BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melihat tentang penguatan modal sosial untuk pengembangan mafkah

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PENGEMBANGAN NAFKAH BERKELANJUTAN DAN BERKEADILAN * Slamet Widodo

BAB XI P E N U T U P. Hasil penelitian memperlihatkan kelembagaan-kelembagaan lokal yang terlibat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

ABSTRAK. Kata kunci: Modal Sosial,Kepercayaan, Jaringan, Norma, Pemberdayaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu

BAB I PENDAHULUAN. hidup, serta baiknya pengelolaan sumber daya alam yang ada. diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

BAB V PERAN KELOMPOK TANI BAGI KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

(Damanik dan Sasongko. 2003). dimana TR adalah total penerimaan dan C adalah total biaya. TR didapat dari P x Q

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

MODAL SOSIAL PADA PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK AFINITAS (Studi Kasus Program Aksi Desa Mandiri Pangan) Sofyan Nurdin K., Sitti Nurani S.

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tempat dan cara pengelolaannya, dari yang bersifat tradisional menjadi

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pendapatan asli daerah Sulawesi Selatan. Potensi perikanan dan kelautan meliputi

Kelembagaan Ekonomi di Indonesia (Ekonomi Pancasila, Ekonomi Kerakyatan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diversifikasi pekerjaan. Diversifikasi pekerjaan ini lebih diarahkan tidak untuk

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB V PENUTUP. tinggi tingkatan usaha pedagang barang bekas maka memiliki relasi kerja yang semakin

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam terbesar di Asia Tenggara. Semestinya tidak diragukan lagi bahwa

BAB VI STRATEGI PEREMPUAN UNTUK BERTAHAN HIDUP JENIS KEBUTUHAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan maupun di pedesaan. Eksisnya pasar tradisional di tengah-tengah

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS

PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PERLINDUNGAN SOSIAL RUMAH TANGGA MISKIN DALAM MENGOPTIMALKAN STATUS GIZI DAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK

MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara

BAB V PENUTUP. 1. Modal sosial memiliki peran penting dalam perkembangan industri. Bangsal. Dalam perkembanganya norma, kepercayaan, resiprositas dan

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KINERJA. VISI DAN MISI SKPD

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR. tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam tatanan kehidupan perekonomian. Ketiga sektor tersebut adalah

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bergiat dalam melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan dilakukan di bidang

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. modern. Salah satu pasar tradisonal yang masih eksis di Yogyakarta yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

BAB IV RELASI ANTAR KOMUNITAS DAN ORGANISASI LUAR

BISNIS RITEL WARALABA BERDIMENSI HUKUM PERSAINGAN USAHA

V. GAMBARAN UMUM PASAR BUNGA RAWABELONG

Mida Saragih Koordinator Nasional Forum Masyarakat Sipil untuk Keadilan Iklim (CSF-CJI)

Keywords: modal sosial, komunitas petani, pertanian lahan pasir pantai

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB. X. JARINGAN USAHA KOPERASI. OLEH : Lilis Solehati Y, SE.M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perekonomian nasional salah satunya dipicu oleh. kemunculan para pengusaha kecil menengah dan usaha mikro dalam

5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN

MENGGALI MODAL SOSIAL UNTUK MERAIH DAYA SAING GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Risiko di sini adalah kemungkinan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Nuhung (2006), untuk membangun sosok pertanian yang

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan- perusahaan milik negara maupun perusahaan- perusahaan milik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama perusahaan beroperasi tentu saja untuk memaksimalkan

STRATEGI KEMITRAAN UMKM PENGOLAH IKAN DI KABUPATEN REMBANG. Anik Nurhidayati 1), Rikah 2) 1

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka dari satu tempat ke tempat yang lain sesuai dengan tujuan masing-masing

BAB 1 PENDAHULUAN. korporasi tidak hanya dituntut memiliki kepedulian pada isu-isu lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan berkelanjutan menjadi isu penting dalam menanggapi proses. yang strategis baik secara ekonomi maupun sosial politis.

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN. berfikir kreatif dan ramah terhadap lingkungan. Untuk menyelaraskan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

CETAK BIRU EDUKASI MASYARAKAT DI BIDANG PERBANKAN

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL

I. PENDAHULUAN. banyak sumber daya dengan meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. proses tersebut, perusahan mengalami saat-saat dimana perusahaan. dituntut untuk menentukan keputusan-keputusan yang

BAB II URAIAN TEORITIS. lebih dari lima puluh orang. Usaha kecil memiliki ciri-ciri: (1) manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. sejenis. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu memperbaiki kelemahan yang

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB VI PENUTUP. pengelolaan modal sosial bonding, bridging dan linking didalam kehidupan. perempuan pelaku usaha di Wukirsari pasca bencana.

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA

BAB VIII PENUTUP. I dan desa Muara II. Desa Muara I masuk kedalam areal kawasan kabupaten

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan modal sosial antara lain, penelitian yang dilakukan oleh Slamet Widodo (2012) yang melihat tentang penguatan modal sosial untuk pengembangan mafkah berkelanjutan dan berkeadilan. Dalam hasil penelitiannya,modal sosial yang ada di lokasi penelitian berdasarkan ikatan kekerabatan, kekeluargaan dan pertetanggaan. Kelembagaan tradisional yang masih hidup di Karang Agung adalah sambatan, anjeng atau buwuhan dan mendarat. Sedangkan kelompok sosial yang ada di lokasi penelitian antara lain, kelompok pengajian, arisan ibu-ibu dan yaasinan. Modal sosial masih terbatas digunakan untuk pemenuhan kebutuhan jangka pendek (konsumtif), belum mengarah pada pemenuhan kebutuhan jangka panjang (produktif). Penguatan modal sosial dilakukan melalui tiga tahap, yaitu bonding social capital, bridging social capital dan linking social capital. Masyarakat miskin yang ada dilokasi penelitian ini pada umumnya menafkahi hidupnya dari sumberdaya laut yang ada disekitar dan sumberdaya laut ini tidak selalu ada tetapi memiliki musiman untuk mendapatkannya. Strategi sosial dilakukan dengan jalan memanfaatkan ikatan-ikatan sosial yang ada di perdesaan baik berupa lembaga kesejahteraan lokal, hubungan produksi hingga jejaring sosial berbasis kekerabatan atau pertemanan. Pada lokasi penelitian terdapat beberapa lembaga kesejahteraan lokal yang masih bertahan hingga kini. Laki-laki biasanya terlibat dalam kegiatan sambatan dan anjeng. Rasa percaya antar warga (trust) sangat tinggi. Rasa percaya antar warga yang tinggi ini menyebabkan pola hutang-piutang antar rumah tangga dapat berjalan dengan baik. 30

Temuan Rotrigues et al. (2012), menegaskan pentingnya kepercayaan pribadi dalam mempertahankan modal sosial. Hutang menjadi salah satu bentuk strategi nafkah bagi rumah tangga miskin. Untuk berhutang mereka memanfaatkan jejaring sosial yang ada, seperti ikatan kekerabatan, pertetanggaan atau pertemanan. Hutang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau kebutuhan yang mendesak seperti ketika anggota rumah tangga ada yang sakit. Jarang sekali hutang digunakan untuk keperluan pembelian barang konsumtif. Hutang juga dilakukan pada saat rumah tangga miskin akan melangsungkan hajatan. Modal sosial merupakan salah satu andalan bagi rumah tangga miskin. Ikatan kekerabatan, pertetanggaan dan pertemanan yang kuat memberikan ruang yang cukup bagi rumah tangga miskin untuk mengakses modal sosial ini. Menurut Pranadji (2006), terdapat tiga aspek yang dapat menunjukkan penguatan modal sosial, yaitu terbentuknya kerja sama, perluasan jaringan kerja dan peningkatan daya saing kolektif secara berkelanjutan. Misalnya, Pelatihan keterampilan diharapkan dapat menunjang peluang usaha baru maupun peningkatan kualitas dari usaha yang sudah berjalan. Potensi yang telah ada seperti usaha krupuk udang dapat lebih dikembangkan dengan pelatihan manajemen usaha dan keterampilan teknis lainnya. Potensi hasil tangkap yang dapat dikembangkan menjadi produk olahan perlu ditindaklanjuti dengan pelatihan keterampilan. Meri Nurami (2013) yang meneliti tentang Peran Modal Sosial pada Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Dalam hasil penelitiannya, Modal sosial merupakan wujud modal manusia yang paling menonjol untuk dapat dimanfaatkan dan dikembangkan dalam pelaksanaan program-program 31

pemberdayaan masyarakat. Secara umum modal sosial adalah merupakan hubungan-hubungan yang tercipta dan norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat dalam spectrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial (social glue) yang menjaga kesatuan anggota masyarakat (bangsa) secara bersama-sama (Supriono, Flassy & Rais). Selain modal tenaga kerja, usaha ini juga membutuhkan modal finansial dan modal fisik. Modal fisik dapat berupa membantu secara langsung usaha yang sedang dijalankan seperti dalam penelitian ini usaha yang dilakukan yaitu daur ulang kardus misalnya membantu dengan alat pemotong kardus, pencetak pola, alat transportasi dan sebagainya. Modal finansial sangat membantu pelaku usaha untuk lebih mengembangkan bisnisnya. Modal sosial juga tidak kalah penting peranannya, seperti yang disebutkan oleh Siregar (2011) menyebutkan bahwa modal sosial ini merupakan salah satu bagian dari modal manusia di samping modal-modal lainnya seperti kompetensi, motivasi, sikap kerja, dan budaya/etos kerja. Di antara macam-macam modal sosial yang ada, faktor kepercayaan, jaringan dan norma tentu saja memiliki peranan penting dalam mengembangkan usaha ini, terkait dengan adanya interaksi yang terjalin antara pelaku usaha yang ada, antara pelaku usaha dengan penyedia bahan baku dan juga antara pelaku dengan pembeli. Kepercayaan juga dapat ditimbulkan melalui kesepakatan untuk saling menjaga komitmen dalam mengerjakan kontrak kerja. Kontrak kerja dengan penyedia bahan akan memberikan jaminan pada ketersediaan bahan baku produksi. Interaksi yang dilakukan manusia dalam tujuan pemenuhan kebutuhannya akan menciptakan jaring-jaring sosial. 32

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan, manusia akan melakukan usaha dengan memaksimalkan jaringan yang ia punya. Bukan hanya dalam kehidupan pribadinya, namun juga demi kepentingan bisnis. Jaringan atau networking juga memiliki peran dalam perkembangan usaha pengolahan kardus bekas di lokasi penelitian tersebut. Jaringan sosial menciptakan peluang usaha baru melalui jalur kekerabatan, pertemanan dan kolega, menjamin ketersediaan bahan dari menjaga relasi dengan penyedia bahan, menambah variasi produk yang dikembangkan dari permintaan konsumen, membuka informasi harga dari pelanggan; penyebaran informasi diantara sesama pelaku usaha, menjaring pelanggan baru dan juga menggaet sesama pelaku usaha menjadi mitra usaha. Norma yang menjadi penyeimbang dalam iklim usaha yang hadir dalam aturan untuk mengambil tepat waktu bahan baku yang telah disediakan oleh penyedia bahan, hal ini untuk menghindari para pesaing dalam hal perolehan bahan baku. Tak jarang para pesaing menerapkan praktek-praktek yang kurang etis dalam menjatuhkan lawannya melalui penawaran harga yang lebih tinggi kepada penyedia bahan. Sisi negatif modal sosial dalam setiap usaha akan selalu menemui kendalakendala yang dihadapi bukan hanyasekedar sepinya permintaan produk, terbatasnya jumlah pasokan bahan atau menipisnya modal finansial tetapi juga naik-turunnya hubungan dengan rekan dan kolega bisnis. Permasalahan dapat muncul dari penyedia bahan, konsumen, dan rekan bisnis. Keberadaan konsumen nakal membuat produsen harus jeli dan bisa menilai karakteristik konsumen jika tidak ingin rugi. Selain konflik dengan pelanggan, persaingan tidak sehat juga menghadang jalan para produsen produk daur ulang. Tak Jarang ulah para 33

pengusaha nakal ini merusak tatanan dan iklim usaha yang kondusif menjadi tidak stabil dan tak terkendali. Misalnya dalam penentuan harga produk, pengusaha nakal akan terus menerus menurunkan harga untuk mencari pelanggan, sedangkan pengusaha yang lain akan melakukan hal yang sama untuk mempertahankan pelanggannya. Penelitian Slamet Santoso (2007) tentang Peran Modal Sosial terhadap Perkembangan Pedagang Kaki Lima di Ponorogo. Dalam penelitiannya dikatakan, modal sosial merupakan pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki bersama oleh komunitas, serta pola hubungan yang memungkinkan sekelompok individu melakukan satu kegiatan yang produktif. Modal sosial hanya dapat dibangun ketika tiap individu belajar dan mau mempercayai individu lain sehingga mereka mau membuat komitmen yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mengembangkan bentuk-bentuk hubungan yang saling menguntungkan. Modal sosial sangat penting bagi komunitas karena mempermudah akses informasi bagi anggota komunitas, menjadi media power sharing atau pembagian kekuasaan dalam komunitas, mengembangkan solidaritas, memungkinkan mobilisasi sumber daya komunitas, memungkinkan pencapaian bersama dan membentuk perilaku kebersamaam dan berorganisasi komunitas. Modal sosial barulah bernilai ekonomis kalau dapat membantu individu atau kelompok, misalnya untuk mengakses sumber-sumber keuangan, mendapatkan informasi, menemukan pekerjaan, merintis usaha, dan meminimalkan biaya transaksi. Modal sosial, dalam pengertian jaringan-jaringan atau hubungan-hubungan sosial informal, turut menentukan proses menjadi pedagang angkringan, termasuk dalam hal penentukan lokasi berdagang. 34

Pengalaman teman ataupun kerabat dekat yang telah menjadi pedagang angkringan, misalnya, merupakan faktor penting dalam menjelaskan mengapa seseorang akhirnya memulai usaha warung angkringan, termasuk melepaskan pekerjaan sebelumnya. Usaha warung angkringan merupakan salah satu bentuk kegiatan perekonomian kecil yang mampu bertahan di tengah sulitnya kondisi perekonomian. Kemampuan bertahan tersebut menandakan bahwa modal sosial telah berperan baik pada para pedagang warung angkringan. Disebut modal sosial, karena para pedagang tersebut saling memberikan informasi dan membantu, baik menyangkut peluang usaha, tempat usaha, tempat tinggal, modal, kelompok usaha dan lain-lain. Dengan adanya modal sosial tersebut, mereka menjadi mampu bertahan di tengah persaingan usaha di lokasi penelitian tersebut. 35