BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menyerang berbagai organ

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Mycobacterium tuberculosis dan bagaimana infeksi tuberkulosis (TB)

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi berbahaya hingga kematian (Depkes, 2015). milyar orang di dunia telah terinfeksi bakteri M. tuberculosis.

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

S T O P T U B E R K U L O S I S

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pengobatan. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit menular Tuberkulosis masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

1 Universitas Kristen Maranatha

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka***

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan termasuk salah satu sasaran Millennium Development Goals (MDGs) dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis (M.tb) kadang disebabkan oleh Mycobacterium bovis

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis faktor-faktor..., Kartika, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Tri Kurniasih, FE UI, 2009

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemeriksaan dahak penderita. Menurut WHO dan Centers for Disease Control

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masuk dalam kategori penyakit infeksi yang bersifat kronik. TB menular langsung melalui udara yang tercemar basil Mycobakterium tuberculosis, sehingga paru merupakan organ yang paling sering terkena. TB merupakan penyakit berbahaya karena dapat menular dengan mudah kepada orang di sekitar penderita. Selain paru, TB dapat mengenai organ lain seperti kelenjar getah bening, selaput otak, kulit, tulang, usus, ginjal dan organ tubuh lainnya. Sampai sekarang TB masih menjadi 1, 2, 9 masalah kesehatan di dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga populasi dunia telah terinfeksi kuman TB, sekitar 8 juta penduduk dunia terserang TB dengan kematian 3 juta orang setiap tahunnya. Sampai saat ini belum ada negara yang bebas dari TB. Diperkirakan 95% penderita TB berasal dari negara berkembang. Terdapat 22 negara dengan masalah TB yang perlu penanganan dengan segera (High Burden Contries), Indonesia menjadi salah satunya dan menempati urutan keempat setelah India, Cina, dan Afrika. Jumlah penderita TB BTA (+) di Indonesia tahun 2005 mencapai 158.640 orang, meningkat pada tahun 2008 menjadi 161.741 orang dan berdasarkan laporan Triwulan Sub Direktorat Penyakit TB, 3, 14 menyebutkan kasus baru tahun 2010 mencapai 289/100.000 penduduk. Prevalensi kasus TB Paru di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 106,42/100.000 penduduk. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Semarang, penderita TB Paru BTA (+) tahun 2012 sebanyak 1.132 orang (70%), meningkat 143 kasus (9%) bila dibandingkan tahun 2011 (61%). Penemuan suspek TB tahun 2009 ditemukan sebanyak 8.003 (51%), tahun 2010 menjadi 10.977 (69%) dan tahun 2011 menjadi 15.001 (93%) kasus. 3,4 http://digilib.unimus.ac.id 1

WHO menetapkan TB sebagai indikator keberhasilan pencapaian MDGs (Millennium Development Goals). Ada empat indikator yaitu prevalensi, mortalitas, penemuan kasus dan pengobatan. Indonesia telah berhasil mencapai tiga indikator yaitu mortalitas, penemuan kasus dan pengobatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 1990 menargetkan tahun 2015 mortalitas TB turun dari 92/100.000 penduduk menjadi 46/100.000 penduduk, namun hal ini telah tercapai bahkan melebihi target yaitu mortalitas yang turun menjadi 39/100.000 penduduk pada tahun 2009. Target penemuan kasus BTA (+) mencapai lebih dari 70%. Tahun 2009 tercapai angka 73,1%, tahun 2010 mencapai 77,3% dan target selanjutnya harus mencapai angka 90% pada tahun 2015 sesuai target Rencana Jangka Panjang Nasional (RJP-N). Penanggulangan TB jangka pendek dengan mengobati penderita baru BTA (+) yang telah mencapai target 85% sesuai program DOTS (Directly Observed Treatment Short-course), penanggulangan jangka panjang yaitu menurunkan angka kesakitan, kematian dan penularan TB dengan cara memutus rantai penularan. Namun 5, 6, 11 hingga kini prevalensi TB di Indonesia masih tinggi. Prevalensi TB di Indonesia meningkat dikarenakan faktor interinsik (host) dan eksterinsik, mencakup faktor kuman dan lingkungan yang saling berkaitan. TB paru banyak ditemukan di negara berkembang dengan ekonomi rendah sehingga kurang terpenuhinya gizi yang cukup. Keadaan malnutrisi mempengaruhi imunitas seseorang, sehingga rentan terhadap penyakit menular. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rusnoto menunjukan bahwa orang dengan status gizi kurang mempunyai risiko 3,7 kali menderita TB Paru dibandingkan orang dengan gizi cukup. 4, 7 Tahun 2012 sebanyak 1.132 kasus TB Paru ditemukan di Semarang, 75% kasus TB ditemukan pada kelompok usia produktif (15-65 tahun) karena mobilitasnya yang tinggi, sehingga mudah kontak dengan orang lain yang kemungkinan penderita TB BTA (+). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusnoto yang menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian TB Paru, dimana proporsi usia penderita diatas http://digilib.unimus.ac.id 2

45 tahun lebih besar (69,8%) daripada usia antara 15-45 tahun sebanyak (37,7%). TB juga ditemukan pada anak-anak dan lansia. Berdasarkan jenis kelamin sebanyak 1.132 kasus pada tahun 2012 di Semarang, TB banyak ditemukan pada laki laki sejumlah 657 kasus (58%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 475 kasus (42%), hal ini menunjukkan bahwa penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan karena 8, 9, 10 aktifitas yang tinggi dan kemungkinan merokok serta alkoholik. Menurut WHO, Indonesia menempati posisi ke-3 sebagai negara dengan konsumsi tembakau paling tinggi di dunia, setelah Cina dan India serta diikuti oleh Rusia dan Amerika. Konsumsi rokok di Indonesia pada 9 tahun terahir telah meningkat sebesar 0,9% setiap tahunnya, mulai dari periode 2000-2008. Banyak penyakit yang dihubungkan dengan merokok, salah satunya TB paru, hal ini karena merokok dapat merusak mekanisme pertahanan paru dan gerak silia sehingga kemampuan mengeluarkan kembali kuman TB yang masuk ke saluran pernapasan tidak maksimal. Masalah kesehatan yang diakibatkan oleh rokok telah berdampak kematian sebesar 1,7 juta pada tahun 1985, 3 juta kematian pada tahun 1990 dan telah diproyeksikan pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 8,4 juta kematian 8, 10,11 karena rokok. Selain faktor intrinsik diatas, faktor kuman dan lingkungan juga mempengaruhi kejadian TB. Kuman TB mudah berkembang dan bertahan hidup lebih lama pada hunian padat penduduk dengan kelembapan tinggi dan pencahayaan kurang. 6,7 TB merupakan penyakit yang berbahaya dan mematikan, sehingga perlu mendapat perhatian khusus baik untuk pencegahan maupun penanganannya. Kaidah Islam lebih mengutamakan pencegahan daripada pengobatan, meskipun setiap penyakit yang diturunkan Allah pasti ada obatnya, seperti dikatakan dalam hadis berikut : http://digilib.unimus.ac.id 3

Tidaklah Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Dalam penelitian ini diharapkan dapat mengetahui faktor risiko kejadian TB Paru, sehingga dapat mencegah penularan yang diharapkan dapat mengurangi prevalensi TB Paru di Indonesia khususnya dan di dunia pada umumnya. Dari latar belakang diatas, paneliti tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan usia, status gizi dan derajat merokok dengan kejadian Tuberkulosis Paru pada penderita laki-laki tersangka Tuberkulosis Paru di BKPM Semarang. B. RUMUSAN MASALAH Dengan memperhatikan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Adakah hubungan antara usia, status gizi dan derajat merokok dengan kejadian Tuberkulosis Paru pada penderita laki-laki tersangka Tuberkulosis Paru di BKPM Semarang? http://digilib.unimus.ac.id 4

C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan usia, status gizi dan derajat merokok dengan kejadian Tuberkulosis Paru pada penderita laki-laki tersangka Tuberkulosis Paru di BKPM Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan kejadian Tuberkulosis Paru pada penderita lakilaki tersangka Tuberkulosis Paru di BKPM Semarang. b. Mendeskripsikan faktor usia pada kejadian Tuberkulosis Paru pada penderita laki-laki tersangka Tuberkulosis Paru di BKPM Semarang. c. Mendeskripsikan faktor status gizi pada kejadian Tuberkulosis Paru pada penderita laki-laki tersangka Tuberkulosis Paru di BKPM Semarang d. Mendeskripsikan derajat merokok pada kejadian Tuberkulosis Paru pada penderita laki-laki tersangka Tuberkulosis Paru di BKPM Semarang. e. Menganalisis hubungan usia dengan kejadian Tuberkulosis Paru pada penderita laki-laki tersangka Tuberkulosis Paru di BKPM Semarang. f. Menganalisis hubungan status gizi dengan kejadian Tuberkulosis Paru pada penderita laki-laki tersangka Tuberkulosis Paru di BKPM Semarang. g. Menganalisis hubungan derajat morokok dengan kejadian Tuberkulosis Paru pada penderita laki-laki tersangka Tuberkulosis Paru di BKPM Semarang. http://digilib.unimus.ac.id 5

D. KEASLIAN PENELITIAN Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Nama Judul Sample Hasil Rusnoto Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Tuberkulosis Paru pada usia dewasa. Design penelitian kasus kontrol. Dengan 53 sampel kasus dan 53 sampel kontrol. Uji statistik dengan chi-square dan uji regresi logistik. Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan antara kelembaban, ventilasi, riwayat penularan, IMT, tingkat pengetahuan dengan kejadian Tuberkulosis Paru pada usia dewasa di BKPM Pati. Sutikno Hubungan faktor intrinsik dengan kejadian penyakit Tubekulosis Paru di Kecamatan Cipiring Kabupaten Kendal. Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research menggunakan metode survei dengan pendekatan Case Control. Sampel yang diambil yaitu kasus sebanyak 52 orang. Hasil ada hubungan antara riwayat imunisasi BCG dengan kejadian TB, dengan P = 0,02, dan OR 4,00. Ada hubungan dengan keberadaan parut BCG dengan kejadian TB dengan p = 0,04 dan OR 2,67. Hubungan pengetahuan tentang penyakit tuberkulosis paru dengan kejadian TB paru secara statistik tidak bermakna, dengan p = 0,46 dan OR 1,43. Fakhmi Hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian TB Paru Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo. Metode penelitian menggunakan deskriptif korelasi, dengan pendekatan studi retrospektif dengan teknik incidental sampling Hasil analisis bivariate didapatkan tidak ada hubungan lama merokok dengan kejadian TB P=0,149, tidak ada hubungan jenis rokok yang dihisap dengan kejadian TB P=0,186, tidak ada hubungan jumlah rokok yang dihisap dengan kejadian TB P=1,000 Terdapat perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, baik dalam hal waktu penelitian, tempat penelitian, variabel penelitian, metode penelitian dan teknik sampling. Metode penelitian menggunakan cross sectional, dengan teknik purposive sampling, tempat penelitian di BKPM Semarang yang merupakan tempat kusus pelayanan penyakit paru. http://digilib.unimus.ac.id 6

E. MANFAAT PENELITIAN 1. Penderita Tuberkulosis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman mengenai faktor risiko kejadian Tuberkulosis Paru. Khususnya pada penderita Tuberkulosis dengan kebiasaan merokok diharapkan dapat mengikuti program pemerintah dengan tidak merokok sebagai program pemberantas Tuberkulosis. 2. Masyarakat Menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit paru khususnya Tuberkulosis serta faktor risiko kejadian Tuberkulosis Paru sehingga timbul kesadaran dan kepedulian terhadap kesehatan paru. 3. Pengelola Balai Kesehatan Paru masyarakat Semarang Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi pengelola Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang mengenai faktor risiko kejadian Tuberkulosis Paru, sehingga dapat mencegah kejadian Tuberkulosis Paru dengan memberi edukasi sejak dini dengan harapan dapat mengurangi angka kejadian Tuberkulosis Paru khusunya di Semarang, di Indonesia dan di dunia pada umumnya. Serta memotivasi penderita mengunjungi klinik berheti merokok yang merupakan salah satu fasilitas yang berada di BKPM untuk mebantu penderitanya berhenti merokok. http://digilib.unimus.ac.id 7