0 Gambar 7 Lokasi penelitian dan kondisi eksisting gambut Baning

Tahapan Penelitian Penelitian ini secara umum dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu pengumpulan dan pengklasifikasian data, riset, dan perencanaan. Tahapan penelitian disajikan pada Gambar 8. Tahap I: Pengumpulan dan pengklasifikasian data Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan data penelitian, baik data primer maupun data sekunder. Data primer adalah data hasil pengamatan di lokasi penelitian dan hasil penilaian responden. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka serta data lainnya yang mendukung. Jenis, kegunaan dan sumber data penelitian ditampilkan pada Tabel. Tabel Jenis/informasi, kegunaan dan sumber data penelitian Jenis data/informasi Unit Kegunaan Sumber data Keluaran Data umum ) Citra Ikonos ) Peta administrasi /RDTRK Analisis perencanaan Bappeda Peta batas administrasi Karakter ekologis ) Hidrologi dan tata air ) Ketebalan gambut ) Kualitas air m Deskripsi dan analisis karakter ekologis BKSDA, Bappeda, BMG dan survei Peta tingkat kealamian ekologis Objek dan daya tarik ekowisata ) Sebaran jenis flora ) Sebaran jenis fauna ) Ekosistem/habitat ) View (kualitas visual) Analisis objek dan daya tarik ekowisata BKSDA, Bappeda dan survei Peta potensi objek dan daya tarik ekowisata Aturan ) RTRW ) RDTRK Analisis aturan (dukungan kebijakan) Bappeda Peta tata guna lahan yang mendukung perencanaan Dukungan masyarakat ) Masyarakat kota Analisis dukungan masyarakat Wawancara & kuisioner Keinginan masyarakat dalam mendukung perencanaan

Kawasan Gambut Baning Kota Sintang Tahap I Pengumpulan dan klasifikasi data Peta Survei lapangan Studi pustaka Klasifikasi data Tahap II Riset Kondisi ekologis gambut Potensi objek dan daya tarik ekowisata gambut Potensi visual Analisis karakter ekologis gambut Analisis potensi objek dan daya tarik ekowisata gambut Analisis visual Metode peringkat (Skoring) Metode peringkat (Skoring) Scenic Beauty Estimation (SBE) Peta potensi objek dan daya tarik ekowisata Peta kualitas visual Peta tingkat kealamian ekologis gambut Peta zona ekowisata potensial gambut Peta komposit (Peta zonasi ekowisata ) Dukungan masyarakat kota Analisis hierarki Deskriptif Kebijakan penataan ruang (RTRW) kota untuk penyesuaian perencanaan Sintesis (Zonasi pengembangan ekowisata gambut) Tahap III Perencanaan lanskap/ Konsep pengembangan ekowisata (Lanskap, aktivitas, fasilitas) Rencana Lanskap Kawasan Ekowisata Gambut Baning di Kota Sintang Gambar 8 Alur tahapan penelitian

5 Tahap II: Riset Pada tahapan ini dilakukan analisis data yang telah ditetapkan. ) Deskripsi dan analisis karakter ekologis gambut Analisis dilakukan untuk mengetahui karakter ekologis sehingga diketahui faktorfaktor ekologis yang dapat membatasi kegiatan perencanaan ekowisata di gambut. Data yang diperlukan berupa data karakter ekologis yang terdiri dari ketebalan lapisan gambut, tinggi muka air tanah, sumber air, drainase/pengaliran air, kualitas air, serta kualitas penutupan vegetasi. Kajian terhadap karakter ekologis meliputi kajian terhadap seluruh seluas ha. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan perbedaan jenis penutupan lahan dalam. Matriks penilaian karakter ekologis gambut ditunjukkan pada Tabel. Nilai skor ditentukan dengan nilai sampai. Dengan kriteria untuk karakter ekologis buruk, untuk sedang, untuk baik dan untuk sangat baik. Penghitungan penilaian karakter ekologis selanjutnya digunakan untuk menentukan tingkat kealamian ekologis gambut. Tingkat kealamian ekologis terdiri dari tiga kelas kategori, yaitu tingkat kealamian tinggi, alami, dan rendah. Penentuan kelas kategori dengan menggunakan teknik skoring (Slamet 99): Interval kelas kategori (IK) = Keterangan: SMa = Skor maksimal SMi = Skor minimal Dengan kategori: Tinggi = SMi +.IK + sampai SMa Alami = SMi + IK + sampai (SMi +.IK) Rendah = SMi sampai SMi + IK

6 Tabel Penilaian karakter ekologis gambut Karakter ekologis Kategori Skor Kriteria Ketebalan gambut ) Ketebalan gambut 0,5 m ) Ketebalan gambut m ) Ketebalan gambut m ) Ketebalan gambut > m Tinggi muka air tanah ) Tinggi muka air tanah <0 cm di musim kemarau ) Tinggi muka air tanah 060 cm di musim kemarau ) Tinggi muka air tanah 6080 cm di musim kemarau atau melewati permukaan tanah ) Tinggi muka air tanah >80 cm di musim kemarau atau melewati permukaan tanah Kualitas air ) Penurunan kualitas air tampak sangat nyata, sumber limbah terletak <0,5 km ) Penurunan kualitas air tampak nyata, sumber limbah terletak 0,5,5 km ) Terdapat sedikit penurunan kualitas air, sumber limbah terletak,5 km ) Tidak terdapat penurunan kualitas air, sumber limbah terletak > km Sumber air ) Sumber air tidak ada, dan tidak lagi menunjang pertumbuhan vegetasi ) Sumber air terutama adalah aliran dari pemukiman, irigasi dan sistem hidrologi buatan lainnya ) Sumber air sebagian besar alami, tapi juga mendapat sejumlah kecil aliran dari sumber antropogenik ) Sumber air alami dari hujan, air tanah atau aliran dari tubuh air yang berdekatan Kualitas penutupan vegetasi ) Penutupan vegetasi spesies tumbuhan alami <9% ) Penutupan vegetasi spesies tumbuhan alami 50 69% ) Penutupan vegetasi spesies tumbuhan alami 70 89% ) Penutupan vegetasi spesies tumbuhan alami <90% Drainase (tingkat pengaliran air) ) Sangat cepat ) Cepat ) Agak cepat ) sedang Sumber: EPA Nature Serve Report (008), Ramsar Handbook (006), hasil olahan (0) ) Analisis potensi objek dan daya tarik ekowisata Analisis potensi objek dan daya tarik ekowisata dilakukan berdasarkan nilai keunikan (uniqueness), kelangkaan (scarcity), kealamian dan keutuhan ekosistem (naturalness), dan keanekaragaman (diversity). Objek dan daya tarik

7 ekowisata yang dinilai adalah flora, fauna, dan habitat. Data yang diperlukan berupa jenis flora dan fauna yang ada dalam serta sebarannya. Kriteria penilaian potensi objek dan daya tarik ekowisata gambut disajikan pada Tabel 5. Nilai skor ditentukan dengan nilai sampai. Dengan kriteria untuk kurang, untuk sedang, untuk baik, dan untuk kriteria sangat baik. Penghitungan penilaian selanjutnya dimasukkan ke dalam kriteria potensi, yakni potensi tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kelas potensi dengan menggunakan teknik skoring (Slamet 99): Interval kelas kategori (IK) = Dengan kategori: Tinggi = SMi +.IK + sampai SMa = SMi + IK + sampai (SMi +.IK) Rendah = SMi sampai SMi + IK ) Analisis kualitas visual objek dan atraksi wisata Analisis kualitas visual (view) dilakukan dengan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE). Pengambilan data visual untuk keperluan penilaian berupa slide dari hasil pemotretan di pada survei lapangan. Slide hasil pemotretan selanjutnya dipresentasikan kepada responden untuk memperoleh nilai kualitas pemandangan gambut. Penilaian menggunakan metode SBE dengan responden sebanyak 0 orang diambil secara acak dari mahasiswa Kehutanan yang memiliki latar belakang pengetahuan tentang ekosistem hutan gambut. Slide foto lanskap hasil pemotretan disajikan satu persatu kepada responden dengan durasi 78 detik. Untuk mendapatkan nilai Scenic Beauty Estimation (SBE), data untuk setiap lanskap dikelompokkan berdasarkan peringkat atau skala penilaian dari sampai 0 dan untuk setiap rangking dihitung jumlah frekuensi, frekuensi kumulatif, peluang kumulatif, dan nilai z. Dari keseluruhan nilai z ratarata untuk tiap titik ditentukan satu nilai z dari titik tertentu sebagai standar untuk perhitungan (Daniel dan Boster 976).

8 Tabel 5 Kriteria penilaian potensi objek dan daya tarik ekowisata gambut Objek dan daya tarik ekowisata Potensi dan bobot Keunikan (uniqueness) Kelangkaan (scarcity) Kealamian (naturalness) Keragaman (diversity) Skor Kriteria Flora ) Tidak terdapat spesies endemik ) Spesies endemik < jenis ) Spesies endemik 5 jenis ) Terdapat spesies endemik >5 jenis ) Tidak terdapat spesies langka ) Spesies langka < jenis ) Spesies langka 5 jenis ) Terdapat spesies langka >5 jenis ) Tidak alami, >50% spesies eksotik ) Cukup alami, 550% spesies eksotik ) Alami, <5% spesies eksotik ) Tinggi, tidak ada spesies eksotik ) Spesies tidak ) Spesies cukup ) Spesies ) Spesies sangat Kurang Sangat baik Fauna ) Tidak terdapat spesies endemik ) Spesies endemik < jenis ) Spesies endemik 5 jenis ) Terdapat spesies endemik >5 jenis ) Tidak terdapat spesies langka ) Spesies langka < jenis ) Spesies langka 5 jenis ) Terdapat spesies langka >5 jenis ) Tidak alami, >50% spesies eksotik ) Cukup alami, 550% spesies eksotik ) Alami, <5% spesies eksotik ) Tinggi, tidak ada spesies eksotik ) Spesies tidak ) Spesies cukup ) Spesies ) Spesies sangat Kurang Sangat baik Habitat ) Bukan merupakan habitat untuk spesies endemik ) Habitat untuk < spesies endemik ) Habitat untuk 5 spesies endemik ) Habitat untuk >5 spesies endemik ) Bukan merupakan habitat untuk spesies langka ) Habitat untuk < spesies langka ) Habitat untuk 5 spesies langka ) Habitat untuk >5 spesies langka ) Tidak alami, >50% modifikasi ) Cukup alami, 550% modifikasi ) Alami, <5% modifikasi ) Habitat tinggi, tidak ada modifikasi ) Habitat tidak ) Habitat cukup ) Habitat ) Habitat sangat Kurang Sangat baik Sumber: Font and Tribe (000), MacKinnon (986), hasil olahan (0) 8

9 Formulasi SBE yang digunakan dalam perhitungan adalah SBE = ( Z LX Z LS ) x 00 Dengan SBE = Nilai SBE titik kex Z LX Z LS = Nilai ratarata z titik kex = Nilai ratarata z yang digunakan sebagai standar Dengan menggunakan rumus tersebut, didapat nilai SBE untuk setiap lanskap. Pola keindahan visual lanskap dapat dikelompokkan menurut pola tinggi, sedang, dan rendah. 5) Komposit Hasil Analisis Komposit merupakan overlay hasil analisis karakter ekologis, objek dan daya tarik ekowisata, dan kualitas visual. Proses overlay peta dilakukan dengan metode GIS (ArcView.) sehingga diperoleh peta integrasi atau peta komposit yang merupakan zonasi ekowisata gambut Baning Kota Sintang. Zonasi ekowisata gambut Baning Kota Sintang yang diperoleh merupakan zonasi ekowisata potensial yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi ekowisata. 6) Dukungan masyarakat kota terhadap perencanaan Analisis ini dilakukan untuk mengetahui dukungan masyarakat kota terhadap pengembangan gambut. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuisioner. Responden yang dipilih adalah para pakar dengan jumlah responden 0 orang, berasal dari kalangan akademisi, LSM konservasi, dan tokoh masyarakat. Penentuan pakar sebagai responden dilakukan berdasarkan kriteria berikut a) memiliki keahlian atau menguasai secara akademik bidang yang diteliti; b) memiliki reputasi kedudukan atau jabatan dan sebagai ahli dalam bidang yang diteliti; c) memiliki pengalaman dalam bidang kajian yang diteliti. Struktur hierarki rencana pengembangan ekowisata gambut kota Sintang dapat dilihat pada Gambar 9.

50 Level : Tujuan Pengembangan ekowisata gambut kota Sintang Level : Kriteria Menjaga ekosistem Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Meningkatkan kesadaran masyarakat Memperbaiki lingkungan perkotaan Memperbaiki fasilitas kota Level : Alternatif Ekowisata berbasis ekologi Ekowisata berbasis keseimbangan ekologimasyarakat Ekowisata berbasis masyarakat Gambar 9 Struktur hierarki hubungan perbandingan berpasangan perencanaan pengembangan ekowisata gambut Baning. Data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan AHP dengan perangkat lunak Expert Choice. Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi bagianbagiannya, serta menatanya dalam suatu hierarki. Tahapan dalam analisis data adalah sebagai berikut (Saaty 99): ) Identifikasi sistem Mengidentifikasi permasalahan dan menentukan solusi yang diinginkan, dilakukan dengan cara mempelajari referensi dan berdiskusi dengan para pakar yang memahami permasalahan sehingga diperoleh konsep yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. ) Penyusunan struktur hierarki Diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan subtujuan, kriteria, dan kemungkinan alternatifalternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah ) Perbandingan berpasangan. Menggambarkan pengaruh relatif setiap elemen terhadap masingmasing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya, teknik perbandingan berpasangan yang digunakan dalam AHP berdasarkan judgement atau pendapat dari para responden yang dianggap sebagai key person, mereka dapat terdiri atas pengambil keputusan, para pakar, dan orang yang terlibat dan memahami permasalahan yang dihadapi. ) Matriks pendapat individu (A = (aij)), disajikan pada Tabel 6

5 Tabel 6 Formulasi matriks pendapat individu C C... Cn C A... an C /a... an............... Cn /an /an... dalam hal ini C, C,... Cn adalah set elemen pada satu tingkat dalam hierarki. 5) Kuantifikasi pendapat dari hasil perbandingan berpasangan membentuk matriks n x n, nilai aij merupakan nilai matriks pendapat hasil perbandingan yang mencerminkan nilai kepentingan Ci terhadap Cj. 6) Matriks pendapat gabungan Merupakan matriks baru yang elemenelemennya berasal dari ratarata geometrik elemen matriks pendapat individu yang nilai rasio inkonsistensinya memenuhi syarat. 7) Pengolahan horisontal Yaitu a) perkalian baris; b) perhitungan vektor prioritas atau vektor ciri (eigen vektor); c) perhitungan akar ciri (eigen value) maksimum, dan d) perhitungan rasio inkonsistensi, nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk menghitung konsistensi jawaban responden. 8) Pengolahan vertikal Digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama. 9) Revisi pendapat Dilakukan apabila nilai rasio inkonsistensi pendapat cukup tinggi (>0,), beberapa ahli berpendapat jika jumlah revisi terlalu besar, sebaiknya responden tersebut dihilangkan. 7) Analisis Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Sintang untuk penyesuaian dan dukungan keberlanjutan Analisis berupa kajian deskriptif terhadap Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Sintang yang merupakan arah kebijakan pemerintah dalam pembangunan dan pengembangan kota. Kajian dilakukan untuk melihat ada atau

5 tidaknya dukungan kebijakan pemerintah daerah yang berkaitan dengan pengembangan ekowisata di, rencana pemerintah daerah dalam pengembangan penggunaan lahan pada lain di sekitar gambut Baning, dan instrumen kebijakan lain yang berkaitan. Analisis RDTRK Sintang dilakukan dengan membuat penilaian terhadap bentuk rencana pemanfaatan ruang dalam RDTRK Sintang terutama yang berdekatan dengan. Peta dasar yang digunakan untuk penilaian keterkaitan RDTRK Sintang adalah peta administrasi Kota Sintang, terutama Bagian Wilayah Kota (BWK) B. Kajian terhadap bentuk tata guna lahan dalam RDTRK Sintang dengan melihat bentuk rencana pemanfaatan ruang yang mendukung keberlanjutan gambut Baning dan yang tidak mendukung. Penilaian bentuk rencana pemanfaatan ruang dalam RDTRK Sintang ditampilkan pada Tabel 7. Nilai skor untuk penilaian dukungan rencana pemanfaatan ruang dalam RDTRK ditentukan dengan nilai sampai, dengan untuk buruk, untuk sedang, untuk baik, dan kriteria untuk kriteria sangat baik. Penghitungan penilaian selanjutnya dimasukkan ke dalam tiga kelas kategori dukungan yakni kebijakan yang sangat mendukung, kebijakan yang cukup mendukung, dan kebijakan yang tidak mendukung. Penentuan kelas kategori dukungan dengan menggunakan teknik skoring (Slamet 99): Interval kelas kategori (IK) = Dengan kategori: Sangat mendukung Cukup mendukung Tidak mendukung = SMi +.IK + sampai SMa = SMi + IK + sampai (SMi +.IK) = SMi sampai SMi + IK 8) Sintesis Sintesis dibuat berdasarkan zonasi ekowisata hasil komposit, penilaian dukungan masyarakat kota, dan penilaian dukungan kebijakan pemanfaatan ruang dalam RDTRK Sintang. Sintesis adalah penentuan konsep perencanaan pengembangan lanskap ekowisata. Hasil penilaian

5 lanjutan ini untuk mendapatkan zonasi pengembangan ekowisata untuk gambut Baning di Kota Sintang. Hasil sintesis berupa rencana ruang integratif dalam bentuk rencana blok (block plan) yang selanjutnya akan dikembangkan menjadi lanskap ekowisata gambut. Tabel 7 Penilaian kesesuaian dan dukungan rencana pemanfaatan ruang dalam RDTRK Sintang terhadap keberlanjutan Bentuk tata guna lahan Kategori Skor Kriteria Pemukiman Industri ) Pemukiman dengan kepadatan tinggi ) Pemukiman dengan kepadatan menengah ) Pemukiman dengan kepadan sedang ) Pemukiman dengan kepadatan rendah ) Industri berat ) Industri menengah ) Industri sedang ) Industri kecil Transportasi ) Jalan arteri ) Jalan kolektor ) Jalan lokal ) Jalan lingkungan Perkantoran dan pendidikan ) Perkantoran besar ) Perkantoran menengah ) Perkantoran sedang ) Perkantoran kecil Pusat perdagangan dan jasa ) Perdagangan besar ) Perdagangan menengah ) Perdagangan sedang ) Perdagangan kecil Sumber: Revisi RDTRK Sintang 0070, hasil olahan (0) Tahap III: Perencanaan Lanskap Kawasan Tahapan perencanaan lanskap ekowisata dilakukan berdasarkan hasil sintesis. Pengembangan ekowisata di dilakukan dengan membuat penataan sesuai dengan konsep pengembangan. Perencanaan berupa gambar penataan yang dapat memberikan informasi mengenai potensi ekowisata gambut. Rencana ekowisata berupa rencana ruang dan sirkulasi, rencana aktivitas, dan rencana fasilitas ekowisata yang terkait dengan penggunaan ruang. Rencana ruang ekowisata berupa penentuan ruang ekowisata utama, transisi

5 dan pendukung pada gambut dalam bentuk gambar/ilustrasi dengan menggunakan perangkat lunak AutoCAD 00 dan Photoshop. Perencanaan sirkulasi dibuat agar terdapat hubungan antarruang ekowisata, baik ruang dalam satu bentuk kegiatan ekowisata maupun antara satu bentuk kegiatan ekowisata dengan bentuk kegiatan lainnya. Jalur ditentukan berdasarkan ketersediaan objek dan daya tarik ekowisata yang terdapat dalam. Bentuk jalur dalam sirkulasi dibuat berdasarkan kondisi fisik ekologis gambut. Rencana aktivitas ekowisata dibuat berdasarkan kondisi fisik ekologis dan potensi objek dan daya tarik ekowisata yang ada. Rencana aktivitas ekowisata berupa rencana pengembangan kegiatan ekowisata dalam. Rencana fasilitas ekowisata dilakukan berdasarkan keperluan fasilitas di tiaptiap ruang yang dikembangkan. Konsep perencanaan fasilitas berdasarkan pada aktivitas yang dikembangkan dengan memperhatikan karakter ekologis gambut.