BAB IV ANALISIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB II DASAR TEORI - 7 -

ANALISIS DISTRIBUSI KEPADATAN PENDUDUK MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD DENGAN METODE PEMBOBOTAN LAND USE DENSITY

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

1.3 Tujuan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMETAAN DAN PENYUSUNAN BASISDATA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS DI KOTA SURABAYA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Persiapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Seminar Nasional Pendayagunaan Informasi Geospatial Untuk Optimalisasi Otonomi Daerah 2013 ISBN:

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIANTAR SITALASARI TAHUN 2010 DAN TAHUN 2015 DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Interpretasi dan Uji Ketelitian Interpretasi. Penggunaan Lahan vii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja yang cukup tinggi, di Kabupaten Sleman terdapat banyak

Dosen Pembimbing : Ir. Chatarina Nurdjati Supadiningsih,MT Hepi Hapsari Handayani ST, MSc. Oleh : Pandu Sandy Utomo

BAB 1 PENDAHULUAN. ambang batas (thresholding), berbasis tepi (edge-base) dan berbasis region (regionbased).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Hadi Prasetyo, 2013

ANALISIS KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN

PENGGUNAAN CITRA GEOEYE-1 DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN NGAGLIK, KABUPATEN SLEMAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. digunakan dalam penelitian untuk memperoleh tujuan penelitian. Metode

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

TIMBULAN LIMBAH PADAT DOMESTIK DI WILAYAH KECAMATAN SUKMAJAYA DEPOK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PREDIKSI PENGGUNAAN DAN PERUBAHAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA IKONOS MULTISPEKTRAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK PEMETAAN PERMUKIMAN KUMUH DAN TINGKAT PRIORITAS PENANGANAN DI KECAMATAN SEMARANG UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Sutanto (1999) mengatakan metode penelitian atau metodologi suatu

BAB V STRATEGI PRIORITAS PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN CILOSEH

Keyword: Quickbird image data, the residential area, evaluation

PEMETAAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH KOTA BUKITTINGGI

EVALUASI PERKEMBANGAN DAN PERSEBARAN PEMBANGUNAN APARTEMEN SESUAI DENGAN RTRW SURABAYA TAHUN 2013 (Studi Kasus : Wilayah Barat Kota Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Dimana tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang akan

Pemetaan Estimasi Volume- (Dyah Novita I)

BAB I PENDAHULUAN. dan pangan adalah papan berupa rumah tempat tinggal. Sebagaimana yang

KETELITIAN CITRA SATELIT QUICK BIRD UNTUK PERANCANGAN PRASARANA WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan dari 24 juta Ha lahan hijau (pertanian,

STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNIVERSITAS DIPONEGORO RUSUNAWA DI KOTA SEMARANG (PENEKANAN DESAIN SUSTAINABLE ARCHITECTURE) TUGAS AKHIR ERWIN TOMMY H.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: ( Print) 1 II. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Hasil Akhir Analisis faktor fisik dan faktor data

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak terencana. Pada observasi awal yang dilakukan secara singkat, Kampung

ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN KECAMATAN PAKUALAMANKOTA YOGYAKARTA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permukiman Kumuh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data

13. Purwadhi Sri Hardiyanti ( 1994 ), Penelitian lingkungan geografis dalam inventarisasi penggunaan lahan dengan teknik penginderaan jauh di

Bab IV Analisis dan Pembahasan

Gambar 5 Peta administrasi kota Tangerang Selatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Kebutuhan Perangkat Keras. Perangkat Keras Spesifikasi Processor Intel Core i3. Sistem Operasi Windows 7

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat tinggal tetap, baik sendiri maupun berkeluarga. Jika dilihat dari

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 8,39 % 1,67 % 5,04% Jumlah

BAB III METODOLOGI. III. 2 Tahapan Penelitian Metodologi penelitian untuk studi ini diperlihatkan melalui bagan alir pada Gambar III.1.

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan,

BAB V PENUTUP. kualitas layanan, kepercayaan, kepuasan konsumen, citra perusahaan dan harga

IDENTIFIKASI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALAN DAN SALURAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR. Oleh: MELANIA DAMAR IRIYANTI L2D

BAB III PEMBANGUNAN MODEL DISTRIBUSI POPULASI PENDUDUK PADA SISTEM GRID SKALA RAGAM

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS Dari proses pengolahan data dan penyajian hasil akhir, terdapat beberapa hal yang perlu dianalisis. Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan seberapa jauh penelitian ini dilakukan dan juga kendala-kendala yang ditemui serta pengaruhnya terhadap hasil perhitungan. 4.1 Analisis Terhadap Data yang Digunakan Data Citra Satelit Data citra satelit yang digunakan merupakan citra Satelit Quickbird pada tahun 23, sedangkan penelitian dilakukan pada tahun 27, tentu saja banyak obyek yang telah berubah seiring berjalannya waktu. Beberapa obyek yang pada tahun 23 tampak pada citra tetapi sekarang sudah tidak ada lagi ataupun sebaliknya, obyek yang tadinya tidak ada tetapi sekarang ada. Akibatnya ketika survey lapangan dilakukan, keadaannya telah banyak berubah. Walaupun resolusi citra Quickbird yang digunakan sudah sangat tinggi, namun masih terdapat obyek yang sulit untuk diinterpretasi. Hal ini cukup menyulitkan dalam proses dijitasi, sehingga berpengaruh pada kualitas data hasil dijitasi. Data Jumlah Penduduk Data jumlah penduduk yang diperoleh bersumber dari Kantor Kelurahan Tamansari. Data ini merupakan data jumlah penduduk tahun 23 berdasarkan pendataan program KB ( Keluarga Berencana ), sehingga data tersebut belum tentu mewakili keadaan yang sebenarnya pada tahun 23. - 34 -

4.2 Analisis Terhadap Penentuan Wilayah Studi Pemilihan wilayah studi didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: Kelurahan Tamansari dipilih sebagai wilayah penelitian karena pada wilayah ini terdapat kelima tipe perumahan, yaitu mewah, menengah, sederhana, kampung dan liar. Wilayah penelitian tersebut merupakan wilayah yang tidak terlalu asing untuk dikunjungi dan juga tidak terlalu luas cakupannya, sehingga pada saat melakukan survey lapangan tidak memerlukan waktu yang lama. 4.3 Analisis Terhadap Proses Klasifikasi Perumahan Pada penelitian ini, klasifikasi perumahan masih menggunakan klasifikasi yang dilakukan oleh Deonald.T (27), dimana perumahan dibagi menjadi 5 (lima) kelas, yaitu : perumahan mewah, menengah, sederhana, kampung dan liar. Klasifikasi tersebut dianggap memenuhi untuk daerah penelitian. Perbedaannya hanya pada survey lapangan yang dilakukan untuk bisa menyempurnakan klasifikasi sebelumnya. Namun kelima klasifikasi perumahan tersebut tidak memperhitungkan perumahan dengan bangunan bertingkat. Akibatnya dapat menimbulkan kesalahan pada data luas yang digunakan. Karena itu perlu dilakukan klasifikasi lebih lanjut untuk memperhitungkan hal tersebut. 4.4 Analisis Terhadap Proses Dijitasi Permukiman Proses dijitasi merupakan bagian penting dalam penelitian ini. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dijitasi, antara lain: Kemampuan yang dimiliki interpreter. Semakin mahir seorang interpreter maka hasil dijitasi yang diperoleh akan semakin baik. Kemampuan ini juga tergantung dari pengalaman dalam bidang dijitasi seorang interpreter. Kualitas citra satelit yang digunakan. Semakin tinggi resolusi citra akan semakin mempermudah proses interpretasi yang artinya akan sangat membantu dalam proses dijitasi. Untuk penelitian ini, beberapa obyek dalam citra masih sulit untuk diinterpretasi sehingga sangat memungkinkan terjadi kesalahan dalam proses dijitasi. Karena itu dibutuhkan citra dengan resolusi yang lebih tinggi lagi. - 35 -

Ketelitian dalam proses dijitasi sangat diperlukan dalam penelitian ini, karena hasil dari dijitasi merupakan data luas yang akan digunakan dalam proses perhitungan. Apabila dijitasi yang dilakukan tidak tepat, maka data luas yang diperoleh juga tidak baik, sehingga berpengaruh juga pada hasil perhitungan. 4.5 Analisis Terhadap Survey Lapangan yang Dilakukan Survey lapangan yang dilakukan pada saat yang bersamaan dengan proses dijitasi dalam penelitian ini sangat membantu penulis dalam menentukan tipe perumahan yang sesuai dengan klasifikasi. Apabila dijitasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan keadaan dilapangan, maka dapat segera dilakukan editing untuk memperbaiki dijitasi. Namun survey lapangan juga mengalami kesulitan dikarenakan perbedaan tahun penelitian (27) dengan tahun pengambilan citra yang digunakan (23). Sehingga telah banyak perubahan khususnya di daerah penelitian. Kesulitan lainnya yaitu dalam menentukan tipe perumahan sesuai klasifikasi. Dari pola yang tampak pada citra, suatu rumah bisa dikatakan masuk dalam pola tidak teratur, ini artinya rumah tersebut termasuk dalam kelas kampung atau liar. Namun ketika dilakukan survey ke lapangan, ternyata apabila dilihat dari luas bangunan dan bentuknya, rumah tersebut masuk kedalam kelas sederhana yang seharusnya berpola teratur. Ketika melakukan survey lapangan, dilakukan juga pendataan jumlah orang penghuni, luas tanah, dan luas bangunan rumah tersebut. Ternyata pada kenyataannya rumah yang didata banyak yang merupakan rumah kos, yang artinya jumlah penghuninya tidak tetap sehingga bisa berubah setiap saat. 4.6 Analisis Terhadap Metode Pembobotan Land Use Density Penelitian ini menggunakan metode pembobotan land use density dengan menerapkan prinsip kuadrat terkecil. Apabila dilihat dari hasil perhitungan dan pengujian untuk daerah yang sama, maka dapat dikatakan metode land use density dapat diterapkan pada wilayah Kelurahan Tamansari Bandung dengan Rw sebagai satuan terkecilnya. - 36 -

Sementara pembobotan yang digunakan sangat berpengaruh dalam perhitungan. Dengan menggunakan motode land use density tanpa pembobotan, nilai kepadatan penduduk yang diperoleh ada yang bernilai negatif, yaitu untuk tipe perumahan menengah ( -.152 orang/m 2-152 orang/ha ). Hal ini disebabkan karena keterbatasan model yang digunakan dalam menggambarkan hubungan jumlah penduduk dengan kepadatan penduduk. Hubungan luas total permukiman dalam 1 Rw dengan jumlah penduduk hasil asumsi tanpa pembobotan dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik Hubungan Luas Permukiman dengan Jumlah Penduduk (Tanpa Pembobotan) 4 35 y =.195x R 2 =.2348 Jumlah Penduduk Asumsi (Tanpa Pembobotan) 3 25 15 1 5 4 6 8 1 1 14 16 18 Luas Total Permukiman Gambar 4.1 Grafik Hubungan Luas Permukiman dengan Jumlah Penduduk Asumsi Tanpa Pembobotan Karena itulah dilakukan pembobotan pada parameter luas permukiman untuk memperoleh hasil yang lebih realistis. Dengan menggunakan pembobotan, hasil yang diperoleh tidak ada yang bernilai negatif. Selain itu bila dilihat presentase kesalahan relatif, perhitungan dengan pembobotan kesalahan relatifnya lebih kecil dibandingkan presentase kesalahan relatif perhitungan tanpa pembobotan. Kriteria yang digunakan sebagai ukuran bobot yaitu luas permukiman terbesar dalam satu Rw dan luas total Rw tersebut. Kriteria-kriteria tersebut digunakan sebagai bobot karena pada parameter luas (A) merupakan hasil dijitasi dan ini - 37 -

tidak sepenuhnya benar, kesalahan inilah yang perlu diminimalkan dengan ukuran bobot. Ukuran bobot digunakan untuk membedakan prilaku Rw yang satu dengan Rw yang lain. Hubungan luas total permukiman dalam 1 Rw dengan jumlah penduduk hasil asumsi dengan pembobotan dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik Hubungan Luas Permukiman dengan Jumlah Penduduk (Pembobotan) 4 35 y =.25x R 2 =.141 Jumlah Penduduk Asumsi (Pembobotan) 3 25 15 1 5 4 6 8 1 1 14 16 18 Luas Total Permukiman Gambar 4.2 Grafik Hubungan Luas Permukiman dengan Jumlah Penduduk Asumsi dengan Pembobotan 4.7 Analisis Terhadap Hasil Perhitungan Dari hasil akhir yang diperoleh, nilai kepadatan penduduk dengan metode pembobotan land use density memberikan hasil yang baik, dan tidak ada hasil yang bernilai negatif. Apabila diuji dengan menggunakan persamaan P = A. D maka jumlah penduduk yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan jumlah penduduk yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Tamansari. Selisih terbesar yaitu di Rw 4 yaitu -75 orang dengan kesalahan relatif -7,543%, sedangkan selisih terkecil yaitu di Rw16 -,37 orang ( orang) dengan kesalahan relatif -.34%. Hal ini dapat berarti bahwa nilai kepadatan tersebut bisa digunakan untuk mengestimasi total jumlah penduduk di Kelurahan Tamansari Bandung. Namun masih perlu dilakukan pengujian lanjut dengan menggunakan sampel daerah Kelurahan lain untuk menguji apakah hasil - 38 -

perhitungan kepadatan penduduk tersebut bisa digunakan untuk daerah lain atau tidak, karena tidak ada pembanding berupa data kepadatan penduduk dari kantor Kelurahan Tamansari itu sendiri. Perbandingan hasil kepadatan penduduk dengan pembobotan, tanpa pembobotan dan hasil perhitungan Deonald (27) dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik Kepadatan Penduduk 6 4 4946 Kepadatan Penduduk - -4-6 1194 583 353 62 591 649 646-152 -757-1451 1835 129-8 -1-151 -1 Mewah Menengah Sederhana Kampung Liar Pembobotan 583 353 62 649 1835 Tanpa Pembobotan 583-152 591 646 129 Deonald -757 4946-1451 1194-151 Kelas Perumahan Gambar 4.3 Grafik Kepadatan Penduduk 4.8 Analisis Terhadap Perhitungan Jumlah Penduduk Wilayah Penelitian dengan Menggunakan Kepadatan Penduduk Hasil Perhitungan Deonald (27) Pada penelitian ini, dilakukan perhitungan jumlah penduduk di Kelurahan Tamansari dengan menggunakan kepadatan penduduk hasil perhitungan Deonald (27). Dari hasil perhitungan Deonald menunjukan nilai negatif pada tiga tipe perumahan yaitu mewah, sederhana dan liar, masing-masing (-.757 orang/m 2-757 orang/ha), (-.145 orang/m 2-1451 orang/ha) dan (-1.51 orang/m 2-151 orang/ha). Apabila hasil tersebut digunakan dalam perhitungan total jumlah penduduk di wilayah penelitian ini maka hasil asumsi yang diperoleh akan sangat jauh dengan data total jumlah penduduk yang sebenarnya di wilayah Kelurahan Tamansari. Hal ini menunjukan bahwa hasil perhitungan kepadatan penduduk - 39 -

Deonal yang merupakan hasil perhitungan untuk wilayah kajian per-kelurahan tidak dapat digunakan untuk menentukan jumlah penduduk di wilayah penelitian yang kajiannya lebih kecil (per-rw). Perbandingan Jumlah penduduk asumsi hasil perhitungan menggunakan kepadatan penduduk dengan pembobotan, tanpa pembobotan dan kepadatan penduduk perhitungan Deonald (27) dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk 4 Jumlah Penduduk Sebenarnya Jumlah Penduduk - -4-6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 Jumlah Penduduk menggunakan hasil perhitungan dengan pembobotan Jumlah penduduk menggunakan hasil perhitungan tanpa Pembobotan Jumlah penduduk dengan menggunakan hasil perhitungan Deonald -8-1 Rw Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Jumlah Penduduk - 4 -