Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 52 Tahun 2011, ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci: Kultur jaringan, Umbi kentang mini, setek tanaman kentang, umbi G0

Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

AKLIMATISASI PLANLET TEBU PS 864 PASCA ENKAPSULASI ABSTRAK

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas yang mendapat

PERBANYAKAN CEPAT TANAMAN DENGAN TEKNIK KULLTUR JARINGAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Karo) sejak sebelum perang dunia kedua yang disebut eigenheimer, kentang ini

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Kelompok Tani Kentang Berbasis Kearifan Lokal Di Desa Sukorejo Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

Tahun Bawang

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

Agency (JICA), telah menghasilkan produk benih. kebutuhan benih berkualitas di Jawa Barat terus meningkat. Pada tahun 2007 stok benih kentang G 4

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro tanaman pisang yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. mengandung karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi. Sehingga kentang. termasuk dalam komoditi diversifikasi pangan.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

AKLIMATISASI PLANLET DAN UMBI LAPIS MIKRO BAWANG MERAH (ACCLIMATIZATION OF SHALLOT PLANLET AND MICRO BULB) Abstrak

BUDI DAYA. Kelas VII SMP/MTs. Semester I

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

No. 02 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010

KETERSEDIAAN BENIH KRISAN (STEK) KABUPATEN SEMARANG, MELALUI PENILAIAN PROSES PRODUKSI BENIH KRISAN

PENERAPAN BIBIT KULTUR JARINGAN PADA KELOMPOK TANI DI DESA PANCOT TAWANGMANGU

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG

3. METODE DAN PELAKSANAAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan

PENGUMBIAN IN VITRO KENTANG GRANOLA. In Vitro Propagation of Granola Potato (Solanum Tuberosum L.)

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Widdy Hardiyanti, 2013

III. BAHAN DAN METODE. 1. Percobaan 1: Pengaruh konsentrasi 2,4-D terhadap proliferasi kalus.

METODE PENELITIAN. 3 bulan dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2016.

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

Bunga lili termasuk bunga potong yang memiliki nilai

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

Tentang Kultur Jaringan

III. BAHAN DAN METODE

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

KEADAAN UMUM. Letak Geografis dan Iklim

STERILISASI ORGAN DAN JARINGAN TANAMAN

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan tanaman Bahan kimia Peralatan Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI BERASTAGI MELALUI BERTANAM BAWANG DAUN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA KENTANG

TEKNIK PERBANYAKAN CEPAT TANAMAN KENTANG (Solanum tubeosum L)

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN. Keywoard : Perbandingan biaya, Produksi krisan, P4S.

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

BUDIDAYA SAYURAN. Paramita Cahyaningrum Kuswandi Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014

PENERAPAN TEKNOLOGI MIKOTRIDERM BERBASIS 3 in 1 DALAM PEMBIBITAN KARET RAKYAT

PEMBAHASAN Hikmah Farm Produksi Kentang Bibit

Transkripsi:

PROSES PENYEDIAAN BAHAN SETEK KENTANG ASAL KULTUR JARINGAN UNTUK PRODUKSI BIBIT KENTANG MINI PADA KELOMPOK TANI KENTANG DI KECAMATAN KAYU ARO KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI 1 Rainiyati, Jasminarni, Neliyati dan Henny H 2 ABSTRAK Pengabdian masyarakat tentang pembentukan umbi mini telah dilaksanakan di desa Kebun Baru Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Kegiatan ini berlangsung selama 5 bulan mulai bulan Agustus sampai dengan Desember 2010. Tujuan kegiatan ini adalah untuk membantu kelompok tani G7 dan Arimbi sebagai penangkar benih dalam penyediaan bahan setek kentang asal kultur jaringan untuk produksi bibit kentang mini G0. Kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan tentang penggunaan bibit kentang asal kultur jaringan untuk dijadikan sebagai bahan setek yang dapat digunakan untuk pembentukan umbi mini yang bebas virus dan penyakit sistemik. Selanjutnya dilakukan pelatihan dan demonstrasi plot di lahan kelompok tani untuk mendapatkan bahan setek dalam jumlah besar yang kemudian dapat digunakan untuk pembentukan umbi mini kentang G0. Pada awalnya kelompok tani G7 dan Arimbi belum tahu penggunaan bibit kentang asal kultur jaringan yang dapat digunakan sebagai setek untuk pembentukan umbi mini kentang G0 yang dapat dikembangkan menjadi benih kentang G1, G2 dan G3. Setelah dilakukan penyuluhan ternyata petani sangat tertarik dan antusias untuk melakukan pembentukan umbi mini. Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bahan setek, pertumbuhan dan hasilnya sangat baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengabdian ini dapat membantu kelompok tani G7 dan Arimbi sebagai penangkar benih terutama dalam hal penyediaan bahan setek kentang untuk produksi umbi mini kentang G0 yang selanjutnya dapat mengembangkan bibit kentang mini G0 menjadi bibit kentang G1, G2 dan G3 yang dapat disebarkan ke tingkat petani. Kata kunci: Bahan setek kentang, kultur jaringan. PENDAHULUAN Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang cukup penting, yang banyak mendatangkan uang bagi petani (cash crop). Pemanfaatan tanaman ini terutama sebagai salah satu pangan karbohidrat non beras yang utama. Disamping itu kentang dimanfaatkan pula sebagai sayuran atau sebagai bahan makanan ringan seperti french fries. 1 1 Dibiayai oleh dana DP2M Ditjen Dikti Tahun Anggaran 2010 2 Staf pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi

2 Di Indonesia kentang biasanya diusahakan di dataran tinggi, lebih kurang 1000 meter di atas permukaan laut. Dimana rata-rata hasil yang dicapai secara nasional masih rendah yaitu 14 ton ha -1. Hasil ini masih rendah bila dibandingkan negara lain seperti Amerika Serikat 29,20 ton ha -1, Swiss, Belanda, Inggris dan Jerman diatas 20 ton ha -1 (Permadi 1989). Rendahnya produksi Indonesia ini disebabkan belum banyaknya petani penghasil (seed grower) bibit kentang bermutu, sehingga permintaan bibit kentang tidak dapat dipenuhi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan memanfaatkan bioteknologi yaitu melalui kultur jaringan atau pembiakan mikro kentang. Dengan tehnik ini dapat dihasilkan benih berjumlah banyak dalam waktu relatif singkat dan bebas dari penyakit sistemik, terutama virus (Hidayat 1991). Propagula in vitro yang banyak digunakan dalam usaha menghasilkan benih kentang bermutu adalah tunas mikro dan umbi mikro (Wattimena 1991). Selanjutnya propagula ini dapat digunakan untuk produksi umbi mini, yaitu umbi dengan bobot 1 10 gram yang diinduksi dalam rumah kaca atau ketat serangga (screen hause). Umbi mini diinduksi secara in vitro sehingga biayanya lebih murah. Bagi Provinsi Jambi kentang merupakan salah satu komoditas sayuran yang diprioritaskan pengembangannya bersama-sama dengan bawang putih, kubis, tomat, lombok, kacang-kacangan dan bawang merah. Di Provinsi Jambi terdapat dua kabupaten yaitu Kabupaten Kerinci dan Kabupaten Merangin yang bisa dijadikan tempat pengusahaan tanaman kentang. Pada kedua kabupaten ini dapat dihasilkan produksi rata-rata 14,13 ton ha -1, produksi ini telah bisa menyamai produksi rata-rata di Indonesia. Di Kabupaten Kerinci sendiri sejak tahun 2005 sudah terdapat Balai Benih Induk Kentang (BBI) yang terdapat di Kecamatan Gunung Kerinci, namun keberadaan BBI ini belum dapat memenuhi kebutuhan benih kentang bagi petani yang berada di dua kabupaten ini, sehingga kadangkala petani harus membeli benih dengan harga yang cukup mahal dari daerah lain. Alternatif lain yang bisa dijadikan untuk mengatasi kesulitan benih ini adalah mengembangkan teknik perbanyakan benih kentang dengan menggunakan setek mikro untuk menghasilkan umbi mini kentang. Untuk dapat menghasilkan umbi mini kentang ini tidak dibutuhkan lahan yang luas, cukup memanfaatkan lahan pekarangan yang ada saja. Desa Kebun Baru termasuk dalam Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Luas desa diperkirakan 2997,5 ha, yang terdiri dari ladang yang digarap seluas 2827,75 ha, 109 ha dari ladang tersebut merupakan perbukitan. Luas lahan pemukiman penduduk 196,75 ha, sedangkan luas lahan tidak ada datanya (Kantor Desa Kebun Baru). Dalam wilayah desa terdapat 10 tanah kas desa dari desa luar selain tanah kas desa milik desa Kebun Baru sendiri. Pada tahun 1994/1995 sampai dengan tahun 1996/1997 desa Kebun Baru mendapat program Inpres Desa Tertinggal (IDT) dengan usaha budidaya kentang dan cukup berhasil. Oleh karena itu pada tahun 2000 tepatnya tanggal 1 Nopember 2000 dibentuklah Kelompok

Tani G7/Penangkar Benih Kentang, di RT 2 desa Kebun Baru yang beranggotakan 7 orang dengan mempunyai luas lahan lebih kurang 20 ha. Kelompok Tani G7 bergerak dibidang usaha Agribisnis Kentang dan Penangkar Benih Kentang. Kelompok Tani ini telah beberapa kali dapat bantuan benih kentang G-3 dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kerinci. Pada tahun 2007 kelompok ini dapat bantuan 1 buah bangunan gudang untuk penangkar benih kentang dan 1 buah hand traktor. Saat ini kelompok tani ini telah mempunyai 1 ha lahan yang dibeli dari kas desa. Mengingat Kelompok Tani ini juga bergerak dalam bidang pengadaan benih kentang maka perlu kiranya mereka mendapat bantuan pengadaan benih kentang G0 supaya dapat dikembangkan menjadi benih kentang G1, G2 dan G3 yang dapat disebarkan bagi masyarakat/petani kentang yang memerlukan. Pada tahun 2001 tepatnya tanggal 12 Juli 2001, berdirilah kelompok tani, Kelompok Wanita Tani Arimbi di RT 6 Desa Kebun Baru. Luas lahan yang mereka miliki adalah 20 ha juga bergerak pada bidang usaha tani kentang. Jarak antara kedua kelompok tani ini adalah lebih kurang 1 km. Permasalahan yang dihadapi kelompok tani ini adalah sangat sulitnya mendapatkan benih kentang bermutu. Seandainya ada penjualan benih kentang bersertifikat/ bermutu harganya sangat mahal sehingga sulit terjangkau. Kelompok tani ataupun para petani yang ada di Desa Kebun Baru dan sekitarnya sangat membutuhkan benih bermutu dari penangkar benih. Sementara penangkar benih G7 kesulitan untuk mendapatkan benih bersertifikasi. Beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang pembuatan umbi mini adalah produksi setek mikro dan umbi mini sebagai propagula beberapa kultivar kentang (Khumaida 1994). Pengaruh kultivar kentang asal kultur jaringan terhadap produksi umbi mini (Jasminarni dan Rainiyati 2003). Pengaruh kerapatan setek tanaman kentang asal kultur jaringan terhadap produksi umbi mini (Jasminarni dan Rainiyati 2003). Tim IbM dari Fakultas Pertanian Universitas Jambi mencoba untuk menerapkan teknologi yang telah didapat untuk mengatasi kebutuhan benih kentang G0 tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan kelompok tani G7/Penangkar Benih Kentang dan kelompok tani lainnya baik di Kabupaten Kerinci sendiri ataupun dari Kabupaten lain yang membutuhkan. Penerapan teknologi dimaksud adalah pengadaan benih kentang berupa umbi mini asal kultur jaringan dalam bentuk G0. METODE Program Pengabdian ini dilaksananakan di desa Kebun Baru, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi pada dua kelompok tani yaitu kelompok tani G7/Penangkar Benih Kentang dan Kelompok Wanita Tani Arimbi. Waktu pelaksanaan dimulai dari bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan Februari 2011. Pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu penyuluhan, pelatihan dan demonstrasi plot pada lahan kelompok tani. Penyuluhan dititik beratkan pada penggunaan bibit kentang asal kultur jaringan untuk digunakan sebagai bahan setek pembuatan umbi mini kentang G0. 3

4 Untuk demonstrasi plot di lapangan diperlukan bahan dan alat yang digunakan pada program pengabdian ini. Adapun bahan yang digunakan pada program pengabdian ini adalah Eksplan kentang, Hyponex, Pupuk kandang, Geberellin (GA 3 ), plantlet kentang kultur jaringan. Sedangkan alat yang digunakan adalah 2 buah rumah ketat serangga (Screen house) ukuran 3 x 4 m, bak tanam, bambu, hand sprayer, gunting kecil, keranjang plastik, cangkul, kored, kukusan, kompor gas, tabung gas, sarung tangan, polibag kecil, selang plastik dan rumah plastik ukuran 5x10m. Pelaksanaan kegiatan penerapan Ipteks ini menggunakan metode pendidikan kepada masyarakat, melalui metode penyuluhan dan demontrasi penanaman setek mikro, pembuatan media umbi mini, penyemprotan pupuk dan pemeliharaan tanaman di dalam kotak tanam serta demonstrasi cara panen umbi mini kentang. Adapun kegiatan ipteks ini akan dilaksanakan terhadap kelompok tani G7/Penangkar Benih Kentang dan Kelompok Wanita Tani Arimbi ini dilakukan beberapa tahap: aklimatisasi awal, aklimatisasi lanjutan dan perbanyakan tunas setek, pembentukan umbi mini. Aklimatisasi Awal Pada aklimatisasi awal dilakukan pemindahan planlet dari lingkungan in vitro ke lingkungan semi steril dalam medium greenleaf yang steril dengan penambahan unsur-unsur hara dari larutan stok MS½. Pada tahap ini planlet diadaptasikan dari lingkungan heterotrof kelingkungan autorotrof dan induksi untuk membentuk tunas sebagai bahan setek yang siap ditanam. Sebelum ditanam, setek mikro (planlet) tersebut dibersihkan terlebih dahulu dari sisa-sisa medium kultur (agar) yang melekat pada akar dengan cara mencucinya di bawah air mengalir. Kemudian planlet ditanam pada medium greenleaf yang ditempatkan pada bak-bak aklimatisasi yang ditutup kain kasa dan dipelihara selama 2 minggu. Aklimatisasi Lanjutan dan Perbanyakan Tunas Setek Tahap awal aklimatisasi adalah menyediakan media tanam dari campuran tanah topsoil dan kompos dengan perbandingan 1 : 1 yang telah disterilkan dengan sistem penguapan panas dalam kukusan. Medium tanam selanjutnya dimasukkan dalam bak-bak penanaman berukuran 40 x 32 x 8 cm. Pemeliharaan selama aklimatisasi meliputi penyiraman, pembuangan tanaman yang mati serta penyulaman. Penyiraman dilakukan setiap hari dengan menggunakan handprayer. Untuk menjaga pertumbuhan yang baik tanaman disemprot dengan larutan pupuk NPK(3g L -1 ) dan bayfolan (2ml L -1 ). Pembentukan Umbi Mini Setek-setek yang dihasilkan pada tahap aklimatisasi lanjutan dipindahkan ke lapangan, di dalam rumah ketat serangga (screen house) untuk menginduksi terbentuknya umbi mini. Pada tahap ini dilakukan serangkaian kegiatan: 1. persiapan media tanam, media tanah dipersiapkan sebelum melakukan penanaman setek, medium yang digunakan sebelumnya sudah disterilkan terlebih dahulu;

2. Penanaman dan pemeliharaan, bahan tanam yang digunakan untuk induksi umbi mini diambil dari planlet yang telah diaklimatisasi lanjutan dan telah membentuk tunas-tunas untuk dapat disetek (umur 4-6 minggu setelah tanam). Setek yang digunakan terdiri atas 2 nodus yang diambil dari nodus kedua pada pangkal batang sampai nodus kedua dari pucuk setiap tanaman induk. Untuk menghindari serangan hama dan penyakit, tanaman disemprot dengan benlate (0,5 g L -1 ) pestisida ini dicampur dengan bahan perekat agrimistik (2 g L -1 ) dan diberikan seminggu sekali. Untuk menjaga pertumbuhan setek yang baik, tanaman disemprot pupuk NPK (15 15 15) konsentrasi 3 g L -1 dan larutan hyponex dengan takaran 2 ml L -1. Umbi mini dipanen setelah 9-10 mingggu setelah tanam atau sampai tanaman menguning dan mati. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kelompok tani G7 dan Arimbi desa Kebun Baru, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci pada awalnya belum tahu mengenai penggunaan bibit kentang asal kultur jaringan yang dapat digunakan sebagai bahan setek untuk pembuatan umbi mini kentang G0. Setelah diberikan penyuluhan dan pelatihan ternyata mereka sangat tertarik dan antusia untuk melakukan program ini. Hasil pengamatan pada awal pelaksanaan program pengabdian ini menggunakan eksplan tananam kentang 125 botol seperti terlihat pada Gambar 1. 5 Gambar 1. Eksplan kentang kultur jaringan Setelah dilaksanakan aklimatisasi awal selama 1 minggu maka tingkat keberhasilan pertumbuhan bibit adalah (70%), selanjutnya setelah bibit berumur 1 bulan tingkat kesberhasilan pertumbuhan bibit tinggal (50%). Selanjutnya bibit yang ada terus dipelihara diperbanyak untuk persiapan setek. Hasil perbanyakan yang telah dilakukan menunjukkan bibit dapat diperbanyak terus menerus sehingga didapat bibit kentang yang sangat banyak sehinggga dapat membantu kelompok tani sebagai stok bibit untuk digunakan pembentukan umbi mini (Gambar 2).

6 (A) (B) Gambar 2. Plantlet kentang pada saat awal dipindahkan pada bak aklimatisasi (A). Bibit kentang yang telah siap di setek untuk pembentukan umbi mini pada umur 2 bulan (B) Setelah dilakukan perbanyakan setek di screen house ternyata pertumbuhannya sangat baik. Pertumbuhan setek ini dipengaruhi oleh genetik bibit yang digunakan dan lingkungan pertumbuhannya. Meningkatnya pertumbuhan setek disebabkan karena lingkungan tumbuh memang sangat cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kentang. Jumlah dan ukuran daun yang terbentuk tergantung dari genetik dan lingkungan seperti suhu, cahaya dan faktor lain, tetapi lebih dikendalikan genetik (Gardner 1991). KESIMPULAN Dari hasil program pengabdian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan pengabdian ini dapat menambah pengetahuan petani tentang penggunaan bibit kentang asal kultur jaringan yang dapat digunakan sebagai bahan setek untuk pembuatan umbi mini kentang G0. Umbi mini kentang G0 dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk dikembangkan menjadi kentang G1, G2 dan G3, selanjutnya dapat disebarkan di tingkat petani. Dengan demikian dapat menambah pendapat kelompok tani G7 dan Arimbi sebagai penangkar benih. DAFTAR PUSTAKA Gardner, F.P. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta. Hidayat, I.M. 1991. Kemungkinan aplikasi tehnik kultur jaringan dalam produksi bibit tanaman hortikultura. P. 31-44. Dalam Dukungan sektor perbenihan dalam menunjang agroindustri hortikultura. Prosiding seminar sehari, Festival tanaman. Himpunan mahasiswa agronomi IPB, Bogor.

Jasminarni dan Rainiyati, 2003a. Pengaruh Kultivar Kentang (Solanum tuberosum L) Asal Kultur Jaringan terhadap Produksi Umbi Mini. Laporan Hibah Penelitian Proyek DUE Universitas Jambi, Jambi. Jasminarni dan Rainiyati, 2003b. Pengaruh Kerapatan Setek Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Asal Kultur Taringan terhadap Produksi Umbi Mini. Laporan Hibah penelitian proyek DUE Universitas Jambi, Jambi. Nurul Khumaida, 1994. Produksi Setek Mikro dan Umbi Mini sebagai Propagula Beberapa Kultivar Kentang (Solanum tuberosum L.). Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wattimena, G.A. 1986. Kultur Jaringan Tanaman Kentang. Jurusan Budidaya Pertanian, IPB, Bogor. Wattimena, G.A, 1991. Produksi Bibit Kentang Bermutu melalui Propagul in vitro P. 46-61. Dalam Dukungan Sektor Perbenihan dalam Menunjang Agroindustri Hortikultura. Prosiding Seminar Sehari. Festifal Tanaman, Bogor. 7