HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DAN PRAKTEKPENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DI PAUD ANGGREK KABUPATEN PATI

dokumen-dokumen yang mirip
RELATIONSHIP OF MOTHER KNOWLEDGE ABOUT EDUCATIONAL TOYS WITH DEVELOPMENT OF PRESCHOOL CHILDREN IN THE VILLAGE OF JOMBOR CEPER KLATEN

MANFAAT PEMBERIAN PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK PADA BALITA

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG

Mila Harlisa*, Amirul Amalia**, Dadang K***

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) DENGAN PERKEMBANGANANAK USIA TODDLER DI KELURAHAN TLOGOMAS KECAMATAN LOWOKWARU MALANG

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU TAMAN KANAK-KANAK TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK

Pengaruh Permainan Edukatif Terhadap Perkembangan Pada Anak Di PAUD Cinta Bunda Desa Baran Sukoharjo

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

Lilis Maghfuroh Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK YANG MENGIKUTI PROGRAM PLAYGROUP

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-3 TAHUN DI POSYANDU TERATAI I DESA BANGUNJIWO TAHUN 2015

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PAUD DENGAN KEIKUTSERTAAN ANAK PADA PAUD DI DESA KARANGBANGUN JUMAPOLO KABUPATEN KARANGANYAR

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL

PENGARUH STIMULASI MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4 5 TAHUN DI TAMAN KANAK KANAK PERTIWI TIRIPAN BERBEK NGANJUK

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK KASAR DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANTARA ANAK TAMAN KANAK-KANAK DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DENVER II

ABSTRAK. Kata kunci: Peran ibu dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak, perkembangan anak usia prasekolah

PENGARUH STIMULASI ALAT PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP ASPEK PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI TK PERTIWI BOYOLALI

Lilis Maghfuroh Dosen S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERMAINAN EDUKATIF PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK AISYIYAH KARANGGAYAM SUMBER SIMO BOYOLALI

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN DI PAUD USWATUN KHASANAH SLEMAN YOGYAKARTA

PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN BOLA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA TODDLER DI PAUD TUNAS CENDIKIA KEJAPANAN GEMPOL PASURUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

Nurin Fauziyah Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri

PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH. Achmad Ridwan, Anita Nur Lely Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014


Rewinda Avin Pangestika 1, Erni Setiyorini 1.

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRASEKOLAH BERUSIA 4-5 TAHUN

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERMAINAN EDUKATIF DENGAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK PADA IBU-IBU DESA PEPE KELURAHAN LANGENHARJO

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA ANAK USIA DI KOTA PADANG

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL. Hubungan Peran Ibu dalam Stimulasi Dini dengan Perkembangan Anak Usia Toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto Barat

52 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

Oleh : Ratna Indriati 1,Wiga Ami Widyanto 2,Anindya Dwi Pratiwi 3. Abstrak

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN LOMPAT TALI KARET PADA ANAK KELOMPOK A

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG STIMULASI VERBAL DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK PGRI 116 BANGETAYU WETAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

Fery Budianto * )., ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua,

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA TODDLER DI POSYANDU MELATI TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 1 2 TAHUN DI DESA JEBOL KECAMATAN MAYONG KABUPATEN JEPARA. Manuscript.

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

Pengaruh Permainan Futsal Modifikasi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 4-5 Tahun

HUBUNGAN ANTARA POLA PEMBERIAN ASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BATITA DI DESA BOJA KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. bulan. Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif. bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku tempertantrum,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Mia Setiawati 1, Nunung Mulyani 2, Helmi Diana 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia

STIMULASI ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 14 WATESNEGORO NGORO MOJOKERTO

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DENGAN PENDIDIKAN IBU

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 3 METODE PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK PRA SEKOLAH DI TK AL-ABIDIN BANYUANYAR SURAKARTA

PEMBERIAN STIMULUS TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 3 5 TAHUN GIVING STIMULUS OF CHILDREN DEVELOPMENT AGES 3-5 YEARS OLD ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI ORANG TUA DALAM MEMANFAATKAN ALAT-ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI RUANG ANAK RS. BAPTIS KEDIRI ABSTRACT

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIFITAS ANAK MELALUI BERMAIN BALOK DI TK. PGRI 1 KANDANGSAPI, JENAR, SRAGEN TAHUN 2014 / 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL IBU DENGAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

PERKEMBANGAN BALITA USIA 6-60 BULAN BERDASARKAN KEJADIAN ANEMIA DAN PEMBERIAN STIMULASI MELALUI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. serta biasanya sudah mulai mengikuti program presschool (Dewi,

HUBUNGAN KOMUNIKASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK USIA PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL MARDI PUTRA BANTUL

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DAN PRAKTEKPENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DI PAUD ANGGREK KABUPATEN PATI Alis Setyaningsih¹, Rose Nurhidhariani², Arista Adityasari Putri³ 1,2,3 STIKES Karya Husada Semarang Email: alice.manyun@gmail.com, Rose.stikes@yahoo.co.id, aristaputri@gmail.com. ABSTRACT Background: Knowledge and maternal behavior in the use of educational toys is very influential to the development of gross motor skills of children. Purpose: To determine the correlation between maternal knowledge and behavior with the use of educational toys children's gross motor development in early childhood Orchid Pati. Methods: This research is a quantitative research design using the analytic correlation with cross-sectional method using proportionate sampling with a sample of 50 respondents. The analysis in this study using the chi square. Results: The results showed the level of maternal knowledge about educational toys by 22 respondents (44%). The behavior of the use of educational toys on the respondents were 29 respondents (58%). Gross motor development at the most normal child by 23 respondents (46%). Chi square test knowledge obtained a value of 8.377 with p value = 0.015 (p <0.05). Chi square test behavior obtained a value of 7.780 with p value = 0.020 (p <0.05). Conclusion: There is a relationship between mothers' knowledge of educational toys with gross motor development of children (p value <0.05). There is a relationship between maternal behavior on educational toys children with gross motor development (P <0.05). ABSTRAK Latar Belakang : Pengetahuan ibu dan perilaku dalam penggunaan alat permainan edukatif sangat berpengaruh bagi perkembangan motorik kasar anak. Tujuan : Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dan perilaku penggunaan alat permainan edukatif dengan perkembangan motorik kasar anak di PAUD Anggrek Kabupaten Pati. Metode : Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain analitik korelasi dengan menggunakan metode cross sectional menggunakan proportionate sampling dengan jumlah sampel 50 responden. Analisa dalam penelitian ini menggunakan chi square. Hasil : Hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif sebanyak 22 responden (44%). Perilaku penggunaan alat permainan edukatif pada responden sebanyak 29 responden (58%). Perkembangan motorik kasar anak paling banyak normal sebanyak 23 responden (46%). Uji chi square pengetahuan diperoleh nilai sebesar 8,377 dengan nilai p value = 0,015 (p < 0,05). Uji chi square perilaku diperoleh nilai sebesar 7,780 dengan nilai p value = 0,020 (p < 0,05). Simpulan : Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif dengan perkembangan motorik kasar anak (p value < 0,05). Ada hubungan antara perilaku ibu tentang alat permainan edukatif dengan perkembangan motorik kasar anak (p < 0.05).

1 PENDAHULUAN Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang seorang anak, sebab pada masa ini terjadi perkermbangan kemampuan berbahasa, berkreatifitas, kesadaran sosial, emosional yang merupakan landasan bagi perkembangan anak selanjutnya (Effiana, 2009, hlm.2). Torrance (1981, dalam Asori, 2007) mengatakan bahwa setiap anak mempunyai bakat kreatif yang dapat dikembangkan dan karena itu perlu dipupuk sejak dini. Bila bakal kreatif anak tidak di pupuk maka bakat tersebut tidak a- kan berkembang, bahkan menjadi bakat yang terpendam yang tidak dapat diwujudkan. Masih banyak anak balita yang ditemukan pada masa tumbuh kembangnya mengalami keterlambatan yang dapat disebabkan oleh kurangnya pemenuhan kebutuhan pada diri anak, termasuk di dalamnya adalah kebutuhan bermain. Pendapat Dui (2008) Banyak orang tua yang belum tahu tentang tumbuh kembang anak. hal ini yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak hanya diketahui oleh tenaga kesehatan. Seharusnya, orang tua bisa memantau atau mendeteksi secara dini apakah anak mengalami gangguan atau keterlambatan dalam perkembangannya ataukah tidak (Sujono,2012, hlm.133). Motorik dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa laten yang meliputi keseluruhan proses proses pengendalian dan pengaturan fungsi-fungsi organ tubuh, baik secara fisiologis maupun secara psikis yang menyebabkan terjadinya suatu gerakan (Tjateri, 2004, hlm.1). Peningkatan ketrampilan motorik khususnya motorik kasar terjadi sejalan dengan meningkatnya kemampuan otot otot dan tubuh. Bagi anak usia dini kegiatan kegiatan motorik kasar bukanlah kegian yang menyenangkan, akan tetapi kegiatan tersebut bukan kegiatan yang mudah, mengingat anak usia pra sekolah memiliki daya konsentrasi yang pendek (Hartini, 2007, hlm.15). Bermain merupakan suatu kreativitas di mana anak dapat melakukan atau mempraktekan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran dan menjadi kreatif. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan ketrampilan maka seharusnya diperlukan suatu bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya. Sebagai kebutuhan, sebaiknya aktivitas bermain juga perlu diperhatikan secara cermat, bukan hanya dijadikan sarana untuk mengisi kesibukan atau mengisi waktu luang (Aziz, 2008, hlm.35). Alat permainan pada anak hendaknya di sesuaikan dengan usianya dan tahap perkembangan anak. Memberikan kebebasan bermain pada anak, maka orang tua dapat mengetahui suasana hati anak (Rekawati, 2005, hlm.73). Masalah tumbuh kembang anak merupakan masalah yang perlu diketahui atau dipahami sejak konsepsi hingga dewasa. Usia anak menurut WHO (World Health Organization) sampai usia 18 tahun sedang menurut Undang - Undang Kesejahteraan Anak RI No. 4 tahun 1979 sampai usia 21 tahun sebelum menikah. Beberapa masalah tumbuh kembang anak yang bisa dijadikan acuan pendekatan diantaranya 10% anak akan mencapai kemampuan pada usia dini, 50% anak akan mencapai kemampuan kemudian, 75% anak akan mencapai kemampuan lebih kemudian, 90% anak sudah dapat mencapai kemampuan pada batas usia paling lambat masih dalam batas normal, dan 10% anak dimasukkan dalam kategori terlambat apabila belum bisa mencapai kemampuanya. Tumbuh kembang anak yang pernah menggunakan alat permainan edukatif mempunyai perbedaan dalam pemberian stimulasi, anak yang pernah menggunakan alat permainan anak mendapatkan stimulasi yang lebih, dibandingkan anak yang tidak menggunakan permainan edukatif (Hutabarat, 2007, hlm.83). Hermawati (2012) menerangkan tentang pengetahuan ibu yang mempunyai anak Usia Pra sekolah terkait dengan Alat Permainan Edukatif di Desa Jombor Ceper Klaten. Hasil yang didapatkan bahwa pengetahuan ibu dari 52 ibu yang menjadi responden, pengetahuan ibu baik sebanyak 43 responden (82,69%), sedangkan pengetahuan ibu cukup sebanyak 9 responden (17,31%).

2 Pakar Anak Seto Mulyadi mengatakan bahwa 85 % anak anak pra sekolah di Jakarta mengalami perilaku emosi yang tidak stabil. Anak anak pra sekolah sering menunjukkan perilaku marah secara tiba tiba, agresif yang berlebihan dan sulit untuk diatur. Berdasarkan pengamatanya, perilaku ini disebabkan oleh faktor lingkungan sekolah dan pola asuh orang tua (Mulyadi, 2007, hlm. 9). Pendapat Dui (2008) yang menyatakan ada perbedaan anak dari segi psikologis yang sudah masuk Play Group dan anak yang tidak masuk Play Group. Mempunyai per-caya diri yang tinggi, tidak canggung di ling-kungan asing di luar keluarganya, dan mempunyai kemampuan motorik. Ketangkasan yang lebih baik dibandingkan anak lain yang tidak masuk Play Group. Namun sampai saat ini akses anak usia dini terhadap layanan pendidikan dan perawatan melalui PAUD masih sangat terbatas dan tidak merata. Sekitar 28,2 juta anak usia 0-6 tahun, baru 7,2 juta (25,3%) yang memperoleh layanan PAUD. Sementara itu, menurut data Balitbang Depdiknas tahun 2009, untuk anak usia 5 6 tahun yang jumlahnya sekitar 8,14 juta anak, baru sekitar 2,63 juta anak (atau sekitar 32,36 %) yang memperoleh layanan pendidikan di TK (Hutabarat, 2007, hlm.83). METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014 yang dilakukan di PAUD Anggrek Kabupaten Pati. Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif dengan perkembangan motorik kasar. Ada hubungan antara perilaku penggunaan alat permainan edukatif dengan perkembangan motorik kasar. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi. Desain penelitian yang digunakan ialah cross sectional. Analisis univariat pada penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif, perilaku penggunaan alat permainan edukatif dan perkembangan motorik kasar anak usia pra sekolah. Sedangkan analisis bivariat pada penelitian ini yaitu Peneliti telah melakukan studi penelitian di PAUD Anggrek Sundoluhur Kabupaten Pati. Hasil survei melalui observasi didapatkan data 2 anak dari 10 anak berusia 3 4 tahun memiliki perkembangan motorik yang kurang baik. Hal itu terlihat dari aktifitas ke-mampuan anak dalam berinteraksi saat anak bermain melempar bola dan menendang bola. Terdapat 1 anak yang belum bisa me-nendang bola dengan lurus, ada juga 1 anak yang tidak bisa melompat jauh. Hasil wawancara pada Ibu didapatkan 2 orang ibu yang mengatakan tidak mengetahui fu-ngsi alat permainan edukatif yang telah di-sediakan di sekolah. Beberapa alat per-mainan edukatif yang ada di sekolah ter-sebut, antara lain balok balok kecil, bola, lompat tali, dan prosotan. Terdapat 1 ibu juga mengatakan belum mengetahui alat permainan yang paling tepat untuk di beri-kan anak usia 3 4 tahun. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan tingkat pengetahuan ibu dan perilaku penggunaan alat permainan edukatif dengan perkembangan motorik kasar anak usia pra sekolah di PAUD Anggrek Kabupaten Pati. Hubungan antara pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif dengan perkembangan motorik kasar. Hubungan antara perilaku penggunaan alat permainan edukatif dengan perkembangan motorik kasar di PAUD Anggrek Kabupaten Pati. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian data primer yang diperoleh dari responden atau sampel yang berjumlah 50 orang. Responden berasal dari anak yang belajar di PAUD Anggrek, ibu yang bersedia menjadi responden, ibu yang bisa membaca dan menulis, ibu yang mem-punyai anak usia 3 4 tahun, ibu yang ting-gal dengan suaminya, dan ibu yang tidak bekerja. Pengambilan sampel berdasarkan metode purpotionate sampling.

3 1. Analisis Univariat a. Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Alat Permainan Edukatif di PAUD Anggrek Kabupaten Pati Tahun 2014. Pengetahuan Jumlah Persentase Kurang Cukup Baik 13 26,0 15 30,0 22 44,0 Total 50 100,0 b. Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Perilaku Penggunaan Alat Permainan Edukatif di PAUD Anggrek Kabupaten Pati Perilaku Jumlah Persentase Tidak Baik 21 42,0 Baik 29 58,0 Total 50 100,0 c. Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Pra Sekolah di PAUD Anggrek Kabupaten Pati Perkembangan Motorik Kasar Unstable Suspect Normal Jumlah Persentase 12 24,0 15 30,0 23 46,0 Total 50 100,0 2. ANALISIS BIVARIAT a. Tabel 4.4. Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Alat Permainan Edukatif dengan Perembangan Motorik Kasar Anak Usia Pra Sekolah. Pengeta Perkembangan Motorik huan Ibu Kasar Anak Total tentang Unstable Suspect Normal APE N % N % N % N % Baik 1 4,5 9 40,9 12 54,5 22 100,0 Kurang/ Cukup 11 39,3 6 21,4 11 39,3 28 100,0 Total 12 24,0 15 30,0 23 46,0 50 100,0 X 2 = 8,377 p = 0,015 b. Tabel 4.5. Hubungan antara Perilaku Penggunaan Alat Permainan Edukatif dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Pra Sekolah. Perilaku Penggun aan APE Tidak Baik Perkembangan Motorik Kasar Anak Total Unstable Suspect Normal N % N % N % N % 9 42,9 6 28,6 6 28,6 21 100,0 Baik 3 10,3 9 31,0 1 7 58,6 29 100,0 Total 12 24,0 15 30,0 23 46,0 50 100,0 B. PEMBAHASAN X 2 = 7,780 p = 0,020 1. Analisis Univariat a. Pengetahuan Ibu Tentang Alat Permainan Edukatif Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang alat permainan edukatif yaitu sebanyak 22 responden (44%). Hasil ini berarti bahwa sebagian besar ibu memahami dengan baik mengenai sarana atau alat bermain anak yang mengandung unsur edukatif dan dapat mengembang-

4 kan potensi anak. Pengetahuan yang dimiliki oleh ibu dapat mempengaruhi praktik ibu dalam melatih tumbuh kembang anak itu sendiri. Menurut Notoatmodjo (2006), pengetahuan sangat menentukan seseorang dalam berperilaku. Tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng. Pengetahuan yang baik tentang alat permainan edukatif yang dimiliki ibu menjadi faktor yang memudahkan atau mendukung terhadap terwujudnya sikap dan tindakan yang baik dalam pengasuhan dan perawatan anak, sehingga dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hermawati, Sumantri dan Yuliani (2012) mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif dengan perkembangan anak usia prasekolah yang meliputi perkembangan motorik halus, motorik kasar, bahasa dan personal sosial di Desa Jombor Ceper Klaten, yang menyimpulkan bahwa mayoritas pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia pra sekolah tentang alat permainan edukatif di Desa Jombor Ceper Klaten adalah baik sebanyak 43 ibu (82,69%). Berdasarkan hasil observasi yang peneliti dapatkan dari tanggapan responden (ibu) bahwa APE merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan edukatif dan dapat merangsang otak pengembangan seluruh aspek kemampuan (potensi) jarak. Alat permainan edukatif difungsikan untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan motorik kasar anak. Untuk anak usia 3-4 tahun, penggunaan alat permainan edukatif bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menyamakan, mengembangkan kemampuan bergerak, merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura - pura sandiwara, membedakan benda - benda dengan perabaan, menumbuhkan sportivitas, mengembangkan kepercayaan diri, mengembangkan kreatifitas, mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dan lain - lain) dan mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik kasar. Jenis permainan yang sesuai antara lain melompat, memanjat, lari, lompat tali dan lompat jauh (Riyadi,2009,hlm.139). Menurut Notoatmodjo (2003), terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: Pertama, pendidikan semakin tinggi pendidikan maka akan mempengaruhi pengetahuan tentang sesuatu, contoh : pengetahuan tentang manfaat permainan edukatif. Kedua, umur semakin lama sisa hidup di dunia maka semakin tinggi pengetahuannya tentang banyak hal. Ketiga, sumber informasi adalah penerangan yang dapat diperoleh dari suatu sumber yang dapat berupa media cetak televisi, radio, internet. Keempat, pekerjaan jenis pekerjaan yang dapat mempengaruhi pengetahuan tentang manfaat pemberian imunisasi bagi balita seperti perawat atau bidan dibandingkan dengan petani, maka pengetahuan perawat tentang man-faat pemberian imunisasi bagi balita akan lebih baik. Kelima, pengalaman semakin banyak pengalaman seseorang, maka semakin banyak usaha seseorang untuk mengatasi suatu masalah bisa dari diri sendiri maupun dari orang lain. Terlihat dari penelitian ini ibu yang mempunyai anak usia 3-4 tahun aktif dalam memberikan stimulus kepada anaknya. Padahal orang tua sekarang sibuk dengan bekerja, akan tetapi anakpun membutuhkan lebih banyak perhatian orang tua (Mesrani,2009). Stimulasi dalam hal ini bisa diartikan juga sebagai upaya orang tua atau keluarga untuk mengajak anak

5 bermain dalam suasana penuh gembira dan kasih sayang (Aboud, 2007). Aktifitas bermain dan suasana cinta ini penting guna merangsang seluruh sistem indera, melatih kemampuan motorik halus dan kasar, kemampuan berkomunikasi serta perasaan dan pikiran si anak. Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot yaitu salah satunya dengan menitipkan anaknya pada sekolah anak usia dini atau PAUD. b. Perilaku Penggunaan Alat Permainan Edukatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku dalam penggunaan alat permainan edukatif sudah baik yaitu sebanyak 29 responden (58%). Hal ini berarti penggunaan alat permainan edukatif di PAUD Anggrek sudah berjalan dengan baik. Beberapa jenis alat permainan edukatif sudah dikembangkan dan berjalan di PAUD Anggrek, seperti melompat, berlari, lompat tali dan sebagainya. Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan. Menurut Direktorat PAUD (2003) mendefinisikan alat permainan edukatif sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai edukatif (pendidikan) dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan anak. Alat permainan edukatif digunakan untuk anak dirancang secara khusus untuk me-ngembangkan aspek - aspek perkembangan anak. APE untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak TK. Aspek - aspek yang dikembangkan meliputi aspek moral, agama, sosial, emosi, bahasa, kognitif, fisik motorik dan seni. APE juga mendorong anak untuk beraktifitas dan bersifat konstruktif atau menghasilkan sesuatu, berbeda dengan menonton TV atau mendengarkan radio, anak hanya pasif melihat dan mendengarkan. APE anak dapat berimajinasi dan berkreasi menghasilkan sesuatu (Zulkifli, 2005, hlm.45). Penggunaan alat peraga edukatif dapat merangsang tumbuh kembang anak secara baik. Tumbuh kembang anak yang pernah menggunakan alat permainan edukatif mempunyai perbedaan dalam pemberian stimulasi, anak yang pernah menggunakan alat permainan anak mendapatkan stimulasi yang lebih, dibandingkan anak yang tidak menggunakan permainan edukatif (Hutabarat, 2007, hlm.83). Melatih kemampuan motorik, stimulasi untuk motorik halus diperoleh pada saat anak meraih dan mengambil mainannya, meraba, memgang dengan kelima jarinya, dan sebagainya. Sedangkan rangsangan motorik kasar didapat anak saat menggerakkan mainnya, melempar, mengangkat, dan sebagainya. Melatih konsentrasi, APE dirancang untuk menggali kemampuan anak, termasuk kemampuannya dalam berkonsentrasi dan fokus. Saat menyusun puzzel, katakanlah, anak di tuntut untuk fokus pada gambar atau bentuk yang ada di depannya sehingga anak tidak berlari atau melakukan aktifitas fisik lain sehingga konsentrasinya bisa lebih tergali. Tanpa konsentrasi, bisa jadi hasilnya tidak memuaskan. Mengenalkan konsep logika sederhana; anak dilatih untuk berfikir logis dengan mengikuti urutan atau aturan sederhana sesuai dengan permainan yang di mainkannya, dimana a- nak dapat berfikir secara logis untuk menentukan suatu keputusan antara satu konsep dengan konsep lain dari mainannya, misalnya dalam menyusun balok anak akan berfikir bahwa

6 balok yang besar lebih baik jika diletakan di bagian bawah sebagai pondasi sehingga tidak menggangu keseimbangan bangunan yang di-buatnya. Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu diantaranya: Pertama, Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat e- mosional, jenis kelamin dan sebagainya; Kedua, Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. c. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Pra Sekolah Hasil penilaian terhadap responden menunjukkan distribusi frekuensi perkembangan motorik kasar anak usia pra sekolah yang paling banyak adalah normal sebanyak 23 responden (46%). Hasil ini berarti sebagian besar anak anak menunjukkan perkembangan motorik kasar yang normal. Artinya bahwa perkembangan motorik kasar sudah sesuai dengan tingkat perkembangan usianya dan anak tidak mengalami keterlambatan perkembangan. Penilaian DDST, interpretasi normal diberikan jika tidak ada skor Terlambat ( 0 T) atau maksimal peringatan (1 P). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hermawati, Sumantri dan Yuliani (2012) dengan kesimpulan bahwa mayoritas perkembangan anak usia pra sekolah di Desa Jombor Ceper Klaten adalah normal sebanyak 48 responden (92,30%). Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapat dilakukan oleh seluruh tubuh, sedangkan perkembangan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri (Sulistyawati,2014, hlm.147). Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot tangan, kaki, dan seluruh tubuh anak. Gerakan ini mengandalkan kematangan dalam koordinasi. Untuk melatih motorik kasar anak dapat dilakukan, misalnya dengan melatih anak berdiri satu kaki. Dalam perkembangannya, motorik kasar berkembang lebih dahulu dari pada motorik halus. Hal ini dapat terlihat saat anak sudah dapat menggunakan otototot kakinya untuk berjalan (Soetjiningsih,2011, hlm.50). Perkembangan motorik kasar anak dipengaruhi oleh berbagai hal. Antara lain faktor genetik dan faktor lingkungan. Salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap perkembangan motorik kasar adalah faktor ibu dalam menstimulasi tumbuh kembang anak. Peranan ibu dalam melatih anak dalam perkembangan motorik kasar anak sangat penting dalam perkembangan anak selanjutnya. Kurangnya stimulasi pada anak dapat menimbulkan hambatan perkembangan motorik selanjutnya, karena perkembangan motorik seorang anak berjalan secara teratur dengan melatih anak untuk dapat melalui tahap perkembangan anak sesuai umur anak (Soetjiningsih, 2011). d. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Alat Permainan Edukatif Dengan PerKembangan Motorik Kasar. Hasil pengujian Chi Square diperoleh nilai x 2 sebesar 8,377 dengan nilai p value sebesar 0,015 (p < 0,05). Hal ini dapat disimpulkan pada tingkat signifikan 5%, ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif dengan perkem-

7 bangan motorik kasar anak usia pra sekolah di PAUD Anggrek Kabupaten Pati. Sama halnya dengan penelitian Hermawati, Sumantri dan Yuliani (2012) yang menyimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif dengan perkembangan anak usia prasekolah di Klaten, dengan nilai p = 0,001 (p<0,05), t hitung = 3,396 (t hitung > t tabel ) dan nilai r = 0,433. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif baik, maka perkembangan anak usia pra sekolah akan normal, sehingga hipotesis diterima. Perkembangan motorik kasar seorang anak dipengaruhi oleh banyak faktor, dimana faktor - faktor tersebut akan saling berhubungan dengan proses berkembang baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan seorang anak adalah ibu, kondisi ibu saat mengasuh anaknya berpengaruh besar terhadap tumbuh kembang seorang anak. Dimana latar belakang pendidikan ibu, pengetahuan, umur dan keadaaan ibu yang bekerja berakumulasi dalam membentuk perkembangan seorang anak (Anwar, 2005,hlm.4). Menurut Hariweni (2003) bahwa seorang ibu mempunyai peran sangat besar dalam memberikan kebutuhan dasar pada anak untuk tumbuh kembangnya. Dimana orang tua (ibu) berperan sebagai panutan bagi anak dalam melakukan beberapa ketrampilan, dan anak akan beradaptasi dengan lingkungan serta melakukan interaksi dengan cepat bila anak mengalami kegagalan sesuai dengan tahap dan tugas perkembangannya. e. Hubungan Antara Perilaku Penggunaan Alat Permainan Edukatif Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Pra Sekolah. Hasil pengujian Chi Square diperoleh nilai x 2 = 7,780 dengan nilai p-value = 0,020 (p < 0,05). Hal ini dapat disimpulkan pada tingkat signifikan 5%, ada hubungan yang bermakna antara perilaku penggunaan alat permainan edukatif dengan perkembangan motorik kasar anak usia pra sekolah di PAUD Anggrek Kabupaten Pati. Penelitian oleh Sari, Saing dan Lubis (2006) menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna dalam skor ketrampilan motorik pada kelompok yang mendapatkan stimulasi dengan APE dan kelompok yang tidak mendapatkan stimulasi dengan APE. Menurut Hurlock (2003), kesempatan untuk menggerakkan semua anggota tubuh, rangsangan dan dorongan kepada anak mempercepat tercapainya kemampuan motorik. Perkembangan motorik yang kurang atau gagal meskipun ibunya mempunyai tingkat pengetahuan baik kemungkinan disebabkan karena kurangnya kesempatan untuk berlatih menggunakan anggota tubuhnya, serta adanya perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan berkembangnya kemampuan motorik anak (Sulistyawati, 2014, hlm.25). Sikap juga mempengaruhi dalam pemilihan alat permainan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik terhadap alat permainan belum tentu akan mencerminkan sikap yang baik pula. Oleh karena itu dalam melakukan pemilihan alat permainan dibutuhkan keseimbangan antara pengetahuan yang dimiliki dengan sikap. Penelitian lain Rossita (2009) mengatakan bahwa ada hubungan antara sikap dan keaktifan ibu dengan pemberian stimulasi yang tepat melalui alat permainan pada anak. Berbagai data dan penelitian menyatakan

8 bahwa bermain dengan menggunakan alat bantu 70% lebih efektif dibandingkan dengan tidak menggunakan alat bantu untuk perkembangan otak anak di 3 tahun pertama usianya. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Beberapa simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain: Pertama, Distribusi frekuensi pengetahuan ibu di PAUD Anggrek tentang alat permainan edukatif sebagian besar adalah pengetahuan baik sebanyak 22 responden (44%); Kedua, Perilaku penggunaan alat permainan edukatif pada responden sebagian besar adalah sebanyak 29 responden (58%); Ketiga, Perkembangan motorik kasar anak usia pra sekolah sebagian besar yang paling banyak adalah normal sebanyak 23 responden (46%); Keempat, Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif dengan perkembangan motorik kasar anak usia pra sekolah di PAUD Anggrek Kabupaten Pati; Kelima, Ada hubungan antara perilaku penggunaan alat permainan edukatif dengan perkembangan motorik kasar anak usia pra sekolah di PAUD Anggrek Kabupaten Pati. B. Saran Adapun saran yang dapat dikembangkan berdasarkan penelitian ini diantaranya: Pertama, Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan informasi dan pendidikan mengenai hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif dan perilaku penggunaan alat permainan edukatif dengan perkembangan motorik kasar anak usia pra sekolah; Kedua, Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai alat permainan edukatif serta secara aktif melatih perkembangan motorik kasar anak melalui alat permainan edukatif tersebut; Ketiga, Diharapkan untuk menyediakan buku - buku referensi dan jurnal tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif dan perilaku penggunaan alat permainan edukatif dengan perkembangan motorik kasar anak usia pra sekolah, sehingga mahasiswa dapat mempelajari lebih banyak; Keempat, Diharapkan untuk peneliti selanjutnya diharapkan meneliti faktor - faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak. DAFTAR PUSTAKA Adria Dian. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Anak, Jakarta : Salemba Medika. Alimul hidayat, Aziz. (2007). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Salemba Medika : Jakarta. Asrori Mohammad. (2007). Psikologi Pembelajaran. Bandung : CV.Wacana Prima. Berhman, Ricard E. (2003). Ilimu Kesehatan Anak Edisi 12. Jakarta : EGC. Gunasa Singgih. (2003). Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hidayat, A. A A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Hidayat, Aziz Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Medika. Hurlock. (2009). Perkembangan Anak. Edisi 6. Jakarta: Erlangga. Salam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, edisi 2, Salemba Medika : Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo.(2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Riyadi sujono, Ratnaingsih Intarti. (2012). Cara Praktis Orang Tua Membantu Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Riyadi Sujono, Ratnaningsih Intart. (2012). Cara Praktis Orang Tua

untuk Memantau Pertumbuhan da Perkembangan Anak. Edisi Pertama. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 9