S I Pendahuluan MA Negeri 1 Ambarawa merupakan satu-satunya SMA Negeri yang ada di Ambarawa. SMA Negeri 1 Ambarawa terletak di JL. Yos Sudarso No.46. Rentang kelas di SMA Negeri 1 Ambarawa yaitu X, XI, dan XII. struktur kurikulum pada tingkat satuan pendidikan di SMA, ada tiga jurusan yang dapat dipilih oleh peserta didik, yaitu jurusan IPA, IPS dan Bahasa. Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif. IPS dibagi menjadi beberapa mata pelajaran salah satunya adalah ekonomi akuntansi. Menurut Rudi Gunawan (2011:26) Tujuan pendidikan IPS adalah untuk membantu tumbuhnya pola berfikir ilmuwan social, mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi social masyarakat dalam rangka membantu tumbuhnya warga negara yang baik. Fungsi mata pelajaran ekonomi akuntansi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap rasional, teliti, jujur dan bertanggung jawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokkan, pengikhtisaran, transaksi keuangan pengikhtisaran transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan dan penafsiran perusahaan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Mata pelajaran ekonomi akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang membutuhkan keaktifan,pemahaman, dan ketelitian dalam pembelajarannya. Karena itu dalam mata pelajaran ekonomi akuntansi pembelajarannya dilakukan secara sistematis karena materi akuntansi antara yang satu dengan yang lain saling berkesinambungan. Oleh karena itu pembelajaran ekonomi akuntansi harus diselesaikan secara tuntas karena untuk bisa mengikuti materi yang selanjutnya peserta didik harus sudah benar-benar memahami dan menguasai materi sebelumnya, dibutuhkan metode yang tepat agar semua peserta didik dapat memahami dengan baik tentang materi yang diajarkan sehingga sesuai dengan harapan dan tujuan yang telah ditetapkan oleh kurikulum. Menurut Mimin Haryati (2007:1) Kurikulum adalah seperangkat terencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru ekonomi akuntansi di SMA Negeri 1 Ambarawa adalah menggunakan metode konvensional. Penerapan metode konvensional ceramah dilakukan dengan cara guru menjelaskan materi menggunakan LCD dan peserta didik hanya duduk, mendengarkan dan mengerjakan tugas yang di berikan guru. Proses pembelajaran seperti ini menyebabkan kegiatan belajar mengajar lebih terfokus pada guru dan kurang terfokus pada peserta didik, dan mengakibatkan kejenuhan dalam diri peserta didik, sehingga partisipasi peserta didik di dalam kelas kurang aktif dan peserta didik cenderung menjadi pasif.aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran ekonomi akuntansi masih tergolong rendah. Rendahnya aktivitas peserta didik disebabkan kurangnya keaktifan peserta didik pada saat proses pembelajaran yang ditandai kurangnya perhatian peserta didik pada saat mengikuti pelajaran, terbukti ada peserta didik yang mengantuk, berbicara dengan teman sebangku bahkan ada peserta didik yang bermain handphone. Ketepatan pemilihan metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh peserta didik. Menurut Hamzah B. Uno ( 2006:16) Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda. Hasil belajar mata pelajaran ekonomi akuntansi pada kompetensi dasar Mencatat transaksi berdasarkan mekanisme debet dan kredit memperlihatkan bahwa hasil yang dicapai oleh peserta didikkelas XI IPS 4 dinilai kurang memuaskan. Hal ini terbukti dari sebanyak 17 dari 29 peserta didik berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum yaitu sebesar 75. Sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah, peserta didik dianggap kompeten jika nilai hasil belajar pada kompetensi dasar Mencatat transaksi berdasarkan mekanisme debet dan kredit mencapai nilai 75. Namun hasil belajar peserta didik kelas XI IPS-4 hanya 12 peserta didik yang mencapai KKM, hal ini menunjukan bahwa peserta didik belum sepenuhnya memahami dan menguasai materi yang disampaikan oleh guru sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai. Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Konstruktivisme Belajar menurut teori kontruktivisme adalah kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya.belajar merupakan aktivitas yang dilakukan peserta didik untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Menurut Agus Suprijono (2009:30) Gagasan kontruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut: 1. Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan kontruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. 2. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. 3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang. Struktur konsep membentuk pengetahuan jika konsep itu berlaku jika berhadapan dengan pengalalaman-pengalaman seseorang. Hal ini berarti pembelajaran diusahakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri peserta didik. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran peseta didik harus aktif sehingga peserta didik menjadi pusat kegiatan belajar di kelas. Salah satu tokoh yang mencetuskan pendekatan konstruktivisme adalah Vygotsky. Vygotsky, yang menekankan pada konstruktivisme sosial. kontruktivisme menekan pentingnya lingkungan sosial dalam belajar dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kolaboratif dan kooperatif akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual. Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi peserta didik untuk mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman mereka saat mereka bertemu dengan pemikiran orang lain dan saat mereka berpatisipasi dalam pencarian pemahaman bersama. menurut Vygotsky, fungsi mental tingkat tinggi biasanya ada dalam percakapan atau komunikasi dan kerja sama di antara individu-individu (proses sosialisasi) sebelum akhirnya itu
berada dalam diri individu (internalisasi). Oleh karna itu, pada seseorang berbagi pengetahuan dengan orang lain, dan akhirnya pengetahuan itu menjadi pengetahuan personal. Interaksi sosial dengan lingkungan akan membuat pengetahuan yang dimiliki semakin berkembang. Peserta didiksaat mendapatkan stimulus dari lingkungannya, ia akan menangkap dengan alat inderanya dan mengolah menjadi informasi sehingga interaksi dengan lingkungan sangat penting. Ketidakmampuan anak untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain atau orang yang lebih dewasa membuktikan bahwa interaksi sosial sangat penting dalam perkembangan kognitif. Bentuk dari interaksi tersebut dapat berupa komunikasi dan kerjasama antar individu. B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Metode pembelajaran tipe Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan Spencer Kagan sebagai struktur kegiatan pembelajaran gotong royong. Pembelajaran tipe ini memberi peserta didik untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. metode think pair sharedapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak usia didik. Menurut Anita Lie, Teknik belajar-mengajar Think-Pair-Share memberikan kesempatan untuk belajar sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. 1 Adapun proses metode Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share, Mengerjakan tugas secara individu kemudian kelompok membuat pasangan untuk mendiskusikan hasil pengerjaan individunya, Kedua pasangan lalu bertemu untuk menshare hasil diskusinya. Menurut Anita Lie (2009:56) yang dilakukan dalam metode pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah : 1. Bekerjasama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Dimana anggotanya bersifat hiterogenitas atau beraneka ragam yaitu satu orang siswa yamg berkemampuan tinggi, dua orang siswa yang berkemampuan sedang dan satu orang yang berkemampuan rendah. 2. Setiap siswa memikirkan dan menerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri 3. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi secara berpasangan. 4. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk
membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat. o Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembelajaran di SMA Negeri 1Ambarawa, Kelas XI IPS-4 dapat digambarkan sebagai berikut : Langkah 1. Pembagian Kelompok dan Pembagian Tugas Peserta didik yang berjumlah 29 dibagi menjadi 7 kelompok, Masingmasing kelompok terdiri 4 peserta didik yaitu A,B,C dan D dan satu kelompok terdiri 5 peserta didik Selanjutnya, masingmasing peserta didik mengerjakan tugas secara individu. Langkah 2. Berpasangan Pada tahap 2, peserta didik berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan mendiskusikan tugas yang diberikan oleh guru. Langkah 3. Kedua Pasangan Bertemu Pada tahap 3, kedua pasangan bertemu dalam satu kelompok, pesera didik memberikan informasi yang telah didiskusikan dengan pasangannya, membagikan hasil kerjanya dan membuat kesimpulan antara yang dibahas dengan pasangannya dan kelompok. Dengan melihat langkahlangkah dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share, peserta didik dapat memperoleh banyak manfaat, diantaranya peserta didik mendapatkan informasi dari pasangannya dan kelompoknya. Setiap peserta didik dapat berperan aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar serta daya ingat karena saling mengajarkan materi yang sudah dipelajari, khususnya Ekonomi Akuntansi. Tipe Think pair share, guru menentukan anggota kelompoknya supaya merata. Selain itu, guru juga menentukan siapa yang menjadi pasangan kelompok. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kegaduhan dalam kelas, misalnya memperebutkan pasangan. Karena jika tidak ditentukan oleh guru, biasanya peserta didik bebas memilih sesuatu dengan keinginannya sehingga terjadi penyimpangan. C. Pembelajaran Akuntansi di SMA Kurikulum SMA akan mempersiapkan peserta didiknya untuk mampu memasuki perguruan tinggi dengan lebih mudah. Maka penjurusan di SMA juga sangat erat kaitannya dengan kelanjutan studi setelah SMA. Idealnya di setiap SMA ada tiga jurusan yang sediakan, yakni IPA, IPS, dan Bahasa. Pandangan sebagian peserta didik,
orangtua, bahkan juga guru yang menganggap kelas IPS itu kelas buangan, kelas sisa-sisa, kelas nomor dua, atau apa pun bahasanya adalah keliru besar. Tidak jaminan bahwa anak-anak yang masuk jurusan IPA masa depannya lebih cerah. Demikian juga sebaliknya, bukan berarti setiap peserta didik yang masuk jurusan IPS masa depannya akan suram dan calon generasi yang gagal. IPA adalah istilah yang digunakan untuk menghimpum ilmu biologi, fisika dan kimia. Sementara IPS menghimpun ilmu sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi. Jurusan di SMA memilih ketika memasuki kelas XI. Tentu pilihan tersebut harus disesuaikan dengan talenta yang dimiliki, yakni minat dan bakat peserta didik. Selanjutnya dipertimbangkan secara kemampuan akademisnya sewaktu di kelas X. barulah kemudian ditetapkan pilihan jurusan di kelas XI, IPA atau IPS. Kompetensi dasar mata pelajaran adalah kompetensi yang harus dikuasai peserta didik setelah melalui proses pembelajaran Akuntansi SMA, mencakup: 1. Menganalisis akuntansi sebagai sistem informasi. 2. Menjelaskan dasar hukum pelaksanaan Akuntansi bagi perusahaan di Indonesia. 3. Menerapkan struktur dasar Akuntansi. 4. Menerapkan tahapan siklus Akuntansi Perusahaan Jasa. 5. Menerapkan tahapan siklus Akuntansi Perusahaan Dagang. 6. Menerapkan tahapan siklus Akuntansi Koperasi. 7. Menganalisis laporan keuangan. 8. Menerapkan metode kuantitatif. Pelajaran Ekonomi Akuntansi di Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah pengembangan pengetahuan, ketrampilan, sikap rasional, teliti, jujur dan bertanggung jawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran transaksi keuangan sampai penyusunan laporan keuangan. Meskipun SMA diprioritaskan untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, tapi setidaknya sudah dibekali oleh skill atau ketrampilan. Pembelajaran akuntansi memiliki tujuan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap rasional, teliti, jujur, dan bertanggung jawab melalui prosedur pencatatan,pengelompokan, pengikhtisaran transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan dan menafsiran perusahaan bedasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan memiliki fungsi membekali tamatan SMA dalam berbagai kompetensi dasar, agar mereka menguasai dan mampu
menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan prosedur akuntansi yang benar, baik untuk kepentingan melanjutkann pendidikan ke perguruan tinggi ataupun untuk terjun ke masyarakat, sehingga bermanfaat bagi kehidupan peserta didikyang dapat dilihat dalam standar kompetensi akuntansi yang harus diperlihatkan peserta didik setelah pembelajaran. Melihat tujuan dan fungsi pembelajaran akuntansi, maka pembelajaran akuntansi memiliki nilainilai esensial sehingga penting untuk diajarkan kepada peserta didik. Setelah mempelajari akuntansi peserta didik diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan sosial dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran akuntansi dilakukan melalui pendekatan tuntas, karena pembelajaran Akuntansi merupakan suatu siklus sehingga ketrampilan satu berkaitan dengan ketrampilan yang lain dan lebih mengutamakan pencapaian melalui pelatihan langsung yang dialami peserta didik. Pelajaran Akuntansi mengenal istilah latihan (training), dimana dalam pelaksanaanya mengenal 4 langkah yang mendorong kegiatan belajar secara efektif, yaitu memperlihatkan (to show), menjelaskan ( to tell ), mengerjakan (to do) dan memeriksa (to check ). Model pembelajaran kooperatif tipe think pair sharedapat menaungi kegiatan pembelajaran tersebut. Ini akan terlihat saat peserta didik mengerjakan tugas dengan kelompoknya. III Metodelogi Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas/ Classroom Action Research (CAR). Menurut Suharsimi Arikunto ( 2007:3 ) Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.penelitian terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ambarawa yang beralamat di jalan Yos Sudarso No.46 Ambarawa. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari tahun 2013. Pengumpulan data menggunakan enam teknik yaitu teknik tes, observasi, angket, wawancara tidak terstruktur dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara pengolahan perhitungan data, mendeskrepsikan, dan membandingkan hasil dengan indikator ketercapaian baik pelaksanaan maupun hasil tes.
Prosedur Penelitian 1. Siklus I A. Perencanaan Setelah diketahui informasi tentang siswa melalui penjajagan atau refleksi awal, tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Dalam tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran / RPP B. Pelaksanaan tindakan Tindakan dilaksanakan oleh peneliti dan guru sebagai mitra kolaborasi berdasarkan RPP siklus 1 dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share yang telah dibuat. Langkah-langkah dalam pembelajaran tipe think pairshare yang pertama adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran dan memberikan apresiasi kepada peserta didik. Langkah yang kedua, guru menyampaikan materi dan membagi kelompok diskusi yang berjumlah 4 peserta didik dan memberikan tugas kepada setiap kelompok. Langkah ketiga, peserta didik berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya. Langkah ke empat, kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok dan peserta didik mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok. C. Observasi Observasi dilakukan agar dapat diketahui apakah proses belajar mengajar sesuai dengan skenario dalam RPP. Observasi dilakukan terhadap peserta didik dan guru. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui apakah guru sudah melaksanakan kegiatan sesuai dengan skenario dalam RPP. Penelitian ini melibatkan dua observer, antara lain peneliti sendiri sebagai observer I dan Ibu Wening, S.Pd. sebagai observer II yang merupakan salah satu guru IPS SMA Negeri 1 Ambarawa. D. Refleksi Tahap ini dilakukan untuk mengkaji apa yang telah terjadi atau yang tidak terjadi, yang telah dihasilkan maupun yang belum dihasilkan selama kegiatan berlangsung. Hasil dari refleksi digunakan untuk menentukan langkah mencapai tujuan. Refleksi dilakukan oleh peneliti sebagai pengamatan akan keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan sementara. Hasil refleksi digunakan untuk memberi masukan hal-hal yang harus diperbaiki pada siklus 2.
2. siklus II A. Perencanaan Tindakan Perencanaan ini mengacu pada tindakan pertama yang telah dihasilkan. Informasi yang dihasilkan dari refleksi siklus 1 merupakan data yang digunakan untuk membuat perencanaan siklus 2. Menyusun RPP perbaikan berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus 1. B. Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 dilaksanakan setelah kegiatan Siklus 1 selesai dilaksanakan. Guru melaksanakan tindakan berdasarkan RPP perbaikan. C. Observasi Sama seperti siklus 1 observer harus mengamati jalannya pembelajaran apakah sudah sesuai dengan skenario dalam RPP. D. Refleksi Pada Siklus 2 refleksi dilaksanakan setelah semua proses pembelajaran selesai dilaksanakan dengan menganalisis lembar observasi dan hasil belajar. Jika tujuan dalam pembelajaran mengalami peningkatan yang signifikan maka peneliti dianggap berhasil. Sedangkan, jika tujuan dalam pembelajaran tidak mengalami peningkatan yang signifikan maka peneliti dianggap tidak berhasil sehingga perlu membuat tindakan siklus berikutnya. Data dapat dianalisis dengan reduksi data, penyajian teks dan penarikan kesimpulan Indikator keberhasilan dikatakan berhasil bila: a. Rata-rata aktivitas belajar peserta didik dan guru sudah mencapai skor 80%. Indikator yang menyatakan aktivitas peserta didik adalahperhatian, bertanya, menjawab, dan menanggapi. b. Peserta didik yang tuntas belajar sudah lebih dari atau sama dengan 75%. Batas tuntas belajar 75 mengacu pada ketetapan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa Peserta didik dikatakan mencapai tuntas belajar kognitif apabila peserta didik mampu menguasai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang mengacu pada KKM yang telah ditetapkan kurikulum sekolah, yaitu untuk ketuntasan individu 75, sedangkan ketuntasan klasikal adalah 75% dari jumlah peserta didik yang mengikuti tes. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh dari pengamatan dengan menggunakan pembelajaran metode Think Pair Share pada siklus I adalah Hasil penelitian
kesiapan peserta didik dalam menerima pelajaran pada siklus I menunjukkan bahwa 68,96% peserta didik telah siap menerima pelajaran. Sedangkan 31,03% peserta belum siap menerima pelajaran. Hal ini disebabkan ada 11 peserta didik yang tidak membawa buku paket, tujuh peserta didik tidak membawa buku catatan dan 18 peserta didik yang tidak membawa kalkulator. Pada pertemuan kedua 75% peserta didik siap menerima pelajaran, sedangkan 25% belum siap menerima pelajaran dikarenakan ada 8 dari 29peserta didik yang tidak membawa buku paket,7 peserta didik tidak membawa buku catatan dan 14 peserta didik tidak membawa kalkulator. Upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan penjelasan mengenai pentingnya buku paket yang mendukung untuk penugasan dan pemahaman materi yang diajarkan oleh guru dan guru juga menghimbau agar peserta didik membawa kalkulator sendiri-sendiri untuk memudahkan dalam perhitungan. Hasil penelitian siklus 1 aktivitas meliputi perhatian, bertanya, menjawab dan menanggapi 1 menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode think pair share peserta didik yang kurang aktif mengalami penurunan jika dibanding dengan kondisi awal dari 41,37% menjadi 10,34%, peserta didik cukup aktif dari 31,03% menjadi 13,17% sedangkan peserta didik aktif mengalami peningkatan yang pada awalnya 17,24% menjadi 44,82%. Peserta didik sangat aktif juga mengalami peningkatan yang pada awalnya 10,34% menjadi 31,03%. Hasil belajar siklus 1 ada peningkatan jika dibandingkan dengan kondisi awal Sebelum diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, ada 12(41%) peserta didik yang telah mencapai KKM, dengan rata-rata kelas 59,86. Setelah diterapkan metode kooperatif tipethink Pair Share, pada siklus 1 jumlah peserta didik yang telah mencapai ketuntasan minimal meningkat menjadi peserta didik (72,41%) peserta didik yang mencapai KKM, dengan nilai rata-rata 76,20. Hasil belajar peserta didik telah meningkat, hal ini dikarenakan peserta didik merasa ada kebebasan dalam proses belajar mengajar, mereka bebas untuk menjawab, pertanyaan, bertanya, dan menanggapi sesuai dengan metode kooperatif tipe Think Pair Share. Berdasarkan hasil observasi siklus I yang merupakan siklus awal dalam penelitian tindakan kelas ini aktivitas peserta didik kelas XI IPS 4 mengalami peningkatan aktivitas namun belum tercapai secara optimal atau belum sesuai dengan indikator keberhasilan sehingga
perlu adanya perbaikan supaya mencapai hasil yang lebih baik. Berdasarkan hasil observasi kinerja guru pada siklus I tergolong baik dengan menunjukkan nilai sebesar 74%. Guru sudah melaksanakan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif think pair share dengan baik, namun guru perlu lebih mengkomunikasikan langkah-langkah think pair share kepada peserta didik karena sebelumnya peserta didik belum pernah belajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif think pair share. Guru juga perlu lebih spesifik dalam memberikan materi kepada peserta didik, misalnya dengan memberi contoh soal untuk dikerjakan bersama guru dan peserta didik. Berdasarkan hasil perolehan pelaksanaan siklus I masih terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut: 1. Diskusi kelompok, penugasan, bertemunya dua pasangan dalam satu kelompok untuk mendapatkan dan membagikan hasil diskusi dengan kelompok dapat dilaksanakan peserta didik dengan baik, hal ini ditandai ada peningkatan aktivitas belajar yang meliputi perhatian, bertanya, menjawab, dan menanggapi. Meskipun aktivitas belajar meningkat secara signifikan, namun belum optimal. 2. Pada saat diskusi kelompok peserta didik dengan serius memahami materi dan pada saat bertemunya dua pasangan dalam satu kelompok suasana menjadi ramai, peserta didik sangat antusias menyampaikan materi yang telah didiskusikan dengan pasangan ke kelompoknya dan kedua pasangan saling menanggapi dengan serius dengan kata lain tanya jawab antar peserta didik menjadi aktif. Meskipun ruang kelas ramai tetapi peserta didik mempunyai aktivitas sehingga peserta didik tidak ada yang jenuh/ mengantuk. 3. Hasil ketuntasan belajar peserta didik pada siklus I yaitu sebesar 72,41% dengan nilai terendah 55 dan tertinggi 100 (lampiran 20). Hasil masih dibawah indikator keberhasilan belajar, sehingga pada siklus II perlu ditingkatkan lagi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya adalah: Suasana kelas yang belum terkendali, karena masih ada peserta didik yang kurang memperhatikan selama
proses pembelajaran berlangsung. Peserta didik dan guru masih mengalami kesulitan karena belum terbiasa. Kurangnya kesiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Masih ada peserta didik yang kurang menerima rekan kelompoknya. Pada siklus II pertemuan pertama, kesiapan peserta didik dalam menerima pelajaran sudah mencapai 89,65% (lampiran 27). Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta didik yang membawa buku paket ada 25 peserta didik. Semua peserta didik membawa buku catatan dan membawa alat tulis sendiri-sendiri. Namun yang membawa kalkulator hanya 21peserta didik. Alasan peserta didik adalah karena mereka tidak memiliki kalkulator. Pada pertemuan kedua, kesiapan peserta didik dalam menerima pelajaran meningkat menjadi 93,96%. Semua peserta didik yang mengikuti pelajaran ekonomi akuntansi pada hari itu hanya 2 peserta didik yang tidak membawa buku paket dan 5 peserta didik tidak membawa kalkulator. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan dalam hal kesiapan peserta didik menerima pelajaran. Hasil penelitian siklus II aktivitas meliputi perhatian, bertanya, menjawab, dan menanggapi. peserta didik dalam proses belajar mengajar telah meningkat. Perubahan dari siklus 1 ke siklus 2 peserta didik yang kurang aktif telah mengalami penurunan dari 10,34% menjadi 3,4%. Peserta didik yang beraktivitas cukup juga mengalami penurunan 13,79% menjadi 3,4%. Jumlah peserta didik aktif juga mengalami peningkatan dari 44,82% pada siklus 1 menjadi, 48,27% pada siklus 2 dan peserta didik sangat aktif mengalami peningkatan dari 31,04% pada siklus 1 menjadi 44,82% pada siklus 2. Hasil belajar peserta didik pada siklus 2 telah meningkat dengan baik dibandingkan dengan siklus 1. bahwa peserta didik yang tuntas mencapai 27 peserta didik (91,10%), dan yang tidak tuntas hanya 2 peserta didik (6,89%). Rata-rata hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan dari 76,20 menjadi 80,86. Dalam hal ini telah memenuhi target atau indikator yang telah ditetapkan yaitu mencapai ketuntasan hail belajar sebesar 75%. V. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan permasalahan,tujuan, hipotesis tindakan, hasil tindakan dan hasil pembahasan yang telah dipaparkan
penulis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Pembelajaran dengan metode kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan aktivitas belajar yang meliputi, perhatian, bertanya, menjawab, danmenanggapidikelas XI IPS-4 SMA Negeri 1 Ambarawa pada kompetensi dasar mencatat transaksi bedasarkan mekanisme debet kredit. Siklus 1 terdapat 3 peserta didik (10,34%)dikategorikan kurang aktif dan 4 peserta didik (13,79%)dikategorikan peserta didik cukup aktif, sedangkan peserta didik yang dikategorikan aktif ada 13 peserta didik (44,82%) dan peserta didik dikategorikan sangat aktif ada 9 peserta didik (31,03%) pada kegiatan pembelajaran mencatat transaksi bedasarkan mekanisme debet kredit. terlihat hasil siklus 2 peserta didik yang dikategorikan kurang aktif ada 1 peserta didik (3,4%), dikatagorikan cukup aktif ada 1 peserta didik (3,4%),sedangkan peserta didik dikategorikan aktif terdapat 14 peserta didik(48,27%) danpeserta didik dikategorikan sangat aktif terlihat 13 peserta didik (44,82%). 2) Pembelajaran dengan metode kooperatif tipe Think pair share dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, terlihat pada siklus 1 terdapat 72,41%peserta didikdikategorikan tuntas dan 27,48% peserta didikdikategorikan tidak tuntas. Pada siklus 2 terdapat 91,10% peserta didikdikategorikan tuntas dan 6,89% peserta didikdikategorikan tidak tuntas. Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti memberikan saran untuk dijadikan bahan pertimbangan dan perhatian oleh semua pihak, yaitu sebagai berikut: 1. Peserta didik Penerapan model pembelajaran Think Pair Share diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi peserta didik agar lebih meningkatkan aktivitas tidak hanya pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi melainkan pada mata pelajaran lain. 2. Guru Guru diharapkan bisa menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses belajar mengajar sehingga dapat mengantarkan pada kualitas pembelajaran yang sesuai dengan yang diharapkan, karena think pair share terbukti dapat meningkatkan aktivitas peserta didikdan meningkatkan hasil belajar peserta didik, sehingga memperoleh hasil yang optimal.
Daftar Pustaka 1) Arikunto, Suharsimi, 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bumi Aksara. 2) Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran,Ar-Ruzz Media. 3) Uno, Hamzah B, 2006, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta, Bumi Aksara. 4) http://sasterpadu.tripod.com/sas_st ore/akuntansi.pdfdi unduh 25 november 2012, jam 17.32 5) http://tumbuh-kembanganak.blogspot.com/2013/02/metode pembelajaran-yang baik.html. 6) Lie, Anita, 2005, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruangruang Kelas, Grasindo. 10) Sudjana, Nana, 2004, Dasar dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru Algesindo. 11) Suharsimi Arikunto, 2007, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bumi Aksara. 7) Mimin Haryati, 2007, Model Dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta,Gaung Persada Press. 8) Rudi Gunawan, 2011, Pendidikan IPS Filosofi Konsep dan Aplikasi,Bandung, Alfabeta. 9) Rusman, 2011, Model-Model Pembelajaran, Raja Grafindo, Jakarta, RajaGrafindo Persada.