R A N C A N G A N KUA Kebijakan Umum APBD. Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun Anggaran 2018

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

1 Rancangan Plafon dan Prioritas Anggaran Sementara Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017 B A B 1 PENDAHULUAN

BAB3 Rancangan. Kerangka Ekonomi Daerah & Kebijakan Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

Pemerintah Provinsi Bali

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

R A N C A N G A N PPAS Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun Anggaran 2018

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1. Tinjauan Umum

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/ NOMOR : 910/2.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

V. PEMBAHASAN. perekonomian daerah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA SKPD JANGAN ASAL JADI

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

Kebijakan Umum APBD Kabupaten Pinrang Tahun Anggaran 2016 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Bab III Gambaran Keuangan Daerah

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Agustus Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. OKI;Andayani [Pick the date]

KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN ANGGARAN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

Gubsu Sampaikan KUA-PPAS APBD TA 2018 Rp 13,010 Triliun, Defisit Rp 450Miliar

KATA PENGANTAR RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 KATA PENGANTAR

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

Daftar Isi. Daftar Tabel... iv. Daftar Gambar... ix. BAB I Pendahuluan... 1

REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

Transkripsi:

R A N C A N G A N KUA 2018 Kebijakan Umum APBD Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun Anggaran 2018 Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta 2017

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i iii iv BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) 1 1.2. Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum APBD 4 1.3. Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum APBD 5 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 7 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Tahun 2016 7 2.2 Proyeksi Ekonomi Makro Daerah Tahun 2017 14 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 17 3.1 Asumsi Dasar yang digunakan dalam APBN 17 3.2 Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Tahun 2018 18 3.3 Laju Inflasi DKI Jakarta Tahun 2018 19 3.4 Nilai Tukar Tahun 2018 20 3.5 Pertumbuhan PDRB DKI Jakarta 21 3.6 Lain-lain Asumsi 22 i

BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH 24 4.1 Pendapatan Daerah 25 4.1.1 Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah 26 4.1.2 Target Pendapatan Daerah 32 4.1.3 Upaya Pemerintah Daerah dalam Mencapai Target 35 Pendapatan Daerah 4.2 Belanja Daerah 36 4.2.1 Kebijakan Terkait Pemenuhan Belanja Mengikat dan Belanja 36 Wajib 4.2.2 Kebijakan terkait Pemenuhan Belanja Prioritas Dalam 36 Pencapaian Visi dan Misi RPJPD 2005-2025 4.2.3 Kebijakan terkait pengalokasian belanja penyelenggaraan 37 urusan pemerintah daerah 4.2.4 Kebijakan terkait belanja hibah, bantuan sosial, subsidi, 38 bantuan keuangan dan belanja tidak terduga 4.3 Pembiayaan Daerah 39 4.3.1 Kebijakan dan Rencana Penerimaan Pembiayaan 40 4.3.2 Kebijakan dan Rencana Pengeluaran Pembiayaan Daerah 40 4.4 Ringkasan RAPBD 2018 41 BAB V PENUTUP 45 ii

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar I.1. Bagan Proses Penyusunan KUA 2018 4 Gambar II.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2012 2016 8 Gambar II.2. Laju Inflasi DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2012 2016 10 Gambar II.3. Tingkat Pengangguran DKI Jakarta Tahun 2012 2016 12 Gambar II.4. Jumlah Penduduk Miskin DKI Jakarta Tahun 2012-2016 13 Gambar II.5. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD 14 iii

DAFTAR TABEL Halaman Tabel II.1. PDRB menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku 9 Tahun 2015-2016 Tabel II.2. Laju Inflasi DKI Jakarta Desember 2016 dan Tahun 2016 11 menurut Kelompok Pengeluaran Tabel II.3. Potensi risiko inflasi 2017 16 Tabel III.1. Asumsi Dasar Ekonomi Makro Nasional 18 Tabel III.2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Tahun 2017 dan 19 2018 Tabel III.3. Proyeksi Inflasi DKI Jakarta Tahun 2017 dan 2018 20 Tabel III.4. Prospek Nilai Tukar 21 Tabel III.5. Asumsi Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Nilai Tukar Tahun 23 2017 Tabel IV.1. Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2016 per 31 32 Desember 2016 (audited) Tabel IV.2. Target Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2018 34 Tabel IV.3. Ringkasan Struktur RAPBD 2018 41 iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Menindaklanjuti Pasal 32 ayat (1), Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang menyatakan bahwa Pemerintah daerah menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan menggunakan bahan dari Renja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menyusun RKPD tahun anggaran 2018 dan telah ditetapkan melalui Peraturan Gubernur Nomor 71 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2018. Berdasarkan RKPD yang telah ditetapkan tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyusun Kebijakan Umum APBD tahun anggaran 2018, sebagai landasan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Provinsi DKI Jakarta tahun anggaran 2018, sesuai Pasal 34 ayat (1), yang menyatakan bahwa Kepala daerah berdasarkan RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1), menyusun rancangan kebijakan umum APBD. Rancangan KUA yang disusun memuat kondisi ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah, dan strategi pencapaiannya. Dengan demikian, maka KUA tahun anggaran 2018 pada dasarnya memuat kebijakan umum daerah tahun 2018 yang menjadi pedoman dan ketentuan umum dalam penyusunan RAPBD tahun anggaran 2018. Kebijakan umum ini diharapkan dapat menjembatani antara arah dan tujuan strategis dengan ketersediaan anggaran. Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 1

Penyusunan KUA tahun anggaran 2018 dilakukan melalui proses analisis teknokratik berdasarkan RKPD tahun anggaran 2018, yang merupakan dokumen perencanaan tahun pertama periode pembangunan tahun 2018-2022, serta memperhatikan kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta lainnya dan menelaah hasil reses kedua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DKI Jakarta tahun 2016 yang telah diparipurnakan pada tanggal 22 Juli 2016 dan dikirimkan kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta melalui surat Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta tanggal 28 Juli 2016 Nomor 548/-073.6 tentang Penyampaian Rekomendasi Hasil Reses Kedua DPRD Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2016, hasil reses ketiga DPRD Provinsi DKI Jakarta yang telah diparipurnakan pada tanggal 28 Oktober 2016 dan dikirimkan kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta melalui surat Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta tanggal 28 Oktober 2016 Nomor 787/-071.1 tentang Penyampaian Rekomendasi Hasil Reses Ketiga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2016, hasil reses pertama DPRD Provinsi DKI Jakarta yang telah diparipurnakan pada tanggal 9 Maret 2017 dan dikirimkan kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta melalui surat Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta tanggal 20 Maret 2017 Nomor 159/-073.6 tentang Penyampaian Rekomendasi Hasil Reses Pertama DPRD Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran 2017. Selain itu, penyusunan KUA tahun anggaran 2018 juga memperhatikan kebijakan perencanaan pembangunan nasional. Melalui rangkaian proses penyusunan dimaksud, diharapkan dapat terwujud dokumen KUA tahun anggaran 2018 yang implementatif dan akuntabel. Setelah dokumen KUA tahun anggaran 2018 tersusun, sesuai pasal 84 ayat (2) Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Rancangan KUA dan Rancangan PPAS yang telah disusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan oleh Sekretaris Daerah selaku Ketua Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 2

kepada Kepala Daerah, paling lambat pada minggu pertama bulan Juni. Selanjutnya, sesuai pasal 87 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 mengamanatkan bahwa Rancangan KUA dan Rancangan PPAS disampaikan Kepala Daerah kepada DPRD paling lambat pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. Selanjutnya Pasal 87 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 juga mengamanatkan bahwa Rancangan KUA dan Rancangan PPAS yang telah dibahas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selanjutnya disepakati menjadi KUA dan PPAS paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan. Kemudian menurut Pasal 88 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, KUA dan PPAS yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (3) masing-masing dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD dalam waktu bersamaan. Berdasarkan nota kesepakatan tersebut, sesuai dengan Pasal 89 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Kepala Daerah menerbitkan pedoman penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD/UKPD) sebagai pedoman bagi SKPD/UKPD dalam menyusun RKA-SKPD/UKPD. Dokumen RKA- SKPD/UKPD tersebut selanjutnya akan menjadi bahan dalam penyusunan RAPBD tahun 2018. Selanjutnya Pasal 310 ayat (3) Undang - Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa RKA-SKPD yang telah disusun disampaikan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah sebagai bahan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD tahun berikutnya. Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 3

Secara diagramatik alur proses perencanaan dan penganggaran dari KUA sampai dengan APBD dapat di lihat pada gambar berikut : Gambar I.1. Bagan Proses Penyusunan KUA 2018 RKPD 2018 Kepala Daerah menyusun Rancangan KUA berdasar RKPD dibantu TAPD TAPD melaporkan Rancangan KUA ke Kepala Daerah awal Bulan Juni Kepala Daerah menyampaikan Rancangan KUA ke DPRD pertengahan Bulan Juni RKA SKPD/UKPD Kepala Daerah menerbitkan Pedoman Penyusunan RKA SKPD/UKPD Nota Kesepakatan KUA- PPAS 2018 Pembahasan TAPD bersama Badan Anggaran DPRD Diserahkan ke PPKD RAPBD 2018 APBD 2018 Berdasarkan Gambar I.1 di atas, dokumen RKPD tahun anggaran 2018 merupakan dokumen strategis dalam perencanaan pembangunan. Hal ini didasarkan bahwa dengan dokumen RKPD tahun anggaran 2018, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyusun KUA tahun anggaran 2018 yang kemudian akan dijadikan dasar bagi penyusunan RAPBD tahun anggaran 2018. 1.2. Tujuan Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Penyusunan KUA tahun anggaran 2018 bertujuan : 1. Menyusun kerangka ekonomi makro daerah tahun 2018 yang akuntabel yang meliputi pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan indikator makro lainya guna dijadikan dasar dalam perencanaan pembangunan daerah dan APBD tahun 2018. 2. Menyusun asumsi dasar penyusunan APBD yang rasional dan realistis yang akan digunakan sebagai dasar penyusunan APBD DKI Jakarta tahun anggaran 2018. Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 4

3. Menyusun kebijakan pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah yang komprehensif dan sistematis untuk dijadikan dasar dalam penyusunan APBD tahun anggaran 2018. 4. Menyusun pedoman yang digunakan dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara tahun anggaran 2018 yang selanjutnya akan dijadikan pedoman bagi seluruh SKPD/UKPD dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran. 1.3. Dasar Hukum Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Dasar hukum penyusunan KUA tahun anggaran 2018, antara lain : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah; 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 5

2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 10. Permendagri Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2018; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018; 12. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; 13. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan dan Penganggaran Terpadu; 14. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005-2025; 15. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 16. Peraturan Gubernur Nomor 55 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengusulan, Evaluasi, Penganggaran, Pelaksanaan, Penatausahaan, Pertanggungjawaban, Pelaporan dan Monitoring Hibah, Bantuan Sosial dan Bantuan Keuangan yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; 17. Peraturan Gubernur Nomor 71 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018; 18. Keputusan Gubernur Nomor 642 Tahun 2017 tentang Program Prioritas Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja Perangkat Daerah Tahun 2018; 19. Keputusan Gubernur Nomor 645 Tahun 2017 tentang Penetapan Daftar Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja Perangkat Daerah menurut Urusan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2018. Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 6

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Tahun 2016 Arah kebijakan ekonomi Provinsi DKI Jakarta tahun 2018 diselaraskan dengan sasaran dan arah yang telah ditetapkan Pemerintah Pusat dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun 2018 yang memiliki tema memacu investasi dan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan. Selain itu, kebijakan perekonomian DKI Jakarta juga diarahkan untuk memantapkan pembangunan sumber daya manusia dan infrastruktur kota dalam rangka percepatan pemerataan kesejahteraan rakyat. Salah satu indikator utama dalam mengukur perekonomian daerah adalah penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Tujuan pembangunan daerah harus mampu memicu peningkatan PDRB dari tahun ke tahun agar bisa membuka lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Analisis ekonomi daerah harus mampu menggambarkan dengan jelas kinerja PDRB tersebut dari berbagai aspek, termasuk perhitungannya ke sektor-sektor usaha. Indikator-indikator lain yang tak kalah penting antara lain inflasi, kemiskinan, investasi, nilai tukar, dan lain-lain. Analisis ekonomi daerah dilakukan untuk mengumpulkan fakta dan permasalahan yang dihadapi daerah saat ini untuk digunakan sebagai data dalam analisis keuangan daerah dan perumusan kerangka ekonomi daerah. PDRB merupakan nilai keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi pada suatu wilayah dalam suatu jangka waktu tertentu. PDRB dapat dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu dari sisi produksi, pengeluaran dan pendapatan. Nilai PDRB Provinsi DKI Jakarta atas dasar harga berlaku pada tahun 2016 yaitu sebesar Rp.2.177,12 triliun dengan PDRB perkapita mencapai Rp.207,99 juta. Bila dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi, Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 7

perekonomian DKI Jakarta pada tahun 2016 mengalami pertumbuhan sebesar 5,85 persen, sedikit melambat dibanding tahun 2015 sebesar 5,89 persen. Namun demikian, angka tersebut masih di atas pertumbuhan ekonomi Nasional sebesar 5,02 persen. Sedangkan perekonomian DKI Jakarta pada Triwulan I - 2017 mengalami pertumbuhan sebesar 6,48 persen bila dibandingkan dengan triwulan I - 2016 (yoy). Berikut adalah perkembangan pertumbuhan ekonomi Nasional dan DKI Jakarta tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 terlihat pada gambar : Gambar II.1 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2012 2016 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2012 2016 7.00 6.00 5.00 6.53 6.23 6.11 5.78 5.91 5.89 5.85 5.02 4.88 5.02 4.00 3.00 2.00 1.00-2012 2013 2014 2015 2016 DKI Jakarta 6.53 6.11 5.91 5.89 5.85 Nasional 6.23 5.78 5.02 4.88 5.02 DKI Jakarta Nasional Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, tahun 2017 Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar II.1 di atas bahwa laju pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta tahun 2016 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan yang dicapai pada tahun 2015. Hal ini dikarenakan masih melemahnya perekonomian global maupun nasional, yang utamanya disebabkan oleh melemahnya konsumsi rumah tangga, seiring masih melemahnya daya beli masyarakat. Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 8

Sebutan Jakarta sebagai Kota Jasa (Service City) tercermin dari struktur perekonomian Jakarta yang diukur dengan PDRB menurut sektoral (lapangan usaha). Berdasarkan data Berita Resmi Statistik tahun 2016 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta, PBRD DKI Jakarta didominasi oleh 3 (tiga) lapangan usaha dengan kontribusi utama yaitu Perdagangan Besar dan Eceran: Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 16,49 persen, Industri Pengolahan sebesar 13,55 persen dan Konstruksi 12,88 persen, sebagaimana yang dapat terlihat pada tabel II.1. di bawah : Tabel II.1. PDRB menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2015-2016 Sumber : BPS DKI Jakarta, tahun 2017 Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 9

Selain pertumbuhan ekonomi, inflasi juga merupakan indikator ekonomi makro yang penting dalam perencanaan pembangunan daerah. Fluktuasi inflasi pada suatu daerah dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Inflasi yang tidak stabil dapat menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Inflasi yang tidak stabil juga akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menyebabkan perlambatan ekonomi. Mengingat pentingnya peran inflasi terhadap kondisi sosial-ekonomi daerah, menjadikan indikator ini digunakan sebagai salah satu dasar dalam penyusunan perencanaan keuangan Provinsi DKI Jakarta. Inflasi DKI Jakarta selama tahun 2016 (y on y) mencapai 2,37 persen, lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi tahun 2015 sebesar 3,30 persen. Lebih lanjut perkembangan Inflasi pada tahun 2011 hingga 2016 ditunjukkan pada gambar berikut : Gambar II.2. Laju Inflasi DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2012 2016 Laju Inflasi DKI Jakarta dan Nasional Tahun 2012 2016 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00-2012 2013 2014 2015 2016 DKI Jakarta 4.52 8.00 8.95 3.30 2.37 Nasional 4.30 8.38 8.36 3.35 3.02 DKI Jakarta Nasional Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, tahun 2017 Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 10

Pada Gambar II.2 di atas terlihat bahwa inflasi tahun 2016 merupakan inflasi terendah dalam lima tahun terakhir dan berada di bawah inflasi nasional sebesar 3,02 pesen. Tingkat inflasi diukur dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebagai indikator. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan jasa. Pada Bulan Desember 2016, harga-harga di DKI Jakarta mengalami inflasi sebesar 0,27 persen. Sedangkan untuk laju inflasi tahun 2016 mencapai 2,37 persen. Inflasi yang terjadi pada bulan Desember disebabkan naiknya harga-harga pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Empat kelompok pengeluaran mengalami kenaikan indeks/inflasi yaitu kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,99 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau 0,54 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar 0,18 persen; dan kelompok bahan makanan 0,09 persen. Sedangkan tiga kelompok pengeluaran lainnya mengalami penurunan indeks/deflasi yaitu kelompok sandang 0,90 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,06 persen dan kelompok kesehatan 0,06 persen. Tabel II.2. Laju Inflasi DKI Jakarta Desember 2016 dan Tahun 2016 menurut Kelompok Pengeluaran Kelompok Pengeluaran Laju Laju IHK IHK IHK Inflasi Inflasi Desember November Desember Desember Tahun 2015 2016 2016 2016 *) 2016 **) (1) (2) (3) (4) (5) (6) Umum 123.35 125.93 126.27 0.27 2.37 Bahan Makanan 137.79 144.97 145.10 0.09 5.31 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 133.42 138.04 138.78 0.54 4.02 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 121.57 124.29 124.51 0.18 2.42 Sandang 112.97 118.75 117.68-0.90 4.17 Kesehatan 114.89 119.51 119.44-0.06 3.96 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 109.18 110.19 110.12-0.06 0.86 Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 122.13 119.39 120.57 0.99-1.28 Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta, 2017 Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 11

Catatan *) Persentase perubahan IHK Desember 2016 terhadap bulan November 2016 **) Persentase perubahan IHK Desember 2016 terhadap bulan Desember 2015 Kemampuan penyerapan angkatan kerja (penduduk usia kerja yang aktif dalam kegiatan ekonomi) di Provinsi DKI Jakarta menunjukkan kondisi yang cukup baik. Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2016 tercatat sejumlah 5,18 juta orang, bertambah sekitar 86,62 ribu orang dibandingkan jumlah angkatan kerja pada Agustus 2015 sebesar 5,09 juta orang. Tingkat pengangguran terbuka di Provinsi DKI Jakarta pada Agustus 2016 sebesar 6,12 persen, mengalami penurunan 1,11 poin dibandingkan keadaan Agustus 2015 yang sebesar 7,23 persen. Pada Gambar II.3 dapat terlihat bahwa tingkat pengangguran tahun 2016 merupakan tingkat pengangguran terendah dalam lima tahun terakhir. Gambar II.3. Tingkat Pengangguran DKI Jakarta Tahun 2012 2016 Ketenagakerjaan di DKI Jakarta 2012-2016 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 Jumlah Angkatan Kerja (juta orang) Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2012 2013 2014 2015 2016 5.37 5.11 5.06 5.09 5.18 9.87 9.02 8.47 7.23 6.12 Jumlah Angkatan Kerja (juta orang) Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, tahun 2017 Berdasarkan data kemiskinan yang dikeluarkan BPS DKI Jakarta pada September 2016, jumlah penduduk miskin di Provinsi DKI Jakarta sebesar 385,84 ribu orang atau sebanyak 3,75 persen, naik 17,17 ribu orang atau naik Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 12

0,14 persen pada bulan September 2015 yang sebesar 368,67 ribu orang atau 3,61 persen. Perbandingan jumlah penduduk miskin pada tahun 2012 hingga tahun 2016 dapat ditujukkan pada di bawah : Gambar II.4. Jumlah Penduduk Miskin DKI Jakarta Tahun 2012-2016 Kemiskinan DKI Jakarta 2012-2016 Jumlah penduduk miskin (ribu orang) 420 410 400 390 380 370 360 350 340 2012 2013 2014 2015 2016 366.77 375.70 412.79 368.67 385.84 Persentase penduduk miskin 3.7 3.72 4.09 3.61 3.75 4.2 4.1 4 3.9 3.8 3.7 3.6 3.5 3.4 3.3 Jumlah penduduk miskin (ribu orang) Persentase penduduk miskin Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta, tahun 2017 Selain pertumbuhan ekonomi dan inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar juga merupakan indikator penting bagi perekonomian DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan DKI Jakarta merupakan bagian dari kota-kota besar dunia yang tidak bisa terlepas dari dinamika perekonomian global. Pada tahun 2016, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika berada pada kisaran Rp.12.926 - Rp.13.946 per Dollar Amerika. Selanjutnya Gambar di bawah menjelaskan tentang fluktuasi nilai tukar tersebut. Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 13

Gambar II.5. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD Sumber : Bank Indonesia, tahun 2017 Stabilitas nilai tukar mempunyai peran penting dalam rangka tercapainya stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil juga diperlukan untuk terciptanya iklim yang kondusif bagi peningkatan kegiatan dunia usaha. Bersama dengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi, nilai tukar digunakan sebagai asumsi dalam penyusunan perencanaan keuangan Provinsi DKI Jakarta. Dalam hal indikator nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengikuti kebijakan ekonomi Pemerintah Pusat. 2.2 Proyeksi Ekonomi Makro Daerah Tahun 2017 Melihat perkembangan kondisi ekonomi global maupun nasional serta berbagai kebijakan yang akan ditempuh pemerintah, Bank Indonesia memproyeksikan perekonomian DKI Jakarta pada tahun 2017 diperkirakan tumbuh meningkat mencapai kisaran 6,03-6,43 persen (yoy). Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, Pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih akan terjaga karena bertumbuhnya kelas menengah dan bonus demografi yang dimiliki DKI Jakarta. Ruang fiskal yang relatif lebih besar Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 14

dibandingkan tahun 2016 akan mendorong konsumsi pemerintah lebih tinggi dan berdampak pada membaiknya investasi pemerintah dan pertumbuhan sektor konstruksi. Kegiatan ekonomi swasta diperkirakan mulai pulih seiring proses pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang berlangsung secara damai, sehingga mengembalikan optimisme investor. Namun, masih terdapat dinamika menjelang Pilpres 2019 yang perlu diwaspadai. Terdapat risiko harga minyak dunia yang perlahan meningkat dan berdampak pada harga BBM dan komoditas energi sehingga berpotensi menahan konsumsi Rumah Tangga. Inflasi Jakarta pada tahun 2017 diprediksi akan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2016, dengan perkiraan sebesar 4,0-5,0 persen (yoy). Perkiraan ini mempertimbangkan kondisi inflasi Jakarta pada Januari 2017 yang tercatat sebesar 0,99 persen (mtm) dan Februari 2017 yang tercatat sebesar 0,33 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Desember 2016 yaitu sebesar 0,27 persen (mtm). Di tengah masih terbatasnya permintaan masyarakat dan terkendalinya harga pangan di Ibukota, kebijakan pemerintah berupa penyesuaian harga pada beberapa komoditas administered prices menjadi pemicu utama tingginya inflasi Jakarta pada Januari 2017. Kebijakan tersebut terutama terkait peningkatan biaya administrasi STNK dan pencabutan subsidi listrik 900 VA yang secara bertahap telah dimulai pada Januari 2017. Risiko tekanan inflasi tahun 2017 terutama bersumber dari kelompok administered prices yang memiliki potensi dampak terhadap inflasi dalam level yang tinggi. Pencabutan subsidi listrik 900VA secara bertahap pada Januari, Maret dan Mei 2017 akan meningkatkan tekanan inflasi. Selain itu terjadi potensi kenaikan harga BBM subsidi dan nonsubsidi akibat tren kenaikan harga minyak international. Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 15

Volatile Food Administered Prices Tabel II.3. Potensi risiko inflasi 2017 Faktor Risiko Tahun 2017 a. Potensi gejolak pasokan dan harga komoditas pangan strategis masih mengemuka b. Hujan berkepanjangan yang dapat menyebabkan banjir di Ibukota c. Diberhentikannya penggunaan beras CBP untuk Operasi Pasar DKI Jakarta serta tiadanya impor beras pada tahun 2016 dan 2017 yang berpotensi mendorong harga beras lebih keatas apabila stok local tidak dikelola dengan baik. a. Pencabutan subsidi listrik 900VA secara bertahap pada Januari, Maret dan Mei 2017 akan meningkatkan tekanan inflasi. b. Potensi kenaikan harga BBM subsidi dan nonsubsidi akibat tren kenaikan harga minyak internacional c. Potensi kenaikan harga LPG 3 kg Core a. Permintaan masyarakat cenderung meningkat b. Peningkatan frekuensi kenaikan Fed Fund Rate yang dapat berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan bahan baku produksi dari luar negeri c. Emas perhiasan berpotensi mengalami tren kenaikan Sumber: Bank Indonesia, 2017 Potensi Dampak Terhadap Inflasi IHK Rendah Tinggi Rendah Nilai tukar rupiah selama periode 2017 hingga 2019 diperkirakan cukup stabil dan dipengaruhi oleh sejumlah tantangan domestik dan eksternal. Dalam Nota Keuangan dan APBN 2017, pemerintah pusat memproyeksikan nilai tukar periode 2017 pada kisaran Rp.13.300 per USD. Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 16

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) Perekonomian DKI Jakarta mencerminkan perekonomian nasional sehingga pergerakan yang terjadi pada perekonomian DKI Jakarta akan mempengaruhi perekonomian nasional. Hal ini juga mempunyai pengertian bahwa perekonomian DKI Jakarta juga mempunyai interdepedensi dengan perekonomian nasional. Namun Jakarta sebagai bagian dari kota-kota besar dunia, perekonomiannya sangat dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian global. Berdasarkan kondisi riil perekonomian DKI Jakarta tahun 2016 dan proyeksi tahun 2017, maka prospek perekonomian tahun 2018 dapat diuraikan sebagai berikut. 3.1 Asumsi Dasar yang Digunakan dalam APBN Pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama akan didukung atas kuatnya permintaan domestik dan investasi ditengah dorongan belanja infrastruktur pemerintah dan dampak tranmisi tax amnesty terhadap perekonomian. Pada tahun 2018, ekonomi makro Indonesia diharapkan dapat tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 dengan tetap menjaga stabilitas ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2018 diperkirakan antara 5,4-6,1 persen dengan laju inflasi antara 3,5 ± 1 persen. Nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak pada kisaran Rp. 13.600-13.900 per dolar AS. Berikut tabel asumsi dasar ekonomi makro nasional : Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 17

Tabel III.1. Asumsi Dasar Ekonomi Makro Nasional INDIKATOR 2017 2018 Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy) 5,1-5,3 5,4-6,1 Inflasi (%, yoy) 3,5 ± 1 3,5 ± 1 Nilai tukar (Rp/US$) 13.400-13.600 13.600-13.900 Sumber : *) Asumsi dasar ekonomi makro APBN 2016, Kementerian Keuangan **) Dokumen Nota Keuangan beserta APBN Tahun Anggaran 2016, Kementerian Keuangan 3.2 Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Tahun 2018 Salah satu indikator utama dalam mengukur perekonomian daerah adalah penghitungan PDRB. Tujuan pembangunan daerah harus mampu memicu peningkatan PDRB dari tahun ke tahun agar bisa membuka lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Indikator-indikator lain yang tak kalah penting antara lain inflasi, kemiskinan, investasi, nilai tukar, dan lainlain. Berdasarkan pantauan terhadap berbagai faktor baik kondisi ekonomi global maupun nasional serta berbagai kebijakan yang ditempuh pemerintah, pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi diproyeksi berada pada kisaran 6,12-6,52 persen. Kondisi perekonomian global yang lebih kuat diharapkan dapat membantu pemulihan ekonomi nasional sehingga berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jakarta. Masih berlanjutnya berbagai proyek infrastruktur pemerintah diharapkan dapat menjaga pertumbuhan investasi yang sedang dalam trend yang positif. Semakin kondusifnya perekonomian juga diharapkan dapat memulihkan optimisme sektor swasta dan turut berkontribusi positif untuk mendorong investasi. Berlangsungnya Asian Games juga diperkirakan berkontribusi positif terhadap menguatnya konsumsi dan ekspor khususnya ekspor jasa. Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 18

Tabel III.2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Tahun 2017 dan 2018 Indikator 2017 2018 (1) (2) (3) Pertumbuhan Ekonomi 6,03 6,43 % 6,12 6,52 % Sumber: Bank Indonesia 2017 Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, Pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih akan terjaga karena bertumbuhnya kelas menengah dan bonus demografi yang dimiliki DKI Jakarta. Ruang fiskal yang relatif lebih besar dibandingkan tahun 2016 akan mendorong konsumsi pemerintah lebih tinggi dan berdampak pada membaiknya investasi pemerintah dan pertumbuhan sektor konstruksi. Kegiatan ekonomi swasta diperkirakan mulai pulih seiring proses pemilihan Gubernur DKI Jakarta yang berlangsung secara damai, sehingga mengembalikan optimisme investor. Namun, masih terdapat dinamika menjelang Pilpres 2019 yang perlu diwaspadai. Terdapat risiko harga minyak dunia yang perlahan meningkat dan berdampak pada harga bahan bakar minyak dan komoditas energi sehingga berpotensi menahan konsumsi Rumah Tangga. 3.3 Laju Inflasi DKI Jakarta Tahun 2018 Dengan menggunakan asumsi baseline dan tidak terdapat shock kebijakan harga dari Pemerintah, inflasi DKI Jakarta pada tahun 2018 diproyeksi pada kisaran 3,50-4,00 persen. Seiring membaiknya perekonomian Ibukota, tingkat permintaan masyarakat akan ikut terdorong keatas (demand pull inflation). Inflasi Volatile Food tetap menjadi faktor risiko utama. Penguatan BUMD pangan perlu terus dilakukan dalam pengendalian harga DKI Jakarta. Penerapan teknologi juga perlu dilakukan untuk membantu pengendalian inflasi, terutama komoditas hortikultura (contohnya: Controlled Atmosphere Storage). Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 19

Tabel III.3. Proyeksi Inflasi DKI Jakarta Tahun 2017 dan 2018 Indikator 2017 2018 (1) (2) (3) Inflasi 4,00 5,00 persen 3,50-4,00 persen Sumber: Bank Indonesia 2017 Menghadapi berbagai risiko yang ada, dukungan dari seluruh daerah sangat dibutuhkan untuk menuju target pencapaian inflasi nasional. Untuk mencapai kondisi sesuai target yang diproyeksikan, koordinasi antarpelaku ekonomi, terutama berbagai institusi yang terlibat dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jakarta perlu terus diperkuat, melalui programprogram pengendalian yang lebih terencana dan aplikatif. Penguatan peran BUMD pangan sangat berpengaruh terhadap terkendalinya harga pangan strategis. Menghadapi tantangan tersebut, diperlukan sinkronisasi kebijakan disertai dengan komitmen yang kuat dari berbagai pihak. 3.4 Nilai Tukar Tahun 2018 Selain pertumbuhan ekonomi dan inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar juga merupakan indikator penting bagi perekonomian DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan DKI Jakarta merupakan bagian dari kota-kota besar dunia yang tidak bisa terlepas dari dinamika perekonomian global. Nilai tukar rupiah selama periode 2017 hingga 2019 diperkirakan cukup stabil dan dipengaruhi oleh sejumlah tantangan domestik dan eksternal. Pemerintah pusat memproyeksikan nilai tukar periode 2017 pada kisaran Rp.13.400-13.600 per USD. Selanjutnya dengan memperhatikan faktor-faktor yang ada, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada tahun 2018 diperkirakan bergerak pada kisaran Rp.13.600-13.900 per USD. Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 20

Tabel III.4. Prospek Nilai Tukar Tahun Nilai Tukar (Rp/US$) (1) (2) 2017 13.400 13.600 2018 13.600 13.900 Sumber : Rancangan Awal RKP 2018, Bappenas Dalam hal indikator nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengikuti kebijakan ekonomi Pemerintah Pusat. 3.5 Pertumbuhan PDRB DKI Jakarta Salah satu indikator utama dalam mengukur perekonomian daerah adalah penghitungan PDRB. Tujuan pembangunan daerah harus mampu memicu peningkatan PDRB dari tahun ke tahun agar bisa membuka lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. PDRB merupakan nilai keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi pada suatu wilayah dalam suatu jangka waktu tertentu. PDRB dapat dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu dari sisi produksi, pengeluaran dan pendapatan. Meskipun diperkirakan tumbuh membaik, terdapat beberapa risiko yang dapat memengaruhi pertumbuhan PDRB DKI Jakarta. Dari sisi global, ketidakpastian di pasar keuangan kembali terjadi seiring rencana kenaikan Fed Fund Rate (FFR) secara gradual. Harga komoditas masih berada dalam tren yang menurun, seiring masih terbatasnya pemulihan perekonomian global. Selain itu, kinerja ekonomi Tiongkok, yang merupakan salah satu negara mitra dagang utama terus mengalami penurunan. Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 21

3.6 Lain-lain Asumsi 1. Belanja wajib mengikat memenuhi kriteria sebagai berikut: - Belanja yang bersifat mengikat merupakan belanja yang dibutuhkan secara terus menerus dan harus dialokasikan oleh pemerintah daerah dengan jumlah yang cukup untuk keperluan setiap bulan dalam tahun anggaran yang bersangkutan, seperti belanja pegawai, belanja barang dan jasa. - Belanja yang bersifat wajib adalah belanja untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan dasar masyarakat antara lain pendidikan dan kesehatan dan/atau melaksanakan kewajiban kepada pihak ketiga. 2. Belanja yang memenuhi kriteria Darurat adalah sebagai berikut : - Bukan merupakan kegiatan normal dan aktivitas pemerintah daerah dan tidak dapat diprediksi sebelumnya; - Tidak diharapkan terjadi secara berulang; - Berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah dan - Memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat 3. Belanja yang memenuhi kriteria mendesak adalah sebagai berikut : - Program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang anggarannya belum tersedia dalam tahun anggaran berjalan; dan - Keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat. 4. Belanja Daerah dialokasikan untuk memenuhi 6 Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar (SPM), 18 Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan 7 Urusan Pemerintahan Pilihan. Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 22

5. Dalam rangka peningkatan bidang pendidikan, alokasi anggaran fungsi pendidikan diupayakan sekurang kurangnya 20 persen dari belanja daerah, termasuk dana Bantuan Operasional Pendidikan dan Kartu Jakarta Pintar (KJP). 6. Dalam rangka peningkatan bidang kesehatan, alokasi anggaran kesehatan sekurang - kurangnya 10 persen dari total belanja APBD di luar gaji, sesuai amanat Pasal 171 ayat (2) Undang-Undang 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, di antaranya untuk Pembiayaan Premi Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Daerah. 7. Mendorong kegiatan dalam bentuk kerjasama antar pemerintah dan/atau swasta sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 8. Stabilitas ketentraman dan keamanan dapat terkendali dan terkelola dengan baik sehingga aktifitas sosial ekonomi dapat berjalan dengan baik. Asumsi dasar ekonomi makro dalam KUA Tahun Anggaran 2018 yang meliputi tiga indikator utama, yakni Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, secara ringkas dapat dilihat pada Tabel III.1 berikut : Tabel III.5. Asumsi Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Nilai Tukar Tahun 2017 NO VARIABEL APBD 2017 RAPBD 2018 1 Pertumbuhan Ekonomi (%) 2 Inflasi (%) 3 Nilai tukar (Rp/USD) DKI* 6,03-6,43 6,12-6,52 Nasional** 5,1-5,3 5,4-6,1 DKI* 4,00-5,00 3,50-4,00 Nasional** 3,5 ± 1 3,5 ± 1 DKI/Nasional** 13.400-13.600 13.600-13.900 Sumber* : Proyeksi Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia dan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, 2015 Sumber ** : Asumsi dasar ekonomi makro APBN 2016 dan Dokumen Nota Keuangan beserta APBN Tahun Anggaran 2016, Kementerian Keuangan Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 23

BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH Struktur APBD terdiri dari Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pendapatan Daerah adalah semua hak Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan, sedangkan Belanja Daerah adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan, serta Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan. maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Agar APBD dapat digunakan secara efektif dan efisien, maka diperlukan kebijakan yang tepat dalam pengelolaan keuangan daerah. Arah kebijakan berisi uraian tentang kebijakan yang akan dipedomani oleh Pemerintah Daerah dalam mengelola pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah. Tujuan utama kebijakan keuangan daerah adalah bagaimana meningkatkan kapasitas (riil) keuangan daerah dan mengefisiensikan penggunaannya. Pada tahun 2018, kebijakan keuangan daerah difokuskan pada kebijakan yang memperhatikan kapasitas fiskal yang utamanya memfokuskan pada Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Kebijakan belanja daerah juga diarahkan untuk pemenuhan kebijakan belanja wajib, mengikat dan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu juga difokuskan pada belanja untuk mendukung peran Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia dan mendukung kebijakan yang Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 24

telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat serta belanja untuk memenuhi ketentuan-ketentuan lain yang sifatnya wajib dan mengikat. Pembiayaan pembangunan daerah yang terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan diarahkan untuk tetap menjaga stabilitas fiskal daerah sehingga pembangunan daerah dapat berjalan berkesinambungan. Selain itu pembiayaan pembangunan mengedepankan prinsip akuntubilitas, transparansi, kepatutan dan kewajaran, efisien dan efektif. 4.1 Pendapatan Daerah Salah satu sumber utama penerimaan kas daerah adalah pendapatan daerah. Pendapatan daerah harus dioptimalkan untuk menghasilkan kapasitas keuangan daerah yang makin tinggi guna mendukung pendanaan pembangunan daerah. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), meliputi : Pendapatan Pajak Daerah, Pendapatan Retribusi Daerah, Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, Lain-lain PAD yang Sah, sedangkan Dana perimbangan, terdiri dari : Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam), Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus. Sedangkan Lainlain Pendapatan yang Sah, meliputi: Dana Hibah, Dana Darurat, Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya, serta Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus. Selanjutnya dirumuskan kebijakan yang terkait langsung dengan pospos Pendapatan Daerah dalam APBD. Arah kebijakan pendapatan daerah meliputi : a. Kebijakan perencanaan pendapatan daerah yang akan dilakukan pada tahun anggaran berkenaan, dengan meningkatkan optimalisasi sumber- Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 25

sumber pendapatan, sehingga perkiraan besaran pendapatan dapat terealisasikan dan sedapat mungkin mencapai lebih dari yang ditargetkan. b. Uraian arah kebijakan berkaitan dengan target pendapatan daerah. c. Upaya-upaya pemerintah daerah dalam mencapai target. 4.1.1 Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah 1. Pajak Daerah a. Intensifikasi 1) Melakukan optimalisasi penerimaan Pajak Daerah melalui penerapan Online System terhadap 4 (empat) jenis pajak daerah, antara lain Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Parkir 2) Melakukan pemutakhiran data objek pajak melalui : a) Pendataan Wajib Pajak untuk Pajak Hotel, Restoran, Hiburan, Parkir dan Reklame b) Melakukan pemuktahiran administrasi pajak daerah berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) terhadap PKB, BPHTB dan PBB c) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2): i. Pemutihan/penghapusan Tunggakan/Piutang PBB-P2 ii. Pemutakhiran Data Objek Tanah dan Bangunan iii. Penilaian Individual terhadap objek PBB-P2 3) Melakukan Pemeriksaan terhadap : a) Wajib Pajak Self-Assessment (Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Parkir) b) Wajib Pajak PBB-KB c) Wajib Pajak PPJ 4) Melakukan Penagihan Piutang Pajak antara lain : a) Kendaraan bermotor Belum Daftar Ulang (BDU) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 26

b) Penyelenggaraan reklame yang Belum Daftar Ulang (BDU) Pajak Reklame c) PBB-P2 dan Jenis-jenis Pajak Daerah Lainnya d) Melakukan cleansing data terhadap Piutang Pajak 5) Melakukan pemasangan sticker atau plang bagi penunggak pajak 6) Optimalisasi pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor melalui penambahan mobil Samling dan Samsat Kecamatan 7) Optimalisasi Penerapan E-Samsat (kesisteman dan penambahan Bank Multikanal) b. Ekstensifikasi 1) Melakukan Revisi Peraturan Daerah terhadap Pajak Daerah: a) Melakukan perubahan tarif melalui revisi Peraturan Daerah terhadap jenis pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN - KB) untuk : i. Kendaraan bermotor penyerahan pertama/baru (BBN-I) yang semula 10 persen menjadi 12,5 15 persen ii. Kendaraan bermotor penyerahan kedua dan seterusnya/ bekas (BBN-II) yang semula 1 persen menjadi 1,5 persen b) Melakukan perubahan tarif melalui revisi Peraturan Daerah terhadap jenis Pajak Penerangan Jalan (PPJ) untuk: i. Konsumsi listrik pada industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam yang semula sebesar 3 persen menjadi yang disediakan bukan dari BUMN/BUMD tetap sebesar 3 persen dan yang disediakan oleh BUMN/BUMD sebesar 6 persen ii. Konsumsi listrik pada Rumah Tangga yang semula 2,4 persen menjadi 2,4-8 persen tergantung pada jenis pelanggan Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 27

iii. Konsumsi listrik pada Tempat Usaha/Dagang yang semula 2,4 persen menjadi 4-8 persen tergantung pada jenis pelanggan c) Melakukan penambahan objek pajak melalui revisi Peraturan Daerah terhadap jenis pahak PBB-P2 untuk objek bumi dan/atau bangunan khususnya perairan pesisir dan reklamasi d) Melakukan perubahan tarif melalui revisi Peraturan Daerah terhadap jenis Pajak Parkir yang semula sebesar 20 persen menjadi 25-30 persen e) Melakukan perubahan tarif melalui revisi Peraturan Daerah terhadap jenis pajak BPHTB yang semula sebesar 5 persen menjadi sebesar 2,5 persen serta bagi Wajib Pajak Badan berupa perusahaan khusus yang mengelola Dana Investasi Real Estate (DIRE) menjadi sebesar 1-2,5 persen f) Melakukan Perubahan Nilai Sewa Reklame (NSR) dan Kelas Jalan sebagai Dasar Pengenaan Pajak Reklame melalui revisi Peraturan Gubernur g) Melakukan revisi Peraturan Gubernur terhadap Kebijakan Pembebasan PBB-P2 atas Rumah Rusunawa dan Rusunami yang sebelumnya dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sampai dengan Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah) menjadi sampai dengan Rp. 2.000.000.000 (dua miliar rupiah) 2) Peningkatan Kualitas Dan Kuantitas Pelayanan : a) Melakukan Peningkatan Integritas dan Kualitas SDM b) Melakukan Pembangunan, Pembenahan, Perluasan dan Sosialisasi Pelayanan Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 28

2. Retribusi Daerah Yang dimaksud dengan Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Untuk mengoptimalkan pendapatan daerah dari retribusi diperlukan beberapa kebijakan yaitu Peningkatan Pelayanan Retribusi Daerah, serta Intensifikasi dan Ekstensifikasi Penerimaan Retribusi Daerah. a. Peningkatan Pelayanan Retribusi Daerah melalui : 1) Pengembangan aplikasi e-retribusi menjadi aplikasi SIMPAD (Sistem Informasi Manajemen Pendapatan Daerah) dalam rangka meningkatkan pengelolaan penerimaan retribusi daerah berbasis elektronik. 2) Melaksanakan pelatihan dan bimbingan penggunaan aplikasi SIMPAD kepada SKPD pemungut retribusi. 3) Melaksanakan monitoring implementasi pembayaran retribusi melalui SIMPAD di tingkat SKPD dan UKPD. 4) Menerapkan cash less dalam pembayaran retribusi dengan menggunakan Banking System. 5) Menerapkan sistem e-ticketing untuk menggantikan pelayanan retribusi daerah yang masih menggunakan karcis. 6) Untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat sebagian besar pelayanan retribusi perizinan dan non perizinan dilaksanakan melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. b. Intensifikasi dan ekstensifikasi perlu dilakukan secara komprehensif guna optimalisasi penerimaan retribusi. Dalam hal Intensifikasi dan ekstensifikasi Penerimaan Retribusi Daerah dilakukan beberapa kebijakan antara lain : Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 29

1) Melakukan penyesuaian tarif secara komprehensif untuk beberapa jenis Retribusi Daerah; 2) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pemungutan Retribusi Daerah. 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lainlain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Penerimaan ini antara lain dari Bank Pembangunan Daerah, perusahaan daerah, dividen dan penyertaan modal daerah kepada pihak ketiga. Untuk meningkatkan kinerja komponen pendapatan ini di daerah adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan kemampuan manajemen pengelolaan bisnis Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dapat meningkatkan laba BUMD; b. Menerapkan strategi bisnis yang tepat, serta meningkatkan sinergisitas antar BUMD untuk meningkatkan daya saing perusahaan; c. Membuat surat penagihan deviden kepada BUMD; d. Memperkuat struktur permodalan BUMD, antara lain melalui PMD; e. Pengembangan aplikasi SIMPAD (Sistem Informasi Manajemen Pendapatan Daerah) dimana dapat melakukan monitoring penerimaan deviden/kontribusi secara realtime dan pencetakan STS secara elektronik; f. Melaksanakan pelatihan dan bimbingan penggunaan aplikasi SIMPAD kepada Badan Pembina BUMD selaku pembina BUMD. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Penerimaan ini berasal dari hasil penjualan barang milik daerah, dan penerimaan jasa giro. Untuk Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 30

meningkatkan kinerja Lain- lain Pendapatan Daerah Yang Sah, kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yaitu sebagai berikut : a. Mengimplementasikan hasil evaluasi terhadap perjanjian-perjanjian pemanfaatan aset daerah dengan Pihak Ketiga; b. Mengoptimalkan pemanfaatan aset daerah yang berada di lahan-lahan yang strategis dan ekonomis melalui kerjasama dengan Pihak Ketiga; c. Mengembangkan pengelolaan mitigasi fiskal daerah melalui Debt Management; d. Pengembangan aplikasi SIMPAD (Sistem Informasi Manajemen Pendapatan Daerah) dimana dapat melakukan monitoring penerimaan setoran lain lain pendapatan asli daerah secara realtime dan pencetakan STS secara elektronik. 4. Dana Perimbangan Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Pemerintah Provinsi akan melakukan koordinasi dengan Pemerintah Pusat bekerja sama dengan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama untuk meningkatkan pendapatan yang berasal dari Dana Perimbangan melalui Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) dengan melakukan kegiatan bersama berupa Ektensifikasi dan Intensifikasi Pajak dalam rangka mendukung kebijakan Pemerintah Pusat dan meningkatkan penerimaan Pajak Negara. 5. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Dalam hal ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memperoleh hibah dari PT. Jasa Raharja (Persero). Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 31

4.1.2 Target Pendapatan Daerah Rencana Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2018 didasarkan pada realisasi 2016 dan kebijakan pendapatan daerah 2018. Dari rencana Pendapatan Daerah pada APBD tahun 2016 sebesar Rp.57.161.248.465.732, sampai dengan 31 Desember 2016 telah dapat direalisasikan sebesar Rp.53.784.706.312.513 atau 94,09 persen, sebagaimana pada Tabel IV.1 berikut : Tabel IV.1. Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2016 per 31 Desember 2016 (audited) 2016 NO URAIAN APBD REALISASI (31 DESEMBER 2016/AUDITED) % REALISASI I PENDAPATAN 57.161.248.465.732 53.784.706.312.513 94,09 A. Pendapatan Asli Daerah 38.501.784.839.738 36.888.017.587.716 95,81 Pajak Daerah 33.100.000.000.000 31.613.197.634.662 95,51 - Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) - Bea Balik Nama-Kendaraan Bermotor (BBN-KB) - Pajak Bahan Bakar- Kendaraan Bermotor 7.050.000.000.000 7.143.530.355.999 101,33 4.800.000.000.000 5.003.996.134.800 104,25 1.050.000.000.000 1.094.901.392.986 104,28 - Pajak Hotel 1.600.000.000.000 1.499.798.259.793 93,74 - Pajak Restoran 2.600.000.000.000 2.453.440.079.189 94,36 - Pajak Hiburan 700.000.000.000 769.535.965.131 109,93 - Pajak Reklame 1.150.000.000.000 899.975.503.275 78,26 - Pakak Penerangan Jalan 775.000.000.000 714.835.029.419 92,24 - Pajak Air Tanah 100.000.000.000 112.417.511.698 112,42 - Pajak Parkir 500.000.000.000 465.990.849.020 93,20 - Bea Perolehan Hak katas Tanah dan Bangunan (BPHTB) - Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 5.150.000.000.000 3.913.363.242.875 75,99 7.100.000.000.000 7.010.144.176.545 98,73 - Pajak Rokok 525.000.000.000 531.269.133.932 101,19 Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2018 32