3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
3 METODOLOGI. Serang. Kdy. TangerangJakarta Utara TangerangJakarta Barat Bekasi Jakarta Timur. Lebak. SAMUDERA HINDIA Garut

3 METODOLOGI. Gambar 9 Peta lokasi penelitian.

PENGEMBANGAN DESAIN KAPAL PANCING TONDA DENGAN MATERIAL FIBERGLASS DI KABUPATEN BUTON SULAWESI TENGGARA

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Peta lokasi penelitian

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA)

III. METODE PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka Belitung

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka belitung

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara

STABILITAS STATIS KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONGLINE 40 GT

5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama

6 KESELAMATAN OPERASIONAL KAPAL POLE AND LINE PADA GELOMBANG BEAM SEAS

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

4 HASIL PENELITIAN. Tabel 6 Spesifikasi teknis Kapal PSP 01

juga didefinisikan sebagai sebuah titik batas dimana titik G tidak melewatinya, agar kapal selalu memiliki stabilitas yang positif.

Lampiran 2 Hasil kegiatan pembuatan mold/cetakan perahu

2 KAPAL POLE AND LINE

4 STABILITAS STATIS KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN

2 DESAIN KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap dimensi utamanya, kapal rawai ini memiliki niiai resistensi yang cukup besar, kecepatan yang dihasilkan oleh

3 KAJIAN DESAIN KAPAL

Desain dan parameter hidrostatis kasko kapal fiberglass tipe pukat cincin 30 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kapal Perikanan

PENERAPAN KESETIMBANGAN BENDA TERAPUNG

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

KAJIAN STABILITAS EMPAT TIPE KASKO KAPAL POLE AND LINE STABILITY ANALYSIS OF FOUR TYPES OF POLE AND LINER

DESAIN ULANG KAPAL PERINTIS 200 DWT UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA KAPAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA (Kasus pada Salah Satu Kapal Payang di Pamekasan) RIZKI MULYA SARI

This watermark does not appear in the registered version - 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 STABILITAS BENDA TERAPUNG

ANALISIS TEKNIS STABILITAS KAPAL LCT 200 GT

TATA MUATAN DAN VARIASI MUSIM PENANGKAPAN PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS PURSESEINER BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN

Kajian Kecepatan Dan Kestabilan Pada Beberapa Bentuk Kapal Pukat Cincin (Small Purse-Seiner) Di Sulawesi Utara

Bentuk dari badan kapal umumnya ditentukan oleh: Ukuran utama Koefisien bentuk Perbandingan ukuran kapal. A.A. B. Dinariyana

KAJIAN STABILITAS KAPAL IKAN MUROAMI DI KEPULAUAN SERIBU DENGAN MENGGUNAKAN METODE PGZ

HUBUNGAN ANTARA BENTUK KASKO MODEL KAPAL IKAN DENGAN TAHANAN GERAK Relationship Between Hull Form of Fishing Vessel Model and its Resistance

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kapal Perikanan

ANALISA HIDROSTATIS DAN STABILITAS PADA KAPAL MOTOR CAKALANG DENGAN MODIFIKASI PENAMBAHAN KAPAL PANCING.

SKRIPSII FAKULTAS INSTITUT 2008

ASPEK KESELAMATAN DITINJAU DARI STABILITAS KAPAL DAN REGULASI PADA KAPAL POLE AND LINE DI BITUNG, SULAWESI UTARA YULI PURWANTO

DESAIN DAN KONSTRUKSI KAPAL FIBREGLASS DI PT. CARITA BOAT INDONESIA KECAMATAN SETU, KOTA TANGERANG SELATAN, BANTEN

KAJIAN STABILITAS STATIS KAPAL YANG MENGOPERASIKAN ALAT TANGKAP DENGAN CARA DIAM/STATIS (STATIC GEAR) Oleh : SUKRISNO C

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Lembar Pengesahan Laporan Tugas Gambar Kurva Hidrostatik & Bonjean (Hydrostatic & Bonjean Curves)

ANALISA PENGARUH LETAK LUNAS BILGA TERHADAP PERFORMA KAPAL IKAN TRADISIONAL (STUDI KASUS KAPAL TIPE KRAGAN)

Pengaruh Pemasangan Vivace Terhadap Intact Stability Kapal Swath sebagai Fleksibel Struktur Hydropower Plan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut

Marine Fisheries ISSN: Vol. 2, No. 2, November 2011 Hal:

KAJIAN STABILITAS OPERASIONAL KAPAL LONGLINE 60 GT

Studi pengaruh bentuk kasko pada tahanan kapal pukat cincin di Tumumpa, Bitung, dan Molibagu (Provinsi Sulawesi Utara)

Marine Fisheries ISSN: Vol. 2, No. 1, Mei 2011 Hal: 65 73

STABILITAS KAPAL PURSE SEINE MODIFIKASI DI KABUPATEN BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN HERY SUTRAWAN NURDIN

KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ

KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ

Abstract. Keywords : stability, long line, righting arm, and draught 1. PENDAHULUAN

Study on hydrodynamics of fiberglass purse seiners made in several shipyards in North Sulawesi

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR O LEH :

DESAIN DAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP CUMI-CUMI KM. CAHAYA ALAM TIGA DI GALANGAN KAPAL PT. PROSKUNEO KADARUSMAN MUARA BARU, JAKARTA UTARA

Analisa Stabilitas Semi-submersible saat terjadi Kebocoran pada Column

K.J. Rawson and E.C. Tupper, Basic Ship Theory, 5 th Edition, Volume 1 Hydrostatics and Strength, Butterworth-Heinemann, Oxford, 2001.

Simulasi pengaruh trim terhadap stabilitas kapal pukat cincin

STABILITAS BEBERAPA KAPAL TUNA LONGLINE DI INDONESIA

KAJIAN STABILITAS KAPAL IKAN MUROAMI PADA TIGA KONDISI MUATAN KAPAL DI KEPULAUAN SERIBU DENGAN MENGGUNAKAN METODE PGZ (LANJUTAN)

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

6 RANCANGAN UMUM KPIH CLOSED HULL

Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal

Studi tentang olengan bebas dan tahanan total kapal model uji di Laboratorium Kepelautan

Pengembangan Software Loading Manual Kapal Tanker Ukuran Sampai Dengan DWT

Investigasi Efisiensi Propeler Kapal Ikan Tradisional

APLIKASI PERHITUNGAN HIDROSTATIS KAPAL IKAN BERBASIS VISUAL BASIC ARISTA HADI PRATAMA SKRIPSI

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR

Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) GT SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

Bentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) GT


PENGARUH FREE SURFACE TERHADAP STABILITAS KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP. Oleh: Yopi Novita 1*

Dl DAERAH KABUPATEN CIREBON

Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar

UNIVERSITAS INDONESIA KONSEP DESAIN DERMAGA PERIKANAN TERAPUNG SKRIPSI IBNU NURSEHA

DESAIN KAPAL PENUMPANG BARANG UNTUK PELAYARAN GRESIK-BAWEAN

Aulia Azhar Wahab, dkk :Rolling Kapal Pancng Tonda di Kabupaten Sinjai...

PENGARUH BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP TAHANAN KAPAL

KAJIAN STABILITAS OPERASIONAL KAPAL LONGLINE 60 GT

6. PEMBAHASAN 6.1 Metode pembuatan perahu FRP

DESAIN DAN KONSTRUKSI PERAHU KATAMARAN FIBERGLASS UNTUK WISATA PANCING DWI PUTRA YUWANDANA

II. TINJAUAN PUSTAKA Kapal Perikanan. Kapaf ikan adalah salah satu jenis dari kapal, dengan demikian sifat dan

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stabilitas

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI

Pengembangan Software Loading Manual Tanker Ukuran Sampai Dengan DWT

DISAIN KAPAL PENANGKAP IKAN 10 GT BERBAHAN FIBERGLASS UNTUK WILAYAH PERAIRAN KECAMATAN PANIMBANG KABUPATEN PANDEGLANG

DESAIN DAN KONSTRUKSI KAPAL BOUKE AMI (KM VARIA KARUNIA) DI GALANGAN KAPAL PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA DIDI JANUARDY

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

KARAKTERISTIK KM. ZAISAN STAR AKIBAT PERUBAHAN MUATAN

Analisis Perbandingan Stabilitas Dinamis Barge Menggunakan Flounder Plate dengan Single Lead Pendant Pada Operasi Towing

Design of purse seine-type steel vessels in PT. Crystal Cahaya Totabuan, North Sulawesi

Transkripsi:

3 METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian Alokasi waktu penelitian mulai dari kegiatan survei, proses konversi, modifikasi dan rekondisi hingga pengujian di lapangan berlangsung selama tujuh bulan yakni dari awal Bulan Februari sampai dengan akhir Agustus 2008. Lokasi yang ditetapkan sebagai tempat penelitian ini terdiri dari tempat-tempat pembuatan kapal pancing tonda, galangan kapal fiberglass, dan sentra-sentra kegiatan nelayan pancing tonda di Kabupaten Buton. Analisis data hasil penelitian dilakukan di Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI) Semarang. 3. 2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa bahan dan alat untuk pembuatan kapal dan untuk pengambilan data. Bahan dasar untuk pembuatan kapal fiberglass terdiri dari resin, serat penguat, bahan pendukung dan lapisan inti. Resin yang dipakai adalah tipe orthophthalic poliester resin. Serat penguat (fiberglass reinforcement) yang dipakai adalah jenis electrical glass yaitu chopped strand mat, dan woven roving. Bahan pendukung terdiri dari: catalyst, accelerator, sterin, gel coat, piqmen, parafin, mold release, dan talk. Lapisan inti yang digunakan selain besi adalah pelat fiberglass antara lain, firet coremat, dan foamed plastic. Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan kapal fiberglass mula dari persiapan pembuatan cetakan (mould) hingga finishing adalah mesin grinda, gunting, cutter, jerigen, gelas ukur, kwas rool, kwas biasa, dan stick glue, sedangkan peralatan untuk pengambilan data penelitian adalah GPS, kompas, peta laut, stop watch, timbangan, meteran, siku-siku, kamera digital, teropong, pancing tonda dan alat bantu penangkapan. 3. 3 Metode Pengambilan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui metode eksperimen yang dilakukan di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh melalui kajian pustaka dan laporan dari pihak-pihak lain yang berhubungan dengan pengembangan desain kapal perikanan

30 baik ditinjau dari aspek teknis, ekonomis maupun sosial budaya masyarakat di daerah penelitian. Pengambilan data primer diawali dengan melakukan pengukuran terhadap kapal-kapal pancing tonda di tujuh lokasi penelitian yaitu: Lasalimu, Sampolawa, Pasarwajo, Sampuabalo, Siompu, Lande, dan Lakaliba. Data yang dikumpulkan dalam kegiatan ini meliputi dimensi utama kapal (L, B, D), bentuk badan kapal (kelengkungan lambung pada setiap ordinat), draft tertinggi dan terendah (dmax, dmin) dan pengaturan ruang interior kapal secara umum. Data yang diperoleh, dikelompokkan menurut basic design masing-masing kapal. Dari kelompok tersebut diambil masing-masing satu unit kapal yang lebih dominan mewakili desain kapal pancing tonda material kayu yang ada di Kabupaten Buton. Basic desain kapal sampel tersebut selanjutnya dipakai sebagai patokan dalam merancang sebuah cetakan (mould) untuk pembuatan sampel kapal fiberglass yang sepadan dengan kapal kayu. Proses konversi material dari kapal kayu menjadi kapal fiberglass dapat dilihat pada Lampiran 1. Kegiatan eksperimen dilakukan dengan cara menguji pasangan kapal kayu dan kapal fiberglass hasil konversi untuk mendapatkan data DWL atau draft lightship yang diperlukan dalam analisis parameter hidrostatik, stabilitas, kecepatan dan resistensi kedua kapal untuk kemudian dilakukan kaji banding. Hasil kaji banding yang diperoleh selanjutnya digunakan sebagai data dasar untuk melakukan penyempurnaan melalui proses modifikasi dan redesain kapal fiberglass hingga menemukan prototip desain yang ideal untuk dikonstruksi dan diaplikasikan lebih lanjut. 3. 4 Metode Analisis Kajian untuk mengetahui kesesuaian dimensi utama kapal pancing tonda dengan metode pengoperasiannya, dilakukan melalui perhitungan rasio dimensi utama antara panjang dan lebar (L/B), panjang dan tinggi (L/D), serta lebar dan tinggi (B/D) berdasarkan data dimensi utama yang telah diukur. Nilai-nilai yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai rasio dimensi utama beberapa jenis kapal ikan di Indonesia yang mempunyai metode operasi penangkapan yang sama.

31 Untuk mendapatkan gambaran tentang keragaan kapal dan kelayakan desain secara umum dilakukan analisis hidrostatik. Nilai-nilai parameter hidrostatik dapat dianalisis melalui data tabel offset yang telah dituangkan dalam bentuk lines plan kapal dengan menggunakan program maxsurf atau dengan perhitungan arsitek perkapalan melalui persamaan-persamaan yang dikutip dari Gillmer & Johnson (1982) maupun Tupper (2004) antara lain dengan persamaan (1) sampai dengan (16). Salah satu parameter hidrostatik yang nilainya menunjukkan bentuk badan kapal adalah coefficient of fineness (Cb, Cp, C, Cvp, Cw). Nilai Cb dipakai untuk menentukan tingkat kegemukan kapal yang berkisar antara 0 1, semakin mendekati 1 berarti badan kapal semakin gemuk dan bila mencapai 1 maka bagian badan kapal yang terrendam air berbentuk balok atau empat persegi panjang. Nilai-nilai coefficient of fineness ini kemudian dibandingkan dengan kisaran nilai beberapa jenis kapal ikan di Indonesia yang memiliki kesamaan metode pengoperasian alat tangkap. Waterplane Area (Aw), dengan rumus Simpson I h = Jarak antar ordinat pada garis air tertentu Y n = Lebar pada ordinat ke-n (m)..(1) Volume Displacement ( ), dengan rumus Simpson I A = Luas area bidang air ordinat ke-i pada WL tertentu (m 2 ) h = Jarak antar ordinat pada garis air tertentu Ton Displacement (Δ), dengan rumus:.....(2)....(3) δ = densitas air laut (1.025 ton/m 3 )

32 Coefficient of block (Cb), dengan rumus: (4) L = Panjang kapal (m) B = Lebar kapal (m) d = Draft kapal (m) Coefficient of midship (C ), dengan rumus:...(5) B d = Luas tengah kapal (m 2 ) = Lebar kapal (m) = draft kapal (m) Coefficient of prismatic (Cp), dengan rumus:....(6) L = Luas area tengah kapal (m 2 ) = Panjang kapal (m) Coefficient of waterplane (Cw), dengan rumus:.(7) Aw = Waterplane area (m 2 ) L = Panjang kapal (m) B = Lebar kapal (m)

33 Coefficient of vertical prismatic (Cvp), dengan rumus:..(8) Aw = Waterplane area (m 2 ) d = draft kapal (m) Ton Per Centimeter (TPC), dengan rumus:. (9) Aw = Waterplane area (m 2 ) δ = densitas air laut (1.025 ton/m 3 ) Jarak titik apung (B) terhadap lunas (K), dengan rumus: Aw = Waterplane area (m 2 ) d = draft kapal (m).(10) Jarak titik apung (B) terhadap titik metacenter (M), dengan rumus:.... (11) I = Moment innertia Jarak metacentre (M) terhadap lunas (K), dengan rumus:....(12) KB = Jarak titik apung terhadap lunas BM = Jarak titik apung terhadap metacentre

34 Jarak titik apung terhadap titik metacentre longitudinal (BM L ), dengan rumus:.... (13) I L = Innertia longitudinal Jarak lunas terhadap titik metacentre secara longitudinal (KM L ), dengan rumus:..(14) KB = Jarak titik apung terhadap lunas BM L = Jarak titik apung terhadap metacentre longitudinal Jarak titik berat (G) terhadap lunas (K), dengan rumus:.... (15) Δ = Ton displacement (ton) I = Moment innertia Jarak titik berat (G) terhadap metacentre (M), dengan rumus:. (16) KM = Jarak metacentre terhadap lunas (m) KG = Jarak titik berat terhadap lunas (m) Kondisi stabilitas kapal diperoleh melalui dua cara yaitu: pertama, dengan melakukan percobaan kestabilan (inclining experiment) dan kedua, dengan melakukan simulasi numerik. Dalam penelitian ini cara kedua yang digunakan untuk menghitung stabilitas kapal, tetapi dicocokkan dengan cara pertama. Simulasi dilakukan untuk mengetahui kondisi stabilitas kapal pancing tonda sejalan dengan perubahan posisi dan berat muatan yang ada padanya. Perhitungan stabilitas kapal diawali dengan perkiraan terhadap perubahan nilai KG pada setiap kondisi perubahan muatan dengan membuat perubahan jarak vertikal dan longitudinal. Oleh karena itu diperlukan data berat muatan, jarak titik berat muatan secara vertikal dan jarak titik berat muatan secara

35 longitudinal. Perkiraan terhadap perubahan nilai KG dilakukan pada empat kondisi perubahan distribusi jenis dan berat muatan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1) Kondisi kosong; bahan bakar, umpan hidup, dan ikan tangkapan 0%. 2) Kondisi berangkat; bahan bakar 100%, umpan hidup, dan ikan tangkapan 0%. 3) Kondisi beroperasi; bahan bakar 66%, umpan hidup 100%, dan ikan tangkapan 50%. 4) Kondisi pulang; bahan bakar 33%, umpan hidup 0%, dan ikan tangkapan 100%. Nilai KG diperoleh dengan menggunakan formula menurut Hind (1982) yaitu: : Δ Z = Momen vertikal. Δ = Ton displacement.. (17) Analisis stabilitas selanjutnya dilakukan melalui kurva GZ dengan metode Attwood s Formula (Hind, 1982). Metode ini menganalisis stabilitas kapal pada sudut keolengan 0 o sampai 90 o. Nilai lengan penegak GZ diperoleh melalui perhitungan:...(18) BR = perubahan horizontal pusat gaya apung. Perubahan momen pada daerah arsiran adalah:...(19)...(20) (21) v = volume arsiran hh l = perubahan horizontal = volume displacement kapal Analisis stabilitas dengan menggunakan simulasi numerik dilakukan dengan membandingkan beberapa kriteria stabilitas kapal baik dalam kondisi distribusi muatan kosong, berangkat, beroperasi, maupun dalam kondisi pulang. Kriteria-kriteria yang dimaksud adalah sudut kisaran stabilitas, nilai GZ maksimum, sudut GZ maksimum,

36 dan nilai GM. Nilai-nilai kriteria tersebut diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan program maxsurf, microsoft excel dan microsoft visio. Hasil perhitungan stabilitas yang diperoleh pada masing-masing kondisi distribusi muatan kapal tersebut selanjutnya dibandingkan dengan standar kelayakan stabilitas yang dikeluarkan oleh International Maritime Organization (IMO). Kecepatan kapal selain dipengaruhi oleh tenaga penggerak yang digunakan juga dipengaruhi oleh bentuk badan kapal (koefisien kemontokan), rasio dimensi utama dan trim. Karena itu maka kecepatan kapal dalam penelitian ini diestimasi pada setiap perubahan nilai displacement sesuai kondisi distribusi muatan seperti halnya pada perhitungan stabilitas. Kecepatan kapal dapat dihitung dengan persamaan Hashimoto (Anung 1993) yaitu :... (22) BHP = Brake hourse power, Δ = Ton displacement, V = Kecepatan kapal (knot), dan L = Panjang kapal (feet) Untuk melihat hubungan antara daya mesin (HP) dengan kecepatan (knot) dan resistensi (kn) kapal pada setiap displacement kondisi muatan kapal dianalisis dengan menggunakan metode holtrop pada program maxsurf versi 13.01. Data input yang diperlukan untuk perhitungan kecepatan dan resistensi tersebut antara lain datum water line (DWL), displacement, dan efisiensi mesin penggerak yang dipakai. Umumnya metode analisis dengan holtrop banyak digunakan dalam perhitungan hullspeed kapal-kapal yang memiliki ranges kecepatan tertentu. Hasil perhitungan dan analisis data yang telah diperoleh kemudian dilakukan kaji banding untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan masing-masing kapal sebelum dan sesudah dikonversi menjadi kapal fiberglass. Hasil kaji banding tersebut dipakai sebagai dasar untuk melakukan perbaikan kapal fiberglass, baik melalui modifikasi maupun rekondisi. Modifikasi dilakukan terhadap bentuk lambung melalui gambar body plan yang ada, kemudian disimulasi dan dikaji ulang hingga diperoleh bentuk lambung yang ideal berdasarkan pertimbangan stabilitas maupun kecepatan yang sesuai dengan peruntukannya. Sedangkan redesain dilakukan terhadap rancangan

37 umum kapal dengan menambah beberapa kompartemen penting seperti cadangan bouyancy dan dasar ganda (double bottom). Penambahan kompartemen tersebut selain untuk menambah daya apung, juga untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan akibat kapal tenggelam. Bila hasil kaji banding menunjukkan hal yang positif maka desain akhir dari modifikasi tersebut dapat dikonstruksikan sebagi kapal pancing tonda yang ideal untuk dikembangkan secara luas kepada pengguna. Dengan demikian, lambat tapi pasti generasi kapal kayu akan digantikan oleh generasi kapal fiberglass.