BAB IV ANALISIS Dari proses pengolahan data dan penyajian hasil akhir, terdapat beberapa hal yang perlu dianalisis. Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan seberapa jauh penelitian ini dilakukan dan juga kendala-kendala yang ditemui serta pengaruhnya terhadap hasil perhitungan. 4.1 Analisis Terhadap Data yang Digunakan Data Citra Satelit Data citra satelit yang digunakan merupakan citra Satelit Quickbird pada tahun 23, sedangkan penelitian dilakukan pada tahun 27, tentu saja banyak obyek yang telah berubah seiring berjalannya waktu. Beberapa obyek yang pada tahun 23 tampak pada citra tetapi sekarang sudah tidak ada lagi ataupun sebaliknya, obyek yang tadinya tidak ada tetapi sekarang ada. Akibatnya ketika survey lapangan dilakukan, keadaannya telah banyak berubah. Walaupun resolusi citra Quickbird yang digunakan sudah sangat tinggi, namun masih terdapat obyek yang sulit untuk diinterpretasi. Hal ini cukup menyulitkan dalam proses dijitasi, sehingga berpengaruh pada kualitas data hasil dijitasi. Data Jumlah Penduduk Data jumlah penduduk yang diperoleh bersumber dari Kantor Kelurahan Tamansari. Data ini merupakan data jumlah penduduk tahun 23 berdasarkan pendataan program KB ( Keluarga Berencana ), sehingga data tersebut belum tentu mewakili keadaan yang sebenarnya pada tahun 23. - 34 -
4.2 Analisis Terhadap Penentuan Wilayah Studi Pemilihan wilayah studi didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: Kelurahan Tamansari dipilih sebagai wilayah penelitian karena pada wilayah ini terdapat kelima tipe perumahan, yaitu mewah, menengah, sederhana, kampung dan liar. Wilayah penelitian tersebut merupakan wilayah yang tidak terlalu asing untuk dikunjungi dan juga tidak terlalu luas cakupannya, sehingga pada saat melakukan survey lapangan tidak memerlukan waktu yang lama. 4.3 Analisis Terhadap Proses Klasifikasi Perumahan Pada penelitian ini, klasifikasi perumahan masih menggunakan klasifikasi yang dilakukan oleh Deonald.T (27), dimana perumahan dibagi menjadi 5 (lima) kelas, yaitu : perumahan mewah, menengah, sederhana, kampung dan liar. Klasifikasi tersebut dianggap memenuhi untuk daerah penelitian. Perbedaannya hanya pada survey lapangan yang dilakukan untuk bisa menyempurnakan klasifikasi sebelumnya. Namun kelima klasifikasi perumahan tersebut tidak memperhitungkan perumahan dengan bangunan bertingkat. Akibatnya dapat menimbulkan kesalahan pada data luas yang digunakan. Karena itu perlu dilakukan klasifikasi lebih lanjut untuk memperhitungkan hal tersebut. 4.4 Analisis Terhadap Proses Dijitasi Permukiman Proses dijitasi merupakan bagian penting dalam penelitian ini. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dijitasi, antara lain: Kemampuan yang dimiliki interpreter. Semakin mahir seorang interpreter maka hasil dijitasi yang diperoleh akan semakin baik. Kemampuan ini juga tergantung dari pengalaman dalam bidang dijitasi seorang interpreter. Kualitas citra satelit yang digunakan. Semakin tinggi resolusi citra akan semakin mempermudah proses interpretasi yang artinya akan sangat membantu dalam proses dijitasi. Untuk penelitian ini, beberapa obyek dalam citra masih sulit untuk diinterpretasi sehingga sangat memungkinkan terjadi kesalahan dalam proses dijitasi. Karena itu dibutuhkan citra dengan resolusi yang lebih tinggi lagi. - 35 -
Ketelitian dalam proses dijitasi sangat diperlukan dalam penelitian ini, karena hasil dari dijitasi merupakan data luas yang akan digunakan dalam proses perhitungan. Apabila dijitasi yang dilakukan tidak tepat, maka data luas yang diperoleh juga tidak baik, sehingga berpengaruh juga pada hasil perhitungan. 4.5 Analisis Terhadap Survey Lapangan yang Dilakukan Survey lapangan yang dilakukan pada saat yang bersamaan dengan proses dijitasi dalam penelitian ini sangat membantu penulis dalam menentukan tipe perumahan yang sesuai dengan klasifikasi. Apabila dijitasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan keadaan dilapangan, maka dapat segera dilakukan editing untuk memperbaiki dijitasi. Namun survey lapangan juga mengalami kesulitan dikarenakan perbedaan tahun penelitian (27) dengan tahun pengambilan citra yang digunakan (23). Sehingga telah banyak perubahan khususnya di daerah penelitian. Kesulitan lainnya yaitu dalam menentukan tipe perumahan sesuai klasifikasi. Dari pola yang tampak pada citra, suatu rumah bisa dikatakan masuk dalam pola tidak teratur, ini artinya rumah tersebut termasuk dalam kelas kampung atau liar. Namun ketika dilakukan survey ke lapangan, ternyata apabila dilihat dari luas bangunan dan bentuknya, rumah tersebut masuk kedalam kelas sederhana yang seharusnya berpola teratur. Ketika melakukan survey lapangan, dilakukan juga pendataan jumlah orang penghuni, luas tanah, dan luas bangunan rumah tersebut. Ternyata pada kenyataannya rumah yang didata banyak yang merupakan rumah kos, yang artinya jumlah penghuninya tidak tetap sehingga bisa berubah setiap saat. 4.6 Analisis Terhadap Metode Pembobotan Land Use Density Penelitian ini menggunakan metode pembobotan land use density dengan menerapkan prinsip kuadrat terkecil. Apabila dilihat dari hasil perhitungan dan pengujian untuk daerah yang sama, maka dapat dikatakan metode land use density dapat diterapkan pada wilayah Kelurahan Tamansari Bandung dengan Rw sebagai satuan terkecilnya. - 36 -
Sementara pembobotan yang digunakan sangat berpengaruh dalam perhitungan. Dengan menggunakan motode land use density tanpa pembobotan, nilai kepadatan penduduk yang diperoleh ada yang bernilai negatif, yaitu untuk tipe perumahan menengah ( -.152 orang/m 2-152 orang/ha ). Hal ini disebabkan karena keterbatasan model yang digunakan dalam menggambarkan hubungan jumlah penduduk dengan kepadatan penduduk. Hubungan luas total permukiman dalam 1 Rw dengan jumlah penduduk hasil asumsi tanpa pembobotan dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik Hubungan Luas Permukiman dengan Jumlah Penduduk (Tanpa Pembobotan) 4 35 y =.195x R 2 =.2348 Jumlah Penduduk Asumsi (Tanpa Pembobotan) 3 25 15 1 5 4 6 8 1 1 14 16 18 Luas Total Permukiman Gambar 4.1 Grafik Hubungan Luas Permukiman dengan Jumlah Penduduk Asumsi Tanpa Pembobotan Karena itulah dilakukan pembobotan pada parameter luas permukiman untuk memperoleh hasil yang lebih realistis. Dengan menggunakan pembobotan, hasil yang diperoleh tidak ada yang bernilai negatif. Selain itu bila dilihat presentase kesalahan relatif, perhitungan dengan pembobotan kesalahan relatifnya lebih kecil dibandingkan presentase kesalahan relatif perhitungan tanpa pembobotan. Kriteria yang digunakan sebagai ukuran bobot yaitu luas permukiman terbesar dalam satu Rw dan luas total Rw tersebut. Kriteria-kriteria tersebut digunakan sebagai bobot karena pada parameter luas (A) merupakan hasil dijitasi dan ini - 37 -
tidak sepenuhnya benar, kesalahan inilah yang perlu diminimalkan dengan ukuran bobot. Ukuran bobot digunakan untuk membedakan prilaku Rw yang satu dengan Rw yang lain. Hubungan luas total permukiman dalam 1 Rw dengan jumlah penduduk hasil asumsi dengan pembobotan dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik Hubungan Luas Permukiman dengan Jumlah Penduduk (Pembobotan) 4 35 y =.25x R 2 =.141 Jumlah Penduduk Asumsi (Pembobotan) 3 25 15 1 5 4 6 8 1 1 14 16 18 Luas Total Permukiman Gambar 4.2 Grafik Hubungan Luas Permukiman dengan Jumlah Penduduk Asumsi dengan Pembobotan 4.7 Analisis Terhadap Hasil Perhitungan Dari hasil akhir yang diperoleh, nilai kepadatan penduduk dengan metode pembobotan land use density memberikan hasil yang baik, dan tidak ada hasil yang bernilai negatif. Apabila diuji dengan menggunakan persamaan P = A. D maka jumlah penduduk yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan jumlah penduduk yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Tamansari. Selisih terbesar yaitu di Rw 4 yaitu -75 orang dengan kesalahan relatif -7,543%, sedangkan selisih terkecil yaitu di Rw16 -,37 orang ( orang) dengan kesalahan relatif -.34%. Hal ini dapat berarti bahwa nilai kepadatan tersebut bisa digunakan untuk mengestimasi total jumlah penduduk di Kelurahan Tamansari Bandung. Namun masih perlu dilakukan pengujian lanjut dengan menggunakan sampel daerah Kelurahan lain untuk menguji apakah hasil - 38 -
perhitungan kepadatan penduduk tersebut bisa digunakan untuk daerah lain atau tidak, karena tidak ada pembanding berupa data kepadatan penduduk dari kantor Kelurahan Tamansari itu sendiri. Perbandingan hasil kepadatan penduduk dengan pembobotan, tanpa pembobotan dan hasil perhitungan Deonald (27) dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik Kepadatan Penduduk 6 4 4946 Kepadatan Penduduk - -4-6 1194 583 353 62 591 649 646-152 -757-1451 1835 129-8 -1-151 -1 Mewah Menengah Sederhana Kampung Liar Pembobotan 583 353 62 649 1835 Tanpa Pembobotan 583-152 591 646 129 Deonald -757 4946-1451 1194-151 Kelas Perumahan Gambar 4.3 Grafik Kepadatan Penduduk 4.8 Analisis Terhadap Perhitungan Jumlah Penduduk Wilayah Penelitian dengan Menggunakan Kepadatan Penduduk Hasil Perhitungan Deonald (27) Pada penelitian ini, dilakukan perhitungan jumlah penduduk di Kelurahan Tamansari dengan menggunakan kepadatan penduduk hasil perhitungan Deonald (27). Dari hasil perhitungan Deonald menunjukan nilai negatif pada tiga tipe perumahan yaitu mewah, sederhana dan liar, masing-masing (-.757 orang/m 2-757 orang/ha), (-.145 orang/m 2-1451 orang/ha) dan (-1.51 orang/m 2-151 orang/ha). Apabila hasil tersebut digunakan dalam perhitungan total jumlah penduduk di wilayah penelitian ini maka hasil asumsi yang diperoleh akan sangat jauh dengan data total jumlah penduduk yang sebenarnya di wilayah Kelurahan Tamansari. Hal ini menunjukan bahwa hasil perhitungan kepadatan penduduk - 39 -
Deonal yang merupakan hasil perhitungan untuk wilayah kajian per-kelurahan tidak dapat digunakan untuk menentukan jumlah penduduk di wilayah penelitian yang kajiannya lebih kecil (per-rw). Perbandingan Jumlah penduduk asumsi hasil perhitungan menggunakan kepadatan penduduk dengan pembobotan, tanpa pembobotan dan kepadatan penduduk perhitungan Deonald (27) dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk 4 Jumlah Penduduk Sebenarnya Jumlah Penduduk - -4-6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 Jumlah Penduduk menggunakan hasil perhitungan dengan pembobotan Jumlah penduduk menggunakan hasil perhitungan tanpa Pembobotan Jumlah penduduk dengan menggunakan hasil perhitungan Deonald -8-1 Rw Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk - 4 -