PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. orang, tetapi seluruh masyarakat. Angka kesakitan (morbiditas) pada masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (health service). Sarana Pelayanan Kesehatan merupakan tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan non profit, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain (Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. juga untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. (1) Era globalisasi yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009, Bab VI pasal 46 dan 47 bahwa untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan. mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif, rumah sakit juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care). (Depkes RI, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya

LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

RENCANA KINERJA TAHUNAN RSUD PLOSO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 RUMUS/ FORMULA. tahun = Jumlah pasien rawat inap + Jumlah pasien rawat jalan

BAB I PENDAHULUAN. nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya rumah

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. memenuhinya serta meminimalkan kesalahan yang membuat pasien kecewa.

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN) yaitu suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penampilan rumah sakit dapat diketahui dari beberapa indikator antara lain : a. Cakupan dan mutu pelayanan dilihat melalui indikator :

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. telah menempatkan dokter dalam peran sebagai pelaku ekonomi, yakni sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia (Depkes, 2002). penunjang lainnya. Diantara tenaga tersebut, 40% diantaranya adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menunjang aktifitas sehari-hari. Demi terpenuhinya. kesehatan. Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 mendefinisikan

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. ancaman yang akan datang. Rumah Sakit yang memiliki perencanaan strategis akan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit mempunyai peran yang penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tidak terlepas dari peran tenaga medis dan nonmedis.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pelayanan kesehatan yang sering dikunjungi masyarakat. Menurut Kepmenkes No 128/Menkes/SK/II/2004, puskesmas

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

BAB 1 : PENDAHULUAN (1, 2)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan sebagai organisasi yang bergerak

BAB 3 ANALISA KECENDERUNGAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan. Salah satu misi tersebut adalah memelihara dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

INDIKATOR KINERJA UTAMA RSUD Dr.ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2 Sumber daya manusia medis dan non medis merupakan kunci keberhasilan rumah sakit, karena rumah sakit adalah suatu bentuk organisasi yang berfungsi s

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit. merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (UU No.44, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kebutuhan masyarakat akan pentingnya kesehatan. rumah sakit sebagai suatu organisasi melalui tenaga medis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola

Perbedaan jenis pelayanan pada:

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. jasa pelayanan kesehatan seperti rumah sakit untuk memberikan informasi, fasilitas

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. seseorang terhadap pelayanan kesehatan. (Notoatmodjo,1993).

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bab III pasal 5 yang

oleh petugas di Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nursalam, Manajemen Keperawatan, Ed 3, Salemba Medika, Jakarta, Hal : 295

Transkripsi:

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia yang semakin modern dalam berbagai aspek kehidupan termasuk aspek kesehatan lambat laun seiring dengan perkembangan zaman menuntut masyarakat juga untuk mengoptimalkan derajat kesehatan. Upaya meningkatkan derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan pemanfaatan sarana kesehatan seperti rumah sakit. Pemanfaatan rumah tangga atas pelayanan rumah sakit di Indonesia berdasarkan riset kesehatan dsar adalah sebesar 40,0 % untuk daerah perkotaan dan 22,0% untuk wilayah pedesaan (Riskesdas, 2010), Rumah sakit pada akhir-akhir ini terus berkembang, baik dalam jumlah, kapasitas maupun sarana prasarana seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi. Walaupun terdapat perkembangan rumah sakit dari waktu ke waktu, tetapi fungsi dasar suatu rumah sakit tetap tidak berubah. Rumah sakit adalah salah satu sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan, yang berperan mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Kuncoro, 2003). Rumah sakit berperan dalam upaya kuratif dan rehabilitatif, yang bertujuan memulihkan status kesehatan seseorang dari sakit menjadi sehat, disamping melakukan kegiatan preventif dan promotif kesehatan. Salah satu upaya kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan oleh rumah sakit, yaitu dengan diselenggarakannya unit

rawat inap, yang bertujuan merawat pasien sakit dan memulihkan kesehatannya. Unit rawat inap suatu rumah sakit memiliki peran penting dalam pengelolaan rumah sakit, hal ini dikarenakan sebagian besar pendapatan rumah sakit berasal dari pelayanan yang diberikan oleh unit rawat inap. Pasien yang menggunakan fasilitas pelayanan unit rawat inap untuk setiap kasus medis harus mendapat perawatan secara intensif, bila tidak dapat diobati secara berobat jalan. Dengan demikian pasien harus tinggal beberapa hari di rumah sakit untuk dirawat sampai diijinkan pulang (Konsil Kedokteran Indonesia Indonesian, 2006) Rumah sakit pada umumnya difungsikan untuk melayani masyarakat dan menyediakan sarana kesehatan untuk masyarakat, bukan untuk mencari keuntungan semata. Di dalam organisasinya terdapat banyak aktivitas, yang diselenggarakan oleh pihak-pihak dari berbagai jenis profesi, baik profesi dokter, karyawan administrasi, petugas pelayanan dan beberapa profesi lainnya. Untuk dapat menjalankan fungsinya, diperlukan suatu sistem manajemen menyeluruh yang dimulai dari proses perencanaan strategik (renstra) untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Rumah sakit dituntut untuk mampu memberikan pelayanan memuaskan, profesional dengan harga bersaing, sehingga strategi dan kinerja rumah sakit tersebut harus berorientasi pada keinginan pasien (Utama, 2011). Secara umum pemanfaatan rumah sakit dapat dilihat dari indikator BOR (Bed Occupancy Rate) atau angka pemanfaatan tempat tidur, AvLOS (Average Length of Stay) atau rata-rata lamanya dirawat, TOI (Turn Over Interval) atau interval penggunaan tempat tidur, BTO (Bed Turn Over) atau frekuensi penggunaan tempat

tidur (Wijono, 2001). Pemanfaatan tempat tidur unit rawat inap rumah sakit perlu diperhatikan, karena unit rawat inap merupakan unit yang penting bagi suatu rumah sakit. Namun perlu diketahui faktor-faktor yang memengaruhi tingkat pemanfaatan tempat tidur di suatu rumah sakit. Menurut Wijono (2001) keberhasilan suatu rumah sakit baik dari efisien dan efektifnya rumah sakit yang meliputi pencapaian pemnafaatan tempat tidur haruslah didukung dengan kecukupan tenaga di bidangnya masing-masing dan didukung dengan fasilitas yang memadai. Pemanfaatan rumah sakit yang belum optimal dapat diketahui dari pencapaian BOR rumah sakit. Salah satu penyebab pencapaian BOR yang tidak optimal, yaitu pasien atau calon pasien cenderung enggan untuk tinggal lebih lama karena merasa pelayanan yang diterima kurang profesional. Oleh karena itu, sebagai konsekuensinya, maka pihak manajemen rumah sakit yang bersangkutan seharusnya meningkatkan kualitas pelayanannya pada pasien, terutama bagi pasien rawat inap (Suryadi, 2009). Pemanfaatan pelayanan rumah sakit untuk rawat inap di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013, secara nasional sebesar 2,3%. Provinsi yang tertinggi adalah Yogyakarta 4,4%, sedangkan terendah adalah Provinsi Bengkulu, Lampung dan Kalimantan Barat sebesar 0,9%. Sumber biaya yang dipakai untuk rawat inap pada semua fasilitas kesehatan di Indonesia masih didominasi oleh biaya sendiri (out of pocket), yaitu sebesar 53,5%. Selanjutnya berturut-turut Jamkesmas 15,6%, Jamkesda 6,4%, Askes/ASABRI 5,4%, Jamsostek

3,5%, asuransi kesehatan swasta 1,8% dan tunjangan kesehatan perusahaan 4,0% (Kemenkes RI, 2013). Rendahnya utilisasi (pemanfaatan) fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, seringkali kesalahan atau penyebabnya dilemparkan kepada faktor jarak antara fasilitas tersebut dengan masyarakat yang terlalu jauh (baik jarak secara fisik maupun secara sosial), tarif yang tinggi, pelayanan yang tidak memuaskan dan sebagainya. Pada kenyataannya di dalam masyarakat terdapat beraneka ragam kepercayaan terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak penyelenggaraan pelayanan kesehatan (Sudarmo, 2001). Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya pelayanan kesehatan. Selain itu faktor pendidikan, pengetahuan kesehatan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antar lain pengalaman, keyakinan, fasilitas, penghasilan dan sosial budaya. Kelima faktor yang memengaruhi pengetahuan kesehatan seseorang juga dapat memengaruhi persepsi dan sikap seseorang terhadap penyakit (Notoatmodjo, 2003). Menurut riset WHO (2007) pemanfaatan pelayanan rumah sakit pemerintah lebih tinggi dibandingkan rumah sakit swasta. Perbedaan tingkat pemanfaatan tersebut berpengaruh terhadap tingkat efisiensi rumah sakit seperti pemanfaatan tempat tidur, pemanfaatan pelayanan rawat jalan, jumlah kunjungan (rawat jalan), jumlah hari rawat (rawat inap), jumlah tindakan operasi, jumlah pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan radiologi.

Menurut hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2010 hanya 32,4% penduduk berstatus miskin yang memanfaatkan pelayanan kesehatan. Terbatasnya akses ke pelayanan kesehatan disebabkan kendala jarak, biaya dan transportasi. Tempat pelayanan kesehatan yang paling banyak dikunjungi adalah Posyandu sebanyak 61,6%, Puskesmas 31,4%, praktek dokter kesehatan sebanyak 17,0% dan sementara ke rumah sakit pemerintah hanya sebesar 10,6% (Balitbangkes, 2014). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2012), pemanfaatan RSUD masih rendah, hal ini ditunjukkan dengan angka tingkat pemanfaatan tempat tidur (BOR) pada 29 unit RSUD di Provinsi Sumatera Utara antara 9,0-86,3%. Tingkat pemanfaatan tempat tidur RSUD paling rendah pada RSUD Sultan Sulaiman (Kabupaten Serdang Bedagai) yaitu 9,0%, sedangkan paling tinggi pada RSU Lubuk Pakam (Kabupaten Deli Serdang), yaitu 86,3% dengan standar Kementerian Kesehatan sebesar 60 80%. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan kategori kelas A dengan jumlah BOR mencapai 73,4% pada tahun 2011 (Kemenkes RI, 2013). Demikian halnya di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang diperoleh data rekam medik pasien rawat inap di RSUD Sidikalang tahun 2011-2013 nilai BOR tahun 2011 sebesar 71%, tahun 2012 sebesar 57%, tahun 2013, sebesar 49% dan tahun 2014 sampai Agustus sebesar 52% (standar nasional 60%-80%). Dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 sampai tahun 2013 ada kecenderungan terjadi penurunan, namun dari tahun 2013 sampai Agustus 2014 terjadi peningkatan (RSUD Sidikalang, 2013).

RSUD Sidikalang dalam melaksanakan pelayanan kesehatan sudah memiliki fasilitas penunjang seperti radiologi, laboratorium, UGD, Poli (Poli KIA, Umum, Penyakit Dalam, Bedah, Gigi, Anak, dan THT), Farmasi, Unit Pelayanan Darah dan ruang rawat inap (VIP, Kelas I, II dan III). Namun fasilitas ini kurang memadai, sehingga ada kecenderungan pasien yang datang ke rumah sakit hanya untuk membuat surat rujukan, jarang yang mau dan berkenan dirawat inap. Berdasarkan survei awal dengan wawancara singkat terhadap 3 orang pasien diperoleh kesimpulan bahwa pasien lebih percaya dirujuk ke rumah sakit di Kota Medan daripada RSUD Sidikalang (RSUD Sidikalang, 2013). Demikian juga hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Perawatan mengemukakan bahwa pelayanan kesehatan bagi pasien masih belum dilayani dengan baik, hal ini dilihat dari keluhan pasien dan keluarga pasien tentang pelayanan yang diberikan rumah sakit. Adapun isi keluhan tersebut adalah mengenai keramahan baik dokter maupun perawat, kurangnya kecepatan dalam memberikan pelayanan, pelayanan administrasi yang lamban serta pelayanan satpam yang kurang bersahabat. Berdasarkan aspek manajemen RSUD Sidikalang, masih ditemui permasalahan rendahnya pelayanan sesuai dengan SOP di setiap unit pelayanan, seperti pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan. Hal ini diindikasikan dari minimnya laporan perkembangan asuhan keperawatan pasien dan masih banyaknya keluhan pasien terhadap ketersediaan obat dan bahan habis pakai di rumah sakit (RSUD Sidikalang, 2013). Beberapa hasil penelitian terkait dengan pemanfaatan rumah sakit, yaitu Penelitian Pasaribu (2003) menyimpulkan bahwa beberapa faktor yang menyebabkan

rendahnya pemanfaatan tempat tidur di RSU Sipirok adalah sumber daya manusia, fasilitas, lokasi rumah sakit, angka kesakitan, promosi rumah sakit, pendanaan, sistem rujukan, geografi, tingkat ekonomi masyarakat, dan tingkat pendidikan masyarakat. Sedangkan sosio-kultural dan cara pembayaran serta demografi tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan tempat tidur. Hasil penelitian Matondang (2011) menyimpulkan bahwa kepercayaan masyarakat (sikap, persepsi dan pengetahuan) tentang pelayanan kesehatan, berpengaruh terhadap pemanfaatan RSU Swadana Tarutung. Hasil penelitian Surbakti (2012) menyimpulkan bahwa persepsi pasien umum tentang mutu pelayanan (administrasi, dokter, perawat, sarana pelayanan, lingkungan pelayanan) berpengaruh signifikan terhadap pemanfaatan Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan. Pemanfaatan pasien yang belum optimal terhadap RSUD Sidikalang peneliti merasa perlu mengkaji Determinan yang Mempengaruhi Pemanfaatan Ulang Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang Tahun 2014. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: Faktor determinan apa saja yang mempengaruhi pasien rawat inap terhadap pemanfaatan ulang RSUD Sidikalang? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor determinan yang mempengaruhi pasien rawat inap terhadap pemanfaatan ulang RSUD Sidikalang.

1.4. Hipotesis Penelitian Ada faktor determinan yang mempengaruhi pasien rawat inap terhadap pemanfaatan ulang RSUD Sidikalang. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangsih bagi pihak-pihak yang berkaitan, seperti: 1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengambilan keputusan guna meningkatkan efisiensi rumah sakit. 2. Bagi Intitusi Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi di perpustakaan mengenai pemanfaatan rumah sakit. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan keilmuan peneliti di bidang ilmiah dan bidang pelayanan kesehatan guna meningkatkan pemanfaatan rumah sakit oleh masyarakat dan diharapkan dapat menambah sumber informasi, bahan referensi dan bahan perbandingan dalam penelitian lanjutan yang memiliki relevansi dengan penelitian ini.