PENGANTAR. Latar Belakang. Perkembangan teknologi pangan saat ini cukup pesat, termasuk penemuanpenemuan

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. peningkatan mutu, penggunaan bahan pembentuk rasa dan warna, serta

KESTABILAN EMULSI DAN KARAKTERISTIK SENSORIS LOW FAT MAYONNAISE DENGAN MENGGUNAKAN KEFIR SEBAGAI EMULSIFIER REPLACER

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

BAB I PENDAHULUAN. diizinkan, berbentuk khas mie (Badan Standarisasi Nasional, 1992). Berdasarkan survey oleh USDA dalam Anonim A (2015) mengenai

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. iles dan merupakan tanaman lokal Indonesia yang banyak tumbuh di hutan. Porang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan suatu produk minuman atau jajanan tradisional yang

I. PENDAHULUAN. Es krim di Indonesia telah dikenal oleh masyarakat luas sejak tahun 1970-an dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat modern semakin memperhatikan makanan yang

PENDAHULUAN. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas (2014), sebanyak 40,6%

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

BAB I PENDAHULUAN. di pasar saat ini adalah berbentuk flake. Sereal dalam bentuk flake dianggap

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mineral, serta antosianin (Suzuki, dkk., 2004). antikanker, dan antiatherogenik (Indrasari dkk., 2010).

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

KARYA ILMIAH TERTULIS

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan produk pangan menggunakan bahan baku kacang-kacangan

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurfahmia Azizah, 2015

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

BAB I PENDAHULUAN. Amerika misalnya, sebagian besar masyarakat menyukai minuman ini, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Santoso (2009) menyatakan bahwa yoghurt merupakan produk susu. yang difermentasi. Fermentasi susu merupakan bentuk pengolahan susu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I. PENDAHULUAN. Singkong (Manihot Esculenta) merupakan salah satu sumber bahan pangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk fermentasi. Proses fermentasi mampu meningkatkan nilai gizi

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

BAB I PENDAHULUAN. 21,97% (db) (Kramlich,1973). Daging dikenal mengandung kolesterol (50

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negeri yang kaya akan buah-buahan tropis. Salah satu buah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGANTAR. sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak. dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan makanan favorit di

I. PENDAHULUAN. berasal dari gandum yang ketersediaannya di Indonesia harus diimpor,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BABI PENDAHULUAN. tidak mengandung laktosa, sari kedelai juga tidak mengandung kasein

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN. Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB I PENDAHULUAN. selongsong. Sosis dapat diolah dari daging sapi, ayam, babi, ikan dan lainnya.

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. konservasi hutan.porang merupakan jenis talas-talasan yang tumbuh liar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga

BAB 1 PENDAHULUAN. 2000, dimana dalam satu tanaman biasanya menghasilkan 1 Kg buah. Dalam satu

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instant seperti makanan cepat

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

11/14/2011. By: Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Lab. IPHT Jurusan Peternakan Fak Pertanian UNS. Lemak. Apa beda lemak dan minyak?

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

bermanfaat bagi kesehatan manusia. Di dalam es krim yoghurt dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kini banyak dikembangkan di Indonesia. Gelato termasuk jenis frozen dairy food

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

PENGANTAR Latar Belakang Perkembangan teknologi pangan saat ini cukup pesat, termasuk penemuanpenemuan baru dalam pengolahan dan pengawetan bahan pangan. Upaya peningkatan nilai gizi dan penggunaan bahan baku alternatif menjadi perhatian utama. Kebutuhan dan keinginan konsumen sebagai salah satu faktor penting yang menjadi prioritas dalam mengembangkan produk pangan. Meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat juga diikuti dengan meningkatnya kesadaran tentang pentingnya nilai gizi bahan pangan yang dikonsumsi. Oleh karena itu pangan fungsional menjadi salah satu bahan pangan yang digemari masyarakat karena memiliki manfaat kesehatan. Mayonnaise merupakan emulsi semi padat minyak dalam air, terbuat dari minyak nabati, acidulant, dan kuning telur sebagai emulsifier serta bahan penyedap seperti garam, gula, mustard, dan lada. Mayonnaise di Indonesia banyak digunakan dalam berbagai menu masakan salad dan sandwich. Kualitas mayonnaise dapat dilihat dari karakteristik yang meliputi sifat-sifat fisik, kimia, sensoris, reologis dan kestabilan emulsi. Mayonnaise merupakan produk hasil ternak yang memiliki kandungan lemak tinggi karena bahan penyusun utamanya adalah kuning telur dan minyak, sehingga masyarakat mengkonsumsi dalam jumlah yang terbatas. Beberapa industri yang bergerak di bidang pengolahan merespon permintaan pasar untuk memproduksi produk pangan yang sehat dan bergizi, antara lain produk pangan rendah lemak. Hal ini dikarenakan secara umum jumlah dan tipe lemak yang dikonsumsi mampu memicu berbagai penyakit degeneratif misalnya obesitas, kanker, kardiovascular, dan arterosklerosis. 1

Dengan demikian masyarakat disarankan untuk memperhatikan panduan gizi terutama konsumsi lemak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menurunkan kandungan lemak mayonnaise. Salah satu upaya untuk membuat low fat mayonnaise dilakukan dengan mengganti komponen kuning telur dengan bahan rendah lemak seperti protein kedelai, tepung, dan gum. Di sisi lain, kuning telur memiliki kontribusi terhadap flavour, tekstur, dan performan mayonnaise, oleh karena itu modifikasi lain dilakukan agar kuning telur yang berfungsi sebagai emulsifier masih tetap dipergunakan. Penurunan kadar lemak pada mayonnaise dapat dilakukan dengan mengganti minyak dengan susu kedelai atau polisakarida, namun menghasilkan kualitas yang kurang optimal. Hal ini disebabkan lemak mempengaruhi karakteristik reologis dan sensoris makanan seperti flavour, tekstur dan mouthfeel. Formulasi low fat mayonnaise dilakukan dengan menurunkan fase terdispersi dan meningkatkan fase pendispersi. Peningkatan fase air akan menurunkan kestabilan emulsi low fat mayonnaise sehingga penggunaan fat replacer sangat disarankan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan dalam pembuatan low fat mayonnaise menggunakan berbagai variasi fat replacer (Pons et al.,1994). Fat replacer yang ideal adalah yang mampu membentuk mouthfeel, tekstur dan flavor, namun mampu mengurangi kadar lemak dan kalori. Fat replacer secara umum dibagi 2 grup yaitu fat substitute dan fat mimetic. Fat substitute memiliki struktur kimia hampir mirip dengan lemak dan biasa disebut sebagai fat based fat replacer, sedangkan fat mimetic biasanya merupakan karbohidrat dan atau protein based. Cheung et al. (2000) mengurangi kadar lemak pada mayonnaise sebesar 10 30% dengan menggunakan fat mimetik. 2

Penggunaan fat mimetik dapat membentuk karakteristik reologis untuk mengikat dan berorientasi pada molekul air. Porang (Amorphophallus oncophyllus) merupakan jenis tanaman umbi yang mudah didapat, menghasilkan karbohidrat, memiliki cita rasa netral, dan kandungan glukomanan tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengental dan penstabil pada berbagai produk pangan (Saha dan Bhattacharya, 2010). Porang merupakan salah satu hidrokoloid nabati alami yang secara umum digunakan sebagai agen gel, thickener dan stabilizer pada industri pangan dan beberapa produk low fat (Thomas, 1997). Hidrokoloid dapat berperan sebagai stabilizer pada emulsi minyak dalam air dan memiliki kemampuan meningkatkan viskositas (Dickinson dan Parkinson, 2004). Tepung porang larut dalam air dan membentuk larutan yang sangat kental. Gel yang terbentuk mempunyai sifat khas dan tidak mudah rusak. Penggunaan tepung porang dalam formula low fat mayonnaise dilakukan untuk menghasilkan produk yang mempunyai karakteristik tekstur dan kestabilan emulsi yang tinggi melalui peningkatan viskositas karena penurunan penggunaan minyak. Serupa dengan porang, masyarakat Jepang menggunakan tepung konjac (Amorphophallus konjac) pada pengolahan jelly konyaku. Choonhahirun (2008), menggunakan 0,4% tepung konjac dan xanthan gum pada mayonnaise seledri dan mampu mengurangi 60% minyak. Penambahan tepung konjac pada berbagai konsentrasi juga digunakan untuk mengurangi lemak pada produk seperti frankfurters (Jimenez dan Colmenero, 2010). Kunci utama dalam pembuatan mayonnaise adalah penggunaan minyak dan penambahan berbagai emulsifier, stabilizer, dan thickener. Kualitas emulsi mayonnaise ini ditentukan oleh stabilitas emulsi dan viskositas sejak proses 3

homogenisasi. Mayonnaise yang dibuat secara tradisional merupakan emulsi minyak dalam air yang berisi 70 80% minyak (Depree dan Savage, 2001). Stabilitas emulsi pada mayonnaise tergantung pada berbagai faktor seperti jumlah minyak yang digunakan, jumlah kuning telur, metode pengocokan, temperatur, dan bahan bahan yang ditambahkan (Harrison dan Cunningham, 1985). Penggunaan minyak nabati yang berbeda akan memberikan hasil mayonnaise dan persepsi konsumen yang berbeda pula. Mayonnaise sebagai produk emulsi minyak dalam air selama ini menggunakan bahan dasar minyak canola, minyak jagung, dan minyak kedelai (Soya oil), juga dapat dibuat dari minyak lain seperti minyak bekatul atau Rice bran oil (RBO). Rice bran oil merupakan minyak yang berasal dari ekstrak bekatul (kulit ari beras), memiliki kelebihan dibanding soya oil, karena memiliki 3 komponen antioksidan yaitu: tocopherol, tocotrienol, dan gamma oryzanol sehingga tidak mudah teroksidasi dan dapat menangkal radikal bebas. Minyak ini juga memiliki kandungan vitamin E yang tinggi, mudah dicerna tubuh dan tidak mudah menggumpal di dalam darah. Rice bran oil memiliki Mono Unsaturated Fatty Acid (MUFA) sebesar 47%, Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) 33%, dan Saturated Fatty Acid 20%. Minyak nabati memiliki fungsi penting dalam membentuk emulsi mayonnaise, selain itu juga berpengaruh terhadap rasa, tekstur, penampakan dan kestabilan emulsi. Penggunaan RBO dilakukan untuk membentuk low fat mayonnaise yang memiliki kestabilan emulsi dan kestabilan oksidasi. Penggunaan emulsifier selain kuning telur, memiliki beberapa keuntungan antara lain menurunkan kolesterol dan secara umum kadar lemak, juga meningkatkan stabilitas (Ricardo et al., 2003). Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai emulsifier tersebut antara lain adalah protein hewani seperti 4

protein whey, kasein, protein daging, dan protein nabati seperti kedelai, bunga matahari, dan tepung lupin (Raymundoa, 2002). Cara yang lain untuk menurunkan kadar lemak mayonnaise dapat dilakukan dengan menambahkan kefir (susu fermentasi) ke dalam mayonnaise sebagai pengganti sebagian emulsifier kuning telur karena kuning telur termasuk sebagai bahan pangan yang memiliki kandungan kolesterol yang tinggi. Protein susu yaitu kasein digunakan secara luas sebagai penyusun berbagai produk pangan karena kasein merupakan emulsifier yang baik. Kasein berperan dalam mengadsorpsi secara cepat pada permukaan dan membentuk droplet minyak baru, mengurangi tegangan permukaan, dan membentuk lapisan untuk mencegah droplet dari ketidakstabilan emulsi melalui mekanisme stabilisasi elektrostatik (Dickinson, 2008). Kefir adalah pangan fungsional yang dibuat dari susu yang difermentasi dengan kefir grains (bibit kefir). Kefir grains merupakan simbiosis antara bakteri yang menguntungkan dan yeast. Kefir pertama kali diproduksi di Caucasus dengan menginokulasi bibit kefir. Bakteri berperan menghasilkan asam laktat dan komponen flavour, sedangkan ragi menghasilkan gas dan sedikit alkohol. Kefir mampu menghasilkan komponen bioaktif dan senyawa metabolit eksopolisakarida yang bermanfaat bagi kesehatan. Eksopolisakarida mampu berperan untuk menstimulasi kekebalan tubuh dan menurunkan kolesterol dalam darah (Furukawa et al., 2007). Fermentasi kefir menghasilkan asam laktat, asam asetat, karbondioksida, etanol, dan peptida (Hernandes-Ledesma et al., 2007). Peptida kefir yang terbentuk pada proses fermentasi memiliki aktivitas antioksidan dan berperan sebagai metal chelating dan menangkal radikal bebas sehingga mampu meningkatkan kestabilan emulsi dan kestabilan oksidasi. 5

Sejauh ini substitusi kefir sebagai pengganti kuning telur pada pembuatan low fat mayonnaise belum pernah diteliti. Penggunaan kefir ini diharapkan mampu mensubstitusi kuning telur untuk membentuk emulsi yang stabil serta memperbaiki karakteristik mayonnaise. Salah satu bahan pengasam yang ditambahkan dalam pembuatan mayonnaise adalah vinegar atau cuka. Penggunaan vinegar ini akan membantu proses pembentukan emulsi pada mayonnaise. Produk kefir menghasilkan asam laktat yang jika ditambahkan pada mayonnaise diharapkan menjadi alternatif pengasam dan membantu kestabilan emulsi. Harapan lain kefir mampu menggantikan sebagian kuning telur sebagai emulsifier karena memiliki kasein sehingga membantu membentuk kestabilan emulsi yang dikehendaki. Sejumlah penelitian mengenai low fat mayonnaise telah dilakukan, namun demikian penelitian menggunakan RBO dan tepung porang sebagai fat replacer serta kefir sebagai emulsifier replacer pada mayonnaise untuk menghasilkan low fat mayonnaise belum pernah dilakukan. Low fat mayonnaise dengan formulasi RBO, tepung porang, dan kefir ini diharapkan dapat menghasilkan karakteristik fisik, kimia, dan sensoris yang dapat diterima serta mempunyai kestabilan emulsi dan oksidasi selama penyimpanan. Bagi industri pangan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan peluang untuk mengembangkan pangan rendah lemak. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, pengembangan produk mayonnaise dengan berbahan baku RBO, tepung porang, dan penambahan kefir perlu dilakukan sebagai upaya menghasilkan low fat mayonnaise, dan memperbaiki 6

karakteristik mayonnaise, namun ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik low fat mayonnaise yang diformulasi dari RBO dengan peran tepung porang sebagai fat replacer dalam menstabilkan emulsi mayonnaise? 2. Bagaimana karakteristik low fat mayonnaise yang diformulasi dari RBO dengan peran kefir sebagai emulsifier replacer kuning telur dalam menstabilkan emulsi mayonnaise? 3. Bagaimana kestabilan emulsi dan kestabilan oksidasi low fat mayonnaise selama penyimpanan? Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan karakter low fat mayonnaise yang diformulasi dari RBO, tepung porang, dan kefir. Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah: 1. Menentukan konsentrasi tepung porang sebagai fat replacer dan mengetahui karakteristik emulsi low fat mayonnaise berbasis Rice bran oil. 2. Menentukan konsentrasi kefir sebagai substitusi kuning telur dan mengetahui karakteristik emulsi low fat mayonnaise berbasis Rice bran oil. 3. Mengevaluasi kestabilan emulsi dan kestabilan oksidasi low fat mayonnaise selama penyimpanan. 7

Manfaat Penelitian Manfaat penelitian bagi: 1. Masyarakat Bahan informasi tentang low fat mayonnaise yang memiliki karakteristik dan sifat-sifat fungsional. 2. Pengembangan Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan wawasan teknologi pengolahan low fat mayonnaise tentang alternatif penggunaan minyak nabati Rice bran, tepung porang, dan kefir untuk memperbaiki karakteristik low fat mayonnaise dan informasi tentang shelf life mayonnaise yang dihasilkan. Kebaruan Penelitian Beberapa penelitian mengenai low fat mayonnaise telah banyak dilakukan. Penelitian mengenai pembuatan low fat mayonnaise dengan menggunakan gum polisakarida telah dilakukan oleh Su et al. (2010), menggunakan xanthan gum, citrus fiber sebagai pengganti kuning telur, kadar lemak berkurang 50% dibanding full fat mayonnaise. Nikzade et al. (2012), melakukan optimasi formulasi low fat mayonnaise tentang efek penambahan susu kedelai, xantan gum, dan guar gum. Susu kedelai menggantikan kuning telur. Modifikasi wheat bran pada berbagai level untuk menghasilkan low fat mayonnaise dilakukan oleh Aslanza et al. (2012), penggunaan wheat bran 1% menghasilkan mayonnaise yang optimal. Garcia (2006), melakukan studi penggunaan RBO terhadap kualitas sensori, penerimaan konsumen dan keputusan konsumen 8

untuk membeli serta flavour spread mayonnaise. Terdapat perbedaan yang signifikan antara flavour spread dan kontrol. Liu et al. (2012), menggunakan pektin untuk menghasilkan low fat mayonnaise. Gel pektin dan mikropartikel gel pektin dapat menghasilkan low fat mayonnaise. Choonhahirun (2008), menggunakan 0,4% tepung konjac dan xanthan gum pada mayonnaise seledri dan mampu mengurangi 60% minyak. Stern et al. (2008) mencoba mengurangi minyak pada mayonnaise menggunakan yoghurt sebagai modifikasi mayonnaise. Penggunaan Opuntia robusta mucilage sebagai emulsifier sebesar 62,79%, whey protein 10,71%, dan penggunaan minyak 26% menghasilkan mayonnaise yang memiliki karakteristik sama dengan komersial, dilakukan oleh Goycoolea dan Cardenas (2003). Penelitian mengenai low fat mayonnaise yang diformulasi dari RBO dan tepung porang sebagai fat replacer serta kefir sebagai emulsifier replacer sejauh ini belum pernah dilakukan. Oleh karena itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan low fat mayonnaise yang berkualitas dan stabil selama penyimpanan. 9