BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH DI KABUPATEN CIAMIS

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH

BAB IV METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

II. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Mengenai Usahatani

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah

IV. METODE PENELITIAN

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. BAHAN DAN METODE

III. KERANGKA PEMIKIRAN

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

IV. METODE PENELITIAN. pembesaran lele dumbo CV Jumbo Bintang Lestari, yang terletak di daerah Desa

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGIPENELITIAN Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

KAJIAN ANALISA SKALA USAHATANI TANAMAN JAHE SEBAGAI TANAMAN SELA PADA TANAMAN KELAPA ( Studi Kasus Kecamatan Kewapante )

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

II. BAHAN DAN METODE

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS PENDAPATAN

IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Kata kunci: Tanaman kakao, Produktifitas dan fungsi produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

Salah satu tanaman hortikultura yang memiliki peranan cukup penting adalah

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK UDANG

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CAISIM (Brassica chinensis L.) Abstract PENDAHULUAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

IV. METODE PENELITIAN

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Mula-mula

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 70% wilayah perairan dengan daya dukung lingkungan yang

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI UDANG WINDU DAN UDANG VANNAMEI SECARA INTENSIVE DI DESA BEURAWANG KECAMATAN JEUMPA KABUPATEN BIREUEN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

ANALISIS EFISIENSI BISNIS KOMODITAS BUAH-BUAHAN DAN PERKEBUNAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI. Oleh : Ridwan Lutfiadi

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Usaha Budidaya Udang Usaha budidaya udang merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh petambak atau petani ikan dengan menggabungkan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal, dan lain-lain) untuk mencapai tujuan utama yaitu mendapatkan keuntungan (bersifat komersil). Untuk mencapai keuntungan atau produksi yang maksimal maka penggunaan faktor-faktor produksi (sumberdaya) sebagai korbanan harus efisien. Tingkat pendapatan merupakan indikator dari keberhasilan yang diperoleh dari setiap usaha budidaya. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya (Soekartawi, 2002). Untuk menganalisis, apakah usaha budidaya yang dilakukan menguntungkan (profitable) atau tidak, maka dilakukan perbandingan antara jumlah penerimaan dan biaya (R/C). Usaha yang menguntungkan (profitable) mempunyai nilai R/C > 1. Nilai R/C dapat pula menunjukan ukuran efisiensi suatu usaha. Semakin besar nilai R/C maka semakin efisien usaha yang dilakukan. Telah banyak dilakukan penelitian mengenai analisis usaha pada budidaya udang. Diantaranya Agustina (2006) menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya tambak udang windu (Penaeus monodon) di kecamatan Muara Gembong, kabupaten Bekasi. Penelitian yang dilakukan yaitu membandingkan tingkat keuntungan antara petambak tradisional dan semi intensif. Hasil penelitiannya bahwa untuk petambak tradisional mengahsilkan nilai R/C 3,37. Penerimaan rata-rata petambak tradisional Rp 15.333.333 per tahun dan biaya yang dikeluarkan Rp 4.181.750, jadi pendapatan rata-rata yang diperoleh adalah Rp. 11.151.583,33 per tahun. Sedangkan untuk petambak semi intensif menghasilkan nilai R/C 1,89 dengan penerimaan rata-rata Rp 35.425.000 per tahun dan biaya yang dikeluarkan Rp. 18.741.546, jadi rata-rata pendapatan yang diperoleh Rp. 16.683.454 per tahun. Nilai R/C petambak tradisional lebih besar dari pada petambak semi intensif hal ini menunjukan bahwa petambak tradisional lebih efisien didalam menggunakan input produksi akan tetapi pendapatan yang diperoleh lebih besar petambak semi intensif. Nilai R/C pada petambak semi intensif lebih kecil karena 9

adanya penggunaan pakan tambahan, obat-obatan, dan mesin pompa, sehingga akan menambah biaya (cost). Sedangkan pada tambak tradisional hanya menggunakan pakan alami yang terdapat pada kolam tambak. Perbedaan teknik pemeliharaan dan penggunaan teknologi pada budi daya tambak udang windu ternyata cukup mempengaruhi tingkat keuntungan yang diperoleh. Saputra (2006) menganalisis usaha budidaya udang windu di CV Amri Ali, Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan. Hasil dari analisis mengahsilkan nilai R/C sebesar 1,31 dengan penerimaan Rp.456.459.000 dari total produksi 10.118 kg per dua musim pada lahan seluas 24.800 m 2. Sedangkan untuk biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 348.309.964,50 maka keuntungan yang diperoleh Rp.108. 149.035,50. Dengan demikian usaha budidaya udang windu yang dilakukan oleh CV Amri Ali menguntungkan atau porfitable. Triwahyuni (2005) melakukan analisis ekonomi usaha budidaya udang galah kelompok tani Puspasari di Desa Tambaksari, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis. Dalam penelitiannya meperlihatkan bahwa tingkat keuntungan usaha budidaya udang yang dilakukan lebih besar jika dibandingkan dengan usaha padi yang dilakukan sebelumnya. Tingkat penerimaan yang diperoleh sebesar Rp.600.638.500 dengan biaya sebesar Rp. 416.213.811,25 maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 184.424.688,75. Jika menghitung nilai R/C maka nilainya 1,44. Dengan demikian usaha budidaya udang galah yang dilakukan oleh kelompok tani Puspasari menguntungkan atau profitable. Beberapa contoh penelitian terdahulu di atas memperlihatkan bahwa usaha budidaya udang windu dan galah menguntungkan atau profitable. Analisis mengenai perbandingan penerimaan terhadap biaya juga akan dilakukan oleh penulis pada usaha budidaya udang galah di tiga kecamtan di Kabupaten Ciamis sebelah utara. Kecamatan ini terdiri dari Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti. 2.2 Penelitian Faktor-Faktor Produksi Faktor produksi merupakan sebuah korbanan yang diberikan pada kegiatan produksi untuk menghasilkan output tertentu. Faktor produksi (input) akan mempengaruhi besar kecilnya produksi (output) yang diperoleh. Jenis dan pengaruh faktor produksi terhadap jumlah produksi tergantung dari jenis dan 10

kondisi usaha yang dilakukan. Berikut merupakan faktor-faktor produksi pada usaha budidaya perikanan. Faktor produksi yang berpengaruh terhadap tingkat produksi budidaya perikanan adalah luas lahan (Haerani, 2004 ; Lindawati, 2005 ; Diyaniati, 2005). Faktor ini cukup penting karena berkaitan dengan tempat berlangsungnya kegiatan usaha budidaya. Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap tingkat produksi budidaya perikanan adalah tenaga kerja (Haerani, 2004 ; Lindawati, 2005 ; Diyaniati, 2005). Jika dalam ilmu usahatani tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja rumah tangga dan tenaga kerja luar rumah tangga. Faktor tenaga kerja diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan produksi. Jumlah tebaran benih juga mempengaruhi tingkat produksi (Haerani, 2004 ; Lindawati, 2005 ; Diyaniati, 2005). Jumlah tebaran benih berkaitan dengan jumlah benih yang ditebar tiap m 2 kolam atau tambak. Kepadatan benih yang ditebar akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil produksi. Jumlah dan jenis pakan yang digunakan juga mempengaruhi tingkat produksi budidaya perikanan (Haerani, 2004 ; Lindawati, 2005 ; Diyaniati, 2005). Faktor ini berhubungan dengan kebutuhan nutrisi ikan atau udang sehingga akan berpengaruh pada pertumbuhannya. Jumlah dan jenis pupuk juga mempengaruhi tingkat produksi (Haerani, 2004; Lindawati, 2005; Diyaniati, 2005). Pupuk ini berfungsi untuk menyediakan hara yang diperlukan untuk pertumbuhan pakan alami dan memperbaiki struktur tanah sehingga akan mempengruhi tingkat produksi. Obat-obatan pemberantas penyakit yang mempengaruhi tingkat poduksi (Haerani, 2004 ; Lindawati, 2005 ; Diyaniati, 2005). Penggunaan obat-obatan yang aman dan tepat akan mencegah penurunan hasil produksi akibat serangan hama penyakit. Sebelum menganalisis faktor-faktor produksi yang akan mempengaruhi tingkat produksi maka diperlukan bentuk fungsi produksi. Banyak penelitian yang menggunakan model faktor produksi Cobb-Douglas sebagai model fungsinya (Haerani, 2004 ; Lindawati, 2005 ; Diyaniati, 2005). Model ini mempunyai kelebihan yaitu setiap penyelesaian fungsi selalu dilogaritmakan dan diubah 11

bentuk fungsinya menjadi fungsi linier, nilai variabel hasil analisis sekaligus menunjukan elastisitasnya. Hal ini membuat banyak peneliti yang menggunakan model fungsi Cobb-Douglas. Metode yang paling banyak digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan menguji signifikansi antara faktor-faktor yang ada adalah metode Ordinary Least Square (OLS). Metode ini digunakan untuk model regresi dengan bentuk hubungan linier (Haerani, 2004 ; Lindawati, 2005 ; Diyaniati, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Haerani (2004) tentang analisis optimalisasi faktor produksi usaha budidaya ikan nila gift, menduga faktor produksi yang menpengaruhi tingkat produksi yaitu luas lahan (X1), benih (X2), pakan (X3), urea (X4), zeolit (X5), kapur (X6), dolomit (X7), dan tenaga kerja (X8). Selanjutnya dilakukan pemodelan fungsi dengan menggunakan model fungsi Cobb-Douglas yang diteruskan dengan melakukan analisis regresi metode Ordinary Least Square (OLS). Setelah dilakukan uji t, ternyata faktor X1, X5, X6, X7, dan X8 mempunyai t-hitung yang lebih kecil dari t-tabel. Oleh karena itu faktor ini kurang berpengaruh nyata, tetapi faktor-faktor ini cukup penting maka tetap dimasukan kedalam model. Meskipun demikian perbaikan model tetap harus dilakukan maka selain dilihat dari nilai t, dilihat pula dari nilai koefisien korelasi antar faktor. Hasilnya untuk faktor X5, X6, X7, dan X8 mempunyai nilai koefien korelasi yang tinggi sehingga faktor ini harus dikeluarkan dari model. Untuk faktor X1 dikeluarkan karena lahan yang diteliti merupakan lahan pribadi petani sehingga tidak ada biaya sewa. Selain itu sulit bagi petani untuk melakukan penambahan dan pengurangan luas petak lahan. Oleh karena itu setelah dilakukan perbaikan model maka faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi adalah benih (X2), pakan (X3), dan urea (X4). Untuk analisis efisiensi produksi ternyata faktor produksi benih, pakan, dan urea memiliki rasio NPM dan BKM lebih dari satu. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan faktor produksi ini belum optimal sehingga perlu penambahan dalam penggunaannya. Lindawati (2005) tentang optimalisasi faktor produksi usaha budidaya ikan gurame pada kolam air deras, faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh 12

adalah luas kolam, benih, pakan, dan tenaga kerja. Dari faktor produksi ini dibuat model fungsi Cobb-Douglas yang selanjutnya dianalisis menggunakan regresi. Hasil analisis ternyata faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap hasil produksi adalah benih, pakan, dan tenaga kerja. Untuk luas lahan tidak dianggap faktor yang berpengaruh nyata meskipun mempunyai nilai yang positif karena mempunyai nilai regresi yang paling kecil. Hasil analisis efisiensi menunjukan bahwa pada kondisi aktual belum efisien karena penggunaan input belum optimal. Hal ini ditunjukan dari nilai rasio NPM dan BKM yang tidak sama dengan satu. Berdasarkan hasil perhitungan maka penggunaan faktor produksi benih harus dikurangi, sedangkan untuk pakan dan jam tenaga kerja harus ditambah sehingga perolehan keuntungan dapat ditingkatkan. Penelitian Diyaniati (2005) tentang analisis optimalisasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha pembesaran ikan gurame, diduga faktor-faktor produksi yang berpengaruh yaitu luas lahan, padat tebaran benih, pakan alami, pakan pelet, kotoran ayam, dan tenaga kerja. Setelah pendugaan dilakukan maka dibuat model fungsi produksi Cobb-Douglas yang selanjutnya akan dianalisis secara regresi dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Setelah dianalisis secara regresi yang pertama maka dilakukan perbaikan model fungsi dengan menghilangkan salah satu faktor yang kurang berpengaruh nyata yaitu faktor produksi lahan. Hal ini disebabkan faktor produksi lahan di daerah penelitian sulit untuk dilakukan penambahan atau pengurangan maka secara parsial faktor lahan tidak berpengaruh secara nyata pada hasil produksi. Selanjutnya dilakukan pula analisis regresi yang kedua dengan menggunakan model yang sudah diperbaiki sebelumnya. Pada tahap ini faktor pakan alami dihilangkan karena mempunyai nilai t-hitung yang lebih kecil dari t- tabel dan mempunyai nilai korelasi tinggi dibandingkan dengan faktor produksi yang lain. Oleh karena itu faktor produksi yang berpengaruh nyata yaitu padat tebaran benih, pakan pelet, kotoran ayam, dan tenaga kerja. Hasil analisis efisiensi ekonomi rasio NPM dan BKM ternyata penggunaan faktor produksi belum efisien. Hal ini diperlihatkan dengan tidak adanya nilai rasio yang sama dengan satu. Faktor produksi benih dan pakan pelet 13

mengahasilkan nilai rasio NPM dan BKM lebih dari satu. Nilai ini menunjukan bahwa penggunaan faktor produksi belum efisien. Oleh karena itu penggunaan faktor produksi benih dan pelet harus dilakukan penambahan agar mencapai tingkat yang optimal. Sedangkan untuk faktor produksi tenaga kerja mempunyai nilai rasio NPM dan BKM yang kurang dari satu. Nilai ini menunjukan bahwa penggunaan faktor produksi tenaga kerja melampaui batas optimal. Oleh karena itu untuk mencapai tingkat yang optimal maka penggunaan faktor produksi ini harus dikurangi. Untuk faktor produksi kotoran ayam mempunyai nilai rasio NPM dan BKM yang negatif hal ini menunjukan bahwa penggunaan faktor produksi ini dapat mengurangi jumlah produksi. Berdasarkan pemaparan dari beberapa penelitian di atas tentang optimalisasi faktor produksi usaha budidaya perikanan maka persamaan penggunaan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produksinya yaitu luas lahan, tenaga kerja, padat atau jumlah tebaran benih, jumlah dan jenis pupuk, jumlah dan jenis pakan, dan pestisida atau obat-obatan pemberantas penyakit. Pada penelitian yang akan dilakukan mengenai analisis faktor-faktor produksi usaha budidaya udang galah di tiga kecamatan di Kabupaten Ciamis yaitu Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti, diduga faktor-faktor produksi yang akan mempengaruhi tingkat produksi bududaya udang galah yaitu luas lahan, tenaga kerja, benih, kapur, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk kandang, pakan buatan, pakan tambahan, obat-obatan, dan nutrisi. Pada pendugaan faktor produksi yang mempengaruhi produksi udang galah ini, ada penambahan faktor produksi yaitu nutrisi. Penambahan ini berdasarkan informasi yang didapatkan dari literatur-literatur teknik usaha budidaya udang galah. Jadi yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada pendugaan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produksi. Selain itu lingkup dan objek komoditas yang diteliti juga mempunyai perbedaan karena pada penelitian ini dilakukan juga analisis mengenai pendapatan usaha budidaya galah yang dilakukan oleh pembudidaya di daerah penelitian. 14