Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

dokumen-dokumen yang mirip
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Banten

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

BERITA RESMI STATISTIK

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran SEKTOR PERTANIAN

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BERITA RESMI STATISTIK

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

KATA PENGANTAR. Kendari, Oktober 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

ii Triwulan I 2012

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

Transkripsi:

Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan i

Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas selesainya penyusunan laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, dengan cakupan meliputi analisa makro ekonomi, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah. Diharapkan laporan ini bisa menggambarkan kondisi perekonomian di wilayah Papua sehingga menjadi masukan bagi pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan dan referensi bagi masyarakat luas. Penyusunan laporan ini didasarkan pada data-data yang kami peroleh dari berbagai pihak yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, Badan Pusat Statitistik dan laporan dari perbankan serta intern Bank Indonesia. Untuk itu kepada seluruh pihak yang telah membantu penyusunan buku ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhirnya, besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam membantu memahami perekonomian. Jayapura, Agustus 2010 BANK INDONESIA JAYAPURA Ttd. Leo R. Tandiarrang Pemimpin ii

Daftar Isi KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... viii TABEL INDIKATOR MONETER... x RINGKASAN EKSEKUTIF... xii BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO WILAYAH PAPUA... 1 1. Provinsi Papua... 2 1.1. Kondisi Umum... 2 1.2. PDRB Dari Sisi Penawaran... 5 1.2.1. Sektor Pertanian... 6 1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 10 1,2.3. Sektor Industri Pengolahan... 11 1.2.4. Sektor Listrik, Air Bersih... 12 1.2.5. Sektor Bangunan... 13 1.2.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 14 1.2.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... 15 1.2.8. Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan... 16 1.2.9. Sektor Jasa-Jasa... 18 1.3. PDRB Dari Sisi Penggunaan... 19 1.3.1. Konsumsi Rumah Tangga... 20 1.3.2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba... 20 1.3.3 Konsumsi Pemerintah... 21 1.3.4. Investasi... 23 1.3.3 Nilai Ekspor Netto... 24 2. Provinsi Papua Barat... 26 2.1.Kondisi Umum... 27 2.2. PDRB Sisi Penawaran... 28 2.2.1. Sektor Pertanian... 29 2.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 30 2.2.3. Sektor Industri Pengolahan... 31 2.2.4. Sektor Listrik, Air Bersih... 31 2.2.5. Sektor Bangunan... 32 2.2.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 33 2.2.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... 34 2.2.8. Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 35 2.2.9. Sektor Jasa-Jasa... 36 2.3. PDRB Dari Sisi Penggunaan... 36 2.3.1. Konsumsi Rumah Tangga... 37 iii

2.3.2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba... 38 2.3.3. Konsumsi Pemerintah... 39 2.3.4. Investasi... 39 2.3.3. Nilai Ekspor Netto... 40 BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA... 42 1. Provinsi Papua... 42 1.1. Kondisi Umum... 43 1.2. Faktor Penyebab Inflasi di Jayapura... 43 1.3. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas... 43 1.3.1. Kelompok Bahan Makanan... 44 1.3.2. Kelompok Makanan Jadi... 45 1.3.3. Kelompok Perumahan... 45 1.3.4. Kelompok Sandang... 46 1.3.5. Kelompok Kesehatan... 46 1.3.6. Kelompok Pendidikan... 46 1.3.7. Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan... 48 2. Provinsi Papua Barat... 49 2.1 Kondisi Umum... 49 2.2. Faktor Penyebab Inflasi... 49 2.3. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas... 50 2.3.1. Kelompok Bahan Makanan... 50 2.3.2. Kelompok Makanan Jadi... 50 2.3.3. Kelompok Perumaha, Air, Listerik, Gas dan Bahan Bakar... 50 2.3.4. Kelompok Sandang... 51 2.3.5. Kelompok Kesehatan... 51 2.3.6. Kelompok Pendidikan... 51 2.3.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan... 51 BOKS 1 DISAGREGASI INFLASI PROVINSI PAPUA... 52 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN... 53 1. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua... 53 2. Perbankan Provinsi Papua... 55 2.1. Perkembangan Umum... 55 2.2. Perkembangan Aset... 55 2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan... 56 2.4. Penyaluran Kredit Perbankan... 57 2.5. LDR dan NPLs... 58 2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah... 59 3. Perbankan Provinsi Papua Barat... 59 3.1. Perkembangan Umum... 59 3.2. Perkembangan Aset... 60 3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan... 61 3.4. Penyaluran Kredit Perbankan... 61 3.5. LDR dan NPLs... 62 3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah... 62 iv

BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH... 63 1. Keuangan Daerah Provinsi Papua... 63 1.1 Realisasi Pendapatan... 63 1.2 Realisasi Pengeluaran... 65 BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN... 67 1. Bank IndonesiaReal Time GrossSettlement (BI-RTGS)... 67 2. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)... 69 3. Perkembangan Uang Kartal... 70 BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN... 72 1. Ketenagakerjaan Provinsi Papua... 72 1.1. Perkembangan Keadaan Tenaga Kerja Provinsi Papua... 72 2. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat... 75 2.1. Perkembangan Keadaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat... 75 2.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama... 76 BAB 7. PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH... 77 1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Daerah... 77 2. Prospek Inflasi... 78 3. Prospek Perbankan... 78 v

Daftar Tabel Tabel 1 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua... 4 Tabel 2 Kontribusi Komponen Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua... 4 Tabel 3 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Sisi Permintaan(%)... 4 Tabel 4 Kontribusi Komponen Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy)... 4 Tabel 5 Perkembangan Produksi Padi di Provinsi Papua... 7 Tabel 6 Perkembangan Produksi Ubi Jalar di Provinsi Papua... 8 Tabel 7 Perkembangan Produksi Jagung Provinsi Papua... 8 Tabel 8 Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua... 9 Tabel 9 Perkembangan Produksi PT. Freeport... 10 Tabel 10 Realisasi Belanja Modal PEMDA... 13 Tabel 11 Realisasi Pengadaan Semen... 15 Tabel 12 Realisasi Belanja Barang dan Jasa PEMDA... 15 Tabel 13 Perkembangan Arus Penumpang di Pelabuhan... 16 Tabel 14 Perkembangan Nilai NTB Bank Provinsi Papua... 17 Tabel 15 Perkembangan Nilai Ekspor Netto... 17 Tabel 16 Perkembangan Realisasi Belanja Pegawai PEMDA... 20 Tabel 17 Perkembangan Realisasi Belanja PEMDA Provinsi Papua... 22 Tabel 18 Perkembangan Nilai Ekspor Netto... 24 Tabel 19 Penjualan PT. Freeport Indonesia... 25 Tabel 20 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Barat (%)... 27 Tabel 21 Kontribusi Komponen Sektor ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Barat... 27 Tabel 22 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua Barat Dari Sisi Permintaan(%)... 28 Tabel 23 Kontribusi Komponen Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy)... 28 vi

Tabel 24 Perkembangan Produksi Padi Provinsi Papua Barat... 29 Tabel 25 Perkembangan Ubi Kayu Provinsi Papua Barat... 30 Tabel 26 Perkembangan Realisasi Pengadaan Semen Papua Barat... 33 Tabel 27 Perkembangan Arus Bongkar Penumpang Dan Bongkar Muat Provinsi Papua Barat... 35 Tabel 28 Perkembangan Nilai Tambah Bank... 36 Tabel 29 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga... 37 Tabel 30 Perkembangan Ekspor Netto... 41 Tabel 31 Perkembangan Volume Ekspor... 41 Tabel 32 Perkembangan Perbankan Wilayah Papua... 54 Tabel 33 Perkembangan NPL persektor... 55 Tabel 34 Perkembanga Perbankan Provinsi Papua... 56 Tabel 35 Perkembangan DPK Perbankan... 57 Tabel 36 Perkembangan Kredit MKM... 60 Tabel 37 Tabel Perbankan Provinsi Paua Barat... 61 Tabel 38 Realisasi Pendapatan Daerah... 65 Tabel 39 Pengeluaran Pemerintah... 66 Tabel 40 Realisasi Belanja Operasi Provinsi Papua... 67 Tabel 41 Nilai Transaksi RTGS... 69 Tabel 42 Transaksi Kliring... 70 Tabel 43 Perkembangan Kas KBI Jayapura... 71 Tabel 44 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja menurut status Kegiatan Utama... 74 Tabel 45 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas... 75 Tabel 46 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama... 76 Tabel 47 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Kegiatan Utama Provinsi Papua Barat... 77 vii

Daftar Grafik Grafik 1 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Papua Harga Konstan... 3 Grafik 2 NTP Subektor Pertanian Provinsi Papua... 6 Grafik 3 Nilai Tukar Petani Provinsi Papua... 9 Grafik 4 Pertumbuhan Tahunan Produksi PT. Freeport Indonesia... 11 Grafik 5 Perkembangan Tahunan Konsumsi Listerik Industri... 11 Grafik 6 Pertumbuhan Sektor Listrik dan Air Bersih (Harga Konstan)... 12 Grafik 7 Pertumbuhan Tahunan Konsumsi Listrik Provinsi Papua... 13 Grafik 8 Perkembangan Sektor PHR... 14 Grafik 9 Perkembangan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... 15 Grafik 10 Perkembangan Sub sektor Jasa-jasa... 18 Grafik 11 Indeks Keyakinan Konsumen... 19 Grafik 12 Komponen Indeks keyakinan Saat Ini... 19 Grafik 13 Pertumbuhan Konsumsi Swasta Nirlaba... 21 Grafik 14 Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah... 22 Grafik 15 Pertumbuhan Komponen Investasi... 23 Grafik 16 Pertumbuhan Tahunan Penjualan PT Freeport... 24 Grafik 17 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat... 26 Grafik 18 Perkembangan Sektor Pertambangan Dan Penggalian... 30 Grafik 19 Perkembangan Sektor Industri Pengolahan... 31 Grafik 20 Perkembangan Konsumsi Listerik... 32 Grafik 21 Perkembangan Sektor Bangunan... 32 Grafik 22 Perkembangan Sektor PHR... 34 Grafik 23 Perkembangan Sub Sektor Jasa-Jasa... 36 Grafik 24 Pertumbuhan Sektor Konsumsi Rumah Tangga... 37 Grafik 25 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga Provinsi Papua Barat... 38 Grafik 26 Pertumbuhan Konsumsi Swasta Nirlaba... 39 Grafik 27 Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah... 39 Grafik 28 Pertumbuhan Investasi... 41 viii

Grafik 29 Perkembangan Harga Beberapa Komoditi... 44 Grafik 30 Grafik Disagregasi inflasi Wilayah Papua... 52 Grafik 31 Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua... 56 Grafik 32 Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua... 57 Grafik 33. Perkembangan Indikator Kredit... 58 Grafik 34 Perkembangan Indikator Perbankan Provinsi Papua... 58 Grafik 35 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat... 60 Grafik 36 Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat... 61 Grafik 37 Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat... 62 Grafik 38 Perkembangan Indikator Perbankan Provinsi Papua Barat... 62 Grafik 39 Pendapatan Daerah Provinsi Papua... 64 Grafik 40 Belanja Pemerintah Provinsi Papua... 66 Grafik 41 Nilai Transaksi RTGS... 68 Grafik 42 Perkembangan Kilirng Wilayah Papua... 70 ix

TABEL INDIKATOR INFLASI DAN PDRB x

TABEL PERBANKAN TABEL SISTEM PEMBAYARAN Tabel Transaksi Kliring Tabel Transaksi RTGS Tabel Perkasan KBI Jayapura xi

RINGKASAN EKSEKUTIF 1. GAMBARAN UMUM Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua diperkirakan mengalami kontraksi yang disebabkan oleh kontraksi di sektor pertambangan Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua secara tahunan (yoy) pada triwulan II-2010 diprakirakan mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) dan tumbuh lebih rendah (melambat) dibandingkan laju pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Sementara itu, perekonomian Provinsi Papua Barat pada periode triwulan II-2010 diprakirakan secara tahunan tumbuh positif dan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. 2. MAKRO EKONOMI Perekonomian Provinsi Papua sepanjang triwulan II-2010 secara tahunan diprakirakan tetap tumbuh negatif (kontraksi) sebesar 17,92%, pertumbuhan ini lebih rendah (melambat) bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan tahunan pada triwulan I-2010 yang juga tumbuh negatif mencapai 11,71 %. Perkembangan ekonomi Provinsi Papua Barat yang tercermin oleh pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh Provinsi Papua Barat secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 2010 diprakirakan mencapai 5,83% lebih tinggi bila dibandingkan laju pertumbuhan tahunan triwulan I-2010 yang mencapai 5,65% xii

3. INFLASI Sumber tekanan inflasi di Provinsi Papua masih didominasi oleh kelompok bahan makanan. Laju inflasi Kota Jayapura yang merupakan kota indikator inflasi di Provinsi Papua sampai dengan periode triwulan II- 2010 (bulan Juni) mencapai 4,75% (yoy). Berdasarkan kelompoknya, penyumbang utama inflasi pada triwulan laporan kelompok bahan makanan 0,52 %, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,27 %, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,05 %. Secara tahunan (y.o.y) laju inflasi mencapai 4,75% lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 sebesar 2,77% (y.o.y Pada bulan Juni 2010, Provinsi Papua Barat mengalami inflasi gabungan sebesar 4,61% secara yoy. Inflasi di Provinsi Papua Barat ini mencakup inflasi di Kota Manokwari dan inflasi di Kota Sorong. Inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok-kelompok barang dan jasa sebagai berikut : kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,60 %, kelompok bahan makanan sebesar 1,31 %, kelompok kesehatan sebesar 1,27 %, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,24 %, serta kelompok sandang sebesar 0,16 %. 4. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Pertumbuhan beberapa indikator perbankan menunjukkan pertumbuhan yang positif. Hal ini terlihat dari total aset sampai dengan triwulan II 2010 mengalami pertumbuhan tumbuh sebesar 25,30 % secara yoy dari Rp 27,82 triliun menjadi Rp 36,11 triliun. Total kredit yang disalurkan mencapai Rp. 10, 42 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 37, 69 % dibandingkan dengan triwulan II 2010 sebesar Rp. 7,57 triliun. xiii

Namun demikian, jika dilihat dari nilai Loan To Deposit Ratio (LDR) mengalami kontraksi secara qtq. Hal ini disebabkan oleh pada triwulan II 2010 total Dana Pihak Ketiga mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar 15,00% dari nilai Rp 21,25 triliun. Kondisi ini mendorong kontraksi rasio LDR menjadi sebesar 42,64%. Sementara itu tingkat NPL perbankan pada menjadi sebesar 1,74%. periode yang sama mengalami penurunan Pada triwulan II-2010, nilai transaksi BI-RTGS yang berasal dari Wilayah Papua (outflow) mencapai Rp. 17,48 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 9.715. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, nilai transaksi mengalami kontraksi sebesar 20,79 % sementara volume transaksi meningkat sebesar 34,56%. 5. PROSPEK PEREKONOMIAN Perekonomian diperkirakan tumbuh positif pada triwulan III-2010. Pertumbuhan ekonomi Papua akan sangat dipengaruhi oleh perbaikan produksi di sektor sektor pertambangan. Sementara itu Provinsi Papua Barat akan masih didominasi oleh pertumbuhan sektor pertanian. Sektor pertambangan dan penggalian di Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi pada triwulan III-2010 dibandingkan triwulan sebelumnya karena adanya perbaikan jumlah produksi konsentrat tembaga yang lebih dibandingkan titik sebelumnya. Sementara itu dari sektor permintaan, perekonomian Provinsi Papua masih bertumpu pada konsumsi, baik konsumsi pemerintah maupun konsumsi swasta. Diperkirakan konsumsi akan mengalami peningkatan yang signifikan pada triwulan III 2010 seiring dengan realisasi sejumlah proyek pemerintah. xiv

BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO WILAYAH PAPUA Sepanjang triwulan 2-2010, perkembangan ekonomi Wilayah Papua yang meliputi tidak terlepas dari pengaruh perkembangan ekonomi nasional dan perkembangan ekonomi dunia. Khusus untuk Provinsi Papua, pertumbuhan ekonomi yang dicapai sangat dipengaruhi oleh kinerja sektor pertambangan, khususnya aktivitas produksi PT. Freeport Indonesia yang melakukan kegiatan eksplorasi pertambangan di Kabupaten Timika. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua secara tahunan (yoy) pada triwulan II-2010 diprakirakan mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) dan tumbuh lebih rendah (melambat) dibandingkan laju pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Sementara itu, perekonomian Provinsi Papua Barat pada periode triwulan II-2010 diprakirakan secara tahunan tumbuh positif dan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Perkonomian Provinsi Papua pada periode triwulan II-2010 secara tahunan diprakirakan tumbuh lebih rendah (melambat) dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Pada sisi penawaran, hampir seluruh sektor ekonomi di Provinsi Papua tumbuh secara positif, namun karena pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian (dengan share sebesar 38,87%) secara tahunan diprakirakan mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) yang lebih dalam dibandingkan periode triwulan sebelumnya sebagai dampak dari 1

penurunan produksi PT. Freeport Indonesia, menyebabkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua tumbuh negatif lebih dalam pada periode triwulan II- 2010. Sementara itu, beberapa komponen permintaan yang mengalami pertumbuhan positif pada periode laporan triwulan ini meliputi konsumsi rumah tangga, konsumsi swasta nirlaba dan investasi, sedangkan komponen ekspor neto diprakirakan masih mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) sebagai dampak pertumbuhan tahunan dari penjualan ekspor tembaga PT. Freeport Indonesia yang tumbuh negatif. konsentrat Perkembangan ekonomi Provinsi Papua Barat pada triwulan II-2010 diprakirakan secara tahunan tumbuh positif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan yang tinggi ini diprakirakan didorong oleh pertumbuhan positif beberapa sektor ekonomi seperti sektor pertanian, sektor listrik dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa. Sementara dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi tahunan Provinsi Papua Barat pada triwulan II-2010 diprakirakan didorong oleh pertumbuhan tahunan yang lebih tinggi pada beberapa komponen permintaan yaitu komponen konsumsi rumah tangga dan investasi. 2

I. Provinsi Papua 1.1. Kondisi Umum Perekonomian Provinsi Papua sepanjang triwulan II-2010 secara tahunan diprakirakan tetap tumbuh negatif (kontraksi) sebesar 17,92%, pertumbuhan ini lebih rendah (melambat) bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan tahunan pada triwulan I-2010 yang juga tumbuh negatif mencapai 11,71 % (grafik 1). 60 50 40 30 20 10 0-10 -20-30 -40 (%) Grafik 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua (Harga Konstan) I II III IV I II III IV I II III IV Ir) II*) 2007 2008 2009 2010 Series1 0 46.8 33.6-18. -27. -31. -13. 23.6 39.0 36.4 36.7 20.0-4.6-11. -17. Sumber : BPS Provinsi Papua r) Angka diperbaiki, *) Angka Sementara Pertumbuhan ekonomi tahunan yang tumbuh negatif cukup dalam pada triwulan II-2010 dibandingkan triwulan sebelumnya dari sisi penawaran diprakirakan didorong oleh perlambatan yang terjadi pada beberapa sektor yaitu industri pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh lebih rendah bila dibandingkan triwulan sebelumnya (tabel 1-2). Kinerja sektor pertambangan yang terkontraksi (tumbuh negatif) cukup dalam dipengaruhi oleh trend penurunan produksi PT. Freeport Indonesia khususnya untuk komoditas tembaga (grafik 4). 3

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Dari Sisi Penawaran (%) Sumber: BPS Provinsi Papua diolah r) angka diperbaiki *)angka sementara Tabel 2. Kontribusi Komponen Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua (%) Sumber: BPS Provinsi Papua diolah r) angka diperbaiki *)angka sementara Perkembangan ekonomi Provinsi Papua pada periode laporan triwulan ini yang tumbuh negatif (kontraksi) lebih dalam dibandingkan periode triwulan sebelumnya yang diprakirakan dipengaruhi oleh perlambatan yang terjadi pada komponen konsumsi rumah tangga dan masih lemahnya kinerja ekspor yang dipengaruhi oleh penurunan ekspor komoditas pertambangan yang mendominasi ekspor Provinsi Papua selama ini yang disebabkan oleh penurunan pertumbuhan produksi PT. Freeport Indonesia secara tahunan khususnya pada konsentrat tembaga (Tabel 3-4). Selain komponen ekspor, komponen konsumsi pemerintah juga diprakirakan masih mengalami pertumbuhan negatif pada periode laporan triwulan ini, meskipun jauh lebih tinggi dibandingkan periode triwulan sebelumnya. 4

Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Dari Sisi Permintaan (%) Sumber: BPS Provinsi Papua diolah r) angka diperbaiki *)angka sementara Tabel 4. Kontribusi Komponen Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua (%) Sumber: BPS Provinsi Papua diolah r) angka diperbaiki *)angka sementara 1.2. Sisi Penawaran Provinsi Papua pada periode triwulan II-2010 secara tahunan mengalami perlambatan yang cukup dalam dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Pada sisi penawaran, perlambatan ekonomi yang terjadi diprakirakan terutama disebabkan oleh perlambatan kinerja pada dua sektor dominan yang tergambar dari nilai pertumbuhan tahunan masing-masing sektor yang lebih rendah pada periode laporan ini dibandingkan triwulan sebelumnya (tabel 2). Adapun kedua sektor tersebut terdiri dari sektor pertambangan dan penggalian dan sektor industri pengolahan. Sementara sektor-sektor lainnya secara tahunan tumbuh positif (kecuali sektor jasa-jasa yang tumbuh negatif) dan lebih tinggi dibandingkan periode triwulan sebelumnya 5

1.2.1. Sektor Pertanian Perkembangan sektor pertanian pada periode triwulan II-2010 secara tahunan diprakirakan mengalami pertumbuhan tahunan yang lebih tinggi mencapai 7,59% dibandingkan pertumbuhan tahunan (yoy) triwulan sebelumnya sebesar 7,21% dan triwulan II-2009 yang tumbuh sebesar 0,45% (tabel 1). Pertumbuhan yang terjadi pada sektor pertanian terutama diprakirakan didorong oleh peningkatan yang terjadi pada hampir seluruh sub sektor khususnya tanaman bahan makanan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan. Pertumbuhan sub sektor tanaman bahan makanan yang signifikan pada periode laporan triwulan ini antara lain dipengaruhi masa panen yang akan mencapai puncaknya untuk komoditas padi pada periode triwulan II-2010. 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Grafik 2. NTP Sub Sektor Pertanian Prov. Papua Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun 2008 2009 2010 Perikanan 90.6 90.8 86.3 86.1 86.3 86.6 86.3 86.3 86 86.0 86.3 86.7 86.5 85.7 86.8 86.5 86.5 86.8 86.9 86.9 86.5 86.8 peternakan 98.1 98.2 98.2 98.2 98.9 98.6 98.4 98.7 99.1 99.4 99.3 98.5 100. 99.5 100. 100. 100. 100. 99.7 98.7 98.4 98.7 Perkebunan 93.6 93.6 93.6 93.8 89.9 90.3 90.0 89.2 89.4 88.4 88.6 87.0 87.7 87.7 88.5 89.5 89.6 91.3 91.4 90.6 92.0 92.0 Pangan 105. 105. 106. 106. 103. 104. 103. 103. 102. 103. 102 102 101 100. 101. 101. 101. 100. 100. 100. 100. 100. Sumber: BPS Provinsi Papua Peningkatan signifikan yang terjadi pada sektor pertanian tergambar dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan petani pada masing-masing sub sektor. Pada Bulan Juni 2010, NTP masing-masing sub sektor menunjukkan trend peningkatan dibandingkankan NTP Bulan Mei 2010 (grafik 2). Pertumbuhan tahunan (yoy) pada sektor pertanian yang meningkat pada periode triwulan laporan ini 6

diprakirakan juga didorong oleh pertumbuhan pada sub sektor tanaman bahan makanan yang mencapai 6,25% (lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan I-2010 yang sebesar 5,34%). Pertumbuhan pada sub sektor bahan makanan terutama diprakirakan didorong oleh meningkatnya produktivitas beberapa komoditas antara lain padi yang merupakan salah satu makanan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat Papua. Berdasarkan data angka ramalan (aram) II tahun 2010 dari BPS Provinsi Papua, diperoleh informasi bahwa luas areal panen padi (sawah dan lading) pada periode panen tahun 2010 diprakirakan mengalami peningkatan secara tahunan sebesar 3,28% bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (tabel 5). Sementara itu, produksi gabah yang dihasilkan pada periode yang sama diprakirakan meningkat mencapai 5,90% (yoy) dengan jumlah nominal produksi diprakirakan sebesar 104.328 ton gabah. Peningkatan produksi ini selain disebabkan oleh adanya penambahan luas lahan, juga didorong oleh peningkatan produktivitas tanaman padi secara tahunan yang mencapai 2,51% pada periode laporan ini dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tabel 5. Perkembangan Produksi Padi di Provinsi Papua Sumber: BPS Provinsi Papua diolah *)angka Ramalan III Komoditas lainnya yang memiliki kontribusi besar dari sisi volume dan diprakirakan mengalami peningkatan produktivitas pada periode tahun 2010 adalah komoditas komoditas ubi jalar dan komoditas jagung. Komoditas ubi jalar diprakirakan mengalami peningkatan produksi secara tahunan mencapai 6,45% yang antara lain didorong oleh adanya peningkatan luas areal panen secara tahunan mencapai 1,51% dan peningkatan produktivitas mencapai 4,87% (tabel 6). Sementara itu, perkembangan produksi komoditas jagung juga diprakirakan menunjukkan peningkatan tahunan sebesar 1,39% pada periode 7

tahun 2010 dibandingkan tahun sebelumnya yang disebabkan oleh adanya peningkatan produktivitas panen pada periode laporan triwulan ini sebesar 3,09% meskipun pada periode yang sama, pertumbuhan tahunan luas areal panen mengalami penurunan (tabel 7). Tabel 6. Perkembangan Produksi Ubi Jalar Provinsi Papua Sumber: BPS Provinsi Papua diolah *)angka Ramalan III Tabel 7. Perkembangan Produksi Jagung Provinsi Papua Sumber: BPS Provinsi Papua diolah *)angka Ramalan III Pertumbuhan pada sektor pertanian di triwulan II-2010 juga diindikasikan oleh adanya peningkatan kesejahteraan petani. Kondisi ini tercermin dari meningkatnya Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan petani. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Papua terhadap perkembangan harga-harga di Provinsi Papua, NTP pada triwulan II-2010 (khususnya pada bulan Juni 2010) telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang mencapai 102,62 pada bulan Juni 2010, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 101,5 (grafik 3) atau meningkat sebesar 1,1%. 8

agus sep okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul agus Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 103.5 103 102.5 102 101.5 101 100.5 100 99.5 99 98.5 Grafik 3. Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Nilai Tukar Petani 2008 2009 2010 Sumber : BPS Provinsi Papua. Selain didorong oleh peningkatan sub sektor tanaman bahan makanan, pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan II-2010 juga didorong oleh pertumbuhan sub sektor perikanan yang diprakirakan mencapai 10,24% (yoy). Peningkatan yang signifikan pada sub sektor perikanan juga tergambar dari hasil produksi/tangkapan ikan di Provinsi Papua yang juga menunjukkan peningkatan secara tahunan pada periode triwulan II-2010 yang mencapai 2,30% lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,25%. Tabel 8. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua *) Bulan Juni 2010 merupakan proyeksi KBI Jayapura 9

1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Perkembangan sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan II-2010 diprakirakan masih mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) sama seperti pada triwulan sebelumnya, bahkan pada periode laporan triwulan ini diprakirakan mengalami kontraksi lebih dalam mencapai 41,27% (yoy), jauh lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan tahunan sektor ini pada triwulan I-2009 yang juga tumbuh negatif mencapai 28,85% (tabel 1). Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian Provinsi Papua banyak didominasi oleh kinerja PT. Freeport Indonesia. Kontraksi yang terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan II-2010 disebabkan oleh penurunan kinerja produksi PT. Freeport Indonesia yang merupakan perusahaan pertambangan besar yang beroperasi di Timika (Papua) dengan hasil produksi berupa konsentrat tembaga dan emas. Berdasarkan Laporan Keuangan Publikasi periode triwulan II-2010 (Freeport-McMoran Copper and Gold holding company dari PT. Freeport Indonesia), diketahui bahwa produksi konsentrat tembaga pada triwulan II-2010 masih tumbuh negatif sebesar 31,51%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan produksi periode triwulan I-2010 yang juga tumbuh negatif mencapai 30,94% (grafik 4). Adapun jumlah nominal produksi konsentrat tembaga pada triwulan II-2010 mencapai 276 juta pounds. Berdasarkan informasi dari PT. Freeport Indonesia, penurunan produksi konsentrat tembaga disebabkan oleh adanya permasalahan teknis pada tambang terbuka Grasberg yaitu berupa pengerjaan geoteknik sehingga menyebabkan kadar logam berkurang dan dilakukannya mobilisasi logistik yang menyebabkan terganggunya sedikit produksi, sementara itu upaya penambangan bawah tanah masih belum optimal dilakukan karena besarnya biaya yang dibutuhkan (pada saat yang sama biaya pertambangan mengalami kenaikan) dan resiko yang dihadapi. Tabel 9. Perkembangan Produksi PT. Freeport Indonesia S u m b Sumber: Laporan Keuangan Freeport-McMoran Cooper and Gold 10

Grafik 4. Pertumbuhan Tahunan Produksi PT. Freeport Indonesia (%) 120 100 80 60 40 20-20 -40-60 -80 Pertumbuhan (yoy) Produksi Konsentrat Tembaga 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II 2007 2008 2009 2010 111. 25.7-42. -52. -57. -25. 44.6 100. 102. 81.5 29.3-34. -30. -31. Sumber : Laporan Keuangan Freeport-McMoran Copper and Gold 1.2.3. Sektor pengolahan Industri pengolahan pada triwulan II-2010 diprakirakan mengalami pertumbuhan secara tahunan sebesar 5,74%, lebih rendah (melambat) bila dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan I-2010 yang mencapai 6,24% (Tabel 1). Perlambatan yang terjadi pada sektor ini antara lain disebabkan oleh permintaan eksternal yang belum sepenuhnya pulih akibat dari pengaruh krisis global sehingga perusahaan belum berproduksi pada tingkat kapasitas optimumnya. Grafik 5. Pertumbuhan Tahunan Konsumsi Listrik Industri (%) 300 250 200 150 100 50 - (50) I II III IV I II III IV I II 2008 2009 2010 Pertumbuhan Tahunan Konsumsi Listrik Industri (1.20) 2.08 (9.88) 0.70 (1.63) (1.92) 4.80 42.50 270.57 11.68 Sumber :PLN Wilayah Papua 11

Perlambatan pertumbuhan sektor industri pengolahan juga dapat diindikasikan oleh pertumbuhan konsumsi listrik pada konsumen industri yang pada periode triwulan II-2010 secara tahunan tumbuh lebih rendah (melambat) sebesar 11,68% dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang mencapai 270,57%. 1.2.4. Sektor Listrik Dan Air Bersih Perkembangan sektor listrik dan air bersih pada triwulan II-2010 diprakirakan secara tahunan tumbuh sebesar 5,76%, lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan I- 2010 yang mencapai 5,23% (tabel 1). Grafik 6. Perkembangan Sektor Listrik dan Air Bersih (%) 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 I II III IV I II III IV I II III IV Ir) II*) 2007 2008 2009 2010 qtq (%) 0.6 0.2 0.5 0.5 0.8 0.5 1.6 3.4 0.2 0.6 0.9 3.4 0.1 1.1 yoy (%) 8.8 7.4 5.8 2.0 2.3 2.6 3.7 6.7 6.0 6.1 5.5 5.4 5.2 5.7 Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara, r) Angka diperbaiki Pertumbuhan yang terjadi pada sektor ini antara lain diindikasikan oleh pertumbuhan tahunan tingkat konsumsi listrik di Provinsi Papua dari 7,65% pada triwulan I-2010 menjadi 11,5% pada triwulan II-2010 (grafik 7). Kondisi ini didorong oleh adanya pertambahan jumlah pelanggan pada konsumen rumah tangga, konsumen komersial dan konsumen publik. 12

Grafik 7. Pertumbuhan Tahunan Konsumsi Listrik Provinsi Papua 18 16 14 12 10 Pertumbuhan Konsumsi Listrik tahunan (yoy) Papua (%) 8 6 4 2 0 (%) I II III IV I II III IV I II 2008 2009 2010 11.5 12.3 11.2 15.9 13.9 9.7 11.1 11.5 7.7 11.5 Sumber : PLN Wilayah Papua 1.2.5. Sektor Bangunan Pada triwulan II 2010, sektor bangunan diprakirakan tumbuh secara tahunan sebesar 4,09%, lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan I-2010 yang sebesar 1,73%. Perkembangan sektor bangunan di Provinsi Papua sangat bergantung pada dana-dana yang terdapat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk pembangunan proyek-proyek infrastruktur seperti jalan, jembatan dan gedung. Pencapaian nilai tambah pada sektor ini sangat bergantung pada realisasi pencairan dana APBD khususnya pada realisasi belanja modal yang antara lain terdiri dari belanja bangunan, gedung, jalan dan irigasi. Pada triwulan II-2010, realisasi belanja modal Provinsi Papua mengalami pertumbuhan tahunan yang cukup signifikan mencapai 83,98% atau meningkat dari Rp 96,834 milyar pada triwulan II-2009 menjadi Rp 178,152 milyar pada triwulan II-2010. Tabel 10. Perkembangan Realisasi Belanja Modal PEMDA Provinsi Papua Uraian 2009 2010 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 Realisasi Belanja Modal (Rp Juta) 46,486 96,834 198,961 857,208 15,764 178,152 Pertumbuhan Tahunan Realisasi Belanja Modal (%) 229.03-32.03-26.62 37.93-66.09 83.98 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Papua 13

Pertumbuhan positif pada sektor bangunan juga tercermin dari realisasi pengadaan semen yang merupakan data pengiriman semen ke daerah pada triwulan tersebut. Realisasi pengadaan semen pada triwulan II-2010 Provinsi Papua secara tahunan mengalami pertumbuhan positif (meningkat) sebesar 1,39% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau meningkat dari 129.886 sak pada triwulan II-2009 menjadi 131.690 sak pada periode triwulan II-2010. Tabel 11. Realisasi Pengadaan Semen Provinsi Papua Realisasi Pengadaan Semen 2009 2010 I II III IV I II Provinsi Papua (Sak) 94,959 129,886 97,604 96,334 125,399 131,690 Pertumbuhan Tahunan (%) -15.14-0.89-1.07-13.54 32.06 1.39 Sumber: Asosiasi Produsen Semen Indonesia di 1.2.6. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Perkembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada triwulan II-2010 diprakirakan tumbuh mencapai 12,20%, lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 12,18% (tabel 1). Aktivitas kegiatan Pemerintah Daerah baik tingkat Provinsi, Kabupaten, maupun Kota merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan sektor ini, selain beberapa faktor musiman seperti liburan anak sekolah dan perayaan beberapa hari raya keagamaan. (%) 25 20 15 10 5 0 Grafik 8. Perkembangan Sektor PHR I II III IV I II III IV I II III IVr) I*) 2007 2008 2009 2010 yoy (%) 10. 9.3 9.5 10. 10. 10. 10. 11. 12. 12. 12. 13. 12. qtq (%) 0.5 1.5 3.2 4.4 0.6 2.2 3.2 5.0 1.7 2.0 3.5 6.0 0.2 Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara, r) Angka diperbaiki Proyeksi Kerjasama KBI Jayapura dan BPS Provinsi Papua 14

Perkembangan sektor PHR pada triwulan II-2010 tidak terlepas dari faktor musiman yaitu dimulainya tahun ajaran baru anak sekolah sehingga mendorong peningkatan perdagangan peralatan dan perlengkapan sekolah. Pertumbuhan yang terjadi pada sektor PHR di triwulan II-2010 juga tercermin dari pertumbuhan tahunan realisasi belanja barang dan jasa Pemerintah Provinsi Papua yang mengalami peningkatan signifikan mencapai 94,25% pada triwulan II-2010 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau dengan nilai nominal mencapai Rp 132 milyar. Tabel 12. Realisasi Belanja Barang dan Jasa PEMDA Provinsi Papua Uraian 2009 2010 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 Realisasi Belanja Barang dan Jasa (Rp Juta) 26,500 67,976 142,794 654,719 18,088 132,041 Pertumbuhan Tahunan Realisasi Belanja Barang dan Jasa (%) 194.18-30.74 11.85 46.39-31.74 94.25 Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Prov. Papua 1.2.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II-2010 diprakirakan tumbuh sebesar 14,09% (yoy), tumbuh lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang mencapai 13,16 (tabel 1). Pertumbuhan pada sektor ini, terutama didorong oleh pertumbuhan sub sektor komunikasi, sub sektor angkutan jalan raya dan sub sektor angkutan udara yang pada triwulan II-2010 tumbuh secara tahunan di atas 10% (grafik 9). Grafik 9. Perkembangan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (%) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 I II III IV I II III IV I II III IV Ir) II*) 2007 2008 2009 2010 Komunikasi 23 23 24 24 24 22 19 17 17 16 18 19 17 18 Jasa Penunjang Angkutan 11 12 10 7 6 7 10 14 12 13 13 10 9 10 Angkutan Udara 12 11 10 10 9 9 12 12 13 12 14 11 11 12 Angkutan Sungai 10 10 9 7 7 7 8 10 11 11 10 9 6 5 Angkutan Laut 10 9 8 8 8 8 10 11 12 12 13 8 5 6 Angkutan Jalan Raya 7 8 9 12 12 12 12 12 13 13 13 15 12 12 Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara, r) Angka diperbaiki 15

Kondisi geografis Provinsi Papua yang belum sepenuhnya terhubung melalui jalur darat antara wilayah satu dengan wilayah lainnya, menyebabkan sarana transportasi laut dan angkutan udara mendominasi sarana angkutan yang dipergunakan oleh warga masyarakat di Papua dalam menunjang mobilitas arus distribusi barang maupun manusia. Selain itu, pemenuhan sebagian besar kebutuhan barang yang bersumber dari luar wilayah Papua juga menggunakan transportasi laut dan udara. Oleh karena itu, perkembangan yang terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi dapat diindikasikan oleh perkembangan arus bongkar muat barang dan penumpang di pelabuhan. Pertumbuhan sektor ini pada periode triwulan II-2010 tercermin dari perkembangan arus penumpang di pelabuhan yang dikelola olah PT. Pelindo IV di Provinsi Papua (Pelabuhan Jayapura, Biak dan Merauke) yang mengalami pertumbuhan tahunan yang lebih tinggi dibandingkan periode triwulan sebelumnya, yaitu dari (29,72% ) pada triwulan I-2010 meningkat menjadi (6,44%) pada periode triwulan II-2010 seperti terangkum pada tabel 13. Tabel 13. Perkembangan Arus Penumpang di Pelabuhan Keterangan 2009 2010 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 Perkembangan Arus Penumpang (orang) 61,453 109,751 149,011 126,860 43,191 102,685 Pertumbuhan Tahunan Arus Penumpang (%) -2.29-4.59-11.23-47.89-29.72-6.44 Sumber: PT. Pelindo IV, Papua 1.2.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan diprakirakan tumbuh secara tahunan sebesar 56,67% pada periode triwulan II-2010, lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2010 yang mencapai 54,17%. Pertumbuhan yang terjadi pada sektor ini pada periode laporan triwulan II-2010 didorong oleh pertumbuhan positif pada seluruh sub sektor khususnya sub sektor bank yang secara tahunan diprakirakan tumbuh secara signifikan mencapai 81,96% pada periode laporan triwulan ini dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Adanya pembukaan jaringan kantor baru, peningkatan status kantor perbankan dan peningkatan ekspansi usaha 16

perbankan baik dari sisi penghimpunan dana maupun penyaluran dana merupakan salah satu pendorong peningkatan sub sektor bank. Pertumbuhan sub sektor bank juga tercermin dari peningkatan nilai tambah bank secara tahunan (yoy) yang pada periode triwulan II-2010 tumbuh signifikan mencapai 166% atau meningkat dari Rp 401 milyar pada triwulan II-2009 menjadi Rp 1,065 triliun di triwulan II-2010 seperti yang terangkum pada tabel 14. Tabel 14. Perkembangan Nilai NTB Bank Provinsi Papua Sumber : Bank Indonesia Pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan juga didorong oleh pertumbuhan positif dari sub sektor lembaga keuangan bukan bank yang diprakirakan tumbuh lebih tinggi pada periode triwulan II-2010 sebesar 3,59% (yoy) dibandingkan periode triwulan I-2010 yang mencapai 3,49% (yoy). Pertumbuhan sub sektor lembaga keuangan bukan bank antara lain tercermin dari perkembangan jumlah nasabah dan nominal pembiayaan dari Perum Pegadaian yang beroperasi di Provinsi Papua yang pada triwulan 2-2010 masing-masing tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode triwulan sebelumnya yang mencapai 56,33% dan 31,62% (yoy). Tabel 15. Perkembangan Nasabah dan Pembiayaan Perum Pegadaian Provinsi Papua Keterangan 2009 2010 Tw I TW II TW III TW IV TW 1 TW II Jumlah Nasabah (orang) 39,467 41,232 41,381 44,032 46,526 64,458 Pertumbuhan Tahunan Nasabah (%) 21.64 26.17 20.33 24.17 17.89 56.33 Nominal Pembiayaan (Rp Juta) 137.38 142.60 152.28 169.25 173.26 187.69 Pertumbuhan Tahunan Nominal Pembiayaan (%) 52.81 45.07 42.08 50.93 26.12 31.62 Sumber: Perum Pegadaian Wilayah Papua 17

1.2.9. Sektor Jasa Jasa Perkembangan sektor jasa-jasa pada triwulan II-2010 diprakirakan masih mengalami pertumbuhan tahunan yang negatif (kontraksi) seperti pada triwulan sebelumnya, namun pada periode laporan triwulan ini sektor jasajasa diprakirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode triwulan sebelumnya yang mencapai (1,64%). Membaiknya kinerja pada sektor ini diprakirakan didorong oleh perbaikan kinerja dari seluruh sub sektor yang pada periode triwulan laporan ini tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode triwulan sebelumnya (grafik 10). Perkembangan sektor ini pada periode laporan triwulan ini tidak terlepas dari pengaruh faktor musiman yaitu liburan anak sekolah sehingga mendorong pertumbuhan yang cukup besar pada sub sektor jasa hiburan. Grafik 10. Perkembangan Sub Sektor Jasa-Jasa (%) 60 50 40 30 20 10 - (10) (20) I II III IV I II III IV I II III IV Ir) I**) 2007 2008 2009 2010 Jasa Perorangan 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 16 16 Jasa Hiburan 1 1 1 1 9 9 1 1 1 1 8 8 8 11 Jasa Sosial 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 7 5 Pem. Umum 1 1 1 4 7 8 1 1 1 1 1 9-1 -3 Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara, r) Angka diperbaiki 18

Mei Jun Jul Agus sep Nop Des Mar Apr Jun Agust Sep Nop Des Maret Mei Mei Jun Jul Agus sep Nop Des Mar Apr Jun Agust Sep Nop Des Maret Mei Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 1.3. PDRB SISI PENGGUNAAN 1.3. Sisi Permintaan Perkembangan ekonomi Provinsi Papua secara tahunan (yoy) pada periode triwulan II-2010 mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) yang cukup dalam, kondisi ini tercermin antara lain dari menurunnya tingkat ekspektasi konsumen terhadap kondisi perekonomian Provinsi Papua. Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) bulan Mei 2010 yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Jayapura, menunjukkan bahwa tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian Provinsi Papua pada bulan Mei 2010 menunjukkan penurunan dibandingkan bulan Maret 2010 (grafik 11). Dari sisi permintaan, perkembangan ekonomi yang terkontraksi cukup dalam pada periode triwulan II-2010 dibandingkan triwulan sebelumnya disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan komponen ekspor neto yang masih bernilai negatif akibat nilai impor yang masih lebih besar dari nilai ekspor. Selain itu, komponen ekspor pada periode triwulan laporan ini juga masih mengalami pertumbuhan negatif yang antara lain dipengaruhi oleh penurunan penjualan konsentrat tembaga yang diekspor oleh PT. Freeport Indonesia sebagai dampak dari penurunan produksi. Sementara itu, beberapa komponen yaitu konsumsi pemerintah, konsumsi swasta nirlaba dan komponen investasi (pembentukan modal tetepa bruto) secara tahunan tumbuh lebih tinggi pada periode triwulan ini dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik 11. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 12. Komponen Indeks Keyakinan Saat Ini 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Indeks Penghasilan Saat Ini 2008 2009 2010 Sumber : Survei Konsumen KBI Jayapura 2008 2009 2010 Sumber : Survei Konsumen KBI Jayapura 19

1.3.1 Konsumsi Rumah Tangga Perkembangan komponen konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2010 secara tahunan diprakirakan tumbuh mencapai 8,95% (tabel 3), lebih rendah (melambat) bila dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya sebesar 9,31%. Perlambatan yang terjadi pada komponen konsumsi rumah tangga pada periode laporan triwulan ini antara lain disebabkan oleh terjadinya trend peningkatan harga yang tercermin dari nilai inflasi tahunan (yoy) di Kota Jayapura yang menunjukkan trend yang meningkat dari bulan Juni 2009 sebesar 2,77% menjadi 4,74% pada periode Juni 2010. Kondisi tersebut berdampak pada penurunan daya beli masyarakat yang tercermin dari perlambatan nilai konsumsi rumah tangga. Daya beli masyarakat yang cenderung menurun selain disebabkan oleh faktor kenaikan harga, juga didorong oleh peningkatan pendapatan konsumen rumah tangga yang juga cenderung melambat yang diindikasikan oleh realisasi belanja pegawai negeri baik langsung maupun tidak langsung yang antara lain ditujukan untuk membayar gaji dan tunjangan pegawai negeri yang tumbuh secara tahunan pada periode triwulan II-2010 mencapai 2%, lebih rendah (melambat) bila dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang mencapai 7%. Tabel 16. Perkembangan Realisasi Belanja Pegawai PEMDA Provinsi Papua Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah 1.3.2 Konsumsi Swasta Nirlaba Komponen Konsumsi swasta nirlaba pada triwulan II-2010 secara tahunan (yoy) diprakirakan mengalami pertumbuhan positif yang signifikan mencapai 12,61%, tumbuh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif sebesar 6,53% (tabel 3). 20

Sementara itu, kontribusi sektor ini terhadap pencapaian pertumbuhan tahunan ekonomi regional Provinsi Papua pada triwulan II-2010 mencapai 0,23%. Perkembangan sektor ini sangat tergantung pada aktivitas berbagai lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang pada umumnya bergerak pada kegiatan sosial kemasyarakatan, selain itu aktivitas partai-partai politik dalam kegiatan operasionalnya juga ikut mendorong pencapaian nilai tambah pada sektor ini. Seiring dengan mulai berjalannya berbagai program dari masingmasing lembaga swadaya masyarakat dan meningkatnya aktivitas kegiatan partai politik menjelang kegiatan Pemilihan Langsung Kepala Daerah (PILKADA) dibeberapa daerah Kabupaten dan Kota Provinsi Papua berdampak pada perbaikan kinerja pertumbuhan komponen konsumsi swasta nirlaba pada periode laporan triwulan ini. Grafik 13. Pertumbuhan Konsumsi Swasta Nirlaba (%) 70 60 50 40 30 20 10 0-10 -20 I II III IV I II III IV I II III IV Ir) II*) 2007 2008 2009 2010 yoy (%) 11 13 15 16 9. 10 14 14 37 31 21 16-6 12 qtq (%) 9. 2. 2. 2. 2. 3. 5. 1. 23-1 -2-2 -0 19 Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara, r) Angka diperbaiki 1.3.3 Konsumsi Pemerintah Perkembangan komponen konsumsi pemerintah pada triwulan II-2010 secara tahunan diprakirakan masih mengalami pertumbuhan negatif seperti pada triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2010, komponen yang konsumsi pemerintah tumbuh negative mencapai 11,66%, lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2010 yang tumbuh negatif mencapai 20,81%. 21

Pencapaian nilai tambah pada komponen ini sangat tergantung pada realisasi pengadaan barang-jasa dan perkembangan proyek yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah (PEMDA). Pada periode triwulan ini, sebagian besar proyek (pengadaan dan pembangunan) pemerintah sedang mulai memasuki tahap pengerjaan dan pelakasanaan khususnya untuk proyek baru. Grafik 14. Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah (%) 80 60 40 20 0-20 -40-60 I II III IV I II III IV I II III IV Ir) II*) 2007 2008 2009 2010 yoy (%) 72 48 27 11 6. 7. 14 22 20 19 15 6. -2-1 qtq (%) -1 2. 3. 7. -6 3. 10 14-7 2. 5. 6. -3 14 Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara, r) Angka diperbaiki Pertumbuhan yang terjadi pada komponen konsumsi pemerintah juga tercermin dari realisasi belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua yang pada triwulan II-2010 mengalami pertumbuhan tahunan yang positif sebesar 67%, lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang didorong oleh peningkatan belanja langsung maupun belanja tidak langsung (tabel 17). Tabel 17. Perkembangan Realisasi Belanja PEMDA Provinsi Papua Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Papua 22

1.3.4 Investasi Komponen investasi dicerminkan oleh pembentukan modal tetap bruto. Pada triwulan II-2010, komponen ini secara tahunan diprakirakan tumbuh sebesar 3,53%, lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan tahunan (yoy) triwulan sebelumnya yang mencapai 0,87%. Pencapaian nilai tambah pada komponen investasi dipengaruhi oleh pembenahan sarana infrastruktur, pengurusan perizinan usaha, kepastian hukum dan kondisi keamanan suatu daerah. Sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang telah mulai keluar dari krisis ekonomi, mendorong pelaku usaha berupaya mencapai tingkat produksi optimum sehingga sebagian besar usaha melakukan investasi peningkatan kapasitas usaha yang berdampak pada peningkatan pertumbuhan komponen investasi. Selain itu, seiring dengan mulai diliriknya Kawasan Indonesia Timur dengan berbagai potensi sumber daya alam yang dimiliki termasuk Provinsi Papua mendorong bertambahnya investor baik berupa Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Grafik 15. Pertumbuhan Komponen Investasi (%) 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00-10.00-20.00 I II III IV I II III IV I II III IV Ir) II*) 2007 2008 2009 2010 qtq (%) -6. 2.1 1.8 4.9 0.1 2.4 6.1 8.1-4. 2.7 4.6 6.3-11 5.4 yoy (%) 41. 32. 15. 2.0 9.3 9.6 14. 17. 12. 12. 10. 8.8 0.8 3.5 Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara, r) Angka diperbaiki 23

1.3.5 Ekspor Netto Nilai ekspor netto merupakan nilai selisih dari antara nilai ekspor dengan nilai impor yang dihasilkan oleh Provinsi Papua. Ekspor neto pada triwulan II- 2010 diprakirakan masih negative sebesar Rp 700 miliar, lebih rendah bila dibandingkan nilai ekspor neto periode triwulan sebelumnya yang juga negative sebesar Rp 328 miliar. Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara Tabel 18. Perkembangan Nilai Ekspor Neto 2009 2010 PENGGUNAAN I II III IV I r) II *) Nilai Ekspor Neto (Rp Miliar) 949 (74) 362 (431) (328) (700) Pertumbuhan Tahunan (%) (170) (95) 308 (185) (135) (848) Pertumbuhan negatif komponen ekspor Provinsi Papua merupakan salah satu penyebab semakin menurunnya pencapaian ekspor neto pada periode triwulan II-2010 dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan kinerja ekspor Provinsi Papua terutama disebabkan oleh penurunan ekspor konsentrat tembaga PT. Freeport yang mendominasi lebih dari 95% ekspor Provinsi Papua. Penurunan kinerja ekspor Provinsi Papua tercermin dari penjualan konsentrat tembaga hasil produksi PT. Freeport Indonesia (hasil produksi seluruhnya diekspor keluar Provinsi Papua). Grafik 16. Pertumbuhan Tahunan Penjualan PT. Freeport Indonesia (%) 150.00 100.00 50.00 0.00-50.00-100.00 Pertumbuhan (yoy) Penjualan Konsentrat Tembaga (%) I II III IV I II III IV I II III IV I II 2007 2008 2009 2010 85. 51. -39-57 -50-31 34. 124 78. 88. 25. -34-19 -40 Sumber : Laporan Keuangan Freeport-McMoran Cooper and Gold 24

Tabel 19. Penjualan PT. Freeport Indonesia Sumber: Laporan Keuangan Freeport-McMoran Cooper and Gold Pada triwulan II-2010 penjualan konsentrat tembaga mengalami pertumbuhan tahunan negatif (kontraksi) 40,05% atau mencapai 299 juta pounds, lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang juga tumbuh negatif 19,78% atau sebesar 296 juta pounds. Pada sisi impor, seiring belum pulihnya permintaan domestik diprakirakan akan mendorong kinerja impor pada triwulan II-2010 tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 (tabel 3). 25

II. PROVINSI PAPUA BARAT 2.1. Kondisi Umum Perkembangan ekonomi Provinsi Papua Barat yang tercermin oleh pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh Provinsi Papua Barat secara tahunan (yoy) pada triwulan II-2010 diprakirakan mencapai 5,83% lebih tinggi bila dibandingkan laju pertumbuhan tahunan triwulan I-2010 yang mencapai 5,65% (grafik 17). Grafik 17. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat (Harga Konstan) (%) 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 I II III IV I II III IV I II III IV Ir) II*) 2007 2008 2009 2010 yoy (%) 5.9 6.5 7.2 7.9 7.8 6.8 7.4 7.1 7.1 7.6 6.2 4.2 5.6 5.8 Sumber : BPS Provinsi Papua Barat r ) Angka diperbaiki *) Angka Sementara Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat diprakirakan dikontribusikan oleh pertumbuhan tahunan seluruh sektor ekonomi yang mencatatkan hasil positif (kecuali sektor pertambangan dan penggalian) dan didorong pula oleh 4 sektor sektor ekonomi yang pada periode triwulan II-2010 tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (tabel 20). Sementara itu, sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang cukup besar kontribusinya bagi pertumbuhan ekonomi Papua Barat mencapai 2,60% pada periode laporan triwulan ini (tabel 21). 26

Tabel 20. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Barat Dari Sisi Penawaran (%) Sumber: BPS Provinsi Papua Barat diolah r)angka diperbaiki *) angka sementara Tabel 21. Kontribusi Komponen Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Barat (%) Sumber: BPS Provinsi Papua Barat diolah r)angka diperbaiki *) angka sementara Pada sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat pada periode triwulan II-2010 diprakirakan didorong oleh pertumbuhan tahunan pada komponen konsumsi rumah tangga dan investasi yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (tabel 22). Komponen konsumsi rumah tangga merupakan salah satu komponen yang memberi kontribusi cukup besar pada pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat pada triwulan II-2010 dengan kontribusi (sumbangan) terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini mencapai 3,02% (tabel 23). Kondisi ini antara lain disebabkan oleh adanya faktor musiman yang terjadi pada periode triwulan II-2010 yaitu menjelang dimulainya tahun ajaran baru anak sekolah. Kondisi tersebut mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga untuk pembelian berbagai 27

peralatan dan perlengkapan sekolah sehingga berdampak pada peningkatan pertumbuhan komponen ini padap periode triwulan laporan ini. Tabel 22. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Barat Dari Sisi Permintaan (%) Sumber: BPS Provinsi Papua Barat diolah r) angka diperbaiki *) angka sementara Tabel 23. Kontribusi Komponen Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Barat (%) Sumber: BPS Provinsi Papua Barat diolah r) angka diperbaiki *) angka sementara 2.2. Sisi Penawaran Perkembangan ekonomi di Provinsi Papua Barat pada triwulan II-2010 secara tahunan diprakirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Pada sisi penawaran, pertumbuhan ini diprakirakan terutama didorong oleh pertumbuhan positif seluruh sektor ekonomi, kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh negatif (kontraksi). Sektor-sektor utama yang secara tahunan tumbuh positif lebih tinggi pada 28

periode triwulan laporan ini dibandingkan triwulan sebelumnya adalah sektor pertanian, sektor listrik dan air bersih dan sektor bangunan(tabel 20). Sektor pertanian yang memiliki kontribusi besar mencapai 2,60% (tabel 21) pada periode triwulan laporan II-2010 yang antara lain didorong oleh beberapa daerah di Papua Barat telah memasuki puncak masa panen komoditas padi. 2.2.1. Sektor Pertanian Perkembangan sektor pertanian pada periode triwulan II-2010 diprakirakan secara tahunan tumbuh sebesar 9,38%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan I-2010 yang tumbuh sebesar 6,91%. Pertumbuhan yang terjadi pada sektor pertanian terutama didorong oleh pertumbuhan produksi yang positif dari beberapa komoditas pada sub sektor tanaman bahan makanan. Adapun komoditas tanaman bahan makanan yang mengalami pertumbuhan produksi yang signifikan antara lain adalah padi yang merupakan makanan pokok utama masyarakat di Provinsi Papua Barat. Berdasarkan angka ramalan II-2010 BPS Provinsi Papua Barat, produksi padi secara tahunan pada tahun 2010 diprakirakan tumbuh mencapai 3,87% dengan jumlah produksi sebesar 38.417 ton gabah kering giling yang didorong oleh peningkatan produktivitas lahan pertanian. Tabel 24. Perkembangan Produksi Padi Provinsi Papua Barat Sumber: BPS Provinsi Papua Barat *)Angka Ramalan II Selain padi, komoditas tanaman bahan makanan lainnya yang juga diprakirakan menunjukkan peningkatan produksi pada tahun 2010 khususnya di periode triwulan II-2010 (periode panen Mei-Agustus 2010) adalah komoditas ubi kayu. komoditas ini secara tahunan diprakirakan tumbuh signifikan pada periode panen Mei-Agustus (triwulan II) 2010 sebesar 42,91% (tabel 25), yang disebabkan oleh adanya peningkatan luas areal panen pada periode penen Mei-Agustus 2010. 29

Tabel 25. Perkembangan Produksi Ubi Kayu Provinsi Papua Barat Sumber: BPS Provinsi Papua Barat *)Angka Ramalan III 2.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan II-2010 diprakirakan secara tahunan (yoy) masih tumbuh negatif seperti pada triwulan sebelumnya namun tumbuh lebih tinggi mencapai (1,45%). Perbaikan kinerja pada sektor pertambangan dan penggalian pada periode triwulan ini didorong oleh beroperasinya kembali pertambangan nikel di Provinsi Papua Barat yang terletak di Kabupaten Raja Ampat yang telah mulai melakukan ekspor sejak triwulan I-2010. Sementara itu, proyek LNG Tangguh mulai memberikan kontribusi yang dominan pada sub sektor minyak dan gas bumi. Grafik 18. Perkembangan Sektor Pertambangan dan Penggalian (%) 4 3 2 1 0-1 -2-3 -4-5 I II III IV I II III IV I II III IV Ir) II*) 2007 2008 2009 2010 qtq (%) -3.7 0.75 1.34 1.57-2.6 0.08 1.67 3.16-4.1 0.33 0.59 0.32-3.2 0.97 yoy (%) 1.45 0.84-0.0-0.1 0.99 0.32 0.64 2.22 0.62 0.87-0.1-2.9-2.0-1.4 Sumber : BPS Provinsi Papua Barat r) Angka Diperbaiki *) Angka Sementara 30

2.2.3. Sektor pengolahan Pada triwulan II-2010, sektor industri pengolahan diprakirakan tumbuh secara tahunan (yoy) mencapai 0,96%, lebih rendah (melambat) dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2010 sebesar 3,65%. Pertumbuhan yang terjadi pada sektor ini disebabkan oleh belum pulihnya permintaan eksternal sebagai dampak dari krisis perekonomian global, sehingga perusahaan-perusahaan belum meningkatkan skala produksi seiring dengan masih terbatasnya permintaan. Grafik 19. Perkembangan Sektor Industri Pengolahan (%) 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0-2 qtq (%) yoy (%) 2.2.4. Sektor Listrik Dan Air Bersih Perkembangan sektor listrik dan air bersih pada triwulan II-2010 diprakirakan secara tahunan (yoy) tumbuh sebesar 7,37%, lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,17%. Pertumbuhan pada sektor ini dikontribusikan oleh sub sektor listrik yang tercermin dari perkembangan konsumsi listrik di Provinsi Papua Barat. Pada triwulan II-2010, konsumsi listrik secara tahunan tumbuh dari 14,65% pada periode triwulan I-2010 menjadi 15,65% pada triwulan II- 2010 (grafik 20). Sumber : BPS Provinsi Papua Barat r) Angka Diperbaiki *) Angka Sementara 31

Grafik 20. Perkembangan Konsumsi Listrik (Juta Kwh) 80 70 60 50 40 30 20 10 - I II III IV I II III IV I II 2008 2009 2010 Konsumsi Listrik (Juta Kwh) 53.98 53.19 53.1554.76 55.54 58.91 61.0762.24 63.47 67.52 Pertumbuhan Konsumsi Listrik yoy (%) 13.23 8.05 8.43 7.88 2.88 10.75 14.9113.65 14.65 15.65 (%) 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Sumber : PLN Wilayah Papua 1.2.5. Sektor Bangunan Sektor bangunan pada triwulan II 2010, secara tahunan (yoy) diprakirakan tumbuh sebesar 15,09%, meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2010 sebesar 12,12%. Perkembangan sektor bangunan di Provinsi Papua Barat didominasi oleh kegiatan pembangunan proyek-proyek infrastruktur pemerintah berupa jalan, jembatan dan gedung dengan menggunakan dana pemerintah serta pembangunan kawasan perdagangan berupa rumah toko dari pihak swasta. Sehingga pencapaian nilai tambah pada sektor ini sangat tergantung pada realisasi pencairan dana APBD dari pemerintah daerah, yang pada periode triwulan II-2010 pengerjaan beberapa proyek pembangunan pemerintah daerah telah dimulai sehingga mendorong pertumbuhan sektor bangunan pada periode triwulan ini. Grafik 21. Perkembangan Sektor Bangunan (%) 30 25 20 15 10 5 0-5 -10-15 -20 I II III IV I II III IV I II III IV I*) 2007 2008 2009 2010 yoy (%) 11 12 13 13 19 16 14 10 15 15 12 9. 10 qtq (%) -1 5. 10 13-9 3. 8. 10-5 3. 5. 7. -5 Sumber : BPS Provinsi Papua Barat r) Angka Diperbaiki *) Angka Sementara 32

Peningkatan pertumbuhan sektor bangunan pada periode triwulan II-2010 juga tercermin dari pertumbuhan secara tahunan realisasi pengadaan semen di Provinsi Papua Barat. Pada periode triwulan II-2010 jumlah realisasi pengadaan semen mencapai 8.990 sak atau tumbuh sebesar 208% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 2.922 sak. Tabel 26. Perkembangan Realisasi Pengadaan Semen Provinsi Papua Barat Sumber : Asosiasi Produsen Semen Indonesia 2.2.6. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Perkembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada triwulan II-2010 diprakirakan tumbuh sebesar 1,80%, tumbuh lebih rendah (melambat) bila dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,81%. Pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel dan restauran tidak terlepas dari pengaruh faktor musiman seperti perayaan hari besar keagamaan, liburan anak sekolah. Selain faktor musiman, aktivitas kegiatan pemerintah daerah berupa rapat kerja dan seminar juga menjadi salah satu faktor pendorong perkembangan di sektor ini. Seiring dengan telah mulai berjalannya proyek pemerintah daerah khususnya yang terkait dengan pengadaan barang ikut mendorong pertumbuhan sektor PHR pada periode triwulan laporan ini. Pertumbuhan pada sektor ini juga tercermin dari hasil kegiatan survey liaison yang dilakukan di Kabupaten Manokwari pada triwulan II-2010 yang dilakukan pada perusahaan yang bergerak di sub sektor perdagangan dengan produk kendaraan bermotor dan sub sektor hotel. Berdasarkan hasil survey tersebut diperoleh infromasi bahwa penjualan kendaraan bermotor pada triwulan II-2010 mengalami peningkatan sebesar 60% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sementara sub sektor hotel mengalami peningkatan tingkat hunian mencapai 5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 33

(%) 14 12 10 8 6 4 2 0-2 Grafik 22. Perkembangan Sektor PHR I II III IV I II III IV I II III IV I II*) 2007 2008 2009 2010 qtq (%) 0.9 2.4 1.3 3.8 0.7 2.6 2.3 2.2 0.1 1.9 1.7 0.4-1. 2.0 yoy (%) 11. 10. 8.6 8.7 8.5 8.7 9.8 8.2 7.6 6.8 6.2 4.3 2.8 2.9 Sumber : BPS Provinsi Papua Barat r) Angka Diperbaiki *) Angka Sementara 2.2.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Perkembangan sektor pengangkutan dan komunikasi secara tahunan pada triwulan II-2010, diprakirakan tumbuh mencapai 11,35%, tumbuh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya sebesar 11,66%. Perkembangan sektor ini didominasi oleh pertumbuhan yang terjadi pada sub sektor angkutan udara dan angkutan laut yang merupakan transportasi dominan yang dipergunakan di Papua Barat yang banyak dipengaruhi oleh faktor musiman. Perlambatan pertumbuhan sektor ini pada periode triwulan II-2010 antara lain disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan sub sektor angkutan laut yang tercermin dari perlambatan arus penumpang dan bongkar muat barang di pelabuhan yang beroperasi di Provinsi Papua Barat (tabel 27). Jumlah arus penumpang di pelabuhan secara tahunan tumbuh mencapai 10,91%, lebih rendah (melambat) dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang sebesar 16,52%. Sementara itu, arus bongkar muat barang di pelabuhan juga mengalami perlambatan, menurut jenis perdagangannya arus bongkar muat barang tumbuh mencapai 1,60% pada periode triwulan laporan ini, lebih rendah bila dibandingkan periode triwulan sebelumnya yang sebesar 16,75%. 34

Tabel 27. Perkembangan Arus Penumpang dan Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Provinsi Papua Barat Sumber : PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Manokwari 2.2.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada periode triwulan II-2010 tumbuh sebesar 13,57% (yoy), lebih rendah (melambat) dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 17,90%. Perlambatan sektor keuangan pada periode triwulan II- 2010 tercermin dari pertumbuhan Nilai Tambah Bank (NTB) yang pada periode triwulan II-2010 tumbuh lebih rendah sebesar 283% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 292% (tabel 28). Pertumbuhan nilai tambah bank yang cukup signifkan ini didorong oleh peningkatan asset, kredit dan dana pihak ketiga perbankan yang tumbuh signifikan pada periode laporan triwulan ini seperti terangkum pada Bab III. Tabel 28. Perkembangan Nilai Tambah Bank di Provinsi Papua Barat Uraian 2009 2010 Growth yoy (%) TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 1 TW 2 Nilai NTB Bank Provinsi Papua (Rp Juta) 29,826 70,893 91,800 174,252 116,898 271,290 292 283 Sumber : Bank Indonesia 35

2.2.9. Sektor Jasa Jasa Sektor jasa-jasa pada periode triwulan II-2010 secara tahunan diprakirakan tumbuh mencapai 4,41%, tumbuh lebih rendah (melambat) dibandingkan periode triwulan sebelumnya yang sebesar 7,43%. Sektor jasa-jasa diprakirakan memberikan kontribusi sebesar 0,75% pada periode triwulan laporan ini (tabel 21). Pertumbuhan pada sektor ini diprakirakan didorong oleh pertumbuhan positif dari seluruh sub sektor yang ada khususnya pertumbuhan sub sektor jasa hiburan dan rekreasi seiring dengan adanya liburan anak sekolah pada periode triwulan II-2010, meskipun tidak mampu mendorong pertumbuhan tahunan sektor ini lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. (%) 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00-5.00-10.00-15.00 Grafik 23. Perkembangan Sub Sektor Jasa-Jasa 2007 2008 2009 2010 yoy (%) 7.65 9.69 10.2 9.02 10.9 9.45 8.50 9.52 9.35 9.66 8.57 0.59 7.43 4.40 qtq (%) -9.2 5.01 5.50 8.40-7.6 3.59 4.57 9.42-7.7 3.88 3.54 1.37-1.4 0.95 Sumber : BPS Provinsi Papua Barat r) Angka Diperbaiki *) Angka Sementara 2.3. PDRB SISI PENGGUNAAN 2.3. Sisi Permintaan Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat pada triwulan II-2010 didorong oleh pertumbuhan positif pada beberapa komponen permintaan yang memiliki kontribusi cukup dominan yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan komponen investasi. Sementara komponen lainnya diprakirakan tumbuh negatif pada periode triwulan ini. 36

2.3.1 Konsumsi Rumah Tangga Perkembangan konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2010 diprakirakan tumbuh mencapai 5,04%, meningkat dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya sebesar 1,64% (Tabel 22). Pertumbuhan yang terjadi pada komponen ini didorong antara lain oleh adanya faktor musiman yaitu akan dimulainya tahun ajaran baru anak sekolah sehingga mendorong peningkatan konsumsi masyarakat melalui pembelian berbagai peralatan dan perlengkapan sekolah. Grafik 24. Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga (%) 16 14 12 10 8 6 4 2 0-2 I II III IV I II III IV I II III IV Ir) II*) 2007 2008 2009 2010 qtq (%) 0. 0. 1. 1. 2. 3. 4. 3. -0 0. 1. 0. -0 3. yoy (%) 9. 6. 5. 3. 6. 9. 12 14 11 7. 4. 1. 1. 5. Sumber : BPS Provinsi Papua Barat r) Angka Diperbaiki *) Angka Sementara Peningkatan pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga pada periode laporan triwulan ini juga diindikasikan oleh peningkatan pertumbuhan tahunan konsumsi listrik rumah tangga pada periode triwulan II-2010 yang tumbuh mencapai 10,51% atau meningkat dari 33,56 juta Kwh pada triwulan II-2009 menjadi 37,08 Kwh pada periode triwulan II-2010 (tabel 29). Tabel 29. Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga Provinsi Papua Barat Sumber: PLN Wilayah Papua 37

2.3.2 Konsumsi Swasta Nirlaba Konsumsi swasta nirlaba diprakirakan secara tahunan tumbuh negatif (kontraksi) mencapai 0,56% pada triwulan II-2010, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,67%. Perkembangan sektor ini tidak terlepas dari aktivitas berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Aktivitas berbagai LSM yang dananya antara lain berasal dari negara-negara donor di luar negeri pada periode triwulan ini mulai menjalankan berbagai aktivitas programnya, meskipun demikian karena beberapa negara donor belum pulih dari pengaruh krisis global menyebabkan terbatasnya aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh LSM sehingga berdampak pada pencapaian pertumbuhan komponen konsumsi swasta nir laba pada periode triwulan berjalan. Grafik 25. Pertumbuhan Konsumsi Swasta Nirlaba (%) 30 25 20 15 10 5 0-5 -10 I II III IV I II III IV I II III IV Ir) II*) 2007 2008 2009 2010 qtq (%) 0.85 1.01 0.91 2.05 0.13 1.12 3.42 1.06 10.2 11.1-4.6 0.01 0.57 3.63 yoy (%) 12.0 7.58 6.18 4.92 4.17 4.28 6.87 5.83 16.5 28.1 18.1 16.9 6.67-0.5 Sumber : BPS Provinsi Papua Barat r) Angka Diperbaiki *) Angka Sementara 2.3.3 Konsumsi Pemerintah Pada triwulan II-2010, komponen konsumsi pemerintah diprakirakan secara tahunan tumbuh mencapai 6,81%, lebih rendah (melambat) dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,93%. Pencapaian nilai tambah pada komponen ini sangat tergantung pada realisasi pengadaan dan perkembangan proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Belum optimalnya realisasi pengeluaran 38

Pemerintah Daerah pada periode triwulan ini antara lain karena beberapa proyek pengadaan dan infrastruktur masih dalam proses tender sehingga pelaksanaan proyek belum berjalan. Kondisi ini antara lain yang menyebabkan perlambatan yang terjadi pada komponen konsumsi pemerintah pada periode laporan triwulan ini. (%) 25 Grafik 26. Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah 20 15 10 5 0-5 I II III IV I II III IV I II III IV Ir) II*) 2007 2008 2009 2010 qtq (%) 0.0 1.7 3.8 5.7 0.1 3.6 0.9 1.3-1. 3.1 1.6 4.5-0. 1.1 yoy (%) 22. 16. 11. 11. 12. 14. 10. 6.1 4.5 4.1 4.8 8.1 8.9 6.8 Sumber : BPS Provinsi Papua Barat r) Angka Diperbaiki *) Angka Sementara 2.3.4 Investasi Perkembangan komponen investasi dicerminkan oleh pembentukan modal tetap bruto. Pada triwulan II-2010, komponen ini diprakirakan secara tahunan tumbuh mencapai 7,50%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,13%. Pencapaian nilai tambah pada komponen investasi dipengaruhi oleh pembenahan sarana infrastruktur, pengurusan perizinan usaha, kepastian hukum dan kondisi keamanan suatu daerah. Upaya pemerintah daerah dalam pembenahan infrastruktur melalui peningkatan anggaran untuk infrastruktur dan upaya yang terus dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada dunia usaha khususnya dalam pengurusan perizinan dan administrasi serta kondisi usaha stabil merupakan salah faktor pendorong pertumbuhan pada komponen ini. Seiring dengan mulai membaiknya permintaan global pada periode triwulan II- 2010 menyebabkan perusahaan yang bergerak pada industri pengolahan berupaya untuk meningkatkan investasi usahanya untuk mencapai 39

peningkatan produksi sehingga mendorong peningkatan komponen investasi pada periode triwulan ini. Grafik 27. Pertumbuhan Investasi (%) 10 8 6 4 2 0-2 -4-6 I II III IV I II III IV I II III IV Ir) II*) 2007 2008 2009 2010 qtq (%) 0.0 0.6 3.5 2.6-4. 1.7 0.8 6.2-4. 1.5 2.0 2.7-3. 5.8 yoy (%) 5.9 2.7 6.3 7.0 2.0 3.2 0.5 4.0 4.4 4.2 5.4 2.0 3.1 7.5 Sumber : BPS Provinsi Papua Barat r) Angka Diperbaiki *) Angka Sementara 2.3.5 Ekspor Netto Nilai ekspor netto merupkan nilai selisih dari antara nilai ekspor dengan nilai impor yang dihasilkan oleh Provinsi Papua Barat. Ekspor neto pada triwulan II-2010 diprakirakan masih negatif mencapai (Rp 132 Miliar), lebih rendah dibandingkan nilai ekspor neto periode triwulan sebelumnya yang mencapai (Rp 119 miliar). Penurunan kinerja ekspor merupakan faktor pendorong penurunan nilai ekspor neto pada triwulan II-2010. Penurunan kinerja ekspor tercermin dari pertumbuhan tahunan volume ekspor Provinsi Papua Barat yang mencapai 61% pada periode triwulan II-2009, jauh lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan tahunan ekspor triwulan sebelumnya yang mencapai 25.455% (tabel 31). Ekspor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan II-2010 didominasi oleh volume ekspor komoditas pertanian berupa komoditas biji coklat. 40

Tabel 30. Perkembangan Ekspor Neto Papua Barat Keterangan 2009 2010 I II III IV I r) II *) Nilai Ekspor Neto (Rp Miliar) (342) (315) (303) (300) (119) (139) Sumber : BPS Provinsi Papua Barat r) Angka Diperbaiki *) Angka Sementara Tabel 31. Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Papua Barat Keterangan 2009 2010 Growth yoy (%) Sumber: Bank Indonesia *) Belum termasuk ekspor bulan Juni 2010 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II *) TW I TW II *) Komoditas Industri (ton) 457,745 23,149 30,004 5,400 371,000 0 Komoditas Pertanian (ton) 198,564 474,939 1,985,966 1,475,737 7,538,597 800,463 Komoditas Pertambangan (ton) 0 0 0 0 159,810,000 0 Total Volume Ekspor 656,309 498,088 2,015,970 1,481,137 167,719,597 800,463 25,455 61 41

BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA 1. PROVINSI PAPUA 1.1 KONDISI UMUM Laju inflasi Kota Jayapura yang merupakan kota indikator inflasi di Provinsi Papua sampai dengan periode triwulan II-2010 (bulan Juni) mencapai 4,75% (yoy). Berdasarkan kelompoknya, penyumbang utama inflasi pada triwulan laporan kelompok bahan makanan 0,52 %, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,27 %, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,05 %. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya inflasi Kota Jayapura pada triwulan laporan antara lain karena keterbatasan pasokan akibat ketidaklancaran distribusi dan cuaca yang kurang baik, serta ketergantungan pada pasokan barang dan jasa daerah lain. Secara tahunan (y.o.y) laju inflasi mencapai 4,75% lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 sebesar 2,77% (y.o.y) 42

1.2. FAKTOR PENYEBAB INFLASI DI JAYAPURA Beberapa kejadian yang diduga sebagai penyebab fluktuasi inflasi di wilayah Papua yang dalam hal ini diwakili oleh kota Jayapura selama triwulan II 2010 disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: Berakhirnya liburan sekolah yang berpengaruh terhadap harga tiket dan serta masuknya tahun ajaran baru. Kondisi cuaca yang kurang baik menyebabkan sulitnya memenuhi suplai ikan yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Mulai naiknya harga yang ditengarai oleh meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat akibatnaiknya Upah Minimum Provinsi (UMP). Upah Minimum Propinsi (UMP) Papua untuk tahun 2010 menjadi sebesar Rp 1.316.500 per bulan. Dengan perincian Upah Minimum Sektoral Provinsi Papua (UMSP) Papua sub sektor Minyak Gas dan Bumi sebesar Rp 1.448.150 per bulan, Emas dan Tambang sebesar Rp 1.448.150 per bulan, dan Jasa Kontruksi sebesar Rp 1.382.325 per bulan. 1.3. INFLASI MENURUT KELOMPOK KOMODITAS Hasil survei pemantauan harga yang dilakukan oleh KBI Jayapura bekerjasama dengan Pusat Penelitian Keuangan Daerah Uneversitas Cenderawasih menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi harga komoditas seperti minyak goreng kemasan (Bimoli) dimana pada awal bulan Mei pada tingkat Rp 15.000 perliter dan akhir bulan Juni pada Rp14.000 perliter. Ikan ekor kuning terjadi peningkatan harga dari Rp 20.000 menjadi Rp30.000 pada awal dan akhir bulan. Selain itu perubahan harga juga terjadi pada beberapa produk di pasar modern yaitu gula pasir jenis gulaku dari Rp15.000 menjadi Rp15.500, cabe merah besar dari Rp17.000 menjadi Rp26.700, 43

Grafik 29 Perkembangan Harga Beberapa Komoditi Sumber: Survei Pemantauan Harga KBI Jayapura 1.3.1 Kelompok Bahan Makanan Kelompok Bahan Makanan pada Bulan Juni 2010 mengalami inflasi sebesar 1,84 % secara mtm atau terjadi kenaikan indeks dari 129,89 pada Bulan Mei 2010 menjadi 132,28 pada Bulan Juni 2010. Dari 11 sub kelompok dalam kelompok Bahan Makanan 6 sub kelompok mengalami inflasi dan 4 sub kelompok mengalami deflasi serta satu sub kelompok tidak mengalami perubahan yang berarti. Sub kelompok yang mengalami inflasi yang cukup tinggi yaitu: sub kelompok sayur-sayuran sebesar 7,07 %, sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 4,16 %, sub kelompok buah-buahan sebesar 3,77 %, sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya sebesar 3,01 %, sub kelompok daging dan hasilnya sebesar 0,60 % dan sub kelompok ikan segar sebesar 0,21 %. Sedangkan sub kelompok yang mengalami penurunan indeks yaitu: sub kelompok ikan diawetkan sebesar 3,30 %, sub kelompok padi-padian, umbiumbian dan hasilnya sebesar 0,48 %, sub kelompok bahan makanan lainnya sebesar 0,28 %, sub kelompok lemak dan minyak sebesar 0,01 % dan untuk sub kelompok kacang-kacangan tidak mengalami perubahan yang berarti. Kelompok ini pada Bulan Juni 2010 memberikan andil inflasi 0,52 %. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi yaitu: tomat sayur 0,25 %, bawang merah 0,10 %, ikan kembung/gembung 0,09 %, telur ayam ras 0,07 %, tomat buah 0,05 %, kol putih/kubis 0,04 %, cabe rawit, kentang, ekor kuning, dan daging ayam ras masing-masing 0,02 %, buncis, papaya, bayam, 44

dan kawalina masing-masing sebesar 0,01%. Sedangkan komoditas yang dominan memberikan andil deflasi yaitu: ikan teri 0,05 %, cabe merah, ikan mujair, talas/keladi, ikan cakalang asap, kangkung masing-masing sebesar 0,02 %, ikan bandeng, ikan deho, sawi hijau, udang basah, daun singkong, ikan cakalang, jeruk, ikan tongkol dan ketela pohon masing-masing sebesar 0,01 %. 1.3.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok ini pada Juni 2010 mengalami inflasi 1,85 % atau terjadi kenaikan indeks dari 134,82 pada Bulan Mei 2010 menjadi 137,31 pada Bulan Juni 2010. Pada kelompok ini, sub kelompok yang mengalami kenaikan indeks adalah sub kelompok makanan jadi sebesar 2,99 %, dan sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 0,49 %. Sedangkan sub kelompok yang mengalami penurunan indeks adalah sub kelompok minuman yang tidak beralkohol yaitu sebesar 0,17 %. Kelompok ini pada Bulan Juni 2010 secara keseluruhan memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,27 %. Komoditas yang dominan memberikan kontribusi adalah nasi sebesar 0,20 %, soto sebesar 0,04 %, kue basah sebesar 0,02 % dan rokok kretek sebesar 0,01 %. 1.3.3 Kelompok Perumahan, Air Dan Listerik. Kelompok ini pada Juni 2010 mengalami inflasi 0,22 % atau terjadi kenaikan indeks dari 110,33 pada Bulan Mei 2010 menjadi 110,57 pada Bulan Juni 2010. Dari 4 sub kelompok dalam kelompok ini, sub kelompok yang mengalami inflasi adalah: sub kelompok biaya tempat tinggal yaitu sebesar 0,35 %, sub kelompok perlengkapan rumah tangga mengalami sebesar 0,23 % dan sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air yaitu sebesar 0,03 %. Sedangkan sub yang mengalami deflasi adalah sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga yaitu sebesar 0,41 %. Pada Bulan Juni 2010 kelompok ini memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,05 %. Komoditas yang dominan memberikan kontribusi inflasi adalah komoditas tukang bukan mandor sebesar 0,04 % serta seng dan besi beton masing-masing sebesar 0,01 %. Sedangkan komoditas yang memberikan 45

kontribusi deflasi adalah komoditas sabun detergen bubuk yaitu sebesar 0,01 %. 1.3.4 Kelompok Sandang Kelompok ini pada Juni 2010 mengalami inflasi 0,65 %, atau terjadi kenaikan indeks dari 116,12 pada Bulan Mei 2010 menjadi 116,87 pada Bulan Juni 2010. Dari 4 sub kelompok dalam kelompok ini sub kelompok yang mengalami inflasi adalah sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya yaitu sebesar 2,46 % dan sandang wanita sebesar 0,12 %. Sedangkan sub kelompok yang mengalami deflasi adalah sub kelompok sandang laki-laki yaitu sebesar 0,15 %, dan untuk sub kelompok sandang anak-anak tidak mengalami perubahan indeks. Kelompok ini pada Bulan Juni 2010 secara keseluruhan memberikan andil/sumbangan inflasi sebesar 0,03 %. Komoditas yang dominan memberikan kontribusi adalah emas perhiasan sebesar 0,03 %. 1.3.5 Kelompok Kesehatan Kelompok ini pada Juni 2010 mengalami inflasi 0,32 % atau terjadi kenaikan indeks 112,79 pada Bulan Mei 2010 menjadi 113,15 pada Bulan Juni 2010. Dari 4 sub kelompok dalam kelompok ini, sub kelompok yang mengalami inflasi adalah sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 0,70 % dan sub kelompok jasa perawatan jasmani sebesar 0,27 %. Sedangkan sub kelompok jasa kesehatan dan sub kelompok obat-obatan tidak mengalami perubahan indeks. Secara umum kelompok ini pada Bulan Mei 2010 memberikan andil inflasi 0,01 %. Komoditas yang dominan memberikan kontribusi inflasi adalah pasta gigi yaitu sebesar 0,01 % 1.3.6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada Juni 2010 mengalami inflasi 0,01 % atau terjadi kenaikan indeks 108,05 % pada Bulan Mei 2010 menjadi 108,06 % pada Bulan Juni 2010. Dari 5 sub kelompok dalam 46

kelompok hanya sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan yang mengalami inflasi sebesar 0,03 %. Sedangkan untuk sub kelompok pendidikan, sub kelompok kursus-kursus/pelatihan, sub kelompok rekreasi dan sub kelompok olahraga tidak mengalami perubahan indeks. Kelompok ini pada Bulan Juni 2010 secara keseluruhan memberikan sumbangan inflasi/deflasi sebesar 0,00 % atau dengan kata lain kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga terhadap perubahan indeks secara umum. memberikan andil yang relatif kecil 1.3.7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada Juni 2010 mengalami penurunan angka indeks dari 112,90 bulan Mei 2010 menjadi 112,70 bulan Juni 2010 dengan deflasi 0,18 %. Dari 4 sub kelompok dalam kelompok ini hanya sub kelompok transport yang mengalami penurunan angka indeks yaitu sebesar 0,23 %. Sedangkan sub kelompok komunikasi dan pengiriman, sub kelompok sarana dan penunjang transport dan sub kelompok jasa keuangan tidak mengalami perubahan angka indeks. Secara keseluruhan kelompok ini pada Bulan Juni 2010 memberikan sumbangan/andil deflasi 0,04 %. Komoditas yang memberikan kontribusi inflasi adalah angkutan udara 0,04 %. 47

2. PROVINSI PAPUA BARAT 2.1. KONDISI UMUM Pada bulan Juni 2010, Provinsi Papua Barat mengalami inflasi gabungan sebesar 4,61% secara yoy. Inflasi di Provinsi Papua Barat ini mencakup inflasi di Kota Manokwari dan inflasi di Kota Sorong. Inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok-kelompok barang dan jasa sebagai berikut : kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,60 %, kelompok bahan makanan sebesar 1,31 %, kelompok kesehatan sebesar 1,27 %, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,24 %, serta kelompok sandang sebesar 0,16 %. Sedangkan dua kelompok lainnya justru mengalami penurunan indeks atau deflasi, yakni kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar -0,60 %, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar -0,03%. 2.2. FAKTOR PENYEBAB INFLASI Inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok-kelompok barang dan jasa sebagai berikut : kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,60 %, kelompok bahan makanan sebesar 1,31 %, kelompok kesehatan sebesar 1,27 %, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,24 %, serta kelompok sandang sebesar 0,16 %. Sedangkan dua kelompok lainnya justru mengalami penurunan indeks atau deflasi, yaknikelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar -0,60 %, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar -0,03%. 2.3. INFLASI MENURUT KELOMPOK KOMODITAS Inflasi gabungan yang terjadi di Provinsi Papua Barat dipengaruhi oleh kenaikan indeks yang cukup signifikan pada sub kelompok-sub kelompok seperti : sub kelompok buah-buahan sebesar 4,81 %, sub kelompok jasa kesehatan sebesar 4,04 %, sub kelompok sayur-sayuran sebesar 2,17 %, sub kelompokbumbu-bumbuan sebesar 2,14 %, sub kelompok transpor sebesar 2,12 %, sub kelompok ikan segar sebesar 2,10 %, sub kelompok tembakau 48

dan minuman beralkohol sebesar 2,09 %, sub kelompok daging dan hasilnya sebesar 2,05 %, sub kelompok jasa perawatan jasmani sebesar 1,40 %, sub kelompok ikan diawetkan sebesar 1,16 %. 2.3.1. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan pada bulan Juni 2010 mengalami inflasi sebesar 1,31 % atau terjadi kenaikan indeks dari 147,97 pada Mei 2010 menjadi 149,91 pada Juni 2010. Dari sebelas sub kelompok yang ada dalam kelompok bahan makanan, sembilan sub kelompok mengalami inflasi, dan dua sub kelompok lainnya mengalami deflasi. Sub kelompok buah-buahan mengalami inflasi terbesar, yakni sebesar 4,81 %, sedangkan sub kelompok lemak dan minyak adalah sub kelompok yang mengalami inflasi terkecil, yakni sebesar 0,03 %. Adapun deflasi terjadi pada sub kelompok padipadian, umbi-umbian dan hasilnya, yakni sebesar -0,16 %, dan sub kelompok telur, susu dan hasilhasilnya, yakni sebesar -0,04 %. 2.3.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok/Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada Juni 2010 mengalami inflasi sebesar 0,24 % atau terjadi kenaikan indeks dari 154,64 pada Mei 2010 menjadi 155,01 pada Juni 2010. Dari tiga sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, dua sub kelompok mengalami inflasi dan satu sub kelompok lainnya mengalami deflasi. Dua sub kelompok yang mengalami inflasi tersebut masing-masing adalah sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol yang mengalami inflasi tertinggi, yakni sebesar 2,09 %, dan sub kelompok makanan jadi yang mengalami inflasi terendah, yakni sebesar 0,12 %. Sedangkan satu sub kelompok lainnya, yakni sub kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami deflasi sebesar -0,75 %. 2.3.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada Juni 2010 mengalami deflasi sebesar -0,03 %, atau terjadi penurunan indeks dari 132,66 pada Mei 2010 menjadi 132,63 pada Juni 2010. Dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, tiga sub kelompok mengalami deflasi dan satu 49

sub kelompok lainnya mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok penyelenggraan rumah tangga, yakni sebesar -1,20 %, sedangkan yang terendah terjadi pada sub kelompok bahan bakar,penerangan dan air, yakni sebesar -0,15 %. Adapun satu sub kelompok yang mengalami inflasi adalah sub kelompok biaya tempat tinggal yang mengalami inflasi 0,13 %. sebesar 2.3.4. Kelompok Sandang Kelompok sandang pada Juni 2010 mengalami inflasi sebesar 0,16 %, atau terjadi kenaikan indeks dari 117,62 pada Mei 2010 menjadi 117,81 pada Mei 2010. Dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, dua sub kelompok mengalami inflasi, dan dua sub kelompok lainnya mengalami deflasi. Kedua sub kelompok yang mengalami inflasi tersebut masing-masing adalah sub kelompok barang pribadi dan sandang lain, yakni sebesar 0,81 %, sub kelompok sandang lakilaki, yakni sebesar 0,12 %. Sedangkan dua sub kelompok lainnya yang mengalami deflasi adalah sub kelompok sandang wanita, yakni sebesar -0,06 % sub kelompok sandang anak-anak yang mengalami deflasi sebesar -0,03 %. 2.3.5. Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan pada Juni 2010 mengalami inflasi sebesar 1,27 %, atau terjadi kenaikan indeks dari 127,87 pada Mei 2010 menjadi 129,49 pada Juni 2010. Dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, tiga sub kelompok mengalami inflasi, dan satu sub kelompok mengalami deflasi. Inflasi terjadi pada sub kelompok jasa kesehatan, sub kelompok jasa kesehatan, serta sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yakni masing-masing sebesar 4,04 %, 1,40 %, dan 0,48 %. Sedangkan sub kelompok obat-obatan mengalami deflasi sebesar -0,14 %. 2.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada Juni 2010 mengalami deflasi sebesar -0,60 %, atau terjadi penurunan indeks dari 114,61 pada Mei 2010 menjadi 113,92 pada Juni 2010. Dari lima sub kelompok yang ada dalam 50

kelompok ini, dua sub kelompok mengalami deflasi, satu sub kelompok mengalami inflasi dan dua sub kelompok lainnya tidak mengalami perubahan indeks. Sub kelompok yang mengalami deflasi adalah sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan, yakni sebesar -4,24 %, dan sub kelompok olahraga, yakni sebesar -0,30 %. Sedangkan sub kelompok rekreasi adalah sub kelompok yang mengalami inflasi, yakni sebesar 0,20 %. Adapun dua sub kelompok lainnya yang tidak mengalami perubahan indeks adalah sub kelompok pendidikan dan sub kelompok kursus-kursus/pelatihan. 2.3.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada Juni 2010 mengalami inflasi sebesar 1,60 % atau terjadi kenaikan indeks dari 109,64 pada Mei 2010 menjadi 111,40 pada Juni 2010. Dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, tiga sub kelompok mengalami inflasii dan satu sub kelompok tidak mengalami perubahan indeks. Inflasi terjadi pada sub kelompok transpor, yakni sebesar 2,12 %, sub kelompok sarana dan penunjang transport, yakni sebesar 1,24 % serta sub kelompok komunikasi dan pengiriman, yakni sebesar 0,01 %. Adapun satu sub kelompok lainnya yang tidak mengalami perubahan indeks adalah sub kelompok jasa keuangan. 51

BOKS 1 Disagregasi Inflasi Provinsi Papua Secara umum disagreagasi inflasi adalah proses deskriftif yang digunakan melihat dan memetakan kelompok komoditas penyebab inflasi dan seberapa besar pengaruhnya. Adapun tujuan nya adalah untuk memberikan memberikan gambaran perilaku inflasi di daerah dan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan yang ditujukan pada suplai komoditas yang mengalami tekanan harga. Pendekatan ini dapat dibagi menjadi beberapa metode disagregasi yaitu metode inti dan non inti, tradable dan non tradable, barang dan jasa. Grafik 30 Disagregasi Inflasi Wilayah Papua Sumber: BPS Provinsi Papua Provinsi Papua memiliki karakteristik inflasi yang unik. Jika dilihat dari fluktuasinya, maka penyebab inflasi yang paling tinggi adalah komoditas yang termasuk administered price. Hal ini dapat dimaklumi mengingat perubahan kecil akibat kebijakan pemerintah pada seperti bahan bakar minyak akan sangat berpengaruh bagi pergerakan harga secara keseluruhan di wilayah Papua. Sementara itu untuk disagregasi berdasarkan barang dan jasa, masingmasing menunjukkan arah yang identik karena pada dasarnya Provinsi Papua masih tergantung dari barang dan jasa yang berasal dari luar wilayah Papua. 52

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN 3.1 PERKEMBANGAN UMUM PERBANKAN WILAYAH PAPUA Perbankan di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Jayapura yang meliputi pada triwulan II-2010 secara umum tumbuh dengan baik. Pertumbuhan tersebut terlihat pada perkembangan aktiva, penghimpunan dana pihak ketiga dan kredit yang disalurkan. Indikator positif lain adalah peningkatan loan to deposit ratio pada taraf rasio kredit bermasalah pada ambang batas 5%. Wilayah Papua 2008 2009 2010 Growth (%) I II III IV I II III IV I II qtq yoy Total Asset (Rp miliar) 21,847.03 25,923.55 26,855.77 29,479.52 27,224.47 28,821.47 28,057.18 31,920.10 32,676.02 36,113.46 10.52% 25.30% DPK (Rp miliar) 16,418.01 17,360.07 17,768.98 19,430.47 19,014.18 21,259.20 21,027.22 21,786.39 21,488.24 24,448.64 13.78% 15.00% Giro (Rp miliar) 6,745.39 7,230.46 7,794.22 6,775.44 6,991.43 8,780.61 7,971.68 6,782.77 7,276.03 10,239.88 40.73% 16.62% Deposito (Rp miliar) 2,880.04 3,215.23 3,364.82 3,852.12 4,160.91 4,504.60 4,839.00 4,373.97 4,604.97 5,239.50 13.78% 16.31% Tabungan (Rp miliar) 6,792.58 6,914.38 6,609.95 8,802.92 7,861.84 7,973.99 8,216.54 10,629.65 9,607.24 8,969.27-6.64% 12.48% Kredit (Rp miliar)-lokasi Kantor 4,883.30 5,891.62 6,192.69 6,821.82 6,858.15 7,571.49 8,296.95 8,841.79 9,713.34 10,425.29 7.33% 37.69% Modal Kerja 1,769.00 2,382.12 2,536.06 2,688.90 2,643.31 2,940.03 3,187.26 3,385.99 3,533.45 4,402.81 24.60% 49.75% Investasi 545.21 611.26 758.84 761.76 790.86 1,099.99 1,122.46 1,224.45 1,540.15 1,084.57-29.58% -1.40% Konsumsi 2,569.10 2,898.24 2,897.79 3,371.16 3,423.97 3,531.47 3,987.23 4,231.35 4,639.74 4,937.90 6.43% 39.83% LDR 29.74% 33.94% 34.85% 35.11% 36.07% 35.62% 39.46% 40.58% 45.20% 42.64% -5.67% 19.73% NPL 2.37% 2.37% 2.06% 1.45% 1.73% 1.96% 2.21% 1.55% 1.95% 1.74% -10.79% -11.06% Kredit MKM (Rp miliar) 3,260.96 3,841.96 4,313.59 4,312.82 4,393.13 4,465.32 4,754.82 5,347.73 7,049.14 8,581.55 21.74% 92.18% Kredit Mikro (<Rp50juta) (Rp miliar) 247.47 295.35 373.23 368.00 377.25 365.16 291.34 268.08 1,252.32 1,271.44 1.53% 248.19% Kredit Kecil 929.57 1,073.24 1,216.24 1,287.54 1,338.30 1,324.42 1,467.49 1,722.96 3,460.65 4,494.00 29.86% 239.32% Kredit Menengah 2,083.92 2,473.37 2,724.11 2,657.29 2,677.58 2,775.74 2,995.99 3,356.69 2,336.18 2,816.11 20.54% 1.45% Sumber: KBI Jayapura Tabel. 32 Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar) 53

Perkembangan ekonomi wilayah Papua tidak dapat dipisahkan dari perkembangan jaringan kantor yang ada di daerah tersebut. Sampai dengan posisi Juni 2010 jumlah kantor bank di wilayah Papua sebanyak 270. Pertumbuhan beberapa indikator perbankan menunjukkan pertumbuhan yang positif. Hal ini terlihat dari total aset sampai dengan triwulan II 2010 mengalami pertumbuhan tumbuh sebesar 25,30 % secara yoy dari Rp 27,82 triliun menjadi Rp 36,11 triliun. Total kredit yang disalurkan mencapai Rp. 10, 42 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 37, 69 % dibandingkan dengan triwulan II 2010 sebesar Rp. 7,57 triliun. Namun demikian, jika dilihat dari nilai Loan To Deposit Ratio (LDR) mengalami kontraksi secara qtq. Hal ini disebabkan oleh pada triwulan II 2010 total Dana Pihak Ketiga mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar 15,00% dari nilai Rp 21,25 triliun. Kondisi ini mendorong kontraksi rasio LDR menjadi sebesar 42,64%. Sementara itu tingkat NPL perbankan pada periode yang sama mengalami penurunan menjadi sebesar 1,74%. Tabel.33 Perkembangan NPL persektor Sumber: KBI Jayapura Jika dilihat dari masing-masing sektor, NPL perbankan sektor konstruksi menduduki peringkat paling atas dengan nilai sebesar 1,90%. Hal ini disebabkan oleh lambatnya realisasi pada sejumlah proyek yang menggunakan dana perbankan. Sedangkan sektor lain-lain menempati peringkat kedua dengan nilai NPL sebesar 1,62%. Sektor ini memiliki karakter/sifat yang hampir sama dimana kredit ini diperuntukkan untuk sektor perumahan. 54

2. PERBANKAN PROVINSI PAPUA 2.1 Perkembangan Umum Perbankan Provinsi Papua pada triwulan II-2010 memperlihatkan kinerja yang baik, tercermin dari beberapa indikator utama antara lain pertumbuhan aset sebesar 24, 17% (yoy); DPK sebesar 13,67% (yoy); kredit yang berhasil disalurkan tumbuh sebesar 37,10% (yoy) sementara LDR mencapai 40,83% dengan rasio kredit bermasalah sebesar 1,87 %. Tabel. 34 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua (miliar rupiah) Provinsi Papua 2008 2009 2010 Growth (%) I II III IV I II III IV I II qtq yoy Total Asset (Rp miliar) 17,181.33 21,130.20 21,783.41 23,683.96 22,302.19 23,872.57 23,197.10 25,841.23 26,548.52 29,642.33 11.65% 24.17% DPK (Rp miliar) 12,207.52 13,176.16 13,276.08 14,346.26 14,446.26 16,578.91 16,250.39 16,451.89 15,791.93 18,845.77 19.34% 13.67% Giro (Rp miliar) 5,095.67 5,494.05 5,862.14 4,878.39 5,370.98 7,052.30 6,221.51 5,303.29 5,387.86 7,917.71 46.95% 12.27% Deposito (Rp miliar) 2,038.31 2,483.37 2,547.19 3,009.78 3,266.10 3,610.50 3,905.64 3,362.35 3,611.98 4,242.79 17.46% 17.51% Tabungan (Rp miliar) 5,073.55 5,198.74 4,866.75 6,458.09 5,809.18 5,916.11 6,123.25 7,786.26 6,792.09 6,685.28-1.57% 13.00% Kredit (Rp miliar)-lokasi Kantor 3,652.19 4,434.10 4,528.05 5,043.93 5,144.86 5,613.17 6,224.15 6,471.15 6,789.69 7,695.52 13.34% 37.10% Modal Kerja 1,269.10 1,720.14 1,778.05 1,883.94 1,934.18 2,073.82 2,264.68 2,317.32 2,530.38 3,127.69 23.61% 50.82% Investasi 380.24 415.39 541.39 556.96 563.96 790.35 845.70 915.76 690.77 748.54 8.36% -5.29% Konsumsi 2,002.84 2,298.56 2,208.61 2,603.02 2,646.71 2,749.00 3,113.77 3,238.07 3,568.54 3,819.29 7.03% 38.93% LDR 29.92% 33.65% 34.11% 35.16% 35.61% 33.86% 38.30% 39.33% 42.99% 40.83% -5.02% 20.61% NPL 2.71% 2.69% 3.13% 1.51% 1.70% 2.01% 2.32% 1.71% 2.29% 1.87% -18.36% -6.71% Kredit MKM (Rp miliar) 2,424.31 2,852.96 3,160.32 3,187.05 3,223.17 3,187.04 3,536.42 3,914.57 5,302.39 6,421.55 21.11% 101.49% Kredit Mikro (<Rp50juta) (Rp miliar) 213.22 248.64 312.70 297.71 298.32 297.71 215.94 196.46 954.91 981.66 2.80% 229.74% Kredit Kecil 668.59 779.88 865.66 945.92 949.39 945.92 1,124.36 1,337.09 2,634.28 3,404.16 29.23% 259.88% Kredit Menengah 1,542.50 1,824.44 1,981.96 1,943.42 1,975.46 1,943.42 2,196.12 2,381.01 1,713.20 2,035.74 18.83% 4.75% Sumber: KBI Jayapura 2.2 Perkembangan Aset Aset terbesar didominasi oleh aset bank Pemerintah yang memiliki share 86% dari seluruh total aset yang ada di Provinsi Papua. Hal ini tercermin dari komposisi Aset Perbankan sebesar Rp 29,64 triliun, dimana total aset perbankan pemerintah mencapai Rp 25,49 triliun. Sedangkan total aset perbankan milik swasta sebesar Rp 2,86 triliun. Total Aset Provinsi Papua mengalami pertumbuhan 24,17% secara yoy dari nilai Rp. 23,87 triliun pada triwulan II 20009 menjadi sebesar Rp. 29,64 triliun. 55

Grafik 31 Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua Sumber: KBI Jayapura 2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Pada triwulan II-2010, posisi DPK perbankan Provinsi Papua mencapai Rp18,84 triliun yang meliputi simpanan giro sebesar Rp 7,91 triliun, simpanan tabungan sebesar Rp 6,68 triliun dan simpanan deposito sebesar Rp 4,24 triliun. Seluruh jenis produk penghimpunan dana pada triwulan ini mengalami pertumbuhan tahunan yang positif. Hal ini tercermin dari pertumbuhan giro yang mengalami pertumbuhan 12,27% secara yoy, pertumbuhan deposito yang mencapai 17,51% dan pertumbuhan tabungan sebesar 13,00%. Sementara itu dilihat dari porsinya, kelompok bank pemerintah menyumbang 79% terhadap total DPK yang berhasil dihimpun pada periode triwulan II-2010 sementara kelompok bank swasta menyumbang 20% dan kelompok BPR sebesar 1%. Tabel. 35 Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua (Miliar Rupiah) Sumber: KBI Jayapura 56

Grafik 32 Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua Sumber: KBI Jayapura 2.4. Penyaluran Kredit Perbankan Penyaluran kredit perbankan di Provinsi Papua selama ini terkendala beberapa permasalahan seperti kondisi geografis, kurangnya koordinasi antara status hak ulayat dan permintaan kredit dari debitur yang relatif rendah. Selain itu, tingkat bunga kredit bank-bank secara umum saat ini dianggap masih terlalu tinggi sehingga minimnya jumlah pengajuan kredit ke bank. Walaupun dihadapkan pada berbagai persoalan, posisi kredit yang telah disalurkan pada triwulan II-2010 mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 37,10 % dibandingkan periode triwulan II-2009. Berdasarkan penggunaannya, kredit perbankan di Provinsi Papua masih didominasi oleh kredit konsumsi. Hal ini terlihat dari proporsi kredit konsumsi yang mencapai 48 %. Sementara itu untuk kredit yang produktif yaitu kredit investasi sebesar 16% dan modal kredit kerja sebesar 36% 57

Grafik 33 Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua Sumber: KBI Jayapura 2.5 LDR Dan NPL Rasio LDR perbankan Wilayah Papua di triwulan II-2010 sebesar 40,83%, mengalami pertumbuhan rasio sebesar 20,61 % dibandingkan LDR perbankan periode triwulan II-2009 yang sebesar 33,86%. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan kredit pada sektor pertanian, konstruksi, perdagangan dan dunia usaha. Sementara itu perkembangan NPL perbankan mengalami perbaikan atau bertumbuh secara negatif dengan tingkat NPL sebesar 1,87%. Nilai NPL tersebut mengalami kontraksi sebesar dinadningkan dengan nilai NPL triwulan II 2009 sebesar 2,01%. Secara Rasio NPLs tersebut lebih rendah dibandingkan rasio NPLs yang dipersyaratkan oleh Bank Indonesia, yakni 5%. Grafik 34 Perkembangan Indikator Perbankan Provinsi Papua Rp Miliar Perkembangan LDR Provinsi Papua Rp Miliar Perkembangan NPL Provinsi Papua 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% 3.50% 3.00% 2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00% I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II 2008 2009 2010 LDR 2008 2009 2010 NPL Sumber: KBI Jayapura 58

2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah. Kredit mikro, kecil dan menengah merupakan kredit yang mendominasi penyaluran kredit di Provinsi Papua. Hal tersebut karena sebagian besar debitur adalah debitur perusahaan kecil dan perseorangan sehingga kredit yang diajukan dalam nilai yang tidak terlalu besar. Pada triwulan II-2010 posisi kredit mikro kecil dan menengah (MKM) mencapai Rp 6,42 triliun, atau 83 % dari total kredit. Kredit tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 64 % jika dibandingkan dengan posisi yang sama triwulan sebelumnya. Tabel. 36 Perkembangan Kredit MKM Perbankan Provinsi Papua (milliar rupiah) Keterangan:Penghitungan masih menggunakan pendekatan berdasarkan plafond. Sumber: KBI Jayapura 3. PERBANKAN PROVINSI PAPUA BARAT 3.1 Perkembangan Umum Posisi aktiva perbankan Provinsi Barat pada triwulan II-2010 mencapai mencapai Rp. 6,47 triliun atau mengalami pertumbuhan secara yoy meningkat sebesar 30,76 % secara yoy, total DPK mencapai sebesar Rp5,06 triliun meningkat 19,71% dibandingkan periode triwulan II-2009. Sementara itu, total penyaluran kredit sampai dengan posisi triwulan II 2010 mencapai sebesar Rp 2,72 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 39,39% dibandingkan posisi triwulan II-2009. Rasio LDR samapai dengan triwulan II 2010 mencapai 48,72% meningkat sebesar 16,44% jika dibandingkan dengan posisi yang sama triwulan II 2009. Rasio kredit bermasalah mencapai 1,38% dan masih berada di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 5%. 59

Sumber: KBI Jayapura Tabel. 37 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat (Miliar Rupiah) Provinsi Papua Barat 2008 2009 2010 Growth (%) I II III IV I II III IV I II qtq yoy Total Asset (Rp miliar) 4,665.70 4,793.34 5,072.36 5,795.56 4,922.28 4,948.90 4,860.08 6,078.87 6,127.50 6,471.14 5.61% 30.76% DPK (Rp miliar) 4,210.49 4,183.91 4,492.90 5,084.21 4,567.92 4,680.29 4,776.83 5,334.50 5,696.31 5,602.87-1.64% 19.71% Giro (Rp miliar) 1,649.72 1,736.41 1,932.08 1,897.05 1,620.45 1,728.31 1,750.18 1,479.48 1,888.18 2,322.17 22.98% 34.36% Deposito (Rp miliar) 841.74 731.86 817.63 842.34 894.80 894.10 933.36 1,011.62 992.99 996.71 0.37% 11.48% Tabungan (Rp miliar) 1,719.03 1,715.64 1,743.20 2,344.83 2,052.66 2,057.88 2,093.29 2,843.40 2,815.14 2,283.99-18.87% 10.99% Kredit (Rp miliar)-lokasi Kantor 1,231.11 1,457.52 1,664.64 1,777.90 1,713.29 1,958.32 2,072.81 2,370.65 2,923.65 2,729.77-6.63% 39.39% Modal Kerja 499.89 661.97 758.01 804.96 709.13 866.21 922.58 1,068.68 1,003.07 1,275.12 27.12% 47.21% Investasi 164.97 195.87 217.45 204.79 226.90 309.64 276.77 308.68 849.38 336.03-60.44% 8.52% Konsumsi 566.26 599.68 689.18 768.14 777.26 782.47 873.45 993.29 1,071.20 1,118.62 4.43% 42.96% LDR 29.24% 34.84% 37.05% 34.97% 37.51% 41.84% 43.39% 44.44% 51.33% 48.72% -5.07% 16.44% NPL 1.39% 1.40% 1.47% 1.26% 1.84% 1.81% 1.86% 1.11% 1.15% 1.38% 19.59% -23.85% Kredit MKM (Rp miliar) 836.66 989.00 1,153.27 1,125.77 1,169.96 1,278.29 1,218.40 1,433.17 1,746.75 2,160.00 23.66% 68.98% Kredit Mikro (<Rp50juta) (Rp miliar) 34.25 46.71 60.53 70.29 78.93 67.45 75.40 71.62 297.41 289.78-2.56% 329.62% Kredit Kecil 260.98 293.36 350.58 341.62 388.91 378.51 343.13 385.87 826.36 1,089.84 31.88% 187.93% Kredit Menengah 541.42 648.93 742.15 713.87 702.12 832.33 799.87 975.68 622.98 780.37 25.26% -6.24% 3.2 Perkembangan Aset Aset terbesar didominasi oleh aset bank Pemerintah yang memiliki share 89% dari seluruh total aset yang ada di Provinsi Papua Barat. Hal ini tercermin dari komposisi Aset Perbankan sebesar Rp 6,47 triliun, dimana total aset perbankan pemerintah mencapai Rp 5,7 triliun. Sedangkan total aset perbankan milik swasta sebesar Rp 710,1 miliar. Total Aset Provinsi Papua Barat mengalami pertumbuhan 30,76% secara yoy dari nilai Rp. 4,9 triliun pada triwulan II 20009 menjadi sebesar Rp. 6,47 triliun. Grafik 35 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat Komposisi Aset Perbankan Provinsi Papua Barat BPR Swasta 0% 11% Pemerintah 89% 7,000.00 6,000.00 5,000.00 4,000.00 3,000.00 2,000.00 1,000.00 0.00 Total Asset Perbankan (Rp miliar) Provinsi Papua Barat I II III IV I II III IV I II 2008 2009 2010 Total Asset (Rp miliar) Sumber: KBI Jayapura 60

3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Pada triwulan II-2010, posisi DPK perbankan Provinsi Papua Barat mencapai Rp 5,6 triliun yang meliputi simpanan giro sebesar Rp 2,32 triliun, simpanan tabungan sebesar Rp 996 miliar dan simpanan deposito sebesar Rp 2,28 triliun. Seluruh jenis produk penghimpunan dana pada triwulan ini mengalami pertumbuhan tahunan yang positif. Hal ini tercermin dari pertumbuhan giro yang mengalami pertumbuhan 19,71% secara yoy, pertumbuhan deposito yang mencapai 34,36% dan pertumbuhan tabungan sebesar 11,48%. Sementara itu dilihat dari porsinya, kelompok bank pemerintah menyumbang 89% terhadap total DPK yang berhasil dihimpun pada periode triwulan II-2010 sementara kelompok bank swasta menyumbang 10,82% dan kelompok BPR sebesar 0,18%. Grafik 36 Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat Komposisi DPK Provinsi Papua Swasta 11% BPR 0% 6,000.00 5,000.00 4,000.00 3,000.00 2,000.00 1,000.00 - Perkembangan Total DPK Provinsi Papua Barat I II III IV I II III IV I II 2008 2009 2010 Pemerintah 89% Bank Pemerintah Giro Deposito Tabungan Bank Swasta Giro Deposito Tabungan BPR Deposito Tabungan Total DPK Giro Deposito Tabungan Sumber: KBI Jayapura 3.4. Penyaluran Kredit Perbankan Total penyaluran kredit sampai dengan posisi triwulan II-2010 tumbuh sebesar 39,39% dari Rp 1,95 triliun pada triwulan II 2009 menjadi Rp 2,72 triliun. Berdasarkan penggunaannya, share kredit di Provinsi Papua Barat cukup merata dimana kredit konsumsi mencapai 41%. kredit investasi 12%, dan kredit modal kerja sebesar 47%. 61

Konsumsi 41% Grafik 37 Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat Komposisi Kredit Modal Kerja 47% Rp Miliar 1,400.00 1,200.00 1,000.00 800.00 600.00 400.00 200.00 0.00 Perkembangan Kredit Provinsi Papua I II III IV I II III IV I II Investasi 12% 2008 2009 2010 Modal Kerja Investasi Konsumsi Sumber: KBI Jayapura 3.5. LDR dan NPL LDR perbankan Provinsi Papua Barat menagalami pertumbuhan dimana penyaluran kredit dirasakan sudah semakin baik. Hal ini tercermin dari nilai LDR sebesar 48,72% pada triwulan II 2010. Pada triwulan II-2010, rasio NPL perbankan Provinsi Papua Barat mencapai 1,38% dan mengalami penurunan - 23,85% dibandingkan posisi yang sama pada tahun sebelumnya. Grafik 38 Perkembangan Indikator Perbankan Provinsi Papua Barat Rp Miliar 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Perkembangan LDR Provinsi Papua I II III IV I II III IV I II Rp Miliar 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00% Perkembangan NPL Provinsi Papua I II III IV I II III IV I II 2008 2009 2010 LDR 2008 2009 2010 NPL Sumber: KBI Jayapura 3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah. Kredit Mikro Kecil dan Menengah (MKM) yang disalurkan perbankan Provinsi Papua Barat pada triwulan II-2010 mencapai Rp2,16 triliun. Kredit UMKM tersebut didominasi oleh kredit usaha kecil dengan proporsi 51%, kemudian kredit menengah sebesar 36% dan kredit usaha mikro sebesar 13%. 62

BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 1. KEUANGAN DAERAH PROVINSI PAPUA. Pengeluaran Pemerintah merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi. Karakter pengeluaran pemerintah yang bersifat langsung mempunyai dampak yang signifikan dalam mendorong pertumbuhan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Sehingga cepat lambatnya realisasi baik pengeluaran maupun realisasi sumber pendapatan pemerintah akan berpengaruh pada proses pembangunan ekonomi di suatau daerah. 1.1 Realisasi Pendapatan Pendapatan daerah suatu Provinsi merupakan sumber pembelanjaan dan juga sebagai stimulus utama perekonomian daerah tersebut. Pendapatan tersebut bersumber dari Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Transfer. Pendapatan Asli Daerah meliputi Pendapatan Pajak, Pendapatan Retribusi Daerah, Pendapatan Hasil Pengelolaan Hasil Daerah Yang Dipisahkan. Sementara itu, Pendapatan Transfer terdiri dari Transfer Pemerintah Pusat, Tranfer Pemerintah Pusat Lainnya dan Otonomi Khusus. Pendapatan Tranfer terdiri dari dana perimbangan yang terbagi dalam komponen Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil Pajak. 63

Realisasi Provinsi Provinsi Papua sampai dengan periode penerimaan Bulan Juni 2010 mencapai Rp. 2,58 triliun dari target sebesar Rp. 5,28 trilliun dan telah mencapai 48,99%. Penerimaan tersebut berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp. 176,35 milliar dari target Rp 357,80, Dana Perimbangan sebesar Rp. 839,7 milliar. Tabel 38 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan I 2010 Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Grafik 39 Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan II 2010 Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh Pemerintah Daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang 64

dipisahkan, dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah. Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, yang terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. Sampai dengan Bulan Juni 2010, penerimaan daerah yang bersumber dari Dana Perimbangan mencapai Rp. 839,7 miliar dari target sebesar Rp.1,516 milliar. Realisasi tersebut disumbang oleh Dana Bagi Hasil Pajak /Bukan Pajak sebesar Rp. 111,5 milliar, Dana Alokasi Umum sebesar Rp. 705,6 milliar. Selain penerimaan PAD dan Dana Perimbangan, sumber penerimaan yang berasal dari Dana Otonomi Khusus (Otsus). Sampai dengan Periode penerimaan Bulan Juni 2010, realisasi dana Otonomi Khusus tersebut berjumlah Rp. 1,57 triliun dari target sebesar Rp. 3,4 triliun. 1.2 Realisasi Pengeluaran Relasasi Anggaran Pengeluaran Pemerintah sampai dengan posisi triwulan II 2010 sudah mencapai Rp 1,27 triliun dari target belanja Rp 5,12 triliun. Pola pengeluaran di Provinsi Papua tidak banyak berubah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dimana sampai dengan triwulan II realisaisi tersbut mencapai 24,88%. Tabel 39 Pengeluaran Pemerintah Sumber: Pemerintah Provinsi Papua Belanja tersebut terealisasi dalam belanaja operasi sebesar Rp. 1,07 triliun, belanja modal Rp. 193,9 miliar dan belanja tak terduga sebesar Rp. 1,9 miliar. 65

Grafik 40 Belanja Pemerintah Provinsi Papua Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Papua 8% 0% 0% Miliar Rupiah 3,500.00 3,000.00 2,500.00 2,000.00 Siklus Pengeluaran Pemerintah 42% 50% 1,500.00 1,000.00 500.00 - I II III IV I II III IV I II 2008 2009 2010 Total Belanja Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tak Terduga Transfer Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Belanja Pemerintah Provinsi Papua masih di dominasi oleh belanja operasi jika dibandingkan dengan belanja modal. Hal ini menunjukkan pembelanjaan tersebut masih mengarah pada pengembangan ekonomi jangka pendek dan pembiayaan belanja rutin. Tabel 40 Realisasi Belanja Operasi Provinsi Papua Triwulan I 2010 Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Jika dilihat dari jenisnya maka jumlah anggaran pengeluaran tertinggi adalah adalah belanja pegawai sebesar Rp. 2,08 triliun. Sedangkan jika dilihat dari realisasi belanja maka nilai belanja bantuan keuangan sebesar Rp. 546 miliar. 66

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran merupakan salah satu indikator perkembangan perekonomian suatu daerah karena, semakin besar kapasitas perekonomian maka semakin tinggi frekuensi transaksi dan nilai transaksi yang terjadi. Untuk menjaga kelancaran dan keamanan transaksi pembayaran di wilayah Papua, maka Bank Indonesia Jayapura senantiasa menyediakan alat pembayaran secara tunai (uang kartal) maupun secara non tunai yang dilaksanakan melalui Sistem Kliring Nasioanl Bank Indonesia (SKN-BI) dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). 1. BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT (BI-RTGS) Pada triwulan II-2010, nilai transaksi BI-RTGS yang berasal dari Wilayah Papua (outflow) mencapai Rp. 17,48 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 9.715. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, nilai transaksi mengalami kontraksi sebesar 20,79 % sementara volume transaksi meningkat sebesar 34,56%. 67

Tabel. 41 Transaksi RTGS Papua Sumber:KBI Jayapura Jika dilihat dari sisi nilai transaksi yang menuju Wilayah Papua (inflow) sebesar Rp 11,14 trilliun dengan jumlah warkat sebanyak 16.765 lembar. Nilai transaksi pada periode II-2010 mengalami peningkatan sebesar 41,61%. Grafik. 41 Nilai Transaksi RTGS Sumber: KBI Jayapura Secara umum wilayah Papua masih sangat tergantung dari daerah lain. Hal ini terlihat dari parameter RTGS yang menunjukkan banyaknya dana keluar dari wilayah Papua yang mengindikasikan belum tersedianya industri yang dapat memenuhi kebutuhan barang-barang kebutuhan pokok untuk kebutuhan di wilayah Papua. 68

SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA (SKN-BI) Selain dengan sistem BI-RTGS, KBI Jayapura juga menyelenggarakan kegiatan kliring antar bank. Mekanisme pembayaran melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) biasanya dipergunakan dalam melaksanakan transaksi dengan nilai nominal yang relatif kecil. Selain itu, terdapat perbedaan jeda waktu settlement dengan jangka waktu yang lebih lama dengan Kliring dibandingkan transaksi dengan BI-RTGS. Tabel. 42 Transaksi Kliring Wilayah Papua Sumber: KBI Jayapura Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan II-2010 di wilayah kerja KBI Jayapura secara nominal mencapai nilai Rp. 1,06 triliun dengan jumlah warkat sebesar 44.608 warkat. Jika dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya, maka terdapat peningkatan nilai nominal kliring sebesar 4,58%. Secara rata-rata, perputaran kliring pada triwulan II 2010 sebesar Rp.18,56milliar/hari dengan rata-rata warkat yang digunakan sebanyak 743 lembar. Nisbah rata-rata penolakan sampai dengan triwulan II 2010 mencapai sebesar Rp. 2,06 milliar dengan rata rata penolakan warkat sebesar1,28 lembar. Jika dilihat dari pertumbuhan secara tahunan maka secara umum transakasi kiliring di wilayah Papua cukup menggemberikana yang tercermin dari meningkatnya nilai total nominal klring selama triwulan berjalan sebesar 13,7 % (yoy), nilai rata-rata nominal kiliring per hari sebesar 19,4% (yoy). 69

Grafik 42 Perkembangan Kliring Wilayah Papua Sumber: KBI Jayapura 3. PERKEMBANGAN UANG KARTAL Untuk mendukung sistem pembayaran secara tunai, KBI Jayapura menyediakan alat pembayaran berupa uang kartal yang cukup untuk menjamin terselenggaranya transaksi dengan menggunakan dana tunai secara aman dan lancar. Dalam rangka pelaksanaan Clean Money Policy, KBI Jayapura juga menjamin tersedianya uang yang layak edar yang dilakukan antara lain melalui pelaksanaan pemusnahan uang kartal yang sudah tidak layak edar yang disebut dengan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Tabel. 43 Perkembangan Perkasan KBI Jayapura (Rp milliar) Sumber : KBI Jayapura 70

Pada periode triwulan II-2010, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KBI Jayapura mencapai Rp 830 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 5,76% secara yoy. Sementara itu total outflow selama triwulan II 2010 yang keluar dari Kas KBI Jayapura Rp 1,70 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 3,24% secara yoy. Secara keseluruhan KBI Jayapura mengalami posisi net out flow. 71

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN 1. KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA 1.1. PERKEMBANGAN TENAGA KERJA PROVINSI PAPUA Jumlah angkatan kerja di Papua sampai dengan Februari 2010 mencapai 1.166.346 orang atau bertambah sebanyak 38.310 orang dibanding jumlah angkatan kerja Agustus 2009. Sedangkan dibandingkan dengan periode Februari 2009, angkatan kerja pada Agustus 2009 mengalami penamhan sebesar 76.396 orang. Dibanding keadaan Februari 2009 lalu, pada Februari 2010 jumlah Angkatan Kerja mengalami kenaikan sebesar 7,01 % sedangkan penduduk Bukan Angkatan Kerja mengalami penurunan sebesar -10,46 %. Kenaikan 72

jumlah angkatan kerja ini berasal dari naiknya jumlah penduduk bekerja dan pengangguran. Kenaikan jumlah Angkatan Kerja (AK) di satu sisi dan terjadinya penurunan jumlah Bukan Angkatan Kerja (BAK) di sisi lain menyebabkan naiknya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Tabel 44 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama Agustus 2008 Februari 2010 Provinsi Papua Sumber: Badan Pusat Statistik Povinsi Papua Penduduk bekerja pada Februari 2010 bertambah sebanyak 38.310 orang atau bertumbuh sebesar 3,4 % dibandingkan Agustus 2009. Jika dibandingkan dengan posisi yang sama periode sebelumnya maka penduduk yang bekerja bertambah 76.396 orang atau bertumbuh sebesar 7,0 %. Jika dilihat dari jenis kelamin peningkatan jumlah penduduk perempuan yang bekerja jauh lebih tinggi dibanding laki-laki. Peningkatan jumlah penduduk perempuan yang bekerja sebesar 52.117 orang sementara peningkatan pada laki-laki hanya sebanyak 21.735 orang. Jumlah pengangguran sampai dengan posisi bulan Februari 2010 mencapai 47.567 orang. Jumlah ini mengalami kenaikan baik dibanding keadaan Agustus 2009 yang mengalami kenaikanm sebanyak 1.559 orang dan jika dibandingkan dengan Februari 2009 mengalami kenaikan sebanyak 2.544 orang. Namun demikian jika dilihat indikator ketenagakerjaannya yaitu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), besarannya tidak berubah dibanding keadaan Agustus 2009 yaitu sebesar 4,08 %, sedangkan jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2009 mengalami penurunan tipis sebesar 0,05 %. Dibandingkan dengan TPT nasional yang mencapai 7,41 % TPT Papua masih jauh lebih kecil. 73

Tabel 45 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Pendidikan dan Kegiatan Utama Februari 2010 Provinsi Papua Sumber: Badan Pusat Statistik Povinsi Papua Bila dikelompokkan menurut tingkat pendidikan, TPT terbesar yaitu 21,39 % justru yang berpendidikan tinggi (diatas SLTA). TPT semakin menurun seiring menurunnya tingkat pendidikan. TPT untuk lulusan SLTA atau sederajat sebesar 10,45 %. Sedangkan untuk lulusan SLTP sederajat TPT mencapai 2,94 % dan untuk lulusan SD kebawah kurang dari satu %. Sebaliknya TKK (Tingkat Kesempatan Kerja) yang merupakan perbandingan antara penduduk bekerja dengan angkatan kerja, paling besar terdapat pada kelompok pendidikan rendah. 2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2010 mengalami peningkatan cukup besar dibandingkan keadaan Februari 2009. Jika dirunut lebih dalam lagi dilihat menurut lapangan pekerjaan, penurunan jumlah pekerja terjadi pada tiga sektor yaitu sektor industri; sektor listrik, gas dan air; dan sektor perdagangan. Trend penyerapan tenaga kerja masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya dimana 3 sektor yang menyerap tenaga kerja paling besar adalah sektor pertanian (75,14 %); sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan (10,19 %) dan sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi (7,88 %). 74

Tabel 46 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2009 Februari 2010 Provinsi Papua Sumber: Badan Pusat Statistik Povinsi Papua 2. KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI PAPUA BARAT 2.1. PERKEMBANGAN KEADAAN TENAGA KERJA PROVINSI PAPUA Sampai dengan periode bulan Februari 2010, keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Papua Barat cukup menggembirakan jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2009. Tingkat Partisipasi penduduk usia kerja (tenaga kerja) dalam pasar tenaga kerja meningkat dari 68,52 % pada Agustus 2009 menjadi 70,32 persen pada Februari 2010. Dari periode Februari 2009 sampai dengan Februari 2010, jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua Barat mencapai 367.385 orang atau mengalami naik sebesar 15.369 orang jika dibandingkan Agustus 2009 dan dan mengalami kenaikan sebesar 7.094 orang dibandingkan dengan Februari 2009. Penduduk yang bekerja bertambah sebanyak 13.436 orang dari Agustus 2009 dan bertambah 6.399 orang. Bila dibanding keadaan Februari 2009 Pada Februari 2010 pengangguran menembus angka 28.559 orang, bertambah 1.933 orang jika dibandingkan Agustus 2009 dan bertambah sebanyak 695 orang dari Februari 2009. Jika dilihat menurut jenis kelaminya, tenaga kerja perempuan lebih mudah terserap dibandingkan tenaga kerja laki-laki. Pada Februari 2010 75

pengangguran perempuan mengalami penurunan yakni berkurang 2.399 orang jika dibandingkan Agustus 2009 dan berkurang 562 jika dibandingkan Februari 2009. Sebaliknya, tenaga kerja laki-laki yang menganggur bertambah sebanyak 4.332 orang jika dibandingkan Agustus 2009 dan bertambah 1.257 jika dibandingkan Februari 2010. Tabel 47 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama Agustus 2008 Februari 2010 Provinsi Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Povinsi Papua Barat 2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah penduduk yang bekerja sampai dengan posisi Februari 2010 lebih tinggi dibandingkan Agustus 2009 yakni tersebar dalam beberapa sektor dominan seperti sektor jasa kemasyarakatan, perdagangan, konstruksi dan keuangan. Sektor pertanian masih merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Tercatat 48,13 % jumlah pekerja yang ada di Provinsi Papua Barat dari total 163.270 orang masuk dalam lapangan pekerjaan pertanian. Disusul sektor jasa kemasyarakatan sebesar 22,12 % sebanyak 75.033 orang, dan sektor perdagangan sebesar 13,02 % sebanyak 44.154 orang. 76