BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS. lama. Manfaat jika seseorang memiliki daya tahan : a. Meningkatkan kemampuan kerja jantung

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Serikat pada tahun 1891 dari sebuah sekolah pelatihan fisik (Young Men s

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tahan aerobik yang baik diperlukan tingkat VO 2 max yang tinggi. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh yang

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi seluruh manusia. Glukosa

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

SISTEM ENERGI DAN ZAT GIZI YANG DIPERLUKAN PADA OLAHRAGA AEROBIK DAN ANAEROBIK. dr. Laurentia Mihardja, MS *

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

BAB I PENDAHULUAN. enzim dari jalur lintas glikolitik dan heksosa monofosfat dari metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah. remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sepakbola adalah suatu permainan beregu yang dimainkan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

LEMBAR PERSETUJUAN...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB IV HASIL PENELITIAN. komplek Batu Raden Ciwastra Bandung. Sekolah sepak bola UNI didirikan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan yang mengandung berbagai macam zat yang dibutuhkan

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

SISTEM ENERGI DAN ZAT GIZI YANG DIPERLUKAN PADA OLAHRAGA AEROBIK DAN ANAEROBIK dr. Laurentia Mihardja, MS

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diandalkan dalam pembangunan nasional. Sebagai modal

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu

Pemanfaatan Energi dalam Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

NUTRISI PADA ATLET dr. Ermita I.Ilyas, MS

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992).

Specific Dynamic Action

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan jasmani tambahan lainnya tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti,

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

ROLE OF NUTRITION TO WIN A MATCH

TINJAUAN KEMAMPUAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2 MAX) ATLET PENCAK SILAT PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR (PPLP) SUMATERA BARAT TAHUN 2015 JURNAL

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAB I PENDAHULUAN. bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa

BAB I PENDAHULUAN. anaerobik adalah lari cepat jarak pendek, interval training, lari seratus. yard, renang sprint, serta bersepeda cepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. luang dan menanggulangi keadaan-keadaan mendadak yang tidak. yang berkaitan dengan kesehatan dan yang berkaitan dengan performance.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan daya tahan jantung paru dapat menyebabkan penurunan kecepatan dan keterampilan bermain sepak bola (Pertiwi, 2012). Daya tahan adalah kemampuan untuk bekerja atau berlatih dalam jangka waktu yang lama, dan setelah melakukan latihan dalam jangka waktu yang lama tidak mengalami kelelahan yang berlebihan (Whitney, 2008). Daya tahan dapat diukur melalui kadar VO 2 maksimal yang merupakan jumlah maksimum oksigen yang diambil selama melakukan olahraga. Durasi permainan sepak bola yang cukup lama yaitu 2 x 45 menit, sangat membutuhkan kapasitas paru-paru yang maksimal untuk mempertahankan kualitas permainan (Andhika, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa atlet dengan nilai VO 2 maksimal sebesar 80 ml/ kg BB/menit dapat berlari 5000 m lebih cepat dibandingkan dengan atlet yang hanya memiliki 40 ml/ kg BB/menit. Semakin tinggi nilai VO 2 maksimal maka semakin baik pula daya tahan jantung paru, sehingga atlet yang membutuhkan daya tahan dalam olahraganya, akan memiliki prestasi yang baik pula (Pertiwi, 2012). 1

Kemampuan daya tahan bergantung pada energi aerobik yang tersedia yaitu karbohidrat dan lemak karena peningkatan lemak dan penurunan karbohidrat akan menurunkan daya tahan. Kelelahan dihubungkan dengan menurunnya kadar glikogen otot dan glukosa darah selama pertandingan (Stump, 2012). Kelelahan juga dihubungkan dengan indeks masa tubuh yang berkaitan erat dengan komposisi lemak tubuh. Asam lemak bebas berperan dalam terjadinya resistensi insulin yaitu terganggunya aktifitas mitokondria yang menyebabkan konsumsi glukosa dan oksigen akan terganggu. Hal ini akan berdampak pada kemampuan seseorang untuk memiliki tingkat kebugaran yang baik dan nilai VO 2 maksimal akan rendah (Sukawati, 2010). Secara umum, baik glukosa maupun asam lemak memberikan energi saat berolahraga tergantung pada intensitas dan durasi olahraga. Selama latihan dengan intensitas rendah hingga sedang (maksimal 60% asupan oksigen, VO 2 maksimal) dengan durasi panjang seperti jalan kaki atau lari-lari kecil, sumber tenaga utama berasal dari asam lemak. Pembakaran lemak akan berkontribusi lebih besar dibandingkan dengan pembakaran karbohidrat dalam hal produksi energi tubuh. Walaupun lemak menjadi sumber utama dalam olahraga dengan intensitas rendah, ketersediaan karbohidrat sangat penting untuk menyempurnakan pembakaran dan untuk menjaga tingkat glukosa darah. Karbohidrat menjadi sumber energi utama apabila intensitas olahraga meningkat 2

(85%-90% asupan oksigen, VO 2 maksimal) seperti pada sprint dan olahraga beregu contohnya sepakbola dan basket (Stump, 2012). Pada saat berolaharaga yang bersifat endurance, protein dapat memberikan kontribusi sebesar 3-5% dalam produksi energi tubuh dan dapat meningkat melebihi 5% apabila simpanan glikogen dan glukosa darah sudah semakin berkurang sehingga tidak mampu lagi untuk mendukung kerja otot. Asam amino yang dilepaskan berasal dari jaringan tubuh melalui proses glukoneogenesis, mengkonversi asam amino menjadi glukosa yang akan diedarkan ke dalam darah agar tingkat glukosa darah tetap dalam keadaan normal. Tetapi penggunaan protein sebagai sumber energi akan mengurangi fungsi yang seharusnya adalah sebagai pembangun tubuh dan memperbaiki jaringan yang rusak. Selain itu pembakaran protein akan menyebabkan dehidrasi karena menghasilkan produk sisa yaitu nitrogen yang harus dikeluarkan oleh tubuh melalui urin. Oleh karena itu pembakaran protein secara berlebihan harus dicegah dengan mengkonsumsi karbohidrat yang cukup untuk meningkatkan simpanan glikogen dan menjaga kadar glukosa darah tetap dalam keadaan normal (Irawan, 2007). Kreider (2003) dalam Mahan (2008) mengatakan bahwa kebutuhan normal zat gizi makro adalah 45% - 55% kalori berasal dari karbohidrat (3-5 gr/kg BB/hari), 10% - 15% kalori berasal dari protein (0,8 1 gr/kg BB/hari) dan 25% - 35% kalori berasal dari lemak (0,5-1 gr/kg BB/hari). Tetapi atlet dengan 3

intensitas latihan sedang-tinggi membutuhkan lebih banyak karbohidrat dan protein untuk mecukupi asupan zat gizi makro. Sebesar 60%-70% dari total kalori berasal dari karbohidrat (5-8 gr/kg BB/hari), 10%-15% berasal dari protein dan lemak 20%-30%. Selama masa pertumbuhan dan pubertas (usia 12-16 tahun), diperoleh tambahan tinggi badan sekitar 15% dan masa skelet sebesar 48%. Oleh karena itu asupan gizi anak-anak pubertas yang aktif harus sesuai dengan meningkatnya kebutuhan energi, vitamin, mineral dan zat gizi lainnya. Survey gizi menunjukkan bahwa anak-anak pubertas pola makannya tidak teratur dan sebagian besar asupan gizinya diperoleh dari makanan kecil (snack) diantara waktu-waktu makannya yang tidak teratur, bahkan melewatkan waktu sarapan dan makan siang. Asupan makan yang tidak mencukupi dan kualitas makanan yang kurang baik mengakibatkan kekurangan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Salah satu zat gizi mikro yang sering diketemukan dalam keadaan tidak mencukupi adalah zat besi (Giriwijoyo, 2012). Latihan akan meningkatkan proses hemolisis sehingga untuk memulihkan kondisi tersebut atlet membutuhkan zat besi sebagai bahan dasar pembentukan sel darah merah (Bean, 2009). Anemia pada atlet berhubungan dengan menurunnya konsentrasi kadar hemoglobin dalam darah. Hemoglobin terdapat di dalam sel darah merah dan merupakan protein yang berfungsi untuk mengangkut oksigen 4

ke berbagai jaringan-jaringan tubuh sedangkan mioglobin terdapat di dalam sel otot dan berfungsi untuk menyimpan dan mendistribusikan oksigen ke dalam selsel otot. Ketika terjadi keadaan kekurangan zat besi akan berpengaruh terhadap perilaku hidup seperti tidak ada motivasi, tidak bugar, dan tidak produktif (Whitney et all, 2008). Seorang atlet hendaknya mempunyai kadar hemoglobin yang normal karena jika mengalami anemia akan menyebabkan menurunnya daya tahan atau ketahanan atlet pada saat latihan atau pertandingan (Smith, 1989). Perencanaan makan yang baik akan mendukung berbagai program latihan, baik itu latihan untuk fitness ataupun untuk pertandingan. Asupan makan yang mencukupi akan mempercepat pemulihan diantara waktu latihan, mengurangi resiko cidera atau latihan yang berlebih, dan membantu mencapai penampilan terbaik. (Bean, 2009). Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai Hubungan Asupan Karbohidrat, Lemak, Protein, Zat Besi dan Kadar Hemoglobin terhadap Daya Tahan Atlet Sepak Bola Usia 14-16 Tahun di Sekolah Sepak Bola UNI Bandung. Sekolah sepak bola UNI merupakan sekolah sepak bola tertua di Indonesia yang berdiri pada tahun 1903 dan memiliki prestasi yang cukup baik. 5

B. Identifikasi Masalah Olahraga sepak bola adalah jenis olahraga yang mengandalkan daya tahan dan kekuatan karena waktu pertandingan yang panjang yaitu 2 x 45 menit. Daya tahan dipengaruhi oleh asupan gizi, jenis kelamin, usia dan aktivitas fisik. Asupan gizi seimbang akan menunjang program latihan sekaligus daya tahan atlet. Atlet dengan usia 13-16 tahun memiliki kebutuhan gizi yang lebih tinggi terutama asupan protein karena selain untuk memperbaiki jaringan otot yang rusak karena latihan, protein juga digunakan untuk masa pertumbuhan. Asupan karbohidrat akan disimpan dalam otot dan hati sebagai cadangan energi. Glukosa yang disimpan dalam hati akan dikeluarkan ke dalam aliran darah jika cadangan glikogen otot menipis, sehingga level glukosa dan laju pembakaran glukosa dapat dipertahankan. Hal ini yang dapat membantu mengurangi kelelahan dan menjaga daya tahan tubuh pada olahraga yang berdurasi panjang. Energi yang dihasilkan dari lemak terjadi setelah tubuh kekurangan cadangan glikogen otot. Lemak menghasilkan energi yang lebih besar, pembakaran lemak menghasilkan asam lemak yang tak terbatas sehingga mengakibatkan terjadinya kelelahan. Komposisi gizi seimbang untuk latihan maupun pertandingan sangat diperlukan untuk menjaga daya tahan atlet agar tetap maksimal. Atlet pada usia ini juga rentan terjadi anemia karena pola makan yang tidak teratur dan istirahat yang kurang. Akibatnya terjadi kelelahan, daya tahan tidak maksimal dan prestasi atlet menurun. 6

C. Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada variabel asupan karbohidrat, protein, lemak, zat besi, kadar hemoglobin darah dan daya tahan atlet sepak bola UNI di Bandung usia 13-16 tahun D. Perumusan Masalah Bagaimana hubungan antara asupan karbohidrat, lemak, protein, zat besi dan kadar hemoglobin darah terhadap daya tahan atlet sepak bola usia 13-16 tahun di sekolah sepak bola UNI Bandung? E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menegetahui bagaimana hubungan antara asupan karbohidrat, lemak, protein, zat besi dan kadar hemoglobin darah terhadap daya tahan atlet sepak bola usia 13-16 tahun di sekolah sepak bola UNI Bandung 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik sampel yaitu berupa data usia b. Mengetahui asupan karbohidrat atlet sepak bola usia 13-16 tahun di sekolah sepak bola UNI Bandung 7

c. Mengetahui asupan protein atlet sepak bola usia 13-16 tahun di sekolah sepak bola UNI Bandung d. Mengetahui asupan lemak atlet sepak bola usia 13-16 tahun di sekolah sepak bola UNI Bandung e. Mengetahui asupan zat besi atlet sepak bola usia 13-16 tahun di sekolah sepak bola UNI Bandung f. Mengetahui kadar hemoglobin darah atlet sepak bola usia 13-16 tahun di sekolah sepak bola UNI Bandung g. Mengetahui daya tahan atlet sepak bola usia 13-16 tahun di sekolah sepak bola UNI Bandung h. Menganalisis hubungan antara asupan karbohidrat dengan daya tahan atlet sepak bola usia 13-16 tahun di sekolah sepak bola UNI Bandung i. Menganalisis hubungan antara asupan protein dengan daya tahan atlet sepak bola usia 13-16 tahun di sekolah sepak bola UNI Bandung j. Menganalisis hubungan antara asupan lemak dengan daya tahan atlet sepak bola usia 13-16 tahun di sekolah sepak bola UNI Bandung k. Menganalisis hubungan antara asupan zat besi dengan daya tahan atlet sepak bola usia 13-16 tahun di sekolah sepak bola UNI Bandung l. Menganalisis hubungan antara kadar hemoglobin darah dengan daya tahan atlet sepak bola usia 13-16 tahun di sekolah sepak bola UNI Bandung 8

F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi: 1. Universitas Esa Unggul Sebagai pengembangan referensi mengenai hubungan antara asupan karbohidrat, protein, lemak dan kadar hemoglobin terhadap tingkat daya tahan para atlet sepak bola dan sebagai acuan untuk penelitian lanjutan. 2. Sekolah Sepak Bola UNI Bandung Mengetahui daya tahan atlet serta asupan gizi atlet sepak bola UNI Bandung usia 13-16 tahun sehingga pihak sekolah dapat bekerjasama dengan ahli gizi merencanakan asupan makan yang baik sebelum pertandingan, saat pertandingan maupun setelah pertandingan untuk menjaga endurance tetap dalam keadaan baik. 3. Peneliti Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat dari perkuliahan mengenai kebutuhan gizi atlet, menguji teori yang diperoleh pada mata kuliah gizi olahraga mengenai daya tahan atlet, memperoleh pengalaman pada saat penelitian dan menambah wawasan pengetahuan peneliti dalam bidang gizi dan olahraga khususnya tentang asupan karbohidrat, protein, lemak dan kadar hemoglobin dan daya tahan atlet. 9