PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IDENTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN JALAN NASIONAL BERBASIS INDIKATOR SIDLACOM

PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL BERDASARKAN NILAI KERATAAN PERMUKAAN, NILAI LENDUTAN, DAN NILAI MODULUS ELASTISITAS PERKERASAN

EVALUASI KEBUTUHAN LAHAN JALAN NASIONAL BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI PULAU LOMBOK

Jurnal Teknik Sipil ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015

ANALISIS EKONOMI DAN KINERJA JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN RUAS JALAN SOLO - SRAGEN

JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

EFEKTIVITAS JALUR SEPEDA MOTOR PADA JALAN PERKOTAAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI-MIKRO

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH ATRIBUT SIDLACOM TERHADAP PENILAIAN KINERJA JASA KONSULTANSI CORE TEAM JALAN NASIONAL PADA SNVT-P2JN PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Peningkatan Ruas Jalan Ketapang Pasir Padi (KM PKP s/d KM PKP ) Di Kota Pangkalpinang Provinsi Kep.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRACT. Keywords: Database System, Input Control, Road infrastructure, Transportation.

BIAYA PENANGANAN JALAN NASIONAL BERDASARKAN KONDISI KERUSAKAN JALAN DAN MODULUS EFEKTIF PERKERASAN PADA RUAS JALAN NASIONAL DI DEMAK

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR SINGOSARI KABUPATEN MALANG

Gambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumbar Tahun (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2015)

Margareth Evelyn Bolla *)

Evaluasi Kinerja Jalan Arteri Primer Jalan Raya Yogya Solo Daerah Istimewa Yogyakarta

ANALISIS DAMPAK BEBAN OVERLOADING KENDARAAN BERAT ANGKUTAN BARANG TERHADAP UMUR RENCANA DAN BIAYA KERUGIAN PENANGANAN JALAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JARINGAN JALAN DI KOTA SUKABUMI

PENGARUH AKTIVITAS PERDAGANGAN DAN JASA TERHADAP VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN HERTASNING KOTA MAKASSAR

Jurnal Teknik Sipil ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 11 Pages pp

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EVALUASI MODEL PEMELIHARAAN PERKERASAN JALAN TOL SEMARANG-SOLO

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur adalah sangat penting mengingat fungsi keberadaan sarana

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR DAN RUKO LAWANG KABUPATEN MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. mengemukakan secara teknis tentang metoda-metoda yang digunakan dalam

Analisis Volume, Kecepatan, dan Kepadatan Lalu Lintas dengan Metode Greenshields dan Greenberg

STUDI PENANGANAN JALAN RUAS BUNDER LEGUNDI AKIBAT PEKEMBANGAN LALU - LINTAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI DAN UPAYA PENINGKATAN KINERJA BUNDARAN KALIBANTENG PASCA TERBANGUNNYA FLYOVER

EVALUASI KINERJA JALAN PROPINSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KETERBATASAN DANA PENANGANAN JALAN (STUDI KASUS PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR) TESIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA KINERJA LALU LINTAS AKIBAT DAMPAK DARI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN STUDI KASUS PADA PROYEK PERUMAHAN BANANA PARK RESIDENCE SIDOARJO

EVALUASI KINERJA LALU LINTAS RUAS JALAN PANDAAN-GEMPOL SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA JALAN TOL

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

BAB III METODOLOGI PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI KINERJA SATUAN KERJA (SATKER) PROYEK PENANGANAN JALAN NASIONAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan meliputi:

PENGARUH MANUVER PARKIR BADAN JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK LALU LINTAS ABSTRAK

MANAJEMEN LALU LINTAS DI PUSAT KOTA JAYAPURA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PENATAAN PARKIR

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

KELAYAKAN PENERAPAN LAJUR SEPEDA MOTOR DI JALAN SUNSET ROAD BALI FEASIBILITY OF MOTORCYCLE LANE APPLICATION IN SUNSET ROAD BALI

Abstract. Abstrak. Kata-kata kunci: biaya pemeliharaan jalan, nilai kerataan permukaan, nilai lendutan, modulus elastisitas

EVALUASI KECEPATAN TRANSAKSI DI GERBANG TOL PASTEUR BANDUNG

PENILAIAN KONDISI PERKERASAN PADA JALAN S.M. AMIN KOTA PEKANBARU DENGAN PERBANDINGAN METODE BINA MARGA DAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI)

KESIAPAN KONTRAKTOR TERHADAP KEBIJAKAN PRESERVASI JALAN NASIONAL DI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG UNTUK PERTEMUAN JALAN MAYOR ALIANYANG DENGAN JALAN SOEKARNO-HATTA KABUPATEN KUBU RAYA

PENGARUH KARAKTERISTIK JALAN DAN TATA GUNA LAHAN PADA PENENTUAN KAPASITAS JALAN STUDI KASUS : JAKARTA BARAT

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN

INVENTARISASI DATA KONDISI JALAN KE DALAM APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

STUDI PERBANDINGAN PRIORITAS PENANGANAN JALAN PROVINSI DI SUMATERA BARAT

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 2015 pukul WIB dengan data sebagai berikut :

operasi simpang yang umum diterapkan adalah dengan menggunakan sinyal lalu

PERBANDINGAN PENILAIAN TINGKAT PELAYANAN JALAN MENURUT PM 96/2015 DAN KM 14/2006

Dosen, Diploma 4 Perancangan Jalan dan Jembatan, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Buketrata,

UPAYA MENGURANGI PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI MELALUI PENYEDIAAN ASRAMA MAHASISWA STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

ANALISIS KINERJA JALAN PERKOTAAN STUDI KASUS RUAS JALAN HR. SOEBRANTAS KM 3 PEKANBARU

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.1, November 2012 (16-21)

ANALISA DAMPAK LALU LINTAS PEMBANGUNAN PARAGON CITY DI KOTA SEMARANG

RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS

PENGGUNAAN INDEKS PELAYANAN JALAN DALAM MENENTUKAN TINGKAT PELAYANAN JALAN

PENGARUH PEMBALIKAN ARAH ARUS LALU LINTAS TERHADAP KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Nonongan Kota Surakarta)

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 SIMPANG

Penentuan Tingkat Pelayanan Ruas Jalan Di Kabupaten Sleman Dengan Fuzzy Logic

ANALISIS KONDISI KEMANTAPAN JALAN DENGAN LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA PADA JALAN ARTERI SEKUNDER

MANAJEMEN LALU LINTAS SATU ARAH KAWASAN TIMUR SEMARANG. Agus Darmawan, Angga Ajie Permana, Supriyono *), Eko Yulipriyono

PENGARUH PERLINTASAN KERETA API TERHADAP KINERJA JALAN RAYA CITAYAM (169T)

ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Pemberlakuan Rekayasa Lalulintas Terhadap Derajat Kejenuhan Pada Simpang Jalan Pajajaran dan Jalan Pasirkaliki

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SECARA TEORITIS DAN PRAKTIS

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai batas antar negara, provinsi ataupun kabupaten. memperhatikan kenyamanan.(sukirman,1999)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 tentang

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PROVINCIAL ROAD MANAGEMENT SYSTEM (PRMS)

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELEBARAN DAN PERBAIKAN JARINGAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PENENTUAN JENIS PEMELIHARAAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA (STUDI KASUS: KECAMATAN JABUNG, KABUPATEN MALANG) Dian Agung 1 Saputro

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN

Tugas Akhir D4 TPJJ 2013 BAB I PENDAHULUAN

PEMILIHAN RUTE PERJALANAN

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

BAB V ANALISIS DATA 5.1 UMUM

Transkripsi:

PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA UTARA Andriyani Indah Sartika Program Magister Sistem dan Teknik Transportasi Jurususan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Telp. 027-55675 andriyani.sartika@yahoo.com Agus Taufik Mulyono Program Magister Sistem dan Teknik Transportasi Jurususan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Telp. 027-55675 atm8002@yahoo.com Abstract Existing condition of national roads in the Province of North Sumatera at the end of 201 has not been fully optimized, with the proportion of road conditions that fall into either good and medium categories still had a significant decrease each year. In addition, the width of pavement is still dominated by the class of small roads (less than 7 m). This study aimed to evaluate the effectiveness of the national road maintenance program in the Province of North Sumatera from 2012 until 201. The effectiveness was evaluated by using the modified Importance Performance and the Customer Satisfaction Index. This results indicates that the outputs generated by the road handling in this study is somewhat different compared to those implemented by the Directorate General of Highways, especially in the handling of capacity expansion. Key words: road conditions, road maintenance, road width, capacity expansion Abstrak Kondisi existing jalan nasional di Provinsi Sumatera Utara akhir tahun 201 belum sepenuhnya optimal, dengan proporsi kondisi jalan berkategori baik dan sedang masih mengalami penurunan yang signifikan setiap tahunnya. Selain itu lebar perkerasan jalan masih didominasi oleh kelas jalan kecil (kurang dari 7 m). Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas program pemeliharaan jalan nasional di Provinsi Sumatera Utara yang telah berjalan mulai tahun 2012 hingga tahun 201. Efektivitas dievaluasi dengan menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI) yang dimodifikasi. Hasil studi ini menunjukkan bahwa output jenis penanganan yang dihasilkan studi ini agak berbeda dengan program yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, khususnya pada penanganan penambahan kapasitas jalan. Kata-kata kunci: kondisi jalan, pemeliharaan jalan, lebar jalan, penambahan kapasitas PENDAHULUAN Provinsi Sumatera Utara mempunyai letak geografis yang strategis pada jalur perdagangan internasional dan jalur perdagangan nasional. Pada jalur internasional, secara geostrategis, Sumatera Utara merupakan pintu perdagangan internasional yang paling strategis di Indonesia, yang dikenal dengan geostrategi Selat Malaka. Sedangkan untuk jalur perdagangan nasional Provinsi Sumatera Utara merupakan penghasil komoditas hasil perkebunan dan hasil tambang yang cukup besar di Pulau Sumatera. Untuk mendukung berkembangnya perekonomian nasional dan internasional, Provinsi Sumatera Utara Jurnal Transportasi Vol. 1 No. 3 Desember 201: 183-192 183

mempunyai jaringan jalan nasional dengan total panjang 2.29,6 km, untuk mendukung konektivitas antar pusat-pusat kegiatan strategis nasional. Namun secara umum kondisi eksisting jalan nasional di Provinsi Sumatera Utara belum sepenuhnya optimal karena proporsi kondisi perkerasan jalan berkategori baik dan sedang masih mengalami penurunan signifikan per tahunnya serta lebar perkerasan jalan masih didominasi lebar untuk kelas jalan kecil (kurang dari 7 meter). Dalam Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 200, tentang Jalan, dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 19 Tahun 2011, tentang Persyaratan Teknis Jalan disebutkan bahwa kelas jalan nasional minimal adalah kolektor primer dengan lebar badan jalan 9 meter (lebar perkerasan jalan 7 meter dan lebar total bahu jalan kiri dan kanan 2 meter). Dalam penentuan program pemeliharaan jalan nasional Ditjen Bina Marga menggunakan suatu sistem perangkat lunak terpadu yang digunakan untuk membantu perencanaan jalan dalam menghimpun data dan merencanakan program pemeliharaan jalan nasional, yaitu Indonesian Integrated Road Management System (IIRMS). Walaupun demikian output program pemeliharaan jalan nasional berdasarkan IIRMS terkadang kurang representatif terhadap: 1) kerataan permukaan berdasarkan nilai IRI, 2) kondisi visual kerusakan perkerasan berdasarkan nilai SDI, 3) kapasitas jalan akibat pertumbuhan volume lalulintas berdasarkan nilai V/C ratio, dan ) kebutuhan lebar jalan. Budiarto (201) menyatakan bahwa identifikasi tingkat kebutuhan penanganan jalan tiap segmen masing-masing ruas jalan nasional dapat dilakukan berdasarkan kondisi perkerasan (nilai IRI) dan kondisi lalulintas (derajat kejenuhan) dengan menggunakan Importance Performance Analysis (IPA). Analisis dilakukan dengan memetakan masalah yang dibagi menjadi kuadran, yaitu kuadran-i (penanganan perlu ditingkatkan), kuadran- II (penanganan jalan efektif), kuadran-iii (penanganan jalan berlebihan), dan kuadran-iv (kebutuhan rendah dan ditangani sesuai kebutuhan sehingga efektif). Penentuan tingkat kepentingan pelayanan jalan berdasarkan nilai SDI, IRI, V/C ratio, dan kebutuhan lebar perkerasan jalan menjadi rumusan masalah penelitian untuk menganalisis dan mengevaluasi program pemeliharaan jalan yang telah dianggarkan dari tahun 2012-201 di Provinsi Sumatera Utara. Metode IPA dan Customer Satisfaction Index (CSI) modifikasi dipilih sebagai alat evaluasi. Metode ini diharapkan dapat memberikan alternatif penentuan prioritas program pemeliharaan jalan yang efektif di masa depan. METODOLOGI PENELITIAN Evaluasi program pemeliharaan jalan nasional di Provinsi Sumatera Utara menggunakan 2 metode, yaitu metode IPA dan metode CSI modifikasi. Alur pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. 18 Jurnal Transportasi Vol. 1 No. 3 Desember 201: 183-192

Pada metode IPA modifikasi data responden diganti dengan data kondisi eksisting ruas jalan. Penentuan jenis penanganan dilakukan dengan pemetaan data kondisi eksisting ke dalam teori kuadran berdasarkan parameter kondisi kerusakan (nilai IRI dan SDI) dan kondisi pelayanan lalulintas (lebar jalan dan V/C ratio). Kombinasi IPA modifikasi berdasarkan parameter kondisi kerusakan jalan dan kondisi pelayanan lalulintas dapat dilihat pada Gambar 2 sedangkan Tabel 1 menunjukkan jenis penanganan jalan berdasarkan hubungan kondisi masing-masing parameter. Gambar 1 Alur Pikir Penelitian Keempat parameter memiliki hasil keputusan yang berbeda namun masing-masing kuadran mempunyai hubungan yang erat dalam penentuan prioritas penanganan. Hubungan keempat analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Analisis IPA I menggunakan parameter nilai SDI (sumbu X) dan V/C ratio (sumbu Y) untuk melihat hubungan jenis kerusakan jalan terhadap kepadatan arus lalulintas. 2. Analisis IPA II menggunakan parameter nilai V/C ratio (sumbu X) dan lebar perkerasan jalan (sumbu Y) yang keduanya merupakan indikator pelayanan lalulintas dalam penentuan kapasitas jalan. 3. Analisis IPA III menggunakan parameter SDI (sumbu X) dan lebar perkerasan jalan (sumbu Y) untuk melihat hubungan tingkat penanganan kerusakan jalan terhadap kebutuhan lebar minimal jalan nasional.. Analisis IPA IV memetakan jenis penanganan berdasarkan tingkat kerusakan jalan serta faktor koreksi penentuan jenis kerusakan antara parameter kerataan permukaan jalan berdasarkan nilai IRI (sumbu X) dengan kerusakan permukaan berdasarkan nilai SDI (sumbu Y). Program Pemeliharaan Jalan Nasional (Andriyani Indah Sartika dan Agus Taufik Mulyono) 185

Gambar 2 Hubungan Tingkat Penanganan Jalan terhadap Parameter Kondisi dan Kinerja Jalan dengan Metode IPA Berdasarkan Teori Kuadran Tabel 2 Jenis Penanganan Jalan Berdasarkan Masing-Masing Parameter Jenis Penanganan Kuadran IPA 1 IPA 2 IPA 3 IPA V/C dan SDI Lebar dan V/C SDI dan Lebar SDI dan IRI I Pelebaran Ia Peningkatan struktur Peningkatan struktur Peningkatan struktur dan Pelebaran dan pelebaran bersyarat Ib Peningkatan struktur Pemeliharaan berkala Peningkatan struktur dan Manajemen lalulintas dan pelebaran bersyarat Ic Pemeliharaan berkala Pemeliharaan berkala dan pelebaran Id Pemeliharaan berkala dan manajemen lalulintas IIa Peningkatan struktur Manajemen Peningkatan struktur Peningkatan struktur lalulintas IIb Pemeliharaan berkala Pelebaran Pemeliharan berkala Pemeliharaan berkala III Pelebaran bersyarat Pelebaran bersyarat IIIa Pelebaran Peningkatan struktur IIIb Manajemen lalulintas Pemeliharaan berkala IV Pemeliharaan rutin Pemeliharaan rutin Pemeliharaan rutin Pemeliharaan rutin Catatan: Pelebaran bersyarat = pelebaran menuju 7 meter (standar minimal teknis lebar jalan nasional) Metode CSI modifikasi digunakan untuk mengukur tingkat kebutuhan atau skala prioritas penanganan masing-masing ruas. Skala prioritas berdasarkan masing-masing parameter ditunjukkan pada Tabel 3 dan Tabel. Skala prioritas merupakan langkah penilaian dalam pengambilan keputusan akhir untuk menentukan jenis penanganan yang paling penting sampai dengan kebutuhan yang pemenuhannya dapat ditunda. Urutan 186 Jurnal Transportasi Vol. 1 No. 3 Desember 201: 183-192

kebutuhan disusun berdasarkan tingkat kepentingan kebutuhan. Skala nilai berdasarkan tipe kuadran dan kriteria prioritas dapat dilihat pada Tabel 5 dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Tabel 6. Range Tabel 3 Pembagian Skala Tiap Parameter dalam CSI Parameter Kerusakan Darajat Permukaan Kejenuhan (SDI) (V/C Ratio) Kerataan Permukaan (IRI) Lebar Perkerasan Jalan [ 1 ] > 12 m/km > 150 > 0,80 < 6 m [ 2 ] 8-12 m/km 100-150 0,55-0,80 6-7 m [ 3 ] -8 m/km 50-100 0,25-0,55 7-1 m [ ] < m/km < 50 < 0,25 > 1 m Sumber: Ditjen Bina Marga, 2011. Tabel Kriteria Nilai Customer Satification Index Nilai CSI Kriteria CSI P 1 b Tidak Prioritas (T P) c > P 2 b Kurang Prioritas (P 3) a > P 3 c Agak Prioritas (P 2) P 1 a Prioritas (P 1) Tabel 5 Klasifikasi Nilai Karakter Kuadran dan Prediksi Prioritas Penanganan Nilai Kuadran Prediksi Prioritas (Pemetaan IPA) (Hasil CSI) 1 I P 1 (Prioritas) 1 I a 1,25 I b 1,5 I c 1,75 I d 2 II a P 2 (Agak Prioritas) 2,5 II b 3 III a P 3 (Kurang Prioritas) 3,5 III b IV T P (Tidak Prioritas) Kelompok dengan nilai yang lebih kecil dari rata-rata merupakan kelompok yang diprediksi mendapat prioritas utama untuk diperbaiki (R5, R7, dan R3). Ruas jalan yang memiliki nilai terkecil (R5) akan menjadi fokus utama dilakukan perbaikan. Pada studi ini evaluasi kesesuaian (tingkat efektivitas) jenis penanganan hasil analisis dengan program Ditjen Bina Marga dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: 1. Kategori kurang efektif; jika jenis penanganan jalan hasil analisis lebih banyak daripada program Bina Marga, yang mengindikasikan bahwa program penanganan Bina Marga masih belum tepat atau jenis penanganan kurang sesuai; Program Pemeliharaan Jalan Nasional (Andriyani Indah Sartika dan Agus Taufik Mulyono) 187

2. Kategori tidak efektif; jika jenis penanganan jalan hasil analisis kurang daripada program Bina Marga, yang mengindikasikan bahwa program penanganan Bina Marga berlebih atau tidak tepat sasaran; 3. Kategori penanganan efektif; jika jenis penanganan jalan hasil analisis sama dengan program Bina Marga. Tabel 6 Contoh Perhitungan Penilaian Skala Prioritas Tipe Kuadran Prediksi Prioritas Penilaian Nama (Analisis IPA) (Analisis CSI) Ruas IPA IPA IPA IPA CSI CSI CSI CSI IPA IPA IPA IPA CSI CSI CSI CSI Nilai I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Ruas 1 IV III III IV P 3 TP P 3 TP 3 3 3 3 28 Ruas 2 IV IV IV IV TP TP TP TP 32 Ruas 3 IIIb I III IV TP P 2 TP TP 3,5 1 3 2 25,5 Ruas IV IV IV IV TP TP TP TP 32 Ruas 5 IIb III Ib IIIb P 3 P 2 P 3 P 3 2,5 3 1,25 3,5 3 2 3 3 21,25 Ruas 6 IV IV IV IV TP TP TP TP 32 Ruas 7 Ia Iia IV IV TP P 3 TP TP 1 2 3 25 Ruas 8 IV IV III IV P 3 TP P 3 P 3 3 3 3 3 28 Ruas 9 IV IV IV IV TP P 1 TP TP 1 29.................................... Ruas 150 IIIb I III IV TP P 3 TP TP 3,5 1 3 3 26,5 Rata-rata 27,925 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi perkerasan berdasarkan nilai IRI (tingkat kerataan permukaan) dan SDI (tingkat kerusakan permukaan jalan) dari tahun 2011 hingga tahun 2013 hampir sama namun terdapat selisih di antara nilai keduanya. Perbedaan ini disebabkan oleh cara pengambilan data yang berbeda, nilai IRI diambil dari survei menggunakan alat NASRAA dan SDI didapat dari survei visual kerusakan permukaan jalan yang dilakukan oleh beberapa surveyor. Pola normalisasi nilai IRI dan SDI dapat dilihat pada Gambar 3 dan. Secara umum kondisi eksisting permukaan jalan pada tahun 2011, tahun 2012, dan tahun 2013 dengan kode ruas jalan bernomor kecil (ruas jalan lintas utama) masih baik. Namun terdapat beberapa ruas yang memiliki kerusakan jauh dari batas atas nilai kerusakan yang berada pada kode ruas dengan nomor yang tinggi (ruas jalan non utama). Gambar 5 menunjukkan bahwa dari tahun 2011 hingga tahun 2013 lebar jalan umumnya bertambah namun masih didominasi dengan lebar yang kurang dari 7 meter. Kode ruas bernomor kecil (lintas utama) mendominasi dengan lebar lebih dari batas optimum, sebaliknya kode ruas bernomor besar (lintas non-utama) didominasi dengan lebar kurang dari 7 meter. Pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa pada tahun 2011 hingga tahun 2013 derajat kejenuhan lalulintas umumnya meningkat. Kode ruas bernomor kecil (lintas utama) mendominasi dengan V/C ratio melebihi batas optimum, yang artinya melayani lalulintas dengan volume yang tinggi. Sebaliknya kode ruas bernomor besar (lintas non-utama) 188 Jurnal Transportasi Vol. 1 No. 3 Desember 201: 183-192

1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 1 5 9 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89 93 97 101 105 109 113 117 121 125 129 133 137 11 15 19 Normalisasi Data 1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 1 5 9 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89 93 97 101 105 109 113 117 121 125 129 133 137 11 15 19 Normalisasi Data 1 7 10 13 16 19 22 25 28 31 3 37 0 3 6 9 52 55 58 61 6 67 70 73 76 79 82 85 88 91 9 97 100 103 106 109 112 115 118 121 12 127 130 133 136 139 12 15 18 Normalisasi Data 1 7 10 13 16 19 22 25 28 31 3 37 0 3 6 9 52 55 58 61 6 67 70 73 76 79 82 85 88 91 9 97 100 103 106 109 112 115 118 121 12 127 130 133 136 139 12 15 18 1 7 10 13 16 19 22 25 28 31 3 37 0 3 6 9 52 55 58 61 6 67 70 73 76 79 82 85 88 91 9 97 100 103 106 109 112 115 118 121 12 127 130 133 136 139 12 15 18 Normalisasi Data Normalisasi Data memiliki V/C ratio yang beragam namun secara umum kondisi lalulintas pada ruas-ruas tersebut relatif rendah. Nilai IRI dan SDI Tahun 2011 (Normalisasi) 2.0 2.0 1.8 1.8 1.6 1.6 1. 1. 1.2 1.2 Batas atas nilai kerusakan (IRI=12, SDi= 150) 1.0 1.0 Batas atas nilai kerusakan (IRI=12, SDi= 150) 0.8 0.8 0.6 0.6 0. 0. 0.2 0.2 0.0 0.0 Nilai IRI dan SDI Tahun 2012 (Normalisasi) Nilai IRI Kode Ruas Jalan Nilai SDI Nilai IRI Kode Ruas Jalan Nilai SDI Gambar 3 Pola Normalisasi Nilai Kondisi Eksisting IRI dan SDI Tahun 2011 dan Tahun 2012 2.0 1.8 1.6 1. 1.2 1.0 0.8 0.6 0. 0.2 0.0 Nilai IRI dan SDI Tahun 2013 (Normalisasi) Nilai IRI Kode Ruas Jalan Nilai SDI Gambar Pola Normalisasi Nilai Kondisi Eksisting IRI dan SDI Tahun 2013 3.00 Normalisasi data Lebar jalan Tahun 2011-2013 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 Kode Ruas Jalan Lebar jalan tahun 2011 Lebar jalan tahun 2012 Lebar jalan tahun 2013 Gambar 5 Pola Normalisasi Kondisi eksisting Jalan Berdasarkan Lebar Jalan 2.00 1.80 1.60 1.0 1.20 1.00 0.80 0.60 0.0 0.20 0.00 Normalisasi data V/C ratio Tahun 2011-2013 Kode Ruas Jalan V/C ratio tahun 2011 V/C ratio tahun 2012 V/C ratio tahun 2013 Gambar 6 Pola Normalisasi Kondisi Eksisting Jalan Berdasarkan Kondisi Lalulintas Program Pemeliharaan Jalan Nasional (Andriyani Indah Sartika dan Agus Taufik Mulyono) 189

Berdasarkan data kondisi tersebut ruas jalan yang membutuhkan penanganan pertama tahun 2013 masih pada ruas yang sama di usulan program tahun 2012, yaitu Batu Mundom-Singkuang (Tabuyung) dengan panjang 53,0 km, di Barat. Walaupun kondisi perkerasan meningkat dan lebar jalan bertambah, kondisi jalan rata-rata dan lebar masih jauh dari kategori baik dan kondisi perkerasan masih dalam kategori rusak berat (nilai IRI 12,9 mm/km dan SDI 226) dengan lebar 5,8 meter (standard minimal jalan nasional 7 meter). Pada tahun 2013 ruas jalan yang diindikasikan membutuhkan penanganan pertama di tahun 201 adalah Jl. Runding (Sidikalang), yang terletak pada non-lintas dengan kondisi perkerasan ruas jalan rusak berat (nilai IRI 10, mm/km dan SDI 208) dan lebar 5,1 meter. Evaluasi perbandingan dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian antara rencana penanganan jalan berdasarkan hasil analisis menggunakan metode IPA dan CSI modifikasi dengan program pemeliharaan yang telah dianggarkan oleh Ditjen. Bina Marga tahun 2012 hingga tahun 201. Hasil evaluasi program pemeliharaan jalan dan tingkat efektivitas penanganan jalan antara hasil analisis dan program Bina Marga dapat dilihat pada Tabel 7, Tabel 8, Tabel 9, dan Tabel 10. Dari perbandingan program penanganan jalan berdasarkan hasil analisis dengan program Ditjen Bina Marga tahun 2012 hingga tahun 201 dapat diketahui bahwa: 1. Perbaikan pelebaran hasil analisis sebagian besar tersebar di non-lintas utama, sedangkan program Bina Marga banyak diarahkan pada jalan nasional Timur ( Utama); 2. Perbaikan rutin hasil analisis didasarkan pada parameter IRI, SDI, V/C ratio, dan standar lebar jalan, sedangkan program Ditjen Bina Marga hanya didasarkan parameter kondisi kerusakan permukaan saja (IRI dan SDI); 3. Tingkat efektivitas dari tahun ke tahun tidak signifikan meningkat dan diketahui bahwa program realisasi Ditjen Bina Marga tahun 201 lebih efektif 56,67 % (85 ruas dari total ruas jalan nasional di Provinsi Sumut) dibandingkan program pemeliharaan jalan tahun 2013 dan tahun 2012;. Jumlah ruas jalan yang menjadi prioritas utama hasil analisis lebih banyak daripada jumlah yang terdapat pada program Bina Marga karena jenis penanganan dari hasil analisis merupakan kondisi ideal tanpa mempertimbangkan keterbatasan dana, pembebasan lahan, maupun kondisi lingkungan; 5. Output perbaikan berdasarkan kondisi kerusakan jalan (SDI dan IRI) pada program Ditjen Bina Marga lebih banyak dibandingkan dengan hasil analisis karena nilai parameter yang digunakan dalam analisis merupakan nilai rata-rata per ruas dan bukan per segmen; 6. Solusi perbaikan yang dihasilkan dari analisis untuk mengurangi kepadatan lalulintas lebih detail, yaitu pelebaran (nilai V/C ratio 0,85), pelebaran untuk memenuhi lebar standar minimal jalan nasional, dan pembatasan lalulintas dengan manajemen lalulintas untuk kondisi jalan yang relatif stabil (nilai V/C ratio antara 0,7-0,8), sedangkan 190 Jurnal Transportasi Vol. 1 No. 3 Desember 201: 183-192

Rutin Manaj. Lalin Rutin Pelebaran. Rutin Manaj. Lalin Rutin Pelebaran. Rutin Manaj. Lalin Rutin Pelebaran. Ditjen Bina Marga hanya menerapkan peningkatan kapasitas (nilai V/C ratio 0,85) dengan solusi berupa pelebaran; No. Tabel 7 Perbandingan Jumlah Ruas Usulan Program Penanganan Tahun 2012 Jumlah Ruas Usulan Penanganan Program Tahun 2012 Program Bina Marga Hasil Analisis TA 2012 Pelebaran Standar Peningkatan min Kapasitas (7 m) 1 Timur 1 3 9 1 5 53 8 9 70 2 Tengah 2 3 15 2 28 2 11 2 3 3 Barat 12 2 6 20 1 18 Penghubung 25 2 1 15 3 30 2 9 5 5 Non 20 2 13 35 25 2 3 1 31 Ruas 122 7 3 3 58 1 19 150 6 31 20 207 Jumlah Ruas Prioritas Utama 55 ruas 55 ruas No. Tabel 8 Perbandingan Jumlah Ruas Usulan Program Penanganan Tahun 2013 Jumlah Ruas Usulan Penanganan Program Tahun 2013 Program Bina Marga Hasil Analisis TA 2013 Pelebaran Standar Peningkatan min Kapasitas (7 m) 1 Timur 1 3 9 1 5 53 8 65 2 Tengah 27 15 2 28 7 9 3 Barat 27 2 6 35 1 2 7 23 Penghubung 23 1 1 30 1 7 51 5 Non 17 5 13 1 36 25 2 5 32 Ruas 135 9 2 3 57 2 208 150 0 33 32 215 Jumlah Ruas Prioritas Utama 66 ruas 58 ruas No. Tabel 9 Perbandingan Jumlah Ruas Usulan Program Penanganan Tahun 201 Jumlah Ruas Usulan Penanganan Program Tahun 201 Program Bina Marga Hasil Analisis TA 201 Pelebaran Standar Peningkatan min Kapasitas (7 m) 1 Timur 38 3 6 5 52 53 6 63 2 Tengah 18 6 1 25 28 1 3 36 3 Barat 6 5 2 13 1 1 6 21 Penghubung 23 1 28 30 6 0 5 Non 18 3 2 2 25 25 1 2 2 30 Ruas 103 21 5 9 5 0 13 150 3 17 20 190 Jumlah Ruas Prioritas Utama 50 ruas 38 ruas Program Pemeliharaan Jalan Nasional (Andriyani Indah Sartika dan Agus Taufik Mulyono) 191

Tabel 10 Perbandingan Jumlah Ruas Jalan Berdasarkan Tingkat Efektivitas Tahun 2012 Hingga Tahun 201 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 201 Kurang Tidak Kurang Tidak Kurang Tidak Efektif Efektif Efektif Efektif Efektif Efektif Efektif Efektif Efektif Timur 35 9 9 31 12 10 35 16 2 Tengah 10 1 17 7 12 15 1 Barat 7 5 2 9 3 2 7 6 1 Penghubung 11 1 5 13 9 8 18 9 3 Non 9 13 3 13 11 1 13 12 0 Jumlah Ruas Jalan 72 55 23 83 2 25 85 58 7 Proporsi (%) 8,00 36,67 15,33 55,33 28,00 16,67 56,67 38,67,67 KESIMPULAN Pada studi ini dilakukan evaluasi dan perbandingan program pemeliharaan jalan nasional berdasarkan parameter nilai SDI, IRI, lebar jalan, dan V/C ratio yang menggunakan metode IPA dan CSI modifikasi dengan program penanganan jalan nasional yang dilakukan oleh Ditjen Bina Marga. Kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut: 1. Program realisasi Bina Marga tahun 201 lebih efektif 56,67 % (85 ruas dari total ruas jalan nasional di Provinsi Sumatera Utara) dibandingkan dengan program pemeliharaan tahun 2013 dan tahun 2012. 2. Arah pemeliharaan jalan hasil analisis dan program Ditjen Bina Marga tahun 2012 hingga tahun 201 relatif sama, namun Ditjen Bina Marga lebih memprioritaskan penanganan pada ruas jalan di Timur. DAFTAR PUSTAKA Budiarto, A. 201. Evaluasi Penanganan Jalan Nasional: Studi Kasus Jalan Nasional Wilayah Kerja Satker P2JN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Kementerian Pekerjaan Umum. 2011. Peraturan Menteri PU No. 19 Tahun 2011, Tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. 2011. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2006, Tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalulintas. Jakarta. Pemerintah Republik Indonsia. 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 3 Tahun 2006, Tentang Jalan. Jakarta. 192 Jurnal Transportasi Vol. 1 No. 3 Desember 201: 183-192