DINAMIKA KONSENTRASI GENISTEIN DALAM PROSES PEMBUSUKAN TEMPE KEDELAI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH LAMA FERMENTASI TEMPE TERHADAP KANDUNGAN TOTAL SENYAWA FENOLIK DAN ISOFLAVON GENISTEIN

Solvent Optimization For Genistein Isolation Of Rotten Tempe By High Performance Liquid Chromatography Method

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BIOKIMIA (Kode : F-13)

BIOKIMIA (Kode : H-10)

KAJIAN KANDUNGAN FENOLAT DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL TEMPE GEMBUS DARI BERBAGAI WAKTU INKUBASI

BAB III METODE PENELITIAN

PERANAN KAPANG Rhizopus oligosporus PADA TEMPE KACANG GUDE (Cajanuscajan) TERHADAP KANDUNGAN SENYAWA ISOFLAVON

III. METODE PENELITIAN

Thieme, J.G., Coconout Oil Processinir. FAO Agriculture Development, Rome, Italia, 1968.

1. Pendahuluan AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FRAKSI TAUCO DENGAN METODE DPPH

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Tempe merupakan makanan tradisional khas Indonesia, sebagian besar

III. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Dari tepung ubi jalar terfermentasi yang diperoleh dianalisa aktivitas antioksidan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

KIMIA ANALITIK (Kode : D-02)

KANDUNGAN SENYAWA ISOFLAVON DALAM TEMPE DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN. Dr. Sri Handayani

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-53 Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang 14 September2016

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

Lampiran 1. Metode analisis kolesterol, asam lemak dan Vitamin A A. Metode Analisis Kolesterol (Kleiner dan Dotti 1962).

6 FRAKSINASI DAN ISOLASI PROTEIN WHEY SUSU KUDA SUMBA

LAPORAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Wirasuta dkk. Jurnal Farmasi Udayana Vol 5, No 2, UJI KEMURNIAN ISOLAT ANDROGRAFOLID DENGAN HPLC FASE TERBALIK

Sampel basah. Dikeringkan dan dihaluskan. Disaring

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA VITAMIN C METODE HPLC HIGH PERFORMANCE LIQUID CROMATOGRAPHY

Profil kandungan daidzein dan genistein pada tempe gembus selama proses fermentasi. Widiastuti Agustina

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

PENGARUH FERMENTASI TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ASAM AMINO PADA TEPUNG GAPLEK YANG DIFORTIFIKASI TEPUNG KEDELAI (Glycine max (L))

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

Ekstraksi Isoflavon Kedelai dan Penentuan Kadarnya Secara Ultra Fast Liquid Chromatography (UFLC)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

Gambar 5. Tekstur dan Struktur Bumbu Penyedap Blok Spirulina Perlakuan Kontrol (A) dan Maltodekstrin 10% (B).

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April 2015 MAKALAH PENDAMPING KIMIA ORGANIK ISBN :978-602-73159-0-7 DINAMIKA KONSENTRASI GENISTEIN DALAM PROSES PEMBUSUKAN TEMPE KEDELAI Rode Sukma Lewidharti 1,*, Hartati Soetjipto 2, Silvia Andini 2 1 Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW, Salatiga, Indonesia 2 Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW, Salatiga, Indonesia Telp: 085-726-133-588,email: 652011006@student.uksw.edu ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk menentukan pola dinamika konsentrasi genistein dalam proses pembusukan tempe kedelai telah dilakukan di Laboratorium Kimia Pangan, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW dari bulan Desember 2014sampai bulan Maret 2015.Contoh tempe diambil dari pengrajin tempe Echo di Domas, Salatiga. Konsentrasi genistein diamati mulai dari pembuatan tempe harike-0 sampai hari ke-9pembusukan tempe. Genistein diperolehdenganmaserasi laludianalisis dengan menggunakan High Performance Liquid Cromatography(HPLC).Data dinamika konsentrasi genistein dianalisis dengan analisa regresi non linier. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi genistein berfluktuasi selama waktu fermentasi dankonsentrasi genistein tertinggi324,27 µg/g diperoleh dalam 9 hari proses pembusukan. Kata Kunci: Dinamika, Konsentrasi, Genistein, Tempe PENDAHULUAN Tempe yang umumnya terbuat dari kedelai merupakan makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Di daerah Jawa Tengah tempe bosok atau tempe yang sudah kadaluarsa 1-2 hari dikenal sebagai salah satu bumbu dapur. Tempe bosok banyak digunakan dalam masakan daerah seperti sayur lodeh, sambal tumpang dsb, sehingga tempe bosok bukan hal baru bagi masyarakat. Isoflavon merupakan bagian dari isoflavonoid yang banyak ditemukan dalam kedelai.beberapa penelitian telah melaporkan bahwa kandungan isoflavon pada kacang-kacangan dipengaruhi oleh varietas, waktu panen dan lokasi [1]. Winarsi (2005) melaporkan dalam 1 gram protein kedelai, mengandung 3,5 mg isoflavon [2].Kedelai mengandung banyak isoflavon yang terutama terdiri dari genistein (60%) n daidzein (30%) dengan jumlah yang lebih kecil dari glycitein

(10%).[3].Dalam pembuatan tempe kondisi pertumbuhan, varietas kedelai, waktu fermentasi kedelai, suhu, dan kultur stater memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produksi isoflavon [4]. Yaakob et al., (2011) melaporkan bahwa kandungan isoflavon pada produk kedelai yang difermentasi lebih tinggi dari sebelum difermentasi [5]. Menurut Garlock (2000), kandungan genistein tempe dua kali lipat genistein kedelai [6]. Genistein adalah salah satu bentuk aglikon dari isoflavon kedelai [7].Senyawa isoflavon aglikon ini telah mengalami transformasi lebih lanjut membentuk senyawa transforman baru. Hasil transformasi lebih lanjut dari senyawa aglikon ini menghasilkan senyawasenyawa yang mempunyai aktivitas biologi lebih tinggi [8]. Saat ini banyak dilakukan penelitian tentang genistein sehubungan dengan aktivitasnya sebagai anti proliferatif, efekestrogenik, dan efek antiestrogenik [9]. Genistein merupakan fitoestrogen yang berpotensi mengurangi resiko kanker [10]. Mengingat pentingnya senyawa genistein bagi kesehatan manusia maka ingin diketahui pada fermentasi hari ke berapa diperoleh kandungan genistein paling tinggi.jadi penelitian ini bertujuan untukmenentukan pola dinamika konsentrasi genistein dalam proses pembusukan tempe kedelai. METODE PENELITIAN Bahan dan alat Tempe yang digunakan berasal dari pengrajin tempe di daerah Salatiga.Waktu fermentasi yang diukur 0, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 hari. Bahan kimiawi yang digunakan adalah metanol, kloroform, n-heksan, dan standar genistein (Sigma Chemical Co.) Piranti yang digunakan antara lain neraca analitis 4 digit (Mettler H 80, Mettler Instrument Corp, USA), neraca analitis 2 digit (Ohaus TAJ602, Ohaus Corp, USA), blender (Philips, Belanda), rotary evaporator (Buchi R0114, Swiss), drying cabinet dan HPLC (Knauer Smartline 5000, Smartline pump 1000, Smartline UV Detector 2500, Jerman). Preparasi sampel Tempe dipotong tipis- tipis dan dikeringkan dengan drying cabinetpada suhu 50ºC selama 2 hari, kemudian dihaluskan menggunakan grinder. Ekstraksi Isoflavon dengan Metode Maserasi ([11], dimodifikasi) Sebanyak 50 g tempe kering dimaserasi dalam metanol-80% selama 9 jam. Setelah disaring, filtrate dievaporasi sampai kering. Ekstrak dilarutkan dalam 50 ml campuran methanol -50% dan heksana (1:2, v/v) untuk menghilangkan lemak secara partisi.hasil separasi ekstrak fraksi polar dilarutkan dalam campuran metanol dan kloroform (1:1) kemudian dilakukan pemisahan kembali. Fraksi kloroform dievaporasi menghasilkan ekstrak kasar isoflavon. Identifikasi Isoflavon ([12], dimodifikasi) Identifikasi isoflavon dengan menggunakan metode HPLC dilakukan dengan pengkondisian instrumen HPLC dan pembuatan larutan sampel. Larutan sampel dibuat dengan mengambil 0.1 g ekstrak lalu dilarutkan dalam metanol 5

ml. Setelah larutan disentrifuge,diambil 20 µl dengan alat injeksi. Selanjutnya sampel diinjeksikan ke dalam HPLC setelah pengkondisian HPLC selesai. Kromatogram HPLC dianalisisdengan menggunakan pembanding kromatogram isoflavon genistein standar. Instrumentasi Panjang kolom : 25 cm Jenis kolom : Vertex, Euroshper 100-5 c18, 150x4,6 mm (AH201) Fase gerak : metanol : asam asetat 0,1 (48% : 52%), isokratik Kecepatan alir : 1,2 ml/menit Tekanan : 13,3 MPa Volume injeksi : 20 µl Detektor : 254nm Analisis kuantitatif genistein dilakukan dengan menghitung luas area kromatogram. Konsentrasi genistein dapat diketahui dengan menghitung persamaan garis dari kurva standar genistein. Luas area 4500000 4000000 3500000 3000000 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 y = 38887x -175167 R² = 0.9896 0 20 40 60 80 100 120 Konsentrasi standar genistein (ppm) Kurva Standar Genistein Analisa Data Data konsentrasi genistein dianalisis secara grafik. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil identifikasi genistein dengan HPLC menunjukkan bahwa semakin lama waktu fermentasi, jumlah genistein yang dihasilkan semakin meningkat (Gambar 1). Genistein (μg/g) 400 300 200 100 0 0 5 10 Lama Fermentasi (Hari) Gambar 1. Pengaruh Lama Waktu Fermentasi

Diawali dengan tempe hari ke nol yang masih berupa kedelai memiliki konsentrasi genistein sebesar 93,70 µg/g dan pada hari kedua mengalami penurunan menjadi 41,12 µg/g. Namun pada hari ketiga dan keempat mengalami kenaikan menjadi 61,27 µg/g dan 216,23 µg/g secara berurutan. Sedangkan pada hari kelima terjadi penurunan yang cukup drastis menjadi 5,40 µg/g. Namun demikian pada hari keenam dan ketujuh kembali mengalami kenaikan menjadi 80,26 µg/g dan 259,34 µg/g. Pada hari kedelapan genistein menurun sampai 114,14 µg/g sedangkan pada hari kesembilan kembali mengalami kenaikan menjadi 324,27µg/g.Pengamatan dihentikan pada hari ke sembilan karena pada hari ke sepuluh tempe sudah 100% rusak dan busuk. Gambar 1 menunjukkan bahwa produki genistein yang tinggi terjadi pada fermentasi tempe hari ke 4,7 dan 9. Tampaknya terjadi fluktuasi yang nyata dimana genistein yang sudah terbentuk kemudian mengalami penurunan. Diduga hal ini disebabkan karena sifat genistein yang dapat mengalami transformasi membentuk senyawa baru yang disebut faktor 2 [13].Senyawa faktor-2 atau6,7,40- trihidroksiisoflavonhanyadijumpaipadakedelai yang difermentasi[9]. Pada umumnya jalur konversi isoflavanoid adalah yaitu dari bentuk glikosida menjadi aglikon yang kemudian menjadi aglikon lainnya [9]. Oleh karena itu, naiknya konsentrasi genistein di hari 0-4 karena konversi dari glikon ke aglikon, sedangkan turunnya konsentrasi genistein pada hari ke 5 diduga karena terbentuknya isoflavon jenis lain.namun genistein kemudian mengalami kenaikan, hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut. Diduga dapat dikarenakan mikroba menghasilkan enzim yang bisa mengkonversi isoflavon lain menjadi genistein. Kromatogram HPLC ekstrak isoflavon tempe fermentasi 9 hari disajikan pada Gambar 2. Genistein muncul di waktu retensi 29,25 menit. Sedangkan beberapa peak yang muncul di awal didugamerupakan isoflavonoidglikosida. Gambar 2. Kromatogram HPLC tempe hari ke-9 Genistin yang terdapatpadabijidapatdihidrolisisoleh ß- glukosidaseyaitu genistein (5,7,4 -trihidroksi isoflavon) danglukosa [6] (Gambar 3). Fermentasitempemeningkatkankandungangenis teinmelaluihidrolisis β-glukosidase [14]. Enzim -glukosidase menjadi aktif dan membantu perubahan isoflavon terikat (glukosida) menjadi isoflavon tidak terikat (aglikon) [10]. Gambar 3. Reaksi Hidrolisis Glukosida Isoflavon menjadi Aglikon Isoflavon [8].

KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: Konsentrasi genistein dalam proses pembusukan tempe kedelai (tempe bosok) bersifat fluktuatif. Konsentrasi genistein tertinggi pada fermentasi tempe hari ke 4,7, dan 9. Sedangkan konsentrasi genistein tertinggi pada hari ke 9. Konsentrasi genistein terendah pada fermentasi hari ke 5. DAFTAR RUJUKAN [1] Nakajima, N., Nobuyuki, N., Ishihara, K. 2005. Analysis of Isoflavone Content in Tempeh, a Fermented Soybean, and Preparation of a New Isoflavone-Enriched Tempeh. Journal Bioscience and Bioengineering, Vol. 100, No. 6, pp. 685 687. [2] Winarsi, H. 2005. Isoflavon.Yogyakarta: GadjahMada University Press. [3] Lee, J., H. Seung Kim., Y. Sang Song, 2011. GenisteinAs a Potential Anticancer Agent Against Ovarian Cancer. Journal of Traditional and Complementary Medicine, 2 (2), pp. 96-104. [4] Kusumaningsih, T., Retnos, S., Agustina, W. 2006. Profil Kandungan Daidzein dan Genistein Pada Tempe Gembus Selama Proses Fermentasi. J.Alchemy, Vol.5, No 1, ISSN 1412-4092, pp.45-43. [5] Yaakob, H., R. AbdMalek., M. Misson., M.F. Abdul Jalil, 2011. Optimization of Isoflavone Production from Fermented Soybean Using Response Surface Methodology.Food Sci. Biotechnol, 20(6), pp. 1525-1531. [6] Garlock, T. 2000. The Effect of Various Acidic Solutions on the Concentration of Genistein in Tempeh. Tesis. The Graduate College University of Wisconsin-Stout Menomonie. [7] USDA, 2008. USDA Database for the Isoflavone Content of Selected Foods. Nutrient Data Laboratory. United States of America. [8] Pawiroharsono, S. 2001. Prospek dan Manfaat Isoflavon untuk Kesehatan. Direktorat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. [9] Istiani, Y. 2010. Karakterisasi Senyawa Bioaktif Isoflavon dan Uji Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Etanol Tempe Berbahan Baku Koro Pedang (Canavalia ensiformis). Tesis. Program Studi Biosains. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. [10] Tagliaferri. M., I. Cohen., D. Tripathy, 2007. Kanker Payudara. Jakarta: PT. Indeks [11]Purwoko, T. 2004. Kandungan Isoflavon Aglikon pada Tempe Hasil Fermentasi Rhizopus microsporus var. oligosporus: Pengaruh Perendaman. BioSMART, 6(2), pp. 85-87 [12] Cesar. I., Braga, F., Soares, C. 2006. Development and Validation of a RP- HPLC method for Quantification of Isoflavone Aglycones in Hydrolyzed Soy Dry Extracts. Journal of Chromatography, 836, pp.74-78. [13] Pawiroharsono, S. 2001. Prospek dan Manfaat Isoflavon untuk Kesehatan.

Direktorat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. [14] Iswandari, R. 2006. StudiKandungan Isoflavon Pada Kacang Hijau (Vignaradiata L), Tempe Kacangijau, dan Bubur Kacang Hijau. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. TANYA JAWAB PENANYA : Armi Wulandari Pertanyaan : a) Apakah tadi (genistein) bersifat toksik apa tidak? Memiliki toksisitas apa tidak? b) berarti kandungan semakin benyak semakin baik? c) Apakah nanti adapengaruh suhu dan sebagainya, terutama pada faktor 2 tadi? Jawaban : a) tidak, genistein bahkan merupakan suatu kitoestrogen yang berpotensi mengurangi resiko kangker, atau bisa menghambat dan mengobati kangker. Banyak penelitian menemukan genistein menjadi agensi anti kanker. b) iya, banyaknya kandungan genistein memungkinkan daya hambat kankerpun besar juga, selain anti kanker, genistein juga memiliki aktivitas sebagai antioksidan. c) Faktor 2 merupakan biokonversi dan daidzen. Diduga ada pengaruh ph maupun suhu sehingga terbentuk Faktor 2. oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.