BAB II KAJIAN PUSTAKA. mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan atau pengalaman.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan atau pengalaman."

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Teori Belajar Konstruktivisme Teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan menstransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisikannya bila perlu. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan atau pengalaman. Gagasan kontruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut: 1. Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan kontruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. 2. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. 3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang. Struktur konsep membentuk pengetahuan jika konsep itu berlaku jika berhadapan dengan pengalalaman-pengalaman seseorang. 6 Hal ini berarti pembelajaran diusahakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri siswa. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran siswa harus aktif sehingga siswa menjadi pusat kegiatan belajar di kelas. Teori belajar konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Menurut pandangan Piaget dan Vigotsky adanya hakikat sosial dari sebuah proses belajar dan juga tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggotanya yang beragam, sehingga terjadi perubahan konseptual. 6 Agus Suprijono, Kooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka belajar Yogyakarta, 2009.hal. 30 9

2 Piaget menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun di dalam pikiran siswa. Keaktifan siswa menjadi unsur yang amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas mandiri adalah jaminan untuk mencapai hasil belajar yang optimal. 7 Proses pembelajaran konstruktivisme Piaget menekankan pada kegiatan internal individu terhadap objek yang dihadapi dan pengalaman yang dimiliki seseorang. Konsep belajar konstruktivisme Vigotsky mengartikan bahwa belajar adalah adanya sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting. Pertama, belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar. Kedua, proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya. 8 Konstruktivisme Vigotsky menekankan pada interaksi sosial dan melakukan konstruksi pengetahuan dari lingkungan sosial. Pandangan konstuktivisme Piaget dan Vigotsky menekankan pentingnya interaksi melalui pembentukan kelompok belajar. Kelompok belajar memberikan kesempatan kepada siswa secara aktif dan kesempatan untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan. Hal ini nantinya akan membantu siswa untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas dan melihat ketidaksesuaian pandangan diri mereka sendiri. Menurut Paul Suparno dalam Agus Suprijono, kedua persepektif itu sama-sama mengimplikasikan pentingnya keaktifan peserta didik dalam belajar. Keduanya menekankan pada tindakan terhadap objek. Hanya saja yang satu lebih menekankan pentingnya keaktifan individu dalam melakukan tindakan terhadap objek,sedangkan yang lain lebih menekankan pentingnya lingkungan sosial-kultural dalam melakukan tindakan terhadap objek. 9 7 Agus Suprijono, Kooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka belajar Yogyakarta, hal.97 8 Ibid.hal Agus Suprijono, Kooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka belajar Yogyakarta, 2009Hal

3 2.2 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pengertian Pembelajaran Kooperatif Keberhasilan suatu pembelajaran tergantung pada perencanaan kegiatan pembelajaran, memilih model pembelajaran, dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Selain hal-hal tersebut hal yang paling penting adalah perlakuan guru dalam menggunakan perlakuan perangkat pembelajaran tersebut. Pelaksanaan pembelajaran hendaknya bermakna bagi siswa, jangan sampai siswa hanya datang dan duduk dikelas tanpa memperoleh sesuatu yang bermanfaat. Oleh karena itu hendaknya guru pandai memilih model pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Hal lain yang harus dijadikan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran adalah kesesuaiannya dengan tujuan intruksional serta pelaksanaanya dilihat dari sarana dan waktu yang tersedia. Suharsimi Arikunto mengungkapkan Tujuan intruksional adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan sikap yang harus dimiliki siswa akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan diukur. 10 Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak dari dasar getting better together 11 dimana menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan sikap, nilai, serta ketrampilan-ketrampilan sosial yang bermanfaat bagi kedihupannya dimasyarakat. Melalui metode Cooperative Learning, siswa tidak hanya belajar dan menerima apa yang disajikan 10 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, ( Pustaka Belajar : jakarta, 2005 ), hal Anita Lie, Mempraktikan Cooperative di Ruang-Ruang Kelas, (PT Grasindo Jakarta: 2002), hal

4 oleh guru dalam proses belajar mengajar, melainkan dapat juga belajar dari siswa lainnya dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk pembelajaran siswa lain. Menurut Anita Lie Dalam model pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam kelompok kecil yang heterogen. 12 Hal ini memberi peluang besar bagi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga akan memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa. Menirut Rusman, Pembelajan kooperatif (cooperatif learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat atau enam orang dengan struktur kolompok yang bersifat hoterogen. 13 Berdasarkan kutipan tersebut maka yang dimaksud pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini yaitu siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil, dimana mereka dituntut untuk saling bekerjasama dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama. Pada hakekatnya Cooperative Learning sama dengan kerja kelompok, oleh karena itu banyak guru yang mengatakan tidak ada yang aneh dalam pembelajaran Cooperative Learning, karena mereka menganggap telah terbiasa menggunakanya. Meskipun Cooperative Learning terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi semua kerja kelompok tidak bisa dianggap Cooperative Learning. 12 Anita Lie..hal Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru:, (Rajawali Pers: Jakarta, 2010), hal

5 berikut : Menurut Roger dan David Johnson dalam Agus Suparjono lima unsur dasar yang dapat membedakan Cooperatif Learning dengan Kerja Kelompok, 1. Positive interdependence, yaitu saling ada tibal balik atau saling ketergantungan positif. 2. Personal Responsibility, yaitu adanya tanggungjawab pribadi mengenai materi. 3. Face to face promotive interaction, yaitu interaksi yang langsung terjadi atar siswa tanpa adanya perantara. 4. Interpersonal Skill ( komonikasi antar anggota ) 5. Group Processing ( pemprosesan Kelompok ). 14 Sedangkan pembelajaran kooperatif mempunyai unsur dasar sebagai Unsur dasar pembelajran kooperatif menurut Rusman, yaitu; 1. Siswa dalam kelompoknya haruslah berangggapan bahwa mereka sehidup sepenganggungan bersama. 2. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri. 3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. 4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya. 5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/ penghargaanyang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. 6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk bekerjasama untuk proses belajarnya. 7. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 15 Melihat unsur-unsur dasar yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif terlihat bahwa pembelajaran dengan metode kooperatif menitik beratkan pada keaktifan siswa dan kerjasama dan ketergantungan antar siswa satu dengan yang lainnya dalam satu kelompok. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerjasama dengan baik didalam 14 Agus Suprijono, Kooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Pustaka belajar Yogyakarta, 2009), hal Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru, ( Rajawali Pers: Jakarta, 2010), hal

6 kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik dan sebagai transformator informasi, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan kepada seluruh anggota kelompoknya Prosedur Pembelajaran Kooperatif Prosedur Pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri dari empat langkah sebagai berikut: Langkah-langkah pembelajaran kooperatif: 1. Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. 2. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. 3. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian pada kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompoknya. 4. Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan pernghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Keunggulan cooperative learning menurut Wina Sanjaya, sebagai suatu strategi pembelajaran adalah sebagai berikut: 16 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru, (Rajawali Pers: Jakarta, 2010), hal

7 Keunggulan pembelajaran kooperatif, yaitu; a. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi akademiknya. b. Meningkatkan daya ingatan siswa. c. Meningkatkan kepuasan siswa dengan pengalaman belajar. d. Membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara lisan. e. Mengembangkan keterampilan sosial siswa. f. Meningkatkan rasa percaya diri siswa. g. Membantu meningkatkan hubungan positif antar siswa. 17 Melalui beberapa keunggulan cooperative learning, siswa dilatih untuk mengembangkan ketrampilan siswa dan keaktifan selama selama dikelas, baik aktif dalam hal bertanya ketika tidak mengerti tentang materi, ataupun menggali informasi dari berbagai sumber, dan kemudian menularkannya kepada siswa lainnya. hal itu akan mengajarkan siswa untuk dapat menerima perbedaan antara siswa satu dengan siswa lainnya sehingga hubungan antar siswa dapat lebih terjalin. Sedangkan kelemahan dari cooperative learning adalah: a. Pembelajaran berkelompok membatasi siswa yang berkemampuan tinggi dalam waktu belajar. b. Dibandingkan dengan pengajaran langsung oleh guru, bisa terjadi apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa. c. Penilaian yang diberikan berdasarkan hasil kerja kelompok. 18 Cooperative learning membatasi siswa yang berkemampuan tinggi, maksudnya siswa yang dianggap memiliki kelebihan mungkin akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok. Penilaian yang diberikan cooperative learning didasarkan kepada hasil kerja 17 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Kencana: Jakarta,2006), hal Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Kencana: Jakarta,2006), hal

8 kelompok. Guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa. 2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Karateristik Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Teknik pembelajaran TSTS dikembangkan oleh Spencer Kagan tahun Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak usia didik. Menurut Anita Lie, Struktur Two Stay Two Stray/Dua Tinggal Dua Tamu, memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengn kelompok lain 19 Adapun proses metode Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray, dua orang siswa tinggal dikelompok dan dua orang siswa yang lainnya bertamu kekelompok lain. Dua orang yang tinggal harus bertugas untuk memberikan informasi kepada tamu dari kelompok lain tentang hasil diskusinya, sementara itu yang bertamu bertugas untuk mencatat penjelasan hasil diskusi kelompok yang dikunjunginya. Menurut Anita Lie yang dilakukan dalam metode pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah : 1. Bekerjasama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Dimana anggotanya bersifat hiterogenitas atau beraneka ragam yaitu satu orang siswa yamg berkemampuan tinggi, dua orang siswa yang berkemampuan sedang dan satu orang yang berkemampuan rendah. 2. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompoknya, kemudian dua orang dari masing-masing kelompok yanng berkemampuan sedang akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertemu kedua kelompok lain. 19 Anita Lie, Anita Lie, Mempraktikan Cooperative di Ruang-Ruang Kelas, (PT Grasindo Jakarta: 2002), hal

9 3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok memiliki kemampuan yang tinggi dan rendah bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. 4. Tamu mohon diri dan kembali kekelompok masing-masing dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. 5. Kelompok mencocokan dan membahas hasil mereka Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembelajaran di SMA Negeri 2 Salatiga, Kelas XI IPS-1 dapat digambarkan sebagai berikut : Langkah 1. Pembagian Kelompok dan Pembagian Tugas Siswa yang berjumlah 32 dibagi menjadi 8 kelompok, yaitu: - Kelompok 1, - Kelompok 2, - Kelompok 3, - Kelompok 4, - Kelompok 5, - Kelompok 6, - Kelompok 7, - Kelompok 8 Masing-masing kelompok terdiri 4 orang yaitu A,B,C dan D. Selanjutnya, masing-masing kelompok mendiskusikan tugas mereka. Kelompok 1,3.5,7 mengerjakan tugas dengan kode A, kelompok 2,4,6,8 mengerjakan tugas kode B. 20 Anita Lie, Anita Lie, Mempraktikan Cooperative di Ruang-Ruang Kelas, (PT Grasindo Jakarta: 2002), hal

10 Langkah II. Pertukaran Kelompok atau Moving Siswa Pada tahap II, dua orang anggota kelompok bertamu kelompok lain yang berbeda, misalkan kelompok 1 yang beranggotakan A₁, B₁, C₁ dan D₁, yang kemudian A₁ dan B₁ bertamu kekelompok 2, C₁ dan D₁ tetap tinggal ditempat sebagai tuan rumah. Masing-masing siswa yang bertamu bertugas mencari informasi mengenai tugas yang telah dibahas oleh tuan rumah, sementara dua 2 anggota lainnya tetap berada dalam kelompok (sebagai tuan rumah), mereka bertugas memberikan informasi mengenai materi yang telah dibahas dalam kelompoknya. Setelah selesai bertamu siswa kembali ke kelompoknya dan menyampaikan informasi tentang yang mereka peroleh dari kelompok lain dan membuat kesimpulan antara yang dibahas dalam kelompoknya dengan kelompok lain. Seperti yang terlihat dalam skema berikut ini : Kel 1 Kel 2 Kel 5 Kel 6 A₁ C₁ B₁ D₁ A₂ B₂ C₂ D² A₅ C₅ B₅ D₅ A₆ C₆ B₆ D₆ Kel 3 Kel 4 Kel 7 Kel 8 A₃ B₃ C₁₃ D₃ A₄ C₄ B₄ D₄ A₇ C₇ B₇ D₇ A₈ C₈ B₈ D₈ GAMBAR 2.4 Bagan Kegiatan Moving Siswa Dengan melihat langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray, siswa dapat memperoleh banyak manfaat, diantaranya siswa mendapatkan informasi dalam 18

11 kelompoknya dan dari dua tamu dari kelompok lain. Setiap siswa dapat berperan aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar serta daya ingat karena saling mengajarkan materi yang sudah dipelajari, khususnya Ekonomi Akuntansi. Tipe Two Stay Two Stray, guru menentukan anggota kelompoknya supaya merata. Selain itu, guru juga menentukan siapa yang pergi atau bertamu dan kelompok mana yang akan didatanginya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kegaduhan dalam kelas, misalnya memperebutkan kelompok yang akan didatangi. Karena jika tidak ditentukan oleh guru, biasanya siswa bebas memilih sesuatu dengan keinginannya sehingga terjadi penyimpangan. 2.4 Aktivitas Aktivitas siswa berperan penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas psikis seperti aktivitas mental. Banyak guru yang terkecoh oleh sikap siswa yang pura-pura aktif padahal tidak. Menurut Widi Raharja Aktivitas adalah kegiatan jasmani dan rohani manusia untuk melakukan sesuatu dalam upaya mencapai tujuan tertentu. Dalam mengajar guru harus berupaya agar siswa benar-benar ada keaktifan dalam mengikuti belajar mengajar baik keaktifan secara jasmani seperti melakukan praktek/percobaan, berlatih dan sebagainya, dan keaktifan secara rohani seperti: mengamati, memecahkan persoalan, mengambil kesimpulan dan sebagainya. 21 Mengajar adalah upaya yang dilakukan guru agar siswa belajar. Dalam pengajaran, siswalah yang menjadi subjek, dimana siswa sebagai pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru 21 Widi Raharja, Sekitar Strategi belajar Mengajar dan Ketrampilan Mengajar, (Fakultas Ekonomi : Salatiga, 2002). Hal

12 hendak merencanakan pengajaran, yang menuntut siswa benyak melakukan aktivitas belajar. Hal ini tidak berati siswa dibebani banyak tugas. Menirut R. Ibrahim dan Nana. S, Aktivitas atau tugas-tugas yang dikerjakan siswa hendaknya menarik minat siswa, dibutuhkan dalam perkembanganya, serta manfaat bagi masa depannya. Kegiatan belajar mengajar diperlukan suatu proses perhatian, bertanya, menjawab, sehingga suasana kelas menjadi lebih hidup. Peserta didik tidak akan aktif jika proses belajar mengajarnya ada kegiatan. Menurut Gagne yang dikutip Agus Suparjono Belajar adalah perubahan diposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan diposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari peoses pertumbuhan seseorang secara alamiah 22 Pendapat serupa yang diungkap oleh baharuddin dan Esa N.W : Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Belajar sebagai karakteristik yang membedakan antara manusia dengan makhluk lain, merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. 23 Berdasarkan pendapat Gagne dan Esa dapat disimpulkan bahwa hal yang menyangkut pengertian belajar dalam penelitian ini yaitu: a. Belajar merupakan suatu proses, yaitu kegiatan yang bersinambungan yang dimulai sejak lahir dan terus berlangsung seumur hidup. 22 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, ( pustaka Belajar: Yogyakarta, 2009).hal Baharuddin dan Esa W.N, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Ar-ruzz Media : jogjakarta, 2010 ). Hal

13 b. Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif dan permanen. c. Hasil belajar ditunjukan dengan aktivitas-aktivitas tingkah laku secara keseluruhan. Indikator dari aktivitas adalah perhatian, mencatat, menjawab, bertanya, dan menanggapi. Semakin banyak kesadaran yang menyertai suatu aktivitas, maka semakin intensif akan indikatornya. 2.5 Hasil Belajar Suatu kegiatan belajar mengajar, hasil belajar siswa merupakan out put yang selalu diharapkan oleh orang-orang yang terlibat dalam proses pembelajaran tersebut, baik siswa, guru, maupun bagi orang tua siswa. Hasil belajar ini merupakan hasil usaha guru yang bertugas untuk mengajar dan siswa yang berfungsi sebagai subjek pengajaran. Menurut bloom yang dikutip Agus Suparjono, Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. 24 Pendapat serupa yang dikemukakan oleh Gagne dalam Agus Suparjono Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan yang berupa informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, ketrampilan motorik dan sikap. 25 Hasil pembelajaran mencakup semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi 24 Agus Suprijono, Kooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Pustaka belajar Yogyakarta, 2009, hal.6 25 Agus Suprijono, ibid. hal.6 21

14 pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: 1. Keefektifan (effectiveness); 2. Efisiensi (efficiency); 3. Daya tarik (appeal). 26 Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan ratio antara keefektifan dan jmlah waktu yang dipakai dalam pembelajaran atau jumlah biaya yang digunakan. Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan hasil belajar pada penelitian ini yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang ditandai dengan adanya perubahan dalam aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), psikomotorik (ketrampilan) dengan keefektifan, efisien dan daya tarik. 2.6 Karateristik Pembelajaran Akuntansi di SMA Kurikulum SMA akan mempersiapkan siswanya untuk mampu memasuki perguruan tinggi dengan lebih mudah. Maka penjurusan di SMA juga sangat erat kaitannya dengan kelanjutan studi setelah SMA. Idealnya di setiap SMA ada tiga jurusan yang sediakan, yakni IPA, IPS, dan Bahasa. Pandangan sebagian siswa, orangtua, bahkan juga guru yang menganggap kelas IPS itu kelas buangan, kelas sisa-sisa, kelas nomor dua, atau apa pun bahasanya adalah keliru besar. Tidak jaminan bahwa anak-anak yang masuk jurusan IPA masa depannya Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran,(PT. Bimu Aksara : Jakarta, 2006), hal 22

15 lebih cerah. Demikian juga sebaliknya, bukan berarti setiap siswa yang masuk jurusan IPS masa depannya akan suram dan calon generasi yang gagal. IPA adalah istilah yang digunakan untuk menghimpum ilmu biologi, fisika dan kimia. Sementara IPS menghimpun ilmu sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi. Jurusan di SMA memilih ketika memasuki kelas XI. Tentu pilihan tersebut harus disesuaikan dengan talenta yang dimiliki, yakni minat dan bakat siswa. Selanjutnya dipertimbangkan secara kemampuan akademisnya sewaktu di kelas X. barulah kemudian ditetapkan pilihan jurusan di kelas XI, IPA atau IPS. Kompetensi dasar mata pelajaran adalah kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah melalui proses pembelajaran Akuntansi SMA, mencakup: 1. Menganalisis akuntansi sebagai sistem informasi. 2. Menjelaskan dasar hukum pelaksanaan Akuntansi bagi perusahaan di Indonesia. 3. Menerapkan struktur dasar Akuntansi. 4. Menerapkan tahapan siklus Akuntansi Perusahaan Jasa. 5. Menerapkan tahapan siklus Akuntansi Perusahaan Dagang. 6. Menerapkan tahapan siklus Akuntansi Koperasi. 7. Menganalisis laporan keuangan. 8. Menerapkan metode kuantitatif. 27 Pelajaran Akuntansi di Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah pengembangan pengetahuan, ketrampilan, sikap rasional, teliti, jujur dan bertanggung jawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran transaksi keuangan sampai penyusunan laporan keuangan. Meskipun SMA diprioritaskan untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, tapi setidaknya sudah dibekali oleh skill atau ketrampilan &aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a 18 juni 2012, jam

16 Pembelajaran akuntansi memiliki tujuan dan fungsi yang dapat dilihat dalam standar kompetensi akuntansi yang harus diperlihatkan siswa setelah pembelajaran. Standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa terdiri dari delapan standar kompetensi meliputi kemampuan: (1) mendeskripsikan akuntansi sebagai sumber informasi, (2) mendeskripsikan pedoman akuntansi, (3) mendeskripsikan proses terbentuknya laporan keuangan, (4) menerapkan tahapan siklus akuntansi, (5) menganalisis laporan keuangan, (6) menerapkan akuntansi pada kelompok aktiva, (7) menerapkan akuntansi sebagai kelompok pasiva. (8) menerapkan metode kualitatif. 28 Melihat tujuan dan fungsi pembelajaran akuntansi, maka pembelajaran akuntansi memiliki nilai-nilai esensial sehingga penting untuk diajarkan kepada siswa. Setelah mempelajari akuntansi siswa diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan sosial dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran akuntansi dilakukan melalui pendekatan tuntas, karena pembelajaran Akuntansi merupakan suatu siklus sehingga ketrampilan satu berkaitan dengan ketrampilan yang lain dan lebih mengutamakan pencapaian melalui pelatihan langsung yang dialami siswa. Bahan pelajaran yang diberikan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut dibagi atas beberapa kompetensi dasar. Setiap kompetensi terdiri dari bahan-bahan pelajaran yang diurutkan secara sistematik sesuai dengan urutan dalam proses akuntansi (pencatatan, pengikhtisaran, dan pelaporan). Setiap siswa diharuskan menguasai bahan kompetensi dasar sebelum melanjutkan ke kompetensi dasar berikutnya, karena setiap kompetensi dasar merupakan satu kesatuan. Keaktifan dan hasil belajar 36-37) 28 Anggra Agustina, Buku Pedoman Khusus Model 3 Akuntansi, (Debdiknas 2009 : 24

17 siswa pada mata pelajaran ekonomi akuntansi kompetensi dasar ikhtisar dan laporan keuangan siklus akuntansi perusahaan jasa dapat ditingkatkan dengan metode kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Pada mata pelajaran akuntansi kompetensi dasar ikhtisar dan siklus akuntansi perusahaan jasa, Setiap kelompok mendiskusikan soal mengenai ikhtisar dan laporan keuangan. Hal pertama yang harus dilakukan guru yaitu menentukan anggota kelompoknya supaya merata siswa dibagi menjadi 8 kelompok. Selain itu, guru juga menentukan siapa yang pergi atau bertamu dan kelompok mana yang akan didatanginya. Masing-masing kelompok terdiri 4 orang yaitu A,B,C dan D. Selanjutnya, masing-masing kelompok mendiskusikan tugas mereka. Kelompok 1,3.5,7 mengerjakan tugas dengan kode A, kelompok 2,4,6,8 mengerjakan tugas kode B. Setelah setiap kelompok berdiskusi dua siswa pada setiap kelompok bertamu kelompok lain dan mencari informasi mengenai apa yang telah disiskusikan dan yang tinggal berkewajiban menyampaikan informasi, setelah selesai kembali kekelompoknya dan membuat kesimpulan mengenai materi yang telah selesai didiskusikan. Pelajaran Akuntansi mengenal istilah latihan (Training), dimana dalam pelaksanaanya mengenal 4 langkah yang mendorong kegiatan belajar secara efektif, yaitu memperlihatkan ( to show ), menjelaskan ( to tell ), mengerjakan ( to do ),dan memeriksa (to check ). Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dapat menaungi kegiatan pembelajaran tersebut. Ini akan terlihat saat siswa mengerjakan tugas dengan kelompoknya. 25

18 2.7 Hipotesa dan Kerangka Pikir Berdasarkan rumusan masalah dan usulan tindakan, tujuan penelitian, dan kajian pustaka maka diajukan hipotesa penelitian sebagai berikut : 1. Penggunaan metode pembelajaran Metode Kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada pembelajaran Akuntansi Kompetensi Dasar ikhtisar dan laporan keuangan siklus akuntansi perusahaan jasa yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, berupa: perhatian, bertanya, menjawab, dan menanggapi. 2. Meningkatnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selanjutnya hipotesis penelitian ini, disajikan dalam bentuk skema kerangka berpikir penelitian sebagai berikut: Kondisi Awal A. Tindakan PTK Siklus I Guru menggunakan metode konvensional ceramah dan penugasan Guru menggunakan Metode Kooperatif Model TS-TS Aktivitas, dan hasil belajar tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran, KKM tidak tercapai Aktivitas belajar dan hasil belajar siswa belum atau sudah mencapai indikator ketuntasan 75% Tindakan PTK Siklus II Guru menggunakan Metode Kooperatif Model TS-TS perbaikan siklus I Aktivitas belajar dan hasil belajar meningkat indikator yang ditetapkan Gambar 3. Kerangka pikir 26

I Pendahuluan. Fungsi mata pelajaran ekonomi akuntansi pada Sekolah Menengah Atas

I Pendahuluan. Fungsi mata pelajaran ekonomi akuntansi pada Sekolah Menengah Atas S I Pendahuluan MA Negeri 1 Ambarawa merupakan satu-satunya SMA Negeri yang ada di Ambarawa. SMA Negeri 1 Ambarawa terletak di JL. Yos Sudarso No.46. Rentang kelas di SMA Negeri 1 Ambarawa yaitu X, XI,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Salatiga, peneliti berhasil mengidentifikasi permasalahan pembelajaran akuntansi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Salatiga, peneliti berhasil mengidentifikasi permasalahan pembelajaran akuntansi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Aktivitas Kondisi Awal Berdasarkan observasi kondisi awal yang diakukan di SMA Negeri 2 Salatiga, peneliti berhasil mengidentifikasi permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajar Menurut Teori Konstruktivisme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajar Menurut Teori Konstruktivisme BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran 2.1.1. Hakekat Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Belajar dan pembelajaran merupakan istilah yang erat kaitannya dalam proses pendidikan. Sedangkan pembelajaran

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS V SD WASHLIYANI MARTUBUNG

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS V SD WASHLIYANI MARTUBUNG MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS V SD WASHLIYANI MARTUBUNG *AKDEN SIMANIHURUK DAN **SYAUFAYURA *Dosen Jurusan PPSD

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think. pair Share (TPS) pada Mata Pelajaran Ekonomi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think. pair Share (TPS) pada Mata Pelajaran Ekonomi Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think pair Share (TPS) pada Mata Pelajaran Ekonomi Hilman Talihan Jurusan/Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

616 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI

616 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) PADA MATA KULIAH DASAR UMUM PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA (Upaya Pelestarian Bahasa Indonesia bagi Generasi Muda) Welsi Damayanti Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS) 11 MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS) Durinta Puspasari 1, Durinda Puspasari 2 1,2 Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray. peserta didik 20 dengan rincian 9 perempuan dan 11 laki-laki.

BAB V PEMBAHASAN. 1. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray. peserta didik 20 dengan rincian 9 perempuan dan 11 laki-laki. BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray dalam Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Proses Pembentukan Tanah Model cooperative learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Pendidikan adalah sarana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia dalam aspek kemampuan,

Lebih terperinci

aspek saja, tetapi terjadi secara menyuluruh yang meliputi aspek kognitif, afektif,

aspek saja, tetapi terjadi secara menyuluruh yang meliputi aspek kognitif, afektif, Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku individu, sebagai akibat atau umpan balik dari proses pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut bukan terjadi hanya pada satu aspek saja, tetapi terjadi

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S 1. Diajukan Oleh: TUMIYATUN A.54A100051

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S 1. Diajukan Oleh: TUMIYATUN A.54A100051 PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 03 WONOREJO, GONDANGREJO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 JURNAL PUBLIKASI

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS LESSON STUDY YANG MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS LESSON STUDY YANG MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS LESSON STUDY YANG MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY Masrita Gani 1 SMP Negeri 1 Suli 1 masrita.gani@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Suatu pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK Fandi Kurniawan Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan cara lain yang dikenal dan diakui oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas.

BAB II KAJIAN TEORI. peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN.

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN. UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN. Agus Makmur Dosen Pendidikan Matematika UGN Padangsidimpuan panjaitan_makmur@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 GATAK TAHUN PELAJARAN 2010/2011 NASKAH PUBLIKASI Diajukan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TWO STAY TWO STRAY SISWA KELAS X-AK SMK BHUMI PAHALA PARAKAN TEMANGGUNG

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TWO STAY TWO STRAY SISWA KELAS X-AK SMK BHUMI PAHALA PARAKAN TEMANGGUNG UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, Maret 2015 MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TWO STAY TWO STRAY SISWA KELAS X-AK SMK BHUMI PAHALA PARAKAN TEMANGGUNG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 2.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak tahu menjadi tahu, seperti yang diungkapkan oleh Slameto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latarbelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latarbelakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latarbelakang Masalah Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang. Struktur konsep membentuk pengetahuan jika konsep itu berlaku jika berhadapan dengan pengalaman-pengalaman

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 34 Nomor 1 Tahun 2017 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR Dyah Kartika Sari

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S 1 Program Pendidikan Akuntansi

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S 1 Program Pendidikan Akuntansi PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (EKONOMI) KELAS VIIIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003: pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

Anna Revi Nurutami Universitas PGRI Yogyakarta

Anna Revi Nurutami Universitas PGRI Yogyakarta UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) PADA SISWA KELAS VIIIA SMP MATARAM KASIHAN Anna Revi Nurutami Universitas PGRI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 Achmad Hasbi Ash Shiddiq. Program studi pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dalam belajar adalah peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. Dalam tinjauan pustaka ini akan memaparkan pengertian-pengertian konsep yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. Dalam tinjauan pustaka ini akan memaparkan pengertian-pengertian konsep yang 9 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA 2.1. Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini akan memaparkan pengertian-pengertian konsep yang berkaitan dengan penelitian sebagai berikut: 2.1.1.

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN KIMIA DI KELAS X-6 SMA N 12 PEKANBARU Dwi Gusti Nola *), R. Usman Rery, Erviyenni

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL PENGARUH INTEGRASI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MATA PELAJARAN GEOGRAFI MATERI LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Desain atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangeran Puger No.23 desa Grobogan kecamatan Grobogan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pangeran Puger No.23 desa Grobogan kecamatan Grobogan. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang SMA Negeri 1 Grobogan merupakan salah satu sekolah menengah atas yang berada di Kabupaten Grobogan. SMA Negeri 1 Grobogan berlokasi di jalan Pangeran Puger No.23 desa

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTURAL TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTURAL TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTURAL TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA RADIAHTUL MARDIAH Guru SMP Negeri 1 Kuantan Mudik radiatul.m@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER Oleh : Bambang Sumantri Dosen Tetap Yayasan STKIP PGRI Ngawi Abstrak : Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA 2.1.1 Definisi Pembelajaran Menurut Susanto (2013: 19) pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan guru agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Belajar merupakan komponen penting dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Model Pembelajaran Soekamto (Hamruni, 2012: 5) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukisikan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di MIN Sumberjati Kademangan Blitar pada mata pelajaran Fiqih dengan melalui penerapan model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kalangan pelajar menganggap belajar fisika adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dengan pikiran pada suatu

Lebih terperinci

Oleh: Asis Nuansa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta 2015 ABSTRAK

Oleh: Asis Nuansa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta 2015 ABSTRAK UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PADA SISWA KELAS VIIIA MTS SUDIRMAN GETASAN KAB. SEMARANG

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY DALAM PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Sri Murwaeni 1, Suripto. 2, Ngatman 3 FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutarmi No. 36A, Surakarta

Lebih terperinci

ROSITA SAYEDI Nim Pembimbing 1. Dr. Hamzah Yunus, M.Pd 2. Badriyyah Djula, S.Pd., M.Pd

ROSITA SAYEDI Nim Pembimbing 1. Dr. Hamzah Yunus, M.Pd 2. Badriyyah Djula, S.Pd., M.Pd MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DENGAN METODE DRILL PADA MATERI KERTAS KERJA (WORKSHEET) MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS X 5 SMA NEGERI 2 GORONTALO ROSITA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari kegiatan proses belajar di sekolah, sebab secara langsung kegiatan pembelajaran dapat menentukan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA Juhji 9 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA Oleh: Juhji 1 Abstrak. Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia adalah dengan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 SENTOLO Nurul Arum Sulistyowati FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) Jurnal Ilmiah Edukasi Matematika (JIEM) 7 UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) Susi Widowati Program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada kelas VIII-A cenderung text book oriented dan teacher oriented. Hal ini terlihat dari hasil

Lebih terperinci

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KORMIANA MS Guru SMP Negeri 3 Tapung kormiiana342@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EFEK DOPPLER MELALUI TS-TS SISWA KELAS XI TKJ.1 SMK NEGERI 1 BIREUEN. Oleh Bima Albert*

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EFEK DOPPLER MELALUI TS-TS SISWA KELAS XI TKJ.1 SMK NEGERI 1 BIREUEN. Oleh Bima Albert* 142 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EFEK DOPPLER MELALUI TS-TS SISWA KELAS XI TKJ.1 SMK NEGERI 1 BIREUEN Oleh Bima Albert* Abstrak Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meningkatkan hasil belajar efek Doppler melalui

Lebih terperinci

Desra Putri Devi. Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Desra Putri Devi. Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X IIS 2 SMA N 8 SURAKARTA TAHUN 2014/2015 Desra Putri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Russefendi ET (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 3), menjelaskan bahwa kata matematika berasal dari perkataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan sebagai proses belajar bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa secara optimal, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Lebih terperinci

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KELANGKAAN DIKELAS X SMA NEGERI 2 BIREUEN Noventi, Nurul Mahasiswa Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS ( TWO STAY TWO STRAY )

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS ( TWO STAY TWO STRAY ) MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS ( TWO STAY TWO STRAY ) A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dikembangkan oleh Spencer

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PADA MATA KULIAH GEOGRAFI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2006A DI JURUSAN GEOGRAFI-FIS-UNESA Sri Murtini *) Abstrak : Model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa, termasuk kemampuan bernalar, kreativitas, kebiasaan bekerja keras,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE TALKING STICK DAN KARTU ARISAN PADA KELAS XI IPS

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE TALKING STICK DAN KARTU ARISAN PADA KELAS XI IPS PENGESAHAN ARTIKEL MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE TALKING STICK DAN KARTU ARISAN PADA KELAS XI IPS.2 DI SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki multi peran sehingga menciptakan kondisi belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki multi peran sehingga menciptakan kondisi belajar mengajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya peningkatan mutu pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi

Lebih terperinci

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar. UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS VII A SMP N 3 SENTOLO Estiningsih Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

Dita Agnes Dekasari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dita Agnes Dekasari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X IIS 3 SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Dita Agnes Dekasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Hasil belajar matematika Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori 1.1.1 Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata pelajaran yang yang bersifat abstrak, sehingga dituntut

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII 1 MTs NEGERI ENOK Habibullah a, Hj. Zetriuslita b, Abdurrahman c a Alumni Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang 1. Oleh karena itu, masyarakat terutama siswa sekolah formal.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang 1. Oleh karena itu, masyarakat terutama siswa sekolah formal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran matematika mempunyai peranan yang sangat penting di dalam pendidikan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi peran matematika sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan kurikulum yang berlaku, karena kurikulum merupakan syarat

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan kurikulum yang berlaku, karena kurikulum merupakan syarat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah SMA NEGERI 1 Tengaran merupakan salah satu sekolah menengah yang berada di Kabupaten Semarang. Setiap sekolah dan lembaga pendidikan memiliki program-program

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA FITRA YULIA ROZI Guru IPS SMP Negeri 6 Pekanbaru fitria@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang berdasarkan faham konstruktivis. 1 Menurut Hamid Hasan, kooperatif

BAB II LANDASAN TEORI. yang berdasarkan faham konstruktivis. 1 Menurut Hamid Hasan, kooperatif BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. 1 Menurut Hamid Hasan, kooperatif mengandung pengertian

Lebih terperinci

Oleh: Umi Hidayah Sahida 1, Noorhidayati 2, Kaspul 3 Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 1,2,3

Oleh: Umi Hidayah Sahida 1, Noorhidayati 2, Kaspul 3 Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 1,2,3 Jurnal Wahana-Bio Volume XVI Desember 2016 UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MIA 1 SMA NEGERI 6 BANJARMASIN PADA KONSEP EKOSISTEM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik dengan baik maka masa depan bangsa akan menjadi baik pula. Mereka akan mampu menjadikan bangsa

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Suska Journal of Mathematics Education Vol.2, No. 1, 2016, Hal. 41 51 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIIIb

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori dikemukakan teori antara lain model Dua Tinggal Dua Tamu (two stay two stray) yang meliputi: kajian teori pembelajaran IPA, definisi IPA, latar

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012 Lorentya Yulianti Kurnianingtyas & Mahendra Adhi Nugroho Halaman 66-77

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012 Lorentya Yulianti Kurnianingtyas & Mahendra Adhi Nugroho Halaman 66-77 IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI 3 SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 Oleh: Lorentya Yulianti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray a) Pengertian model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray Menurut Isjoni (2010, h.15 ) model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran sejarah Belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MASRI MANSYUR Guru SMP Negeri YASFII Dumai masrimansyur449@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif

Lebih terperinci

Vita Ariani Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Erika Eka Santi, M. Si Dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Vita Ariani Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Erika Eka Santi, M. Si Dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 KECAMATAN BUNGKAL Vita Ariani Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara, sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada bab 2 pasal 3 menyatakan:

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 4 No. 1 Maret 2017, hal 39-44 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT Hj. Annisa NIP.

Lebih terperinci

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Jurnal Dinamika, September 2011, halaman 74-90 ISSN 2087-7889 Vol. 02. No. 2 Peningkatan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar Biologi Siswa melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No.1, Tahun 2014 Elisa Rahma Saputri 25-35

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No.1, Tahun 2014 Elisa Rahma Saputri 25-35 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR Prodi Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta elisa.elisa91@yahoo.co.id Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 058 BALAI MAKAM DURI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 058 BALAI MAKAM DURI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 058 BALAI MAKAM DURI Elvera Gustina a, Zetriuslita b, Mefa Indriati c a Alumni Program Studi

Lebih terperinci

Ridwan Jusuf, S.Pd., M.Pd (Program Studi Pendidikan Fisika) Abstrak

Ridwan Jusuf, S.Pd., M.Pd (Program Studi Pendidikan Fisika) Abstrak ANALISIS KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PADA MATAKULIAH FISIKA DASAR DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) Ridwan Jusuf, S.Pd., M.Pd (Program

Lebih terperinci