STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAENG Suryanarti Sultan, Joni Hermana, I.D. A. A. Warmadewanthi Jurusan Manajemen Aset, FTSP Program Pascasarjana, Institut Teknologi Sepuluh pember Surabaya. Email : s_narts@yahoo.co.id ABSTRAK Pengelolaan persampahan di kawasan pesisir Kelurahan Lembang masih belum tertangani secara baik. Latar belakang penyebabnya antara lain kebiasaan penduduk yang membuang sampah sembarang tempat, tidak tersedianya prasarana persampahan dan perhatian pemerintah masih kurang baik dari penyediaan anggaran maupun koordinasi antara instansi yang terkait dalam pengelolaan persampahan. Hal ini mengakibatkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup masyarakat setempat juga rendah. Tujuan penelitian ini adalah menyusun strategi peningkatan kinerja pengelolaan persampahan di pesisir Kelurahan Lembang. Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi kondisi eksisting sarana dan prasarana pengelolaan persampahan, wawancara dengan pihak pengelola dan survei terhadap 134 masyarakat yang bermukim di pesisir Kelurahan Lembang dengan menggunakan kuesioner. Evaluasi terhadap kondisi eksisting sarana dan pelayanan persampahan dilakukan dengan metode deskriptif. Melalui evaluasi ini diperoleh gambaran pengelolaan persampahaan dari aspek teknis, kelembagaan dan pembiayaan. Selanjutnya dilakukan penyebaran kuesioner tahap kedua. Analisis yang digunakan pada tahap ini adalah analisis teknik statistik dengan analisa faktor untuk menginterpretasikan dan mengelompokkan seluruh sub variabel dengan menyederhanakan menjadi beberapa faktor utama. Dilanjutkan dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) untuk merumuskan strategi yang dapat meningkatkan kinerja pengelolaan persampahan khususnya di pesisir Kelurahan Lembang. Berdasarkan analisis perumusan strategi ( SWOT) yang merupakan hasil interaksi faktor internal eksternal, memperlihatkan posisi strategi pengelolaan persampahan di pesisir Kelurahan Lembang adalah strategi turn around (Kuadran III), yaitu mengatasi timbulan sampah dengan memperbaiki sistem pewadahan, pengumpulan sampah dan penyuluhan 3R serta memanfaatkan alternatif pilihan teknologi sesuai kebijakan global dan nasional yang menjadi acuan pemerintah daerah. Kata kunci: peningkatan kinerja pengelolaan persampahan, analisa faktor, kawasan pesisir kelurahan lembang. PENDAHULUAN Kabupaten Bantaeng terletak di bagian selatan jasirah Sulawesi dan berjarak kurang lebih 120 kilometer dari Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Luas wilayah Kabupaten Bantaeng adalah 395,83 km2 atau sekitar 0,87 % dari luas wilayah Sulawesi Selatan (BPS Kabupaten Bantaeng, 2007a). Jika ditinjau berdasarkan kondisi geografis dan topografi wilayah, bentang wilayah Kabupaten Bantaeng terdiri dari pegunungan,
dataran rendah dan pantai. Salah satu kelurahan yang memiliki topografi wilayah pantai adalah Kelurahan Lembang. Sebagai salah satu kelurahan yang sedang berkembang pengelolaan sampah di wilayah pesisir Kelurahan Lembang belum tertangani secara baik. Latar belakang penyebabnya antara lain kebiasaan penduduk yang membuang sampah sembarang tempat, tidak tersedianya prasarana persampahan dan perhatian pemerintah masih kurang baik dari penyediaan anggaran maupun koordinasi antara instansi yang terkait dalam pengelolaan persampahan. Hal ini mengakibatkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup masyarakat setempat juga rendah. Tujuan penelitian ini adalah menyusun strategi peningkatan kinerja pengelolaan persampahan di pesisir Kelurahan Lembang yang ditinjau dari aspek teknis,, pembiayaan dan kelembagaan. METODOLOGI PENELITIAN Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi kondisi eksisting sarana dan prasarana pengelolaan persampahan, wawancara dengan pihak pengelola dan survei terhadap 134 masyarakat yang bermukim di pesisir Kelurahan Lembang dengan menggunakan kuesioner. Evaluasi terhadap kondisi eksisting sarana dan pelayanan persampahan dilakukan dengan analisis deskriptif. Melalui evaluasi ini diperoleh gambaran pengelolaan persampahaan dari aspek teknis, kelembagaan dan pembiayaan. Selanjutnya dilakukan penyebaran kuesioner tahap kedua. Analisis yang digunakan pada tahap ini adalah analisis teknik statistik dengan analisa faktor untuk menginterpretasikan dan mengelompokkan seluruh sub variabel dengan menyederhanakan menjadi beberapa faktor utama. Dilanjutkan dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) untuk merumuskan strategi yang dapat meningkatkan kinerja pengelolaan persampahan khususnya di pesisir Kelurahan Lembang. IDE PENELITIAN STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN SAMPAH DI PESISIR KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAENG LATAR BELAKANG PERUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN KAJIAN PUSTAKA PENGUMPULAN DATA A D-1-2
A DATA SEKUNDER DATA PRIMER PENENTUAN RESPONDEN RANCANGAN KUESIONER PENYEBARAN KUISIONER UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Ya PENETAPAN TUJUAN/SASARAN Tidak PENETAPAN INDIKATOR EVALUASI KONDISI EKSISTING (Aspek teknis, Aspek Kelembagaan, aspek Pembiayaan) PERUMUSAN FAKTOR PRIORITAS KONSEP DAN RUMUSAN STRATEGI PENETAPAN PROGRAM Penentuan Ukuran Sampel Gambar 1. Kerangka Penelitian Besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus Lwanga dan Lemeshow (1991), yaitu : 2 z 1 / 2 P(1 P) N n 2 2 d ( N 1) z 1 / 2P(1 P) KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan Formula 1 diatas Jika jumlah populasi dalam penelitian ini adalah z 3449 orang, Derajat keofisien konfidensi digunakan 95% sehingga besarnya 1 / 2 = 1,96. Sampling error 5% dan proporsi dalam populasi yang ingin diteliti adalah 10 % maka diperoleh jumlah responden sebanyak 134 orang. Pengambilan sampel secara proportionate stratified random sampling didasarkan adanya perbedaan tingkat pelayanan dari responden memakai rumusan alokasi proporsinal dari Sugiyono (1999) dengan Rumus : (1) D-1-3
N i n i. n (2) N Berdasarkan rumus 2 di atas maka jumlah responden pada tiap strata dapat dilihat pada tabel berikut. Analisa Data Tabel 1. Data Jumlah Populasi dan Sampel TINGKAT PELAYANAN JUMLAH UKURAN SAMPEL BAIK 592 23 CUKUP 1.004 39 KURANG 1.853 72 JUMLAH 3.449 134 Sumber : Hasil Perhitungan 1. Analisa deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi eksisting (data sekunder dan primer) diolah secara deskriptif dan digunakan didalam menganalisis situasi dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau hubungan permasalahan yang diteliti dengan kondisi yang ideal. Sehingga didapatkan suatu konsep strategi dengan dasar sasaran (goals) yang telah ditetapkan. 2. Analisa faktor dilakukan untuk mereduksi data sehingga data-data menjadi lebih sedikit. Dalam penelitian ini, analisis faktor dilakukan atas jawaban responden terhadap faktor-faktor penyebab rendahnya kinerja pengelolaan persampahan di Kelurahan Lembang. Hasil dari analisis ini adalah untuk menyederhanakan atau meminimalkan sub variabel dari sejumlah sub variabel yang ditanyakan kepada responden. HASIL DAN DISKUSI Aspek Teknis Jumlah timbulan sampah diambil berdasarkan klasifikasi kota kecil (SNI 19-3242- 1994,BSN,2007), yaitu sebesar 2, 5 liter/orang/hari. Sehingga jumlah timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat sebesar 8,62 m 3 /hr. Dari timbulan sampah tersebut untuk domestik 75% (6,47 m 3 /hr) dan non domestik 25% (2,15 m 3 /hr). Dari data eksisting diketahui bahwa tingkat pelayanan untuk sampah yang terangkut sebesar 20,89% dan tidak terangkut sebesar 79,11%. Sehingga jika dihitung untuk satu tahun jumlah sampah yang terangkut 657,45 m 3 /tahun dan yang tidak terangkut 2.480,76 m 3 /tahun dari total timbulan setahun sebesar 2.489,76 m 3 /tahun. Target Cakupan Pelayanan Sampah. Berdasarkan metode geometri, maka jumlah timbulan sampah pada tahun 2015 diprediksi sebesar 9,31 m 3 /hr atau 3.397,24 m 3 /tahun, dengan target pelayanan 81% (lihat Tabel 2). Potensi Reduksi Sampah. Karakteristik komposisi sampah di Kabupaten Bantaeng yang terbesar adalah sampah basah/organik (6 6.55%). Selain itu sampah basah berpotensi dapat dimanfaatkan untuk komposting. Dengan menggunakan recovery factor sebesar 0,80 (Tchobanoglous, dk,1993), maka timbulan sampah dapat direduksi. Potensi reduksi tersebut dapat meningkatkan cakupan pelayanan persampahan sampai 81% dan mengurangi jumlah yang belum terlayani seperti yang terlihat pada Tabel 2 berikut. D-1-4
Tahun Tabel 2. Cakupan Pelayanan Sampah Setelah Dilakukan Reduksi Jumlah Timbulan Target Terlayani Belum Terlayani m 3 /hr m3/tahun Pelayanan m 3 /hr m 3 /tahun m 3 /hr m 3 /tahun Keterangan 1 2009 8.62 3,147.21 20.89% 1.80 657.45 6.82 2,489.76 Eksisting 2 2010 8.73 3,187.50 30.50% 2.66 972.19 6.07 2,215.31 3 2011 8.84 3,228.30 45.00% 3.98 1,452.73 4.86 1,775.56 4 2012 8.96 3,269.62 63.00% 5.64 2,059.86 3.31 1,209.76 5 2013 9.07 3,311.47 78.80% 7.15 2,609.44 1.92 702.03 Target RPJMD 6 2014 9.19 3,353.86 80.00% 7.35 2,683.09 1.84 670.77 Target RPJMN 7 2015 9.31 3,397.24 81.00% 7.54 2,751.40 1.77 645.39 >Target MDGs Sumber Perhitungan Aspek Biaya Analisis biaya, dibagi menjadi 2 bagian yang berpengaruh terhadap pengelolaan persampahan, antara lain, biaya operasional dan investasi (lebih lengkap lihat Tabel 3 dan 4) Tabel 3. Operasional dan Pemeliharaan BIAYA OM SEBELUM REDUKSI Keb. Peralatan Jumlah Harga Sat. Total Biaya Operasional (Unit) Fasilitas (Rp/Jam) Dalam 1 Tahun (Rp) 1 Truck 1 36,225 86,940,000 2 Gerobak Sampah 9 2,648 57,204,000 3 Wadah Komunal 9 2,697 58,258,359 Jumlah 202,402,359 BIAYA OM SESUDAH REDUKSI Keb. Peralatan Jumlah Harga Sat. Total Biaya Operasional (Unit) Fasilitas (Rp/Jam) Dalam 1 Tahun (Rp) 1 Truck 1 36,225 86,940,000 2 Gerobak Sampah 4 2,648 25,424,000 3 Wadah Komunal 4 2,697 25,892,604 Jumlah 138,256,604 Sumber Perhitungan Tabel 4. Investasi Sarana Persampahan BIAYA INVESTASI SEBELUM REDUKSI Keb. Peralatan Jumlah Harga Sat. Total Biaya Investasi (Unit) Fasilitas (Rp) Dalam 1 Tahun (Rp) 1 Truck 1 300,000,000 300,000,000 2 Gerobak Sampah 9 2,000,000 18,000,000 3 Wadah Komunal 9 2,139,000 19,251,000 4 Wadah Individual 713 75,000 53,475,000 BIAYA INVESTASI SESUDAH REDUKSI Jumlah 390,726,000 Keb. Peralatan Jumlah Harga Sat. Total Biaya Investasi (Unit) Fasilitas (Rp) Dalam 1 Tahun (Rp) 1 Truck 1 300,000,000 300,000,000 2 Gerobak Sampah 4 2,000,000 8,000,000 3 Wadah Komunal 4 2,139,000 8556000 4 Wadah Individual 713 75,000 53,475,000 Jumlah 370,031,000 Sumber Perhitungan D-1-5
Aspek Kelembagaan Didalam kerangka meningkatkan kapasitas kelembagaan prinsip-prinsip good governance dijadikan tolok ukur. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pengelolaan struktur kelembagaan dengan komitmen yang kuat, bermitra dengan masyarakat, meningkatkan pelatihan dan pendidikan dan responsive terhadap masukan-masukan. Menggali lebih dalam potensi yang ada di masyarakat dan memberi peran yang lebih besar kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sanitasi. Salah satu contohnya adalah dengan membentuk kelompok kelompok masyarakat berdasarkan profesi. Pemerintah sebagai pengatur harus terus memberi bimbingan dan pembinaan pada kelompok ataupun perorangan yang ada di Kawasan Kumuh sebagai proses pemantapan kader dalam masyarakat, sehingga akan tumbuh kesadaran dan inisiatif dari masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam program perbaikan lingkungan. Pembinaan ini dilakukan secara instansional melalui instansi terkait ataupun dengan memanfaatkan aparat kelurahan melalui kegiatan kegiatan sosial dan rapat rapat desa. ANALISA FAKTOR Analisa faktor dilakukan dengan menggunakan program SPSS 13.00 dari 16 sub variabel yang merupakan faktor-faktor penyebab rendahnya kinerja pengelolaan persampahan tereduksi menjadi 11 sub variabel, dengan hasil sebagai berikut : Faktor Nilai Eigen Nilai Varians (%) Tabel 5. Hasil Analisis Faktor Varians Kumulatif (%). Kod e Sub Variabel Loading 1 A2a Pewadahan individu 0.929 1 2.974 18.590 18.590 2 A3 Pemilahan 0.937 3 C1 Prioritas alokasi anggaran 0.936 2 2.119 13.244 31.835 4 A1 Timbulan sampah 0.868 5 C4 Alternatif sumber dana 0.919 3 1.678 10.486 42.320 6 A2b Pewadahan komunal 0.628 7 B3 Personil 0.746 4 1.581 9.879 52.200 8 B1 Status dan kewenangan institusi 0.845 5 1.565 9.784 61.984 9 A4 Pengumpulan 0.709 10 C2 Tarif retribusi sampah 0.636 6 1.508 9.422 71.406 11 C3 Cost recovery 0.767 Hasil Olahan, 2010 KONSEP STRATEGI Diagram strategi digunakan untuk mengetahui posisi strategi yang telah dirumuskan dari hasil interaksi matrik evaluasi faktor-faktor internal dan eksternal. Dasar penentuannya adalah dari hasil penghitungan skor masing-masing sub variabel, yang terdapat dalam matrik evaluasi faktor-faktor internal dan eksternal. Adapun diagram strategi, dapat dilihat pada Gambar berikut. D-1-6
Kuadran III Strategi turn around Meminimalkan kelemahan internal untuk memanfaatkan peluang Peluang Eksternal 0,101 1,876 Kuadran I Strategi agresif menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang 1,876 0,125 1,751 Kelemahan Internal Kekuatan Internal Kuadran IV Strategi defensif meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman 1,775 Ancaman Eksternal Kuadran II Strategi diversifikasi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Gambar 2. Diagram Strategi Dari Gambar diatas terlihat bahwa posisi strategi peningkatan kinerja pengelolaan persampahan menunjukan strategi turn around (Kuadran III), yaitu berupaya meminimalkan kelemahan internal untuk memanfaatkan peluang yang ada. Dengan demikian, strategi yang sebaiknya diterapkan, adalah : Mengatasi timbulan sampah dengan memperbaiki sistem pewadahan, pengumpulan sampah dan penyuluhan 3R serta memanfaatkan alternatif pilihan teknologi sesuai kebijakan global dan nasional yang menjadi acuan pemerintah daerah. KESIMPULAN 1. Peningkatan pelayanan dapat tercapai sampai 81% pada tahun 2015 dari kondisi saat ini 20,89%. 2. Strategi untuk meningkatkan kinerja pelayanan pengelolaan persampahan di pesisir Kelurahan Lembang yaitu Mengatasi timbulan sampah dengan memperbaiki sistem pewadahan, pengumpulan sampah dan penyuluhan 3R serta memanfaatkan alternatif pilihan teknologi sesuai kebijakan global dan nasional yang menjadi acuan pemerintah daerah. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik dan Bappeda Kabupaten Bantaeng, (2009), Kabupaten Bantaeng Dalam Angka 2009, BPS dan Bappeda Kabupaten Bantaeng, Bantaeng Badan Standarisasi Nasional (1994), Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia, SNI 19-3983-1995, LPMB, Bandung. Departemen Kimpraswil, (2002), NSPM Tata Cara Survey dan Pengkajian Kondisi Sosial dan Budaya, Balitbang Kimpraswil, Jakarta. Direktorat Jenderal Cipta Karya, (1999), Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Prasarana Lingkungan Permukiman Perkotaan dan Pedesaan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. D-1-7
Rangkuti, F., (2006), Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus keduabelas, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Bisnis, cetakan Tchobanoglous, G., Theisen, H., Vigil, S., (1993), Integrated Solid Waste Management, Mc.Graw Hill lnc, International Editions, New York. D-1-8