HUBUNGAN ANTARA RISIKO TERJADINYA KATARAK SEKUNDER DENGAN BERBAGAI TEKNIK OPERASI KATARAK DI RSUD dr.saiful ANWAR MALANG PERIODE JANUARI DESEMBER 2008

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Ingris Cataract, dan Latin

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi tugas dan Melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

Muhammadiyah Yogyakarta, 2 Departemen Mata, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT

PENGARUH TEKNIK OPERASI KATARAK EKSTRA CAPSULAR CATARACT EXTRACTION

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduaduanya

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : Nuruljannah Nazurah Gomes FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah mata merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena mata

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari. Kesehatan indera. penglihatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas

The Incidence of Conjunctivitis in Rural Hospital Compared with Urban Hospital 1 January-31 December 2013

BAB I PENDAHULUAN. Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata dan menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

BAB I PENDAHULUAN. Sembilan puluh persen dari 285 juta penderita gangguan penglihatan tinggal

SKRIPSI. Oleh: : Yordani Sumomba NRP : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai katarak sekunder atau after cataract yang disebabkan oleh lensa sel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

Agia Dwi Nugraha Pembimbing : dr. H. Agam Gambiro Sp.M. KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD Cianjur FK UMJ

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

KARAKTERISTIK KLINIS DAN DEMOGRAFIS PENDERITA KONJUNGTIVITIS YANG BEROBAT

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KATARAK SENIL DAN KOMPLIKASI KEBUTAAN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2011

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Katarak adalah keadaan terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di

BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74

PERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN PASCAFAKOEMULSIFIKASI ANTARA PASIEN KATARAK SENILIS EMETROP DAN MIOPIA DERAJAT TINGGI DI RSUD DR.

PERBEDAAN BAKTERIURIA PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA DENGAN VOLUME PROSTAT TINGGI DAN TIDAK TINGGI SKRIPSI

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam kandungan dan faktor keturunan(ilyas, 2006).

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun di antara orang terdapat seorang penderita baru katarak (Kemenkes RI,

BAB 1 : PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR.

SOP KATARAK. Halaman 1 dari 7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon SMF. Ditetapkan Oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.

SKRIPSI PROFIL KATARAK SENILE PRE-OPERATIF DI RUMAH SAKIT PHC SURABAYA PERIODE BULAN NOVEMBER 2014 SAMPAI DENGAN APRIL 2015

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah observasional analitik komparatif kategorik

PERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN PASCAOPERASI FAKOEMULSIFIKASI ANTARA PASIEN KATARAK SENILIS TANPA MIOPIA DENGAN MIOPIA DERAJAT TINGGI

I KOMANG AGUS SETIAWAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

Glaukoma. 1. Apa itu Glaukoma?

Studi Korelasi Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Perdarahan Post Partum pada Persalinan Spontan

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI IBU HAMIL DAN BBLR DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN TEKANAN INTRAOKULAR PRA DAN PASCAOPERASI KATARAK PADA PASIEN GLAUKOMA AKIBAT KATARAK DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT DIABETES MELLITUS

UNIVERSITAS UDAYANA MADE INTAN SHANTIVANI

PERBANDINGAN PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA TERAPI TIMOLOL MALEAT DAN DORSOLAMID PASIEN GLAUKOMA. Jurnal Media Medika Muda

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lahir (Ilyas S, 2006). Orang tua akan menyadari untuk pertama kali dengan

PROFIL GLAUKOMA SEKUNDER AKIBAT KATARAK SENILIS PRE OPERASI DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2011

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Air mata merupakan salah satu alat proteksi mata. atau daya pertahanan mata selain alis dan bulu mata.

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Dwika Suryaningdyah. Abstrak

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

Perbedaan Terapi Kemoradiasi dan Radiasi terhadap Kesembuhan Kanker Payudara Pasca Bedah

BAB II. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Mata.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif analitik dengan melihat

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. Edema sistoid makula atau cystoid macular edema (CME) merupakan komplikasi patologis retina yang sering terjadi dan terdapat

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

BAB I PENDAHULUAN. kebutaan di masyarakat di negara-negara berkembang. Data tahun 2010

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI INSTALASI RAWAT JALAN (POLI MATA) RUMAH SAKIT DR. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2014

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

Abstrak Kata kunci: Retinopati Diabetik, Laser Fotokoagulasi, Injeksi Intravitreal Anti VEGF.

ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007

PROFIL PASIEN KONTRAKTUR YANG MENJALANI PERAWATAN LUKA BAKAR DI RSUD ARIFIN ACHMAD PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan dan

PERBANDINGAN LUARAN BAYI (BERAT BADAN DAN APGAR SCORE) PADA PREEKLAMSIA BERAT DAN PREEKLAMSIA BERAT DENGAN KOMPLIKASI HELLP SYNDROME SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

III. METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional yakni meneliti kasus BPH yang. Moeloek Provinsi Lampung periode Agustus 2012 Juli 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik

JST Kesehatan, Januari 2015, Vol.5 No.1 : ISSN

Analisis Faktor Risiko Kejadian Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : REIHAN ULFAH J

Jurnal KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 1 No 1, Desember 2016

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CAKRADENTA YUDHA POETERA G

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Katarak umumnya didefinisikan sebagai kekeruhan lensa. Katarak

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA RISIKO TERJADINYA KATARAK SEKUNDER DENGAN... 85 HUBUNGAN ANTARA RISIKO TERJADINYA KATARAK SEKUNDER DENGAN BERBAGAI TEKNIK OPERASI KATARAK DI RSUD dr.saiful ANWAR MALANG PERIODE JANUARI DESEMBER 2008 Thalib Wifaaq Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang, Jl. Bendungan Sutami 188 A Sumbersari malang, Lowokwaru, Kota Malang, 65145, Indonesia, (0341) 582060 ABSTRAK Angka kejadian katarak sekunder akibat sisa kapsul lensa anterior yang menyebabkan kekeruhan lensa posterior pasca bedah katarak masih tinggi. Gangguan penglihatan yang ditimbulkan oleh katarak sekunder bisa lebih buruk dari gangguan penglihatan sebelum operasi katarak. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara risiko terjadinya katarak sekunder dengan berbagai teknik operasi katarak. Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional study menggunakan data rekam medis. Sampel yang diambil adalah total sampling pasien yang menderita katarak sekunder sebanyak 16 orang di RSUD dr.saiful Anwar Malang periode Januari Desember 2008. Penelitian dilakukan pada Januari Februari 2010. Pasien yang mengalami katarak sekunder dengan teknik operasi EKEK sebanyak 11 orang, dan pasien katarak sekunder dengan teknik operasi fakoemulsifikasi sebanyak 5 orang. Data yang di dapat diolah dengan uji Chi-Square didapatkan nilai P (signifikansi) untuk teknik EKEK sebesar 0,280 (p > 0,05) dan nilai P (signifikansi) untuk teknik fakoemulsifikasi sebesar 0,280 (p > 0,05) yang berarti kedua teknik tersebut tidak ada hubungan yang signifikan dengan terjadinya katarak sekunder. Kesimpulan dari penelitian ini, antara risiko terjadinya katarak sekunder dengan berbagai teknik operasi katarak tidak berhubungan. Kata Kunci: Katarak Sekunder dan Teknik Operasi Katarak. ABSTRACT The incidence of secondary cataract result from the rest of anterior lens that caused posterior lens opacity after cataract surgery was still high. Vision disorder of secondary cataract could be worst than before surgery. The purpose of this research was to examined the relationship between secondary cataract with surgical cataract technics. The method that had been used in this research was observational analytic through Cross Sectional study approach with medical record. We got 16 samples with secondary cataract in Saiful Anwar hospital Malang period January December 2008. The research had been done in January February 2010. Patients who had secondary cataract with ECCE technic were 11 persons, and patients who had sedondary cataract with phacoemulsification were 5 persons. The data was using Chi-Square test. The P-value (significancy) of ECCE technic was 0,280 and 0,280 for phacoemulsification.so, there was no significant relationship. The research conclude that there was no significant relationship between secondary cataract with surgical cataract technics. Key words: Secondary Cataract and Surgical Cataract Technics PENDAHULUAN Latar Belakang Katarak Sekunder adalah katarak yang terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah dua hari operasi Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler (EKEK), dan penanaman lensa di segmen posterior. Atau, katarak yang terjadi sesudah suatu trauma yang memecah lensa (Ilyas, 2006). Tingkat terjadinya katarak sekunder di dunia tahun 2002 pada tekhnik operasi katarak EKEK lebih tinggi dari teknik operasi fakoemulsifikasi yaitu 20,2% dalam 1 tahun, 25% dalam 2 tahun serta 33,1% dalam 3 tahun pasca operasi. Angka kejadian atau insidens kekeruhan kapsul posterior (posterior capsule opacification;pco) semakin menurun dengan tekhnik fakoemulsifikasi, penggunaan materi Intra Ocular Lensa (IOL) yang lebih bersifat biocompatible serta IOL yang membantu menghambat proliferasi epitel lensa. Schaumberg et al melaporkan angka kejadian PCO adalah sebesar 11,8% dalam 1 tahun, 20,7% dalam 2 tahun, serta 28,5% setelah 3 tahun pasca operasi (Soekardi I, Hutauruk JA, 2004). Beberapa jenis teknik ekstraksi katarak yaitu inspirasi aspirasi lensa, Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK), Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK), dan teknik yang paling modern adalah fakoemulsifikasi. Pasca bedah katarak masih mempunyai resiko terjadinya katarak sekunder. Terjadi apabila reaksi radang yang diikuti dengan terbentuknya jaringan fibrosis sisa lensa anterior yang tertinggal pada permukaan lensa posterior maka keadaan ini disebut sebagai katarak sekunder. Tindakan bedah yang menimbulkan katarak sekunder adalah sisa ekstraksi linear dan ekstraksi lensa ekstrakapsular termasuk disini teknik ekstraksi katarak yang menggunakan teknik fakoemulsifikasi (Raseobala, 2008).

86 VOLUME 11 NO 2 DESEMBER 2015 Risiko terjadinya katarak sekunder akibat sisa kapsul lensa anterior yang menyebabkan kekeruhan lensa posterior sesuai dengan angka kejadian katarak sekunder pasca bedah katarak masih tinggi. Selain itu, gangguan penglihatan yang ditimbulkan oleh katarak sekunder bisa lebih buruk dari gangguan penglihatan sebelum operasi katarak. Data riset menyebutkan bahwa teknik operasi katarak yang masih diterapkan sampai saat ini belum bisa menghindari risiko terjadinya katarak sekunder (Rasoebala, 2008). Karena itu peneliti ingin memastikan apakah ada hubungan antara risiko terjadinya katarak sekunder dengan teknik ekstraksi katarak. Angka kebutaan akibat katarak masih tinggi di kota Malang, untuk mengurangi kebutaan akibat katarak dan timbunan katarak, rumah sakit Saiful Anwar Malang sering melakukan pengobatan gratis terhadap pasien yang menderita katarak dengan melakukan operasi katarak, dan rumah sakit ini merupakan rumah sakit daerah yang mempunyai banyak data mengenai katarak dan operasi katarak. Sehingga penelitian ini akan dibuat berdasarkan data rekam medik penderita katarak sekunder yang mengalami operasi di rumah sakit Saiful Anwar Malang periode Januari Desember 2008. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara risiko terjadinya katarak sekunder dengan teknik operasi katarak di RSUD dr. Saiful Anwar Malang periode Januari Desember 2008? Tujuan Tujuan umum Mengetahui hubungan antara risiko terjadinya katarak sekunder dengan teknik pembedahan katarak. Tujuan khusus 1. Mengetahui jumlah penderita katarak sekunder di RSUD dr. Saiful Anwar malang 2. Mengetahui karakteristik penderita katarak sekunder (usia, jenis kelamin, pekerjaan, diagnosa sebelum operasi, sisi mata yang terkena katarak) 3. Mengetahui dan membandingkan teknik pembedahan yang bisa meningkatkan risiko terjadinya katarak sekunder. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang dipilih adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk menilai korelasi antara faktor resiko terjadinya katarak sekunder dengan teknik bedah katarak. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Waktu penelitiannya Januari- februari 2010. Populasi, Sampel dan Sampling Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita katarak sekunder di RSUD dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari Desember 2008. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah pasien yang menderita katarak sekunder dan pasien pasca operasi katarak sebagai sampel kontrol periode Januari - Desember 2008 di RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Sampling. Teknik Pengambilan Sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling. Kriteria inklusi dan eksklusi 1. Kriteria inklusi: Pasien yang menderita katarak sekunder 2. Kriteria eksklusi:1. Pasien katarak sekunder pasca trauma lensa, 2. Pasien katarak sekunder dengan Diabetes Melitus, 3. Pasien katarak sekunder dengan riwayat pemakaian steroid jangka panjang Alur Penelitian Eksklusi Penentuan populasi katarak sekunder Inklusi --Sampel Rekam Medis Pengumpulan dan organisasi data Pengukuran hasil dan analisa Penyusunan dalam laporan penelitian Identifikasi Variabel 1. Variabel bebas : Variabel bebas pada penelitian ini adalah teknik bedah katarak EKEK dan fakoemulsifikasi 2. Variabel tergantung : Variabel tergantung pada penelitian ini adalah katarak sekunder Definisi Operasional Katarak Sekunder : katarak yang diperoleh dari data rekam medis dimana terjadi kekeruhan lensa posterior akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada lensa setelah operasi katarak. Teknik Operasi Katarak : suatu teknik operasi pengambilan katarak yaitu inspirasi aspirasi lensa, Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK), Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK), dan fakoemulsifikasi yang diambil dari data rekam medik. Instrumen Penelitian Alat dan bahan yang digunakan adalah data sekunder dari rekam medis pasien dengan katarak sekunder di RSUD dr. Saiful Anwar Malang periode Januari Desember 2008 Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Prosedur pengambilan dan Pengumpulan Data. Data penelitian diperoleh dari data sekunder rekam medis pasien dengan katarak sekunder di RSUD dr.saiful Anwar Malang.

HUBUNGAN ANTARA RISIKO TERJADINYA KATARAK SEKUNDER DENGAN... 87 2. Analisa Data. Untuk mengetahui prevalensi data dianalisa menggunakan tabel distribusi dan untuk mengetahui hubungan antara katarak sekunder dengan teknik operasi katarak menggunakan uji hipotesis asosiatif dengan menggunakan uji Chi-Square disajikan dalam bentuk tabel frekuensi distribusi. HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA Berdasarkan hasil penelitian data rekam medis pasien yang datang ke RSUD dr.saiful Anwar Malang periode Januari Desember 2008 yang mengalami katarak sekunder, didapatkan 16 sampel. Memiliki distribusi sampel berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin, dan pekerjaan. Analisa data menggunakan uji Chi-Square. Distribusi Sampel Penelitian 1. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Karakteristik Usia penelitian berdasarkan karakteristik usia dapat dilihat pada tabel 5.1 Tabel 3.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Karakteristik Usia Usia Frequensi Persentase 31 45 tahun 1 6,3 % 46 60 tahun 8 50 % 61 75 tahun 6 37,5 % 76 90 tahun 1 6,3% Tabel 3.1 menunjukkan data mengenai frekuensi penderita yang menderita katarak sekunder di RSUD dr.saiful Anwar periode Januari Desember 2008 berdasarkan usia, dimana didapatkan penderita terbanyak pada usia 46 60 tahun sebanyak 8 orang atau sebesar 50 %. Kelompok umur yang mengalami katarak sekunder pada urutan kedua ada pada kelompok usia 61-75 tahun sebanyak 6 orang atau sebesar 37,5 %, urutan ketiga ada pada kelompok usia 31 45 tahun dan kelompok usia 76 90 tahun sebanyak 1 orang atau sebesar 6,3 %. 2. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin berdasarkan karakteristik jenis kelamin, dapat dilihat pada Tabel 5.2 Tabel 3.2 Distribusi Sampel Penelitian Karakteristik Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki 9 56,3 % Perempuan 7 43,8 % Tabel 3.2 didapatkan bahwa data mengenai frekuensi penderita yang mengalami katarak sekunder di RSUD dr.saiful Anwar Malang periode Januari Desember 2008 berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu 9 orang atau sebesar 56,3 % dan urutan kedua perempuan yaitu 7 orang atau sebesar 43,8%. 3. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan penderita yang mengalami katarak sekunder di RSUD dr.saiful Anwar Malang periode Januari Desember 2008. Dapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 3.3 Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi Persentase IRT 4 25 % Wiraswasta 4 25 % Petani 1 6,3 % Buruh 1 6,3 % PNS 4 25 % Pedagang 2 12,5 % Tabel 3.3 didapatkan bahwa kelompok pekerjaan tertinggi adalah ibu rumah tangga, wiraswasta, dan pegawai negeri sipil sebanyak 4 orang atau sebesar 25 %, kelompok pekerjaan urutan kedua adalah pedagang sebanyak 2 orang atau sebesar 12,5 %, urutan ketiga adalah petani dan buruh dengan jumlah masing-masing sebanyak 1 orang atau sebesar 6,3 %. Hubungan Katarak Sekunder dengan Berbagai Teknik Operasi Katarak Uji statistik dilakukan untuk menganalisis hubungan antara risiko terjadinya katarak sekunder dengan berbagai teknik operasi katarak. Teknik operasi katarak yang dimaksud adalah teknik opersi EKEK dan fakoemulsifikasi. Teknik operasi katarak ini diuji dengan menggunakan uji Chi-Square menggunakan tabel 2x2. Tabel 3.4 menggambarkan hasil tabel silang (crosstabs) terlihat bahwa pasien katarak sekunder dengan teknik operasi EKEK sebanyak 11 orang, dan pasien katarak sekunder dengan teknik operasi fakoemulsifikasi sebanyak 5 orang. Pasien yang tidak mengalami katarak sekunder dengan teknik operasi katarak EKEK sebanyak 8 orang dan pasien yang tidak mengalami katarak sekunder dengan teknik operasi fakoemulsifikasi sebanyak 8 orang. Pasien yang tidak menderita katarak sekunder ini bertindak sebagai kontrol. Tabel 3.4 Crosstabs Antara Katarak Sekunder dengan Teknik Operasi Katarak Teknik Operasi Taraf Signifikansi (2- sided) EKEK 0.280 Fakoemulsifikasi 0.280 Hasil pengujian dengan menggunakan uji Chi-Square tersebut dapat disusun dalam bentuk tabel sebagai berikut: Untuk menguji adanya pengaruh antara katarak sekunder dengan teknik EKEK dan fakoemulsifikasi, maka digunakan uji Chi-Square sebagai test independency. Berdasarkan tabel 3.5 pada teknik operasi EKEK didapatkan hasil uji

88 VOLUME 11 NO 2 DESEMBER 2015 Chi-Square dengan taraf signifikansi sebesar 0,280 untuk 2- sided dan teknik operasi fakoemulsifikasi didapatkan hasil uji Chi-Square dengan taraf signifikansi sebesar 0,280 untuk 2- sided. Dimana nilai taraf signifikansi kedua teknik tersebut lebih besar dari alpha 0,05, sehingga dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa antara risiko terjadinya katarak sekunder dengan berbagai teknik operasi katarak tidak mempunyai hubungan yang signifikan. Tabel 3.5 Uji Chi-Square Antara Katarak Sekunder dengan Berbagai Teknik Operasi Katarak Teknik Operasi EKEK Fakoemulsifikasi Total Katarak sekunder 11 5 16 Non Katarak Sekunder 8 8 16 Total 19 13 32 DISKUSI Penelitian ini dilakukan secara observasional analitik pada data rekam medik pasien yang mengalami katarak sekunder di RSUD dr.saiful Anwar Malang periode Januari Desember 2008 dengan jumlah sampel penelitian 16 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara terjadinya katarak sekunder dengan berbagai teknik operasi katarak dan mengetahui teknik pembedahan yang bisa meningkatkan risiko terjadinya katarak sekunder. Selain itu juga disertakan data karakteristik pasien meliputi usia, jenis kelamin dan pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian pasien yang telah mengalami katarak sekunder di RSUD dr.saiful Anwar periode Januari Desember 2008 didapatkan penderita terbanyak pada rentang usia 46 60 tahun yaitu 8 orang atau sebesar 50 %. Dan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu 9 orang atau 56,3%. Sedangkan untuk distribusi pekerjaan penderita katarak sekunder terbanyak pada ibu rumah tangga, wiraswasta dan pegawai negeri sipil yaitu 4 orang atau sebesar 25%. Belum ada penelitian atau teori sebelumnya yang menyebutkan hubungan antara usia, jenis kelamin, dan pekerjaan dengan katarak sekunder. Hal ini karena usia, jenis kelamin, dan pekerjaan bukan merupakan faktor risiko dari katarak sekunder. Berdasarkan teori, terdapat beberapa teknik ekstraksi katarak untuk melakukan terapi katarak yaitu inspirasi aspirasi lensa, Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK), Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK), dan teknik yang paling modern adalah fakoemulsifikasi. Pasca bedah katarak masih mempunyai risiko terjadinya katarak sekunder. Katarak terjadi apabila reaksi radang yang diikuti dengan terbentuknya jaringan fibrosis sisa lensa yang tertinggal maka keadaan ini disebut sebagai katarak sekunder. Tindakan bedah yang menimbulkan katarak sekunder adalah sisa ekstraksi linear dan ekstraksi lensa ekstrakapsular termasuk disini teknik ekstraksi katarak yang menggunakan teknik fakoemulsifikasi (Raseobala, 2008). Teknik inspirasi aspirasi lensa juga secara teori mempunyai risiko terjadinya katarak sekunder, namun berdasarkan data rekam medis, teknik ini sudah ditinggalkan. Teknik operasi katarak yang menyisakan kapsul posterior lensa mempunyai risiko terjadinya katarak sekunder. Pada tindakan bedah lensa dimana terjadi reaksi radang yang berakhir dengan terbentuknya jaringan fibrosis sisa lensa yang tertinggal. Setelah operasi epitel lensa subkapsuler yang tersisa melakukan regenerasi serat lensa (epitel subkapsuler berproliferasi dan membesar) sehingga memberikan gambaran busa sabun atau telur kodok pada kapsul posterior disebut juga dengan mutiara elsching atau Elsching Pearl. Lapisan epitel yang berproliferasi tersebut mungkin menghasilkan banyak lapisan sehingga menimbulkan kekeruhan. Sel ini mungkin juga mengalami diferensiasi miofibroblastik. Kontraksi serat ini menimbulkan banyak kerutan kecil di kapsul posterior yang menimbulkan distorsi penglihatan. Cincin Soemmering juga dapat timbul sebagai kapsul anterior yang pecah dan traksi kearah pinggir melekat pada kapsul posterior, meninggalkan daerah yang jernih di tengah, dan membentuk gambaran cincin. Pada cincin ini tertimbun serabut lensa epitel yang berproliferasi. Semua faktor ini dapat menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan seteleh EKEK (Ilyas,2006). Hasil penelitian diperoleh pada teknik operasi EKEK terdapat 11 orang dengan katarak sekunder dan pada teknik operasi fakoemulsifikasi didapatkan 5 orang mengalami katarak sekunder. Dari hasil penelitian dengan uji Chi-Square tidak didapatkan hubungan antara katarak sekunder dengan berbagai teknik operasi katarak. Tetapi dari data analisa ini tidak menutup kemungkinan pasien yang mengalami katarak sekunder akan bertambah dikarenakan semakin lama jangka waktu pasca operasi semakin besar kemungkinan terjadinya katarak sekunder, sesuai dengan data hasil penilitian teknik operasi EKEK dan fakoemulsifikasi yang dipaparkan oleh Soekardi dan Hutauturuk JA. Menurut Soekardi dan Hutauruk JA tingkat terjadinya katarak sekunder di dunia tahun 2002 pada tekhnik operasi katarak EKEK lebih tinggi dari teknik operasi fakoemulsifikasi yaitu 20,2% dalam 1 tahun, 25% dalam 2 tahun serta 33,1% dalam 3 tahun pasca operasi. Schaumberg et al melaporkan angka kejadian PCO adalah sebesar 11,8% dalam 1 tahun, 20,7% dalam 2 tahun, serta 28,5% setelah 3 tahun pasca operasi (Soekardi I, Hutauruk JA, 2004). Perbedaan hasil penelitian ini dengan teori dan penelitian-penelitian sebelumnya bisa jadi disebabkan karena kemungkinan pasien mengalami katarak sekunder pasca operasi katarak tetapi pasien tidak kembali berobat di tempat yang sama sehingga tidak didapatkan data yang cukup mengenai katarak sekunder. Faktor lainnya bisa disebabkan karena waktu terjadinya katarak sekunder lebih dari 1 tahun pasca operasi, sedangkan waktu penelitian yang digunakan hanya 1 tahun. Perbedaan hasil penelitian juga bisa disebabkan karena keterampilan para tenaga medis dalam hal ini dokter spesialis mata dalam memilih teknik EKEK maupun fakoemulsifikasi..dalam penelitian ini tidak dapat diketahui teknik operasi mana yang bisa meningkatkan risiko terjadinya katarak sekunder oleh karena diperoleh hasil tidak ada hubungan yang signifikan antara terjadinya katarak sekunder dengan berbagai teknik operasi katarak. Secara teori teknik yang dapat meningkatkan risiko terjadinya katarak sekunder adalah inspirasi aspirasi lensa, Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK), dan fakoemulsifikasi (Ilyas,2006). Penelitian ini tidak mecantumkan dan meneliti mengenai langkah-langkah dalam setiap teknik operasi.

HUBUNGAN ANTARA RISIKO TERJADINYA KATARAK SEKUNDER DENGAN... 89 Padahal dalam setiap langkah akan menentukan prognosa katarak sekunder. Jadi disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk memasukkan langkah-langkah dalam setiap teknik operasi. Angka kejadian atau insidens kekeruhan kapsul posterior (posterior capsule opacification;pco) semakin menurun dengan tekhnik fakoemulsifikasi, penggunaan materi Intra Ocular Lensa (IOL) yang lebih bersifat biocompatible serta IOL yang membantu menghambat proliferasi epitel lensa (Soekardi I, Hutauruk JA, 2004). KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pasien yang mengalami katarak sekunder pada teknik operasi EKEK sebanyak 68,7% dan teknik operasi fakoemulsifikasi sebanyak 31,3%. 2. Berdasarkan karakteristik penderita yang menderita katarak sekunder di RSUD dr.saiful Anwar Malang periode Januari Desember 2008 didapatkan: a. Distribusi usia terbanyak adalah pada kelompok usia 46 60 tahun b. Sebagian besar merupakan laki-laki c. Distribusi pekerjaan terbanyak adalah sebagai ibu rumah tangga, pegawai negeri sipil dan wiraswasta. 3. Berdasarkan hasil penelitian tidak didapatkan hubungan antara risiko terjadinya katarak sekunder dengan teknik operasi katarak. Poluan, Henry. Kebutaan Akibat Katarak, 2003, Available from URL : http://www.sinarharapan.co.id/iptek/ kesehatan/index diakses tanggal 3 desember 2009 Raseobala, Katarak dan Ekstraksi Katarak, Available from URL www.ilmukedokteran.net Diakses tanggal 23 oktober 2009. Sanders, Elizabeth MG, 2000, Gangguan Mata yang Menyertai Penyakit Sistemik, Widya medika. Jakarta Shock JP, Harper RA, 1995, General of Ophthalmology edition 14, Lange Medical Publication, Los Angeles. Soekardi I, Hutauturuk JA, 2004, Transisi Menuju Fakoemulsifikasi: langkah-langkah Menguasai Teknik dan Menghindari Komplikasi, Granit. Jakarta Sulistya, Budi T, 2006, Lensa dan Keratoplasti, Malang, FKUB Sutrisno, Waspadai Kebutaan Akibat Katarak, 30 November 2005, Available from URL : http://www.balipost.co.id diakses 21 april 2007 Vaughan DG, Asbury Taylor, 2000, Oftalmologi Umum, edisi 14, Widya medika. Jakarta Widjaya, Nana, Katarak Sekunder, Available from URL www.mediamedika.net Diakses tanggal 23 oktober 2009 DAFTAR PUSTAKA American Academy of Ophthalmology,2003, Lens and Cataract Section 11, The eye MD association, San Francisco. A.R Elkington, PT Khaw, 2000, Petunjuk Penting Kelainan Mata, EGC, Jakarta Burhanuddin, Katarak dan Kebutaan Mata, Juni 2004, Available from URL http://www.infomedika.com diakses 3 desember 2007 Cokro, Jumlah Orang Buta di Indonesia Terus Naik, 15 November 2006, availablefrom URL http://www. mediaindonesia-online.com diakses 14 april 2007 Ilyas, Sidarta, 2005, Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3, cetakan ke- 2, Balai Penerbit FK UI. Jakarta Ilyas, Sidarta, editor, 2002, Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-2, Sagung Seto, Jakarta Ilyas, Sidarta, Editor, 2006, Katarak, edisi 2, EGC,Jakarta Indrayanti, Ana, Mata Sehat Bebas Katarak, Desember 2006, Availabel from URL http://www.pikiranrakyat.com diakses tanggal 21 april 2007 Iwan. Bedah Katarak, Januari 2009, Available from URL http://www.kintonmultyply. Diakses tanggal 19 oktober 2009. James,Bruce. Chew, Chris. Bron, Anthony, 2006, Oftalmologi, edisi 9, Erlangga. Jakarta Jansirani, Ananthanaryanan, 2004, Oftalmolog, EGC, Jakarta Notoadmodjo,2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta.Jakarta