BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan yang posisinya berada di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai kota yang menyandang predikat kota pelajar dan juga yang sekarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis properti dewasa ini semakin pesat. Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia untuk ruang akan selalu bertambah, di sisi lain pasokan ruang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota di Provinsi Banten yang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Sleman, yang terdiri dari 17 kecamatan, saat ini telah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang yaitu bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta (DIY) di bagian selatan dibatasi Samudera Indonesia,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang adalah sebanyak orang, tahun 2012 adalah sebanyak

Bab I. Pendahuluan. I.1 Latar belakang

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasca dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. Kota Tangerang terletak antara Lintang Selatan dan

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENGANTAR. kewenangan masing-masing daerah dapat dilaksanakan dengan pengembangan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan pembangunan sebagai wujud dari pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah/ kawasan perkotaan adalah lingkungan yang dimanfaatkan untuk

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Perkembangan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Selain sektor penggerak ekonomi yang lain, sektor pariwisata telah

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. penting bagi kelangsungan kehidupan manusia, dalam hal ini setiap individu

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil

A. Gambaran Umum Daerah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan kegiatan produktif manusia, baik sebagai wadah maupun

BAB I PENDAHULUAN TUGAS AKHIR 135. LP3A - Beachwalk Mall di Tanjung Pandan, Belitung

BAB I PENDAHULUAN. Kota Cirebon terletak di bagian timur Provinsi Jawa Barat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk kota Surabaya lebih dari tiga juta jiwa. Dari sekitar 290 km 2 (29.000)

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. perumahan, fasilitas rekreasi, pertanian, jalur atau rute transportasi. Kegunaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Indonesia Property Watch (2015), menunjukkan bahwa rata-rata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Penilaian Indonesia (SPI 2013: KPUP 3.4), tanah


BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian kota Binjai dilihat dari struktur PDRB riil kota Binjai yang menunjukkan karakteristik sebagai berikut : 2

BAB I PENGANTAR. Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi,

BAB I PENDAHULUAN. sekian lama bangsa Indonesia diguncang krisis yang berkepanjangan. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Dimana tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang akan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. disebabkan karena tarif yang ditetapkan pada Perda Yogyakarta No. 5 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia, karena tanah dan kandungannya bisa

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

Katalog : pareparekota.bps.go.id

PROFIL KABUPATEN / KOTA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Perubahan disebabkan oleh berkembangnya berbagai kegiatan

Studi Kinerja Industri Properti Komersial Apartemen, Hotel, Perkantoran, Pusat Perbelanjaan, Lahan Industri

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kegiatan, yang kemudian sistem ini disebut sebagai sentraliasasi, kegiatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bogor merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat yang terbagi

BAB I PENDAHULUAN kunjungan, mengalami penurunan sebesar 3,56 persen dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian yang akan dilakukan, rumusan masalah yang menjadi topik

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta. Keadaan geografis suatu wilayah

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. penting, yakni sebagai wadah yang menampung berbagai aktivitas-aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mewujudkan ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanah merupakan sesuatu yang sangat penting bagi masyarakat dan dianggap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL PENELITIAN ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi dan jumlahnya yang tetap, namun kebutuhan akan lahan terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta masih menjadi daerah wisata yang menarik. yang disediakan bagi wisatawan untuk memperoleh pelayanan.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.

Rekapitulasi Hasil Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Dan Pencapaian Renstra SKPD Sampai Dengan Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan hal penting bagi manusia. Tanah digunakan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen adalah: Tempat tinggal (yang terdiri atas kamar tamu, kamar tidur,

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

1 BAB I PENDAHULUAN. Upaya Pemerintah Kabupaten Malang meningkatkan kunjungan wisata

BAB I LATAR BELAKANG. Dari menyediakan berbagai macam fasilitasnya demi kenyamanan pengunjung,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perkotaan secara keseluruhan yang dipengaruhi oleh. keadaan alam (Yudohusodo, 1991). Dengan semakin tingginya tingkat

Nama : I Gusti Ayu Made Oktavia Utami Dewi NIM : Abstrak

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan yang posisinya berada di pusat Kota Bogor dan sekaligus menjadi pusat pemerintahan Kota Bogor. Selain pusat pemerintahan, wilayah ini juga menjadi pusat perekonomian yang tumbuh dengan pesat. Menurut Badan Pusat Statistik Kota Bogor kepadatan penduduk tertinggi berada di wilayah ini, yaitu sebesar 12.825 jiwa/km 2. Kecamatan Bogor Tengah memiliki luas wilayah yang terkecil dibandingkan dengan luas wilayah kecamatan lainnya. Jumlah kepadatan penduduk yang begitu besar membutuhkan sarana perekonomian yang memadai untuk mendukung aktivitas perdagangan dan jasa. Berikut ini jumlah rumah tangga berdasarkan tingkat kesejahteraan di Kecamatan Bogor Tengah tahun 2012: Tabel 1.1 Jumlah Rumah Tangga Menurut Tingkat Kesejahteraan di Kecamatan Bogor Tengah, 2012 No Tingkat Kesejahteraan 2011 2012 1 Pra Sejahtera 2.317 1.906 2 Sejahtera I 6.011 5.841 3 Sejahtera II 8.970 10.100 4 Sejahtera III 5.516 5.582 5 Sejahtera III Plus 1.187 1.562 Total 24.001 24.991 Sumber: BPS Kota Bogor, 2013 Berdasarkan Tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah rumah tangga di Kecamatan Bogor Tengah semakin bertambah setiap tahun. Jumlah keluarga dilihat dari tingkat kesejahteraannya cenderung ada yang bertambah dan ada yang berkurang. Jumlah yang bertambah adalah rumah tangga dengan tingkat 1

2 kesejahteraan II dan III sehingga tingkat permintaan perumahan juga semakin meningkat. Kebutuhan akan perumahan menjadi semakin bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk yang juga semakin meningkat. Berdasarkan pada jenis kelamin pertumbuhan penduduk di Kecamatan Bogor Tengah dapat di lihat pada Tabel 1.2 berikut: Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin per Kelurahan di Kecamatan Bogor Tengah, 2012 No Kelurahan Luas Wilayah Jumlah penduduk (Km 2 ) Laki-laki Perempuan Total 1 Paledang 1,78 6.519 5.285 11.804 2 Gudang 0,32 3.854 3.569 7.423 3 Babakan fpppppppppppplp 0,41 5.206 4.924 10.130 4 Tegal Lega 1,23 9.737 9.913 19.650 5 Babakan Pasar 1,22 4.746 5.465 10.211 6 Sempur 0,63 4.101 4.104 8.205 7 Pabaton 0,63 1.377 1.508 2.855 8 Cibogor 0,44 3.962 3.666 7.628 9 Panaragan 0,27 3.625 3.744 7.369 10 Kebon Kalapa 0,46 5.790 5.548 11.388 11 Ciwaringin 0,74 3.803 3.824 7.627 Total 8,13 52.720 51.550 104.270 Sumber: BPS Kota Bogor, 2013 Berdasarkan Tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk yang terbesar berada di wilayah Kelurahan Tegal Lega dan yang terkecil berada di wilayah Kelurahan Pabaton. Kondisi yang demikian mengindikasikan bahwa dengan luas wilayah yang relatif kecil dan jumlah penduduk yang semakin bertambah, Kecamatan Bogor Tengah memerlukan ketersediaan sarana perekonomian yang memadai dan memiliki kesesuaian dengan RTRW Kota Bogor. Ketersediaan lahan yang terbatas adalah masalah yang dihadapi pemerintah kota dan sekaligus turut mempengaruhi harga properti baik properti residensial

3 maupun properti komersial, properti komersial dalam hal ini adalah ruko atau rumah toko. Seperti telah disebutkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan kenaikan harga properti di Kecamatan Bogor Tengah menjadi sangat tinggi adalah jumlah lahan yang semakin terbatas. Selain keterbatasan lahan yang menjadi faktor lainnya adalah permintaan yang cukup tinggi, di samping itu faktor lokasi dan aksesibilitas yang baik juga turut berpengaruh. Keterbatasan lahan menjadi sangat berpengaruh terhadap harga properti karena lahan secara kuantitas tidak bertambah serta sifatnya yang langka (scarcity). Pengaruh dari keterbatasan lahan berpengaruh terhadap harga tanah di sebuah wilayah. Permintaan yang tinggi dan ketersediaan yang sangat terbatas menciptakan kondisi inelastic sempurna mengenai harga tanah di kota Bogor. Permintaan cenderung terus mengalami peningkatan, sementara kenaikan akan harga tanah juga mengalami kenaikan yang signifikan. Tingginya permintaan properti terutama properti komersil di Kota Bogor karena yang posisinya berdekatan dengan Kota Jakarta sebagai ibu kota Negara, hal ini disebabkan banyak warga Jakarta yang berivenstasi di Kota Bogor. Sebagai kota yang menunjang kebutuhan bagi kota-kota besar di sekitarnya, Kota Bogor ditunjang dengan aksesibilitas yang sangat baik, hal ini menyebabkan lokasi Kota Bogor menjadi sangat strategis karena juga sebagai kota satelit dari ibu Kota Jakarta. Kota Bogor sebagai kota yang memiliki perkembangan bisnis yang cepat memiliki kondisi alam dan iklim yang nyaman sehingga Kota Bogor sangat diminati sebagai tempat untuk pertemuan-pertemuan resmi (acara kenegaraan), tempat pelatihan bagi instansi pemerintah dan juga kalangan swasta, berlibur dan juga sebagai objek tujuan berwisata, baik dari wisatawan mancanegara ataupun

4 domestik. Perkembangan bisnis dan perekonomian yang semakin baik, sangat berpengaruh terhadap harga properti di Kota Bogor. Tabel 1.3 menunjukkan data jumlah bangunan di Kecamatan Bogor Tengah menurut fungsinya yang diperoleh dari Dinas Perijinan Kota Bogor. Tabel 1.3 Permohonan Izin Mendirikan Bangunan di Kecamatan Bogor Tengah 2012-2013 Fungsi Bangunan 2012 2013 Rumah tinggal 1.276 1.411 Pusat Perbelanjaan 7 9 Hotel/Apartemen 5 12 Rumah makan 15 21 Rumah toko 312 420 Bengkel 13 15 Rumah kost 30 42 Wisma/Guest House 10 17 Rusunawa 3 5 Klinik 8 9 Total 3.691 3.974 Sumber: Dinas Perijinan Kota Bogor, 2014 Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa kebutuhan terhadap properti di Kota Bogor semakin meningkat setiap tahunnya. Karena seperti kota-kota lain yang sedang berkembang, Kota Bogor juga mengalami perkembangan baik secara fisik maupun non fisik. Peningkatan penduduk yang semakin meningkat dibarengi dengan kebutuhan perumahan yang semakin meningkat dan sarana pendukung juga ikut mengalami peningkatan. Sebagai pusat kota yang berkembang, Kecamatan Bogor Tengah menjadi wilayah yang berkembang dengan pesat (aglomerasi). Tingginya harga ruko di Kecamatan Bogor Tengah juga sangat dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran (pasar), tidak seimbangnya permintaan dan penawaran yang ada

5 mengganggu mekanisme pasar (bubble), dan dapat berpengaruh terhadap harga ruko pada kawasan tersebut. Permintaan properti sektor rumah toko di Kecamatan Bogor Tengah dipicu oleh tingkat investasi properti yang semakin meningkat. Untuk penentuan harga jual-beli ruko, seharusnya pertimbangan yang dilakukan tidak hanya berdasarkan pada faktor lokasi saja. Dalam hal ini, faktor fisik perlu menjadi pertimbangan yang dilakukan untuk menentukan harga ruko, perkembangan sebuah kota akan mengalami perubahan dari tahun ke tahun yang signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa letak kawasan strategis juga akan mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Para investor dan pembeli properti juga membutuhkan perencanaan yang tepat dan pengetahuan yang baik mengenai bisnis properti agar dapat mengetahui wajar atau tidaknya harga properti ruko yang akan diperjualbelikan. Adapun karakteristik fisik dan faktor lokasi menjadi penting sebagai pertimbangan dalam transaksi properti ruko di Kecamatan Bogor Tengah. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah karakteristik fisik dan faktor lokasi memiliki pengaruh besar dalam menentukan harga properti jenis ruko di Kecamatan Bogor Tengah. Dengan demikian pertanyaan penelitian (research question) yang dapat diajukan adalah. 1. Apakah faktor karakteristik fisik dan lokasi mempunyai pengaruh terhadap harga properti rumah toko di Kecamatan Bogor? 2. Seberapa besar pengaruh faktor karakter fisik dan lokasi, mempengaruhi harga properti rumah toko di Kecamatan Bogor Tengah?

6 3. Tingginya investasi di bidang properti di Kota Bogor meningkatkan harga properti khususnya rumah toko tanpa memperhatikan faktor lokasi. 4. Keterbatasan lahan untuk properti mengakibatkan penawaran dan permintaan menjadi tidak seimbang sehingga ikut mempengaruhi harga properti. 1.3 Keaslian Penelitian Sebelum menjelaskan keaslian penelitian ini, maka dapat dilihat beberapa referensi yang telah melakukan penelitian sebelumnya seperti pada tabel sebagai berikut: Tabel 1.4 Keaslian Penelitian Peneliti Variabel Alat Analisis Hasil Penelitian Zukriady (2007) Muslim (2008) Yulianto (2010) Faktor fisik, yaitu luas bangunan dan umur bangunan. Faktor lokasi, yaitu jarak Ke CBD kota Mataram dan faktor fisik, yaitu luas bangunan yang disewakan. Jarak properti ke pusat Kota Magelang, luas lantai bangunan yang disewakan,dan umur efektif bangunan. Analisis statistik dan Regresi Berganda. Regresi Linear Berganda dengan metoda OLS. Analisis Linier Berganda dengan metoda OLS. Rata-rata tingkat kapitalisasi properti ruko adalah 0.81 persen dengan standar deviasi 0,60 persen. Melalui analisis regresi diperoleh hasil bahwa luas tanah dan luas parkir berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kapitalisasi rumah toko. Variabel faktor lokasi yaitu jarak ke CBD kota Mataram dan lebar jalan depan serta variable-variabel faktor fisik yaitu luas lantai yang disewakan dan umur efektif bangunan yang terbukti mempengaruhi variasi nilai ruko secara signifikan. Variebel jarak properti pertokoan ke pusat Kota Megelang, luas lantai yang disewakan, dan umur efektif bangunan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai sewa pertokoan. Lebar jalan depan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai sewa properti pertokoan di kota Magelang. Dummy akses jalan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai sewa pertokoan.

7 Lanjutan Tabel 1.3 Peneliti Variabel Alat Analisis Hasil Penelitian Rahmawati Luas bangunan, jarak Analisis Ruko dengan luas bangunan (2011) dari ruko ke CBD, Regresi Linier keseluruhan menunjukkan jarak dari ruko ke Berganda variabel luas bangunan perumahan, dan umur dengan metoda berpengaruh positif dan bangunan. OLS. signifikan,sedangkan variabel jarak dari ruko ke CBD,jarak dari ruko ke perumahan, jarak dari ruko ke rumah sakit dan umur bangunan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga sewa. Parthady (2012) Variabel karakteristik fisik yaitu luas tanah dan luas bangunan, Analisis Regresi Linier Berganda. Variabel karakteristik fisik ruko yaitu luas tanah, luas bangunan, dummy desain arsitektur Bali variabel lokasi yaitu berpengaruh positif dan jarak ke CBD dan jarak dari. signifikan terhadap nilai sewa ruko. Variabel lokasi lebar jalan berpengaruh negatif dan signifikan, jarak dari hotel berpengaruh positif dan signifikan, jarak dari ruko ke perumahan berpengaruh negatif dan signifikan, jarak ruko ke objek wisata berpengaruh negatif dan signifikan terhadap sewa ruko. Persamaan secara umum penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan metoda OLS untuk menjelaskan dan mengukur pengaruh dari faktor lokasi dan karakteristik fisik properti ruko terhadap harga ruko. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Zukriady (2007) adalah penggunaan variabel luas bangunan dan umur bangunan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Muslim (2008) adalah penggunaan variabel luas bangunan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Yulianto (2010) adalah variabel jarak ke CBD (pusat kota). Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang

8 dilakukan Rahmawati (2011) adalah penggunaan variabel jarak ruko ke CBD, jarak ruko ke perumahan,luas bangunan, dan umur bangunan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Parthady (2012) adalah penggunaan variabel bebas seperti luas tanah dan luas bangunan. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada variabel independen. Perbedaan variabel independen yang digunakan penelitian ini adalah penambahan jarak dari objek penelitian (ruko) ke Kebun Raya Bogor dan jarak ke Museum Etnobotani. Kedua variabel ini merupakan lokasi yang berada dalam wilayah CBD kota Bogor, khususnya berada Kecamatan Bogor Tengah. Penelitian ini dilakukan terhadap bangunan ruko yang terletak di Jalan Surya Kencana, Jalan Paledang, Jalan Sudirman, Jalan RE Martadinata, Jalan Dewi Sartika, Jalan Gedong Sawah, Jalan Merdeka, Jalan Ciwaringin dan Jalan Sawojajar di Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan penelitian Penelitian memiliki beberapa tujuan antara lain sebagai berikut. 1. Menganalisis variabel-variabel karakteristik fisik ruko yang mempengaruhi harga ruko di Kecamatan Bogor Tengah. 2. Menganalisis variabel-variabel lokasi ruko yang mempengaruhi harga ruko di Kecamatan Bogor Tengah. 3. Menganalisis variabel-variabel karakteristik fisik ruko dan variabel-variabel lokasi ruko yang secara bersamaan mempengaruhi harga ruko di Kecamatan Bogor Tengah.

9 1.4.2 Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian antara lain. 1. Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para pengembang properti dan pemilik ruko untuk menentukan harga jual ruko. 2. Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para investor dan masyarakat yang ingin membeli properti ruko untuk memulai usaha atau bisnis. 3. Dapat digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagi bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan yang berkaitan dengan rencana tata ruang dan tata wilayah lokasi properti ruko. 4. Dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang properti ruko. 1.5 Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri dari empat bab dan disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut: Bab I Pengantar, berisi latar belakang, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dan alat analisis, berisi tentang tinjauan pustaka, landasan teori, hipotesis dan alat analisis. Bab III Analisis Data dan Pembahasan, berisi tentang cara penelitian, perkembangan dan hubungan antara variabel yang diteliti, hasil analisis data dan pembahasan. Bab IV Kesimpulan dan Saran.