PENGEMBANGAN INDUSTRI BENIH KELAPA BERBASIS PVT DAN PELESTARIAN PLASMA NUTFAH IN SITU

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI KEBIJAKAN PEREMAJAAN KELAPA RAKYAT 1)

PENETAPAN BPT KELAPA DALAM SEBAGAI BENIH SUMBER DI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Oleh Yeany M. Bara Mata, SP

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hampir semua bagian dari tanaman kelapa baik dari batang, daun dan

MENGENAL KELAPA DALAM UNGGUL LOKAL ASAL SULAWESI UTARA (Cocos nucifera. L) Eko Purdyaningsih,SP PBT Ahli Muda BBPPTPSurabaya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman

POTENSI KELAPA GENJAH HIJAU MANIS UNTUK TENDER COCONUT

PENILAIAN DAN PENETAPAN CALON BLOK PENGHASIL TINGGI (BPT) KELAPA DALAM DI KABUPATEN TAMBRAUW PROVINSI PAPUA BARAT

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017

Identifikasi Kelapa Dalam Unggul Lokal untuk Materi Kebun Induk Kelapa Dalam Komposit di Provinsi Jawa Tengah

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

KELAPA. (Cocos nucifera L.)

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa (Cocos nucifera L) disebut pohon kehidupan, karena hampir semua

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Penetapan Blok Penghasil Tinggi (BPT) Kelapa Dalam (Cocos Nucifera L.) Di Kabupaten Sarmi, Papua

Ismail Maskromo Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain Indonesian Coconut and Other Palmae Research Institute RINGKASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengekspor kelapa kering (desiccated coconut) sebanyak 75,9 ribu ton

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak terlepas dari perekenomian yang berbasis dari sektor

PENDAHULUAN. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Cock (1985), ubikayu merupakan salah satu tanaman penghasil

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

Sistem Perbenihan Jagung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

STATUS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAPA KOPYOR DI INDONESIA

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

I PENDAHULUAN Latar Belakang

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

KEBUTUHAN BENIH (VOLUME) PER WILAYAH PER JENIS DALAM KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN. Oleh : Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KELAPA

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

Perakitan Kelapa Hibrida Intervarietas dan Pengembangannya di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

Transkripsi:

PENGEMBANGAN INDUSTRI BENIH KELAPA BERBASIS PVT DAN PELESTARIAN PLASMA NUTFAH IN SITU Hengky Novarianto dan Heldering Tampeke Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lainnya Manado ABSTRAK Kebutuhan benih kelapa untuk program peremajaan, rehabilitasi dan pengembangan tidak seimbang dengan ketersediaan sumber benih unggul. Jumlah aksesi kelapa di Indonesia diperkirakan lebih dari 500 aksesi kelapa yang tersebar di lebih dari 17.000 pulau. Sedangkan yang telah dikoleksi oleh Balitka secara ex situ sampai tahun 2007 baru mencapai 95 aksesi. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana melestarikan dan mengelola sumberdaya genetik kelapa yang tersedia secara efisien dan efektif. Upaya-upaya pelestarian kelapa menemui beberapa kendala, yaitu: (1) sebaran sentrasentra keragaman genetik belum teridentifikasi dan terpetakan, (2) kegiatan eksplorasi, koleksi, karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah tidak berlangsung secara kontinu, (3) keterbatasan dana dan lahan untuk melakukan konservasi ex situ, dan (4) konservasi ex situ banyak menghadapi masalah perubahan peruntukan lahan. Konservasi ex situ tetap harus dilakukan, sejauh untuk kepentingan pemuliaan kelapa. Balitka telah memanfaatkan koleksi plasma nutfah kelapa ini, dan sampai tahun 2006 telah merilis sebanyak 19 varietas kelapa unggul. Tetapi, pemanfaatan benih dari kelapa unggul ini masih sangat sedikit, karena tidak diikuti dengan pembangunan kebun induk. Balitka membangun kebun induk hanya sebatas sebagai penyedia benih sumber untuk para penakar benih, sedangkan pihak swasta kurang tertarik untuk membangun kebun induk kelapa. Pembangunan kebun benih sebaiknya menggunakan kelapa unggul lokal, dengan pertimbangan telah adaptif dengan lingkungan setempat. Metode penyediaan benih yang di sarankan adalah identifikasi Blok Penghasil Tinggi (BPT) dan dilanjutkan dengan seleksi PIK (Pohon Induk Kelapa). Disamping menetapkan BPT dan PIK sebagai sumber benih, untuk jangka panjang tetap perlu dibangun secara bertahap di setiap daerah, yaitu Kebun Induk Kelapa Dalam Komposit. Jika industri benih kelapa ini dapat berjalan secara bertahap, maka dipastikan setiap daerah akan dapat memenuhi kebutuhan benihnya dari daerah sendiri. Perlindungan varietas lokal yang spesifik juga perlu dilakukan, melalui pendaftaran di PPVT. Sudah saatnya setiap provinsi/kabupaten mempunyai pusat-pusat sumber benih kelapa unggul setiap daerah, disamping berfungsi sebagai sumber benih kelapa lokal, juga secara tidak langsung akan melestarikan keragaman genetik kelapa secara in situ atau on farm conservation. Kata kunci : Industri, kelapa, benih, PVT, plasmanutfah, pelestarian dan in situ PENDAHULUAN Bagi masyarakat Indonesia, kelapa merupakan bagian dari kehidupannya karena semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya. Di samping itu, arti penting kelapa bagi masyarakat juga tercermin dari luasnya areal perkebunan rakyat yang mencapai 98% dari 3,89 juta ha dan melibatkan lebih dari 3 juta rumah tangga petani. Pengusahaan kelapa juga membuka tambahan kesempatan kerja dari kegiatan pengolahan produk turunan dan hasil samping yang sangat beragam. Salah satu permasalahan kelapa di tingkat petani adalah rendahnya produktivitas kelapa yang baru mencapai 0,8-1,2 ton kopra per ha per tahun, sedangkan potensi hasil produksi dapat mencapai 3-4 ton kopra per ha per tahun. Benih kelapa unggul merupakan komponen teknologi yang dibutuhkan dalam upaya meningkatkan produktivitas kelapa. Dalam rangka penyediaan benih kelapa unggul, upaya-upaya perakitan kelapa unggul perlu dilakukan. Perakitan kelapa unggul akan berhasil baik jika tersedia plasma nutfah yang beragam genetiknya sebagai materi dasar pemuliaan kelapa. Jumlah aksesi kelapa di Indonesia diperkirakan lebih dari 500 aksesi kelapa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sementara yang telah berhasil dikoleksi secara ex situ sampai tahu 2007 baru mencapai 95 aksesi. Kegiatan eksplorasi dan koleksi telah dimulai sejak tahun 1926 di bawah pimpinan ahli botani dari Belanda yaitu P.L.M. Thames dan dilanjutkan oleh para peneliti Balitka yang ditanam di

beberapa kebun plasma nutfah, yaitu KP. Mapanget, KP. Paniki, KP., Kima Atas dan KP. Pandu, Sulawesi Utara. Aksesi-aksesi yang belum dikoleksi, dikarakterisasi dan dievaluasi mengalami kemunduran genetik akibat erosi genetik (genetic erosion), kerapuhan genetik (genetic vulnerability), pemusnahan genetik (genetic wipe-out), dan pencurian sumberdaya genetik (genetic flow-out). Sementara itu potensi sumberdaya genetik kelapa di Indonesia belum diinventarisasi, didokumentasi, dikarakterisasi, dan dievaluasi dengan baik. Jika hal ini terjadi terus menerus maka Indonesia akan kehilangan sumberdaya genetik untuk perbaikan genetik tanaman yang penting dalam rangka menunjang program ketahanan pangan. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana melestarikan dan mengelola sumberdaya genetik kelapa yang tersedia secara efisien dan efektif. Upaya-upaya pelestarian kelapa menemui beberapa kendala, yaitu: (1) sebaran sentra-sentra keragaman genetik belum teridentifikasi dan terpetakan, (2) kegiatan eksplorasi, koleksi, karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah tidak berlangsung secara kontinu, dan (3) keterbatasan dana dan lahan untuk melakukan konservasi ex situ. Tetapi dalam realisasi dan sistem pelaksanaan konservasi ternyata tidak semudah yang direncanakan. Pada kenyataannya, pengumpulan materi plasma nutfah kelapa sangat lambat, karena dipengaruhi oleh ketersediaan dana, kesiapan materi di lapangan, pemeliharaan materi, dan sumber daya pendukung lainnya. Masalah lain yang dihadapi selama ini, yaitu keterbatasan sumber benih kelapa unggul. Walaupun Balitka sampai tahun 2006 telah merilis sebanyak 19 varietas kelapa unggul, baik kelapa Dalam, Genjah dan Hibrida, tetapi pemanfaatan benih dari kelapa unggul ini masih sangat kecil, karena antara lain tidak diikuti dengan pembangunan kebun induk. Balitka membangun kebun induk hanya sebatas sebagai penyedia benih sumber untuk para penakar benih, sedangkan pihak swasta kurang tertarik untuk membangun kebun induk kelapa, karena dari segi ekonomi kurang menguntungkan, dibandingkan membangun benih kelapa sawit. Sehingga dalam situasi seperti ini, dimana pengembangan kelapa tetap harus diberi prioritas sebab menyangkut sumber ekonomi masyarakat petani kecil, ketahanan pangan dan lapangan kerja, maka pembangunan kebun induk kelapa unggul untuk kebutuhan peremajaan dan rehabilitasi kelapa perlu ditangani langsung oleh pemerintah pusat dan daerah. Selain itu, untuk mensuplai benih kelapa ke daerah lain/kepulauan, membutuhkan transport yang mahal, yang disebabkan ukuran benih kelapa cukup besar dan berat dari segi volume. Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan suatu strategi, yang bertujuan, yaitu selain meningkatkan kegiatan pelestarian plasma nutfah kelapa, juga akan mempercepat penyediaan benih kelapa unggul dalam rangka mendukung program pengembangan kelapa jangka panjang. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau besar kecil. Pertanaman kelapa tersebar di seluruh kepulauan Indonesia, sehingga secara nasional terkenal juga dengan lagu Rayuan Pulau Kelapa dan Nyiur Hijau. Diduga setiap daerah memiliki origin plasma nutfah kelapa yang spesifik, dan beranekaragam. Untuk itu akan lebih efisien dan efektif jika konservasi plasma nutfah dilakukan juga secara in situ atau on farm conservation. Seiring dengan otonomi daerah, maka desentralisasi penyediaan benih kelapa unggul dapat lebih mudah dilakukan, yaitu melalui seleksi Blok Penghasil Tinggi (BPT) dan pembangunan kebun benih kelapa Dalam Komposit. Jika program ini dapat dilaksanakan secara bertahap, dan kontinu, maka selain penyediaan benih unggul dapat menunjang pengembangan kelapa setiap daerah, sekaligus terlaksana konservasi plasma nutfah kelapa secara in situ. Disamping itu sekaligus juga untuk melindungi varietas kelapa hasil perakitan pemuliaan, termasuk kelapa unggul lokal atau yang memiliki ciri karakter spesifik, dapat dilakukan pendaftaran dan perlindungan varietas tanaman. KONDISI PERKELAPAAN INDONESIA SAAT INI Pertanaman kelapa tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Pada tahun 2005 dari total areal 3,89 juta ha, pangsa pulau Sumatera mencapai 34,5%, Jawa 23,2%, Bali, NTB dan NTT 8,0%, Kalimantan 7,2%, Sulawesi 19,6%, Maluku dan Papua 7,5%. Luas areal dan produksi tanaman kelapa di setiap provinsi disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa luas areal tanaman kelapa yang paling luas terdapat di provinsi: Riau, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. Produk utama yang dihasilkan di wilayah Sumatera adalah kopra dan minyak; di Jawa kelapa butir; Bali, NTB dan NTT kelapa butir dan minyak; Kalimantan kopra; Sulawesi minyak; Maluku dan Papua kopra. Komposisi keadaan tanaman secara nasional meliputi, tanaman belum menghasilkan

(TBM) seluas 13.9 % (0,54 juta ha), tanaman menghasilkan (TM) 74,0 % (2,88 juta ha) dan tanaman tua/rusak (TT/TR) 12,1 % ( 0,47 juta ha). Produktivitas tanaman kelapa baru mencapai 2.700 4.500 kelapa butir yang setara 0,8 1,2 ton kopra/ha. Produktivitas ini masih dapat ditingkatkan menjadi 6.750-9.000 butir atau setara 1,5-2,0 ton kopra. Ditingkat rumah tangga usahatani kelapa dapat menghasilkan penghasilan kotor sekitar Rp 2,0 juta/ha/tahun. Mengingat pada umumnya usahatani kelapa merupakan usahatani sampingan maka besaran pendapatan tersebut memberikan kontribusi yang berarti terhadap total pendapatan. Dalam konteks ketahanan pangan, kontribusi kelapa tercermin dari besarnya prosentase konsumsi domestik yang mencapai 50-60 % dari produksi dalam bentuk konsumsi kelapa segar.

Tabel 1. Luas areal dan produksi kelapa tahun 2003-2005 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Provinsi Luas Produksi Luas Produksi Luas Produksi D.I. Aceh 117.026 79.643 113.803 78.209 114.346 79.222 Sumatera Utara 137.862 115.080 137.898 114.778 138.575 115.489 Sumatera Barat 90.889 73.497 90.615 75.046 91.068 75.934 Riau 639.340 523.719 596.111 507.462 598.776 510.021 Riau Kepulauan - - 43.229 16.257 43.445 16.630 Jambi 128.875 119.243 128.340 133.684 128.951 134.918 Sumatera Selatan 56.478 41.236 53.881 67.828 56.858 42.752 Bangka Belitung 14.834 7.375 14.049 7.190 14.119 7.235 Bengkulu 22.802 6.037 13.611 6.753 13.679 6.829 Lampung 148.128 124.560 148.136 120.374 148.786 122.522 DKI Jakarat 0 0 0 0 0 0 Jawa Barat 179.839 112.251 179.696 161.430 180.559 162.647 Banten 103.199 50.123 103.165 51.013 103.665 52.305 Jawa Tengah 280.911 197.626 270.109 208.012 271.444 209.352 D.i.Yogyakarta 44.024 47.492 43.910 46.315 44.130 46.583 Jawa Timur 286.725 261.646 290.671 263.663 292.099 265.292 Bali 72.512 75.595 72.673 75.319 73.030 75.808 Nusa Tenggara Barat 67.765 51.489 67.750 59.920 68.088 66.170 Nusa Tengara Timur 159.377 53.529 154.231 53.046 155.002 53.804 Kalimantan Barat 109.715 64.021 110.722 73.739 112.185 50.846 Kalimantan Tengah 71.331 70.903 77.169 85.990 83.846 94.007 Kalimantan Selatan 52.768 35.404 51.546 32.540 51.784 32.986 Kalimantan Timur 49.488 40.531 46.308 44.700 46.540 45.049 Sulawesi Utara 265.633 276.681 258.293 246.304 259.535 247.156 Gorontalo 60.952 61.650 55.672 60.935 55.949 61.412 Sulawesi Tengah 176.883 200.687 177.777 201.038 173.840 196.658 Sulawesi Selatan 210.074 242.576 122.923 117.312 123.425 118.384 Sulawei Barat - - 66.977 68.542 67.243 68.958 Sulawesi Tenggara 51.047 30.985 49.948 35.515 50.184 36.222 Maluku 90.267 69.096 90.267 69.129 93.443 71.805 Maluku Utara 181.697 207.483 199.922 207.281 200.922 208.595 Papua 42.689 14.696 30.797 7.415 30.951 7.546 Irian Jaya Barat - - 11.892 7.262 11.951 7.332 INDONESIA 3.913.13 0 3.254.85 3 3.872.09 1 3.304.00 2 3.898.41 8 3.290.484 Sumber: Deptan-Statistik Ditjenbun, 2006 Sekitar 583.500 ha (15%) kondisi pertanaman kelapa saat ini sudah tua dan rusak sehingga perlu dilakukan peremajaan dan rehabilitasi. Agar produksi kelapa tidak menurun maka pelaksanaan peremajaan dan rehabilitasi harus dilakukan terus-menerus karena TM akan menjadi tua, demikian pula dengan kerusakan akibat serangan hama dan penyakit, dan bencana alam. Untuk meningkat produktivitas tanaman yang saat ini tergolong rendah maka dalam melaksanakan peremajaan dan rehabilitasi diperlukan bibit unggul yang berasal dari kebun induk, terutama Kebun Induk Kelapa Dalam Komposit (KIKDK). Saat ini sumber benih kelapa yang digunakan belum berasal dari kebun induk yang

dibangun khusus sebagai kebun induk yang benar, tetapi dipilih dari pertanaman yang ada di berbagai daerah yang disebut dengan blok penghasil tinggi (BPT). Walaupun benih yang berasal dari BPT lebih baik daripada benih sapuan, ke depan perlu dibangun KIKD Komposit sebagai sumber benih.penggunaan kelapa Dalam unggul lokal akan mampu meningkatkan produksi kelapa dari 1,1 ton kopra/ha/tahun menjadi 1,5 ton kopra/ha/tahun, selanjutnya untuk jangka panjang, penggunaan benih kelapa Dalam unggul Komposit akan meningkatkan produksi kelapa Dalam dari rata-rata 1,5 ton kopra/ha/tahun menjadi minimal 2,25 ton kopra/ha/tahun dengan pemeliharaan semi intensif. Benih kelapa diperlukan sebagai input dalam proses produksi dan sebagai materi sumber genetik untuk perbaikan potensi genetik kelapa. Permintaan benih kelapa dimasa mendatang sangat tinggi jika didasarkan pada angka perkembangan areal dan peremajaan. Secara nasional proporsi tanaman tua yang berumur lebih dari 50 tahun saat ini mencapai 15% dari areal kelapa total seluas 3,89 juta ha atau 583.500 hektar. Areal kelapa tua ini seharusnya diremajakan karena tidak produktif lagi dan tidak layak secara ekonomi untuk diusahakan. Jika pertambahan areal selama 10 tahun terakhir sekitar 1% tetap berlanjut dan setiap tahun dilakukan peremajaan 5% dari total tanaman tua maka kebutuhan benih per tahun untuk peremajaan kelapa mencapai 6.418.500 butir (220 butir benih/ha) untuk luasan 29.175 hektar. Kebutuhan benih sebanyak itu memerlukan sedikitnya 1.200 hektar kebun benih. Penetapan BPT sejak tahun 1970 sebagai sumber benih kelapa Dalam sebenarnya hanya merupakan langkah darurat atau jangka pendek untuk memasok kebutuhan benih pada program pengembangan kelapa. Pada saat itu, sumber benih hasil penelitian pemuliaan belum tersedia. Setelah sumber benih hasil pemuliaan tersedia, pengambilan benih di BPT selayaknya tidak dilakukan lagi untuk menjamin peningkatan produksi kelapa. Sehubungan dengan hal tersebut, alternatif sumber benih kelapa unggul selain BPT perlu dipersiapkan. Tetapi karena belum siap KIKD Komposit, maka bisa diidentifikasi BPT dan PIK secara ketat dan mengikuti prosedur dengan teknologi seleksi yang benar. Sumber benih kelapa dari BPT dan PIK dilakukan untuk jangka pendek sebelum KIKD Komposit berkembang dan berproduksi. KETERSEDIAAN TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL MENUNJANG PENGEMBANGAN KELAPA Tanaman kelapa digolongkan atas dua tipe yaitu kelapa Dalam dan kelapa Genjah. Tipe kelapa Dalam umumnya memiliki batang lebih tinggi, lebih dominan menyerbuk silang, dan mulai berbuah lebih lambat. Sebaliknya tipe kelapa Genjah memiliki batang lebih pendek, jarak antar bekas daun pada batang lebih rapat, lebih dominan menyerbuk sendiri dan precocious. Pada setiap tipe Dalam dan Genjah ini dijumpai perbedaan-perbedaan sifat yang dapat diwariskan pada generasi lebih lanjut. Sedangkan kelapa Hibrida adalah hasil persilangan F1 antar tipe kelapa yang berbeda, atau antar varietas berbeda dari tipe yang sama. Untuk mendukung pengembangan kelapa dalam rangka meningkatkan produktivitas kelapa, Balitka yang memiliki mandat komoditi kelapa telah menghasilkan beberapa varietas kelapa Dalam, kelapa Genjah, dan kelapa Hibrida. Kelapa Dalam Varietas kelapa Dalam yang telah direkomendasi Balitka ada lima varietas, yaitu kelapa Dalam Mapanget (DMT), Dalam Tenga (DTA), Dalam Bali (DBI), Dalam Palu (DPU) dan Dalam Sawarna (DSA). Keunggulan utama kelima kelapa unggul ini yaitu potensi hasil tinggi, dan toleran terhadap penyakit busuk pucuk. Kelapa Dalam Mapanget berasal dari Desa Mapanget, Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Kelapa ini adalah hasil seleksi massa yang dilakukan oleh Dr. P.L.M.Tammes (Agronomy Belanda) tahun 1926/1927. Seleksi dilakukan terhadap 100 pohon dengan kriteria hasil tinggi. Keunggulan kelapa Dalam ini yaitu dapat menghasilkan buah dalam jumlah banyak, dengan ukuran buah sedang. Warna kulit buah antara lain hijau, hijau kecoklatan, coklat sampai merah. Jumlah buah yang dihasilkan rata-rata 90 butir/pohon/tahun, kadar kopra 260 g/butir, dan produksi kopra mencapai 3,3 ton/ha. Selanjutnya kelapa Dalam Tenga ditemukan pertama kali di Desa Tenga/Radei, Kecamatan Tenga, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara pada waktu melakukan ekplorasi awal tahun 1970 an. Kelapa Dalam Tenga adalah tetua jantan dari kelapa hibrida KHINA-1, karena memiliki daya gabung yang baik dengan kelapa Genjah Kuning Nias (GKN). Rata-rata komponen buah Dalam Tenga lebih tinggi dari pada Dalam Mapanget, tetapi kadar kopra per butir dan per hektar adalah sama yaitu 260 g/butir dan 3,0 ton/ha. Kemudian, kelapa Dalam Bali sesuai dengan namanya berasal dari

pulau Bali yaitu di Perkebunan Pulukan. Kespesifikan Dalam Bali adalah memiliki ukuran buah besar, dan warna buah hijau. Berat buah utuh mencapai 2.200 g/butir, berat daging segar 678 g/butir dan kadar kopra 325 g/butir, dengan produksi sekitar 3,0 ton kopra/ha/tahun. Komponen buah lainnya seperti sabut, tempurung dan air adalah cukup tinggi, dan ini menjadi bahan baku yang potensial untuk produk-produk serat sabut, charcoal, arang aktif, dan sari kelapa. Kelapa Dalam Bali telah digunakan sebagai tetua jantan pada perakitan kelapa hibrida KHINA-2. Varietas keempat adalah kelapa Dalam Palu yang memiliki sifat agak toleran terhadap kekeringan, karena asalnya dari Desa Bangga, Sulawesi Tengah yang beriklim agak kering. Dalam Palu digunakan sebagai tetua jantan pada kelapa Hibrida KHINA-3, dan ternyata efek kemarau terhadap penurunan produksi lebih nyata pada KHINA-1 dan KHINA-2 dibandingkan KHINA-3. Dalam Palu memiliki ukuran buah besar, bulat dan berwarna hijau. Walaupun produksi buah rata-rata hanya 80 butir/pohon/tahun, tetapi dengan kadar kopra 360 g/butir, maka dapat diperoleh hasil sekitar 2,8 ton kopra/ha. Terakhir adalah kelapa Dalam Sawarna yang memiliki keunggulan sifat, yaitu kecepatan pembungaan pertama sekitar 3,5-4 tahun. Kelapa ini berasal dari Desa Sawarna, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Warna buah yang dominan hijau, dengan ukuran buah sedang. Kadar kopra sekitar 280 g/butir, dan hasil dapat mencapai 3,0 ton kopra/ha. Kelapa Dalam DMT, DTA, DBI dan DPU telah dilepas oleh Mentan RI pada tahun 2004, selanjutnya kelapa Dalam DSA dilepas oleh Mentan pada tahun 2006. Varietas kelapa Dalam unggul ini yang direkomendasikan juga dalam rangka pembanguan KIKD Komposit, melalui sistem campuran dengan kelapa Dalam unggul lokal dari setiap daerah. Kelapa Genjah Pemanfaatan jenis kelapa Genjah lebih diarahkan pada penggunaan sebagai kelapa segar/sayur, kelapa muda, tanaman ornamental. Jenis kelapa ini sesuai untuk tujuan seperti diatas, karena memiliki penampilan pohon yang pendek, cepat berbuah, jumlah buah banyak, dan sesuai untuk minuman ringan. Sebagai tanaman ornamental, karena jenis kelapa Genjah memiliki keragaman warna buah dan pelepah daun yang lebih beragam. Disamping pemanfaatan langsung, jenis kelapa Genjah dimanfaatkan juga sebagai tetua persilangan di dalam perakitan kelapa Hibrida. Pada tahun 2006, Mentan RI telah melepas empat varietas kelapa Genjah unggul, yaitu: kelapa Genjah Salak (GSK) asal Kalimantan Selatan dengan kulit buah warna hijau, Genjah Raja (GRA) asal Maluku Utara dengan kulit buah warna coklat, Genjah Kuning Nias asal Sumatera Utara (GKN) dan Genjah Kuning Bali asal Bali (GKB). Rata-rata keempat varietas kelapa Genjah unggul ini dapat menghasilkan buah antara 80 120 butir per pohon per tahun. Kelapa Hibrida Perakitan kelapa Hibrida dilakukan untuk menghasilkan varietas kelapa yang cepat berbuah dan produksi tinggi. Hasil penelitian sejak tahun 1975-1985 Balitka telah merilis tiga jenis kelapa hibrida dengan potensi hasil antara 4-5 ton kopra/ha pada pemeliharaan dengan hight input, yaitu KHINA-1, 2 dan 3, dilepas oleh Mentan RI tahun 1985. Kelapa Hibrida KHINA-1 adalah hasil persilangan antara kelapa Genjah Kuning Nias dengan Dalam Tenga. Hibrida KHINA-1 ini mempunyai precocious yang sama dengan hibrida PB-121 (hibrida introduksi), tetapi dari penampilan morfologi, terutama warna buah kurang seragam dibandingkan PB-121. Tetapi terakhir petani lebih menyukai hibrida KHINA-1 daripada PB-121, karena KHINA-1 memiliki ukuran buah lebih besar dan agak toleran terhadap penyakit busuk pucuk. Kelapa hibrida KHINA-1 mulai berbuah pada umur 3,4 tahun, dan bisa dipanen pertama kali pada umur 4.7 tahun. Produksi kopra rata-rata mencapai 4 ton/ha, dengan produksi tertinggi sampai 5 ton/ha. Kadar minyak kopra adalah 64%. Kemudian kelapa hibrida KHINA-2 adalah hasil silangan antara kelapa Genjah Kuning Nias dengan Dalam Bali. Mulai berbuah umur 3,5 tahun. Warna buah hijau dan hijau kecoklatan, dengan ukuran buah tergolong sedang. Kadar kopranya cukup tinggi yaitu sekitar 296 g/butir, atau membutuhkan 3-4 butir kelapa untuk menjadi 1 kg kopra. Produksi kopra adalah sekitar 4 ton/ha, dengan kadar minyak kopra 64%. Sedangkan kelapa hibrida KHINA-3 adalah hasil silangan Genjah Kuning Nias dengan Dalam Palu. Morfologi pohon dan buah agak sulit dibebakan dengan KHINA-2. Demikian juga potensi hasil per pohon dan per hektar hampir sama dengan hibrida KHINA-2. Kelebihan kelapa hibrida KHINA-3 yaitu penurunan produksi buah tidak sedrastis KHINA-2 apabila mengalami kemarau panjang. Kadar minyak kopra cukup tinggi yaitu sekitar 65%. Walaupun memiliki potensi hasil tinggi, tetapi sama dengan sifat hibrida pada jenis tanaman lainnya, yaitu membutuhkan input yang tinggi terutama pemupukan yang optimal dan konsisten, serta kebutuhan teknis pemeliharaan lainnya. Petani kelapa umumnya tidak biasa melaksanakan pemupukan

pada kelapa Dalam, sehingga saat membudidayakan kelapa hibrida, banyak petani tidak melakukan syarat pemeliharaan yang baik, terutama pemupakan yang intensif. Akibatnya penampilan dan potensi hasil kelapa hibrida tidak terlihat sebagaimana mestinya. Ukuran buah kelapa hibrida kecil, dan produksi tidak sesuai dengan rekomendasi semula. Untuk mengatasi masalah ini, Balitka telah melakukan perakitan kelapa hibrida dengan melasanakan pemeliharaan medium input, yaitu pemupukan sekitar 3 kg/pohon/tahun, sedangkan rekomendasi sebelumnya untuk kelapa hibrida, yaitu sekitar 6 kg/ha/tahun (high input). Hasil penelitian Balitka selama 10 tahun (1985-1995), telah dilepas dua jenis hibrida baru, yang dinamai KHINA-4 (GRA x DMT) dan KHINA-5 (GKB x DMT). KHINA-4 adalah hasil silangan kelapa Genjah Raja (GRA) dengan Kelapa Dalam Mapanget (DMT). Warna buah merah kecoklatan, ukuran buah sedang dan kadar kopra 236 g/butir. Hasil selama 5 tahun pertama diperoleh rata-rata 2,5 ton/ha, dan hasil tertinggi 3,5 ton/ha. Kandungan minyak daging buah adalah 60%, dan kandungan protein sekitar 6,11%. Air kelapa hibrida ini baik untuk bahan baku minuman ringan dan sari kelapa, karena selain volumenya cukup tinggi, kadar seratnya juga tinggi yaitu 0,53%. Hibrida KHINA-5 ini menggunakan tetau betina Genjah Kuning Bali (GKB), sedangkan tetua jantan adalah kelapa Dalam Mapanget. Mulai berbunga umur 3 tahun, dan panen pertama umur 4,3 tahun. Warna buah coklat kehijauan, ukuran buah sedang, dan produksi buah sekitar 80 butir/pohon/tahun. Kadar kopra buah 219 g/butir, dengan produksi rata-rata 2,4 ton/ha, dan produksi tertinggi 3,3 ton/ha. Kandungan minyak 60% dan protein daging buah sekitar 6,38%. Air buah hibrida ini cocok untuk bahan baku minuman ringan dan sari kelapa, karena volume air cukup tinggi 378 g/butir, dan kandungan kalsium 12,22% serta serat kasar 0,50%. KONSERVASI PLASMA NUTFAH KELAPA Konservasi plasma nutfah dapat dilakukan secara ex situ dan in situ atau on farm conservation. Masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian. Konservasi plasma nutfah kelapa secara ex situ telah dilakukan oleh Balitka pada beberapa daerah, tetapi masalah, hambatan, tantangan yang dihadapi cukup berat juga. Masalah lain pada sistem konservasi secara ex situ adalah membutuhkan biaya maintenance yang sangat tinggi. Kemudian masalah lain yang dihadapi juga, yaitu biaya transport bahan tanaman yang sangat mahal, akibat dari benih kelapa yang memiliki volume besar dan berat. Teknologi perbanyakkan secara kultur embrio telah tersedia, tetapi tetap memiliki beberapa keterbatasan juga. Sehingga pengumpulan materi plasma nutfah kelapa yang tidak ditangani dengan baik, jumlah yang harus ditanam tidak terpenuhi lagi, maka mungkin saja keaslian genetik kelapa di in situ, tidak diperlihatkan lagi pada penampilan di koleksi ex situ. Berdasarkan pertimbangan ini, mungkin untuk kepentingan penelitian sampai batas-batas tertentu tetap harus dilakukan eksplorasi, karakterisasi, koleksi dan evaluasi serta pengumpulan database dari koleksi plasma nutfah kelapa pada ex situ, yang selanjutnya akan dimanfaatkan pada kegiatan pemuliaaan lebih lanjut dalam rangka perakitan varietas kelapa unggul baru. Tetapi dalam rangka menunjang peremajaan dan rehabilitasi kelapa yang membutuhkan banyak benih kelapa bermutu di setiap provinsi dan kabupaten, maka strategi seleksi BPT dan PIK, sekaligus ditujukan untuk konservasi in situ secara tidak langsung akan sangat bermanfaat dan lebih logis untuk dilakukan ke depan. Dengan pertimbangan-pertimbangan masalah pada koleksi secara ex situ, maka pemanfaatan materi plasma nutfah yang diseleksi unggul di setiap daerah atau kepulauan, selain ketersediaan benih unggul lokal dapat terpenuhi bagi kebutuhan setiap daerah pengembangan kelapa, juga konservasi plasma nutfah jenis kelapa lokal setiap daerah tersebut dapat berjalan secara lestari. Seiring dengan otonomi daerah, mungkin konservasi in situ lebih baik dan lebih mudah diterapkan, karena setiap daerah dapat mengeluarkan kebijakan untuk melindungi kepentingan umum. Kemudian dengan cara konservasi seperti ini, maka benih kelapa yang diedarkan kepada para pengguna, pasti akan lebih efisien, murah dan efektif, serta manfaatnya besar bagi masyarakat sekitar dan petani kelapa. Hal yang harus diperhatikan untuk sustainable dari konservasi plasma nutfah secara in situ adalah masyarakat sekitar dan petani setempat atau petani kelapa merasakan langsung manfaat dari keberadaan atau mempertahankan materi kelapa tersebut secara ekonomi, sosial, budaya dan kelestarian lingkungannya. Jika manfaat dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar, maka tanaman kelapa tersebut tidak akan ditebang untuk diganti dengan tanaman lain yang dirasa lebih ekonomis, ataupun untuk kepentingan pembangunan lainnnya. Disini tentu saja peran daerah, yang dapat mengeluarkan

kebijakan untuk pelestarian jenis kelapa lokalnya, dapat membantu untuk memperlambat terjadinya erosi genetik pada tanaman kelapa. Disamping itu dalam rangka perlindungan varietas tanaman termasuk komoditi kelapa, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000, maka varietas atau kultivar kelapa yang dianggap unik dan berbeda jelas dengan varietas/kultivar lainnya, dapat diajukan oleh pemda setempat/masyarakat/petani sebagai pemilik untuk mendapatkan hak PVT. Sejalan dengan kondisi ini, maka pengembangan industri benih kelapa ke depan tetap harus melalui pembangunan KIKD Komposit, dan untuk kebutuhan benih awal dapat diseleksi melalui BPT dan PIK. PENGEMBANGAN INDUSTRI BENIH KELAPA Pembangunan KIKD Komposit Perakitan kelapa Dalam Unggul Komposit dapat dilakukan dengan 3 cara berdasarkan populasi tetua yang digunakan. Pertama. Dalam Unggul Komposit dirakit dari kelapa Dalam Unggul bersari bebas (Open-pollinated population) menghasilkan Kelapa Dalam Komposit Sari Bebas (DKT-SB). Kedua. Dalam Unggul Komposit dirakit dari kelapa Hibrida Intervarietas Dalam x Dalam menghasilkan Kelapa Dalam Komposit Hibrida Intervarietas (DKT-HI), Ketiga. Dalam Unggul Komposit dirakit dari turunan pertama penyerbukan sendiri (Selfing generation one disingkat S1) dari kelapa Dalam Unggul menghasilkan Kelapa Dalam Komposit Serbuk Sendiri (DKT-SS). Proses perakitan DKT-SB lebih mudah dibanding dengan proses perakitan DKT-HI dan DKT-SS karena hanya melalui 2 tahapan yaitu seleksi dan uji multilokasi. Perakitan KDK-HI melalui tahapan seleksi, persilangan Dalam x Dalam dan uji multilokasi, sedangkan perakitan DKT-SS melalui proses seleksi, penyerbukan sendiri (selfing) dari tetua, dan uji multilokasi. Turunan pertama dari persilangan alami DKT-SB dan DKT-SS yaitu Hibrida Alami Intervarietas Tunggal (Natural Intervariety Single Cross-Hybrids). Turunan pertama dari persilangan alami DKT-HI yaitu Hibrida Alami Intervarietas Ganda (Natural Intervariety Multiple Cross Hybrids). DKT- SS memiliki efek heterosis yang lebih tinggi dari DKT-SB dan DKT-HI karena penyerbukan silang akan mengeliminir gen-gen resesif yang tidak diinginkan dan mengakumulasi gen-gen dominant yang diinginkan. Balitka pada tahun 2003-2007, telah melakukan penelitian untuk merakit DKT-SB dan DKT-HI. Hasil yang diperoleh berupa kelapa Dalam terpilih sebanyak 10 kultivar yaitu Dalam Mapanget (DMT), Dalam Tenga (DTA), Dalam Bali (DBI), Dalam Palu (DPU), Dalam Sawarna (DSA), Dalam Lubuk Pakam (DLP), Dalam Jepara (DJA), Dalam Banyuwangi (DBW), Dalam Kima Atas (DKA) dan Dalam Rennel (DRL). Kelapa Dalam Komposit Sari Bebas generasi nol (DKT-SBO) telah ditanam tahun 2003 di dua provinsi Jawa Timur dan Gorontalo masing-masing 10 ha. Pertanaman ini selanjutnya berfungsi sebagai kebun induk yang akan menghasilkan benih kelapa Dalam Komposit Serbuk Bebas generasi satu (DKT- SB1). Benih DKT-SB1 dapat digunakan dalam pengembangan setelah DKT-SBO dievaluasi dan dilepas. Evaluasi DKT-SBO selama 3 tahun setelah berproduksi. Selanjutnya bibit kelapa DKT-HI telah ditanam juga di provinsi Jawa Timur dan Gorontalo tahun 2005, masing-masing seluas 5 ha, dan tahun 2006 ditanam di lokasi ke 3 yaitu K.P. Kima Atas, Balitka, provinsi Sulawesi Utara seluas 5 ha. Pembangunan Kebun Induk Komposit bersari bebas hasil kerjasama Balitka dengan beberapa Provinsi/Kabupaten telah dilaksanakan di Sibolga-Sumatera Utara, Kalbar, Sampit-Kalteng, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Kelapa Dalam Komposit yang disarankan Balitka untuk pengembangan secara cepat di daerah-daerah kelapa yaitu Komposit Serbuk Bebas (DKT- SB). Caranya yaitu diintroduksi 4 varietas unggul yang telah dilepas oleh Balitka, yaitu Dalam Mapanget, Dalam Tenga, Dalam Bali dan Dalam Palu. Kemudian dicampur juga dengan 3 kultivar kelapa unggul lokal hasil dari Blok Penghasil Tinggi (BPT) yang telah diidenfifikasi Balitka dan bekerjasama dengan BP2MB/IP2MB setempat serta Disbun Provinsi/Kabupaten. Sebagai dasar seleksi penetapan ataupun evaluasi kembali BPT di setiap Provinsi/Kabupaten dan seleksi Pohon Induk Kelapa, dapat memanfaatkan Hasil Kesepakatan Bali, yaitu tentang Sertifikasi Benih Kelapa. Modelnya akan ditanam seperti rancangan Kelapa Dalam Komposit sebelumnya yaitu sarang lebah (honey comb) atau 7 varietas/ kultivar dalam satu sarang lebah, sehingga persilangan antar varietas akan berpeluang sangat besar untuk membentuk genotip heterosigot yang diharapkan. Diharapkan setiap Provinsi/Kabupaten dapat membangun Kebun Induk Komposit ini secara bertahap, minimal 100 ha untuk memenuhi kebutuhan benih bagi peremajaan kelapa. Pembangunan Kebun Induk Kelapa Dalam Komposit dapat dilakukan dalam bentuk waralaba benih di mana petani, pengusaha, PEMDA dan pengguna lainnya sebagai penerima waralaba dan Balai

Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma sebagai pemberi waralaba. Pembangunan KIKDK dengan mengikutsertakan petani/asosiasi petani dan PEMDA akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, meningkatkan pendapatan, mendorong komersialisasi perbenihan, dan meningkatkan pendapatan asli daerah serta mendukung percepatan pelaksanaan otonomi daerah. Identifikasi, Evaluasi dan Seleksi BPT dan PIK Berdasarkan hasil penelitian Balitka dalam rangka eksplorasi plasma nutfah, identifikasi BPT dan pohon induk kelapa, survai petani kelapa, pengentasan kemiskinan petani kelapa, dan sebagainya, ternyata cukup banyak ditemukan berbagai kultivar kelapa unggul dan unik yang memiliki sifat spesifik untuk dikembangkan di berbagai daerah, baik provinsi, kabupaten, kecamatan, sampai tingkat desa. Hasil ini memperlihatkan bahwa sebenarnya setiap daerah pengembangan kelapa memiliki kelapa unggul lokal. Masalahnya sekarang, bahan tanaman yang potensial ini perlu dilakukan penanganan secara sistematis, sehingga benih dan bibit kelapa yang disalurkan dari sumber benih lokal, benar-benar dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, dan pada kenyataannya nanti di kebun petani mampu meningkatkan produksi kelapa. Beberapa contoh kelapa unggul lokal yang ditemukan dalam kegiatan penelitian Balitka selama ini, antara lain: Kelapa Dalam Mamuaya, asal Desa Wasian, Kecamatan Dimembe, Kab. Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Dinamakan kelapa Mamuaya karena pemiliknya adalah dari keluarga Mamuaya. Keunggulan dari kelapa Mamuaya ini adalah produksi buahnya yang cukup tinggi dengan kualitas komponen buah yang berada di atas ukuran rata-rata serta memiliki sabut tipis. Estimasi potensi produksi kopra kelapa Dalam Mamuaya yaitu sekitar 4,0 ton per ha per tahun. Kemudian, kelapa Dalam Palapi, ditemukan di Desa Palapi, Kecamatan Moutong Kab.Donggala,Provinsi Sulawesi Tengah. Kelapa ini memiliki ukuran buah dan biji yang besar, dan jumlah buah pertandan rata-rata diatas 8 butir, produksi sekitar 3 ton kopra/ha/tahun. Keunikan lain yang spesifik dari kelapa Palapi ini adalah rongga buah tanpa daging yang besar dan menjorok ke dua arah sehingga kandungan airnya melebihi rata-rata kandungan air kelapa Dalam normal lainnya. Kandungan air yang banyak sangat disukai untuk bahan baku pembuat nata de coco (sari kelapa). Selanjutnya, kelapa Dalam Dobo, berasal dari Desa Ngilngof,Kepulauan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara,Provinsi Maluku. Populasi kelapa ini banyak tersebar di Pulau Babi (Kepulauan Aru) dan menurut informasi penduduk Ngilngof, penyebaran kelapa Dobo ini berasal dari Australia dan New Zealand, yang ditanam oleh pemerintah Belanda sebagai kebun induk di pulau Babi pada tahun1905. Keunikan dari kelapa Dobo adalah ukuran buah sangat besar (3,5 kg/butir dibandingkan dengan kelapa pada umumnya (1-2 kg/butir). Lalu contoh lain adalah kelapa Dalam Santongbolang, ditemukan di Desa Santongbolang Kecamatan Santongbolang Kab. Bolaang Mongondow,Sulawesi Utara. Keunikan dari kelapa Santongbolang adalah produksi buah/tandan/tahun yang sangat banyak yaitu rata-rata 60 butir bahkan dalam kondisi normal mampu menghasilkan buah diatas 100 butir/tandan,dengan ukuran buah sedang. Berat daging buah segar 400 g/butir, sehingga estimasi hasil kopra dapat mencapai di atas 3 ton/ha/tahun. Sedangkan kelapa Dalam Takome, berasal dari Desa Takome, Ternate,Maluku Utara. Keunikan dari kelapa jenis ini adalah jumlah buah per tandan yang bisa mencapai lebih dari 100 butir. Tetapi pembuahan jenis kelapa ini bersifat seasonal yaitu sangat di pengaruhi oleh keadaan musim. Ditemukan pertama kali oleh Balitka pada tahun 1977. Penduduk setempat menamakan kelapa ini Igoratu yang artinya Igo = Kelapa dan Ratu = Ratusan. Diduga masih banyak kelapa unik yang dimiliki oleh setiap daerah/kepulauan, yang perlu ditangani secara baik agar tidak musnah dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat setempat. Blok adalah kebun kelapa yang tanamannya berada dalam satu hamparan (tidak terpencar) dengan luas minimal 2,5 ha dan maksimal 25 ha. Berdasarkan pengertian diatas maka Blok Penghasil Tinggi (BPT) dapat didefinisikan : hamparan pertanaman kelapa yang kompak dengan luas antara 2,5-25 ha, umur tanaman antara 15-50 tahun, pertanaman seragam baik jenis jarak tanam dan tinggi tanaman serta dapat memproduksi minimal 1,5 ton kopra/ ha/tahun. Selama ini BPT dianggap sama dengan kebun induk sehingga semua tanaman dapat dijadikan sumber benih pada hal BPT sebagai sumber benih tidak akan memberikan perbaikan pada populasi turunannya. Seharusnya dari BPT tersebut dilakukan lagi seleksi individual sehingga diperoleh pohonpohon induk sumber benih untuk bahan tanaman. Besarnya tingkat seleksi PIK untuk setiap BPT dianjurkan maksimum 15% tanaman terbaik, artinya kalau luas BPT 2,5 ha dengan jumlah tanaman 250 pohon maka PIK sumber benih maksimum 38 pohon. Liyanage (1973) melaporkan bahwa seleksi massa di Sri Lanka berdasarkan berat buah tanpa sabut meningkatkan hasil pada turunannya. Seleksi 5% pohon terbaik akan memberikan kenaikan berat buah tanpa sabut sebesar 14.4% pada populasi

turunannya. Selanjutnya, seleksi 10% dan 15% tanaman terbaik akan memberikan kenaikan berat buah tanpa sabut berturut-turut sebesar 10.1% dan 7.9% (Liyanage, 1972). Pada BPT, sekitar 80% buah yang berasal dari populasi tersebut dijadikan benih sehingga intensitas seleksi sangat rendah. Akibatnya, perbaikan produksi turunan dibandingkan tetua asalnya tidak nyata. Program peremajaan dan pengembangan kelapa ternyata masih membutuhkan 21.888.000 butir benih/tahun. Dalam jangka pendek hanya mungkin diperoleh jika memperluas BPT dan memperbanyak PIK. Kebutuhan PIK diperkirakan 291.840 pohon dari luas BPT 19.500 ha. Untuk mendapatkan BPT dan PIK tersebut dapat dilakukan perluasan di provinsi yang sudah dilakukan sebelumnya seperti Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat dan Bali dan khususnya provinsi yang menjadi obyek peremajaan dan belum dilakukan identifikasi BPT/ PIK seperti NAD, Jambi, Sulteng, Sultra, Maluku Utara, Maluku dan Lampung perlu dilakukan penetapan sumber benih sesuai kebutuhan yang telah diprogramkan. Untuk merealisasikan kegiatan ini, diharapkan DItjenbun dan Dinas-Dinas Perkebunan Provinsi yang terkait dapat tetap memprogramkan dan menyediakan dana untuk penetapan BPT dan PIK. Sejak tahun 2005-2006 beberapa Dinas Perkebunan Provinsi telah meminta bantuan teknik dari Balitka untuk penentuan Blok Penghasil Tinggi (BPT) dan Pohon Induk Kelapa (PIK) yakni Jawa Timur, Gorontalo, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Bali, Sulawesi Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Luas BPT dan jumlah PIK serta perkiraan produksi benih masing-masing provinsi dapat dilihat pada Tabel 2. Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa luas BPT sembilan provinsi 800 ha dengan jumlah PIK 10.500 pohon, dapat menghasilkan 812.000 butir benih per tahun,. Jumlah ini masih kurang dibandingkan kebutuhan benih jika peremajaan dan rehabilitasi berjalan sesuai dengan target Direktorat Jenderal Perkebunan, yaitu sekitar 100.000 Ha per tahun. Tabel 2. Luas BPT, jumlah PIK dan perkiraan produksi benih kelapa Dalam di sembilan Provinsi. No. Provinsi Luas BPT Jumlah PIK Perkiraan Produksi (ha) (pohon) Benih (Butir) 1 Jawa Timur 100 1.000 80.000 2 Gorontalo 100 1.500 120.000 3 Kalimantan Barat 50 750 56.000 4 Kalimantan Tengah 50 750 56.000 5 Sulawesi Utara 100 1.500 120.000 6 Bali 100 1.500 120.000 7 Sulawesi Barat 100 1.500 120.000 8 Daerah Istimewa Yogya 100 1.000 70.000 9 Jawa Tengah 100 1.000 70.000 Jumlah 800 10.500 812.000 Pelestarian Plasma Nutfah dan PVT yang Sejalan dengan Pengembangan Benih kelapa: Kelapa Kopyor Genjah di Kabupaten Pati, Jawa Tengah Kelapa Kopyor, di Indonesia sudah lama dikenal sebagai bahan campuran pada berbagai jenis makanan seperti kue, es krim, sirup, dan lain-lain. Kelapa Kopyor ditemukan secara alami di Jawa Tengah dan Pulau Bali, serta Provinsi lampung, khususnya Kabupaten Lampung Selatan,Kalianda. Dinegara-negara penghasil kelapa lainnya ditemukan juga jenis kelapa ini dengan nama yang berbeda beda,seperti Makapuno di Filipina,Dikiri di Srilanka,dan Maphrao Khati di Thailand. Sebagai contoh telah berkembangnya secara baik pemanfaatan kelapa dan sekaligus melestarikan keragaman genetiknya adalah pengembangan kelapa Kopyor Genjah oleh pemerintah Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Luas tanaman kelapa kopyor di Kabupaten Pati adalah 378 Ha, yang tersebar di beberapa kecamatan, yaitu: Dukuhseti, Margoyoso, Taju, Wedarijaksa, Trangkil, Gunung Wungkal dan Cluwak. Dengan meningkatnya permintaan buah kelapa kopyor untuk konsumsi, maka pengembangan jenis kelapa kopyor ini terjadi dengan cepat, karena masyarakat serta petani kelapa merasakan langsung nilai tambah secara ekonomi bagi keluarga dan masyarakat sekitar. Pekerjaan lain yang berkembang dengan makin maraknya pemasaran kelapa kopyor, selain petani kopyor sendiri, yaitu penakar bibit kopyor, para penokok buah kopyor yang berperan ganda sebagai pedagang perantara, dan

pedagang pengumpul buah kopyor. DiKabupaten Pati telah diidentifikasi sebanyak 47.261 pohon kelapa kopyor yang dimiliki oleh 1.583 petani (Dishutbun Pati, 2006). Lalu jumlah tukang tokok buah kopyor sebanyak 13 orang, pedagang pengumpul buah kopyor 8 orang, serta penakar bibit kopyor sebanyak 30 orang (Dishutbun Pati, 2007). Keterkaitan dengan konservasi plasma nutfah kelapa, khususnya jenis kelapa kopyor, yaitu kelapa Kopyor Genjah Pati ini telah diidentifikasi secara morfologi dan analisis marka DNA ternyata memiliki lima aksesi. Dari segi warna kulit buah dapat dibedakan atas, kopyor Puyuh (warna hijau), gading, coklat, merah dan kuning. Dari daging buah kopyor dibedakan atas jenis kopyor daging tebal, tipis, dan lilin. Tanaman kelapa kopyor di Kabupaten Pati, sebagian besar ditanam petani dipekarangan rumah atau batas halam rumah, dengan jarak sangat rapat, yaitu ada yang hanya dua meter. Tetapi yang penting disini, yaitu terjadi konservasi secara in situ, karena petani kelapa dan masyarakat sekitar tetap memelihara semua jenis kopyor tersebut, sehingga kecil kemungkinan akan terjadi erosi genetis. Bahkan sementara induk pohon kelapa kopyornya masih produktif, petani telah menyisipkan kembali bibit hasil seleksi dari pohon kopyor terbaik, sebagai calon pohon pengganti yang ditanam disamping pohon yang sedang produktif tersebut. Namun demikian untuk pengembangan jenis kelapa kopyor ini agar lebih baik lagi dan produktivitas buah kopyor dapat ditingkatkan, lalu nilai ekonomi makin tinggi, maka perlu dilakukan seleksi dan perbaikan produktivitas tanaman, melalui penanaman yang lebih teratur, pembangunan kebun induk benih yang terseleksi baik, sehingga bisa lebih meningkatkan produktifitas tanaman. Jenis kelapa Kopyor Genjah asal kabupaten Pati ini akan segera didaftarkan oleh pemda setempat sebagai pemilik di kantor PPVT. Balitka bekerja sama dengan Dishutbun Kabupaten Pati, sedang melengkapi Form isian untuk pendaftaran varietas kelapa tersebut.

PENUTUP Kebutuhan benih kelapa untuk program peremajaan, rehabilitasi dan pengembangan sangat banyak dan tidak seimbang dengan ketersediaan sumber benih unggul yang ada. Untuk mengatasi kekurangan benih tersebut dapat ditempuh melalui identifikasi dan evaluasi kembali BPT serta seleksi PIK baik di setiap provinsi dan atau kabupaten yang menjadi obyek peremajaan dan pengembangan kelapa. Strategi penyediaan benih kelapa ini dapat dilakukan secara secara cepat, murah, dan mudah dibandingkan membangun dan menunggu produksi dari KIKD Komposit, tetapi sifatnya hanya untuk jangka pendek. Sedangkan untuk jangka panjang diharapkan setiap provinsi/kabupaten penghasil utama kelapa dapat membangun secara kontinu dan bertahap KIKD Komposit minimal 100 ha sebagai sumber benih. BPT sebagai sumber benih kelapa unggul lokal, sekaligus sebagai tempat pelestarian plasma nutfah secara in situ. Diharapkan juga bahwa varietas atau kultivar kelapa unik yang berbeda secara spesifik, agar didaftarkan dan dilindungi kepemilikannya di kantor PPVT.