163 Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
15 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Gambar 1.1.Bangunan di kota Bandung yang bergaya Art Deco (sumber : dokumentasi pribadi)

DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung kini sudah menjadi salah satu wisata kota populer di Indonesia. Kota

BAB II BENDA CAGAR BUDAYA KOTA BANDUNG dan KAMERA LUBANG JARUM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

sesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Bntuk dan..., Albertus Napitupulu, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta

Cover buku terdiri dari brand name/judul buku, nama penulis, dan elemen.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

BAB III Analisa Masalah

JURNAL TUGAS AKHIR JUDUL PENGEMBANGAN HOTEL SAVOY HOMANN BIDAKARA BANDUNG

BAB III ELABORASI TEMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan arsitektur di Eropa sedikit banyak memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Identifikasi Elemen Arsitektur Khas C.P. Wolff Schoemaker dalam Arsitektur Masjid Raya Cipaganti

Schoemaker dan Jejaknya di Kota Bandung

KEBUDAYAAN INDIES arsitektur

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang

Lampiran 1. Kuesioner Persepsi Masyarakat di Dalam Kawasan Empang LEMBAR KUESIONER

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang

Tugas akhir ismail yakub BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 013/M/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor, 2012

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas masyarakat. Komponen-komponen pendukung kota dapat dibuktikan

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1: Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara. Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

ARSITEKTUR KOLONIAL ATAWA KOLONIALISME ARSITEKTUR?*)

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

BAB II. Analisa yang Mewujudkan Art Deco. Kegiatan survey lapangan yang telah penulis alami dan perolehan akan data

Masjid Raya Cipaganti, Heritage Kota Bandung yang Memadukan Gaya Arsitektur Jawa dan Eropa

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

Transformasi Atap Masjid Raya Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

GAYA ARSITEKTUR DI PERUMAHAN DINAS MILITER ANGKATAN DARAT, CIMAHI, JAWA BARAT

BAB 4 ANALISIS PENILAIAN KEEFEKTIFAN PELESTARIAN BANGUNAN PUSAKA DI KAWASAN MILITER, BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Toko Sumber Hidangan dibangun pada tahun 1929, didirikan untuk

(Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta) TUGAS AKHIR

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. berani mempromosikan diri untuk meningkatan citra dan perekonomian Kota

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

BAB I PENDAHULUAN. sepatutnyalah potensi Sumberdaya Budaya (Culture Resources) tersebut. perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan.

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL DINAS PENDIDIKAN MENENGAH DAN NON FORMAL SMK N 1 SEDAYU Pos Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakrta, 55753

BAB I PENDAHULUAN. penduduk kota Surabaya lebih dari tiga juta jiwa. Dari sekitar 290 km 2 (29.000)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN. ruang tertentu. Untuk mempermudah dalam pem-bacaan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

BAB V PENUTUP. Pasar Baru merupakan pasar tradisional terbesar di Kota Bandung yang. terletak di Pasar Baroeweg atau Sumedangweg (sekarang Jalan Oto

DESAIN PREMIS. Dalam merancang Taman Budaya ini menggunakan sebuah metode transformasi perancangan yaitu metode preseden. Metode preseden merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sejarah suatu kota maupun negara. Melalui peninggalan sejarah

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tugas Akhir dan Tesis Peraturan perundang-undangan

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Perkembangan dalam bidang perekonomian semakin meningkat, di

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR

BAB VI KESIMPULAN. Dari uraian pada bab-bab terdahulu, dapat dikemukakan. beberapa temuan sebagai kesimpulan dalam penelitian ini.

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT YANG BERAKTIVITAS DI KOTA LAMA SEMARANG DAN SEKITARNYA TERHADAP CITY WALK DI JALAN MERAK SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN. Proses terbentuknya kawasan Pecinan Pasar Gede hingga menjadi pusat

BAB I PENDAHULUAN. yang berangkat dari kultur history. Adalah konsekuen serius untuk kota agar dapat

KECENDERUNGAN PASAR JOHAR SEBAGAI OBYEK WISATA BELANJA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 : Gedung Setda Kab. Purworejo Sumber : Dokumen Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA

GAMBARAN UMUM LOKASI

Arsitektur Modern Indonesia (1940-Abad 20) BY: Dian P.E Laksmiyanti, S.T, M.T

BAB III ALIH FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Transkripsi:

BAB 5 PENUTUP Pada bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan semua pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya dan saran. Kesimpulan ini juga menjawab pertanyaan permasalahan yang dibuat pada bab 1. Kesimpulan pada bab ini berisi empat sub bab, yaitu (1) bentuk bangunan sudut berkaitan dengan fungsi; (2) keletakan bangunan sudut berkaitan dengan fungsi; (3) perkembangan arsitektur kolonial di Bandung; dan (4) perkembangan kota kolonial di Bandung. Setelah kesimpulan, dilanjutkan dengan saran untuk penelitian selanjutnya. 5.1. Kesimpulan Fungsi bangunan sudut yang dibahas pada sub bab ini adalah sebagai perkantoran/bank (termasuk perkantoran militer), sekolah, pertokoan, rumah tinggal, hotel dan peribadatan yang kemudian dikaitkan dengan bentuk bangunan sudut. Bangunan-bangunna sudut sesuai dengan fungsi ini dapat dijadikan patokan untuk bangunan sudut di kota lain, kecuali sekolah. Bentuk bangunan dikaitkan dengan fungsi bangunan antara lain: Perkantoran/bank. Pada bangunan sudut berfungsi sebagai perkantoran/ bank memiliki ciri-ciri bentuk bangunan sudut secara umum, berdenah persegi dengan bermenara tunggal atau ganda, tidak bertingkat, tidak simetris, tidak berhalaman depan, dan tampak satu muka. Hal tersebut terlihat pada bangunan sudut Escompto Bank, Denis Bank, de Javasche Bank, Kodam V Militer, Merdeka-Aceh, Perpustakaan Unpar, Gedung Merdeka, Museum Konferensi Asia Afrika, Gedung Naripan-Banceuy, Bank NHM, LKBN Antara, Kantor Pos Besar, dan sebagainya. Sekolah. Pada bangunan sudut berfungsi sebagai sekolah memiliki ciriciri bentuk bangunan sudut, yaitu bermenara ganda, berbentuk persegi, simetris, tidak bertingkat, berhalaman depan, dan memiliki dua tampak muka. Ciri bangunan sudut sebagai sekolah ini tidak berlaku untuk bangunan sudut sekolah di kota lain. Bangunan sudut tersebut antara lain, bangunan SMPN 5 Bandung. 163

164 Pertokoan. Bangunan sudut berfungsi sebagai pertokoan yang memiliki ciri-ciri bentuk bangunan sudut, yaitu bermenara tunggal, berbentuk persegi, simetris, bertingkat, tidak berhalaman depan, dan memiliki dua tampak muka. Bangunan tersebut antara lain, bangunan sudut Toko de Vries, Toko Ligna, Toko Hasil Bumi, Toko Bintang Mas, dan sebagainya. Rumah tinggal. Bangunan sudut berfungsi sebagai rumah tinggal memiliki ciri-ciri bentuk bangunan sudut, yaitu tidak bermenara, bertingkat, berdenah persegi, tidak simetris, berhalaman depan, dan memilikisatu tampak muka. Bangunan sudut tersebut antara lain, rumah tinggal di jalan Prabudimuntur- Juanda, Villa Merah, Malabar-Gatsu, Gandapura-Taman Cempaka, Martadinata- Banda, dan sebagainya. Hotel. Bangunan sudut berfungsi sebagai hotel memiliki ciri-ciri bentuk bangunan sudut, yaitu tidak bermenara, bertingkat, tidak berdenah persegi, tidak simetris, berhalaman depan, dan memiliki satu tampak muka. Bangunan sudut tersebut antara lain, hotel Savoy Homann, hotel Preanger, dan hotel Swarha. Peribadatan. Bangunan sudut berfungsi sebagai peribadatan memiliki ciri-ciri bentuk bangunan sudut, yaitu bermenara, tidak bertingkat, berdenah persegi, tidak simetris, berhalaman depan, dan memiliki satu tampak muka. Bangunan sudut tersebut antara lain, Gereja Kartedral, dan Gereja Bethel. Keletakan yang dikaitkan dengan fungsi bangunan adalah melalui sektorsektor yang telah ada pada bab II. Keletakan tersebut dijelaskan fungsi secara umum bangunan-bangunan ketika pada awal abad 20. Keletakan yang digunakan antara lain: sektor Grote Postweg, sektor Merdekaweg, sektor Bragaweg, sektor Grote Legkongweg, sektor Pasar Baroeweg, sektor Soemateraweg, sektor Papandayanlan, dan sektor Burgemeester Coopsweg. Keletakan berkaitan dengan fungsi adalah sebagai berikut: Sektor Grote Postweg. Sektor grote postweg merupakan wilayah pusat pemerintahan pada masa kolonial. Maka bangunan-bangunan yang berdiri di sekitar sektor ini adalah perkantoran, pemerintahan, alun-alun, gedung kesenian, hotel, pertokoan, dan kantor pos. Bangunan-bangunan tersebut tentunya dibuat oleh biro-biro yang terkenal pula. Bila diketahui kalau wilayah ini adalah jantung

165 kota pada awal abad 20 sebelum berpindah ke wilayah Diponegoro, yaitu Gedung Sate. Sektor Bragaweg. Sektor bragaweg ini adalah wilayah hiburan yang letaknya tidak jauh jaraknya dengan pusat kota. Di pusat hiburan ini berdiri bangunan-bangunan pertokoan, bioskop, restauran, kafe, dan pusat perbelanjaan pakaian-pakaian dari luar negeri. Daerah ini merupakan daerah tempat berkumpulnya para warga Belanda untuk menghilangkan kepenatan. Sektor Merdekaweg. Sektor merdekaweg ini merupakan wilayah peralihan dari pusat hiburan menuju pemukiman masyarakat kota Bandung. Pada wilayah ini didirikan gereja dan taman yang besar. Daerah ini terdapat pula bangunan perekonomian yang sangat berperan, yaitu de javasche bank. Bangunan-bangunan sudut pada tahun 1900-1910 jarang dibangun dan mulai banyak pada tahun 1920-1930. Sektor Oude Hospitalweg. Sektor ini merupakan wilayah perkantoran karena banyak sekali bangunan yang berdiri sebagai perkantoran. Sektor Pasar Baroeweg. Sektor pasar baroeweg merupakan sektor yang dijadikan daerah pecinanan pada masa awal abad 20. Banyak sekali warga berbangsa tionghoa yang bermukim dan berjualan di wilayah sektor ini. Wilayah ini merupakan pusat perbelanjaan nomor dua setelah di wilayah braga. Sektor Roozeboomweg. Sektor Roozeboomweg merupakan sektor yang dijadikan sebagai tempat tinggal pegawai pribumi, tapi ada beberapa yang digunakan sebagai tempat tinggal orang Eropa. Keletakan rumah tinggal orang Eropa lebih dekat ke arah sektor Merdekaweg. Sektor Soemateraweg. Sektor Soemateraweg merupakan sektor pemukiman penduduk dan militer. Tidak jauh dari sektor ini terdapat markas tentara siliwangi dan tempat tinggalnya. Ditengah pemukiman ini terdapat pula sekolah-sekolah terutama smpn 5 bandung. Pemukiman ini dekat sekali dengan pusat kota bandung. Sektor Papandayanlaan. Sektor ini adalah sektor yang berada di perbatasan timur kota bandung. Wilayah ini merupakan pemukiman para penduduk pribumi. Keletakannya sebagian besar berupa perumahan penduduk pribumi.

166 Sektor Burgemeester Coopsweg. Sektor ini merupakan perbatasan wilayah kota bandung sebelah barat. Bangunan ini banyak sekali pemukiman penduduk yang didirikan khususnya untuk pribumi. Pada sektor ini terdapat bangunan pabrik kina. Mengingat letaknya yang dipinggiran sehingga dekat sekali dengan perkebunan kina itu sendiri. Berdasarkan penjelasan dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa bangunan-bangunan sudut merupakan bangunan yang masuk dalam kategori bangunan yang berorientasi ke Belanda pada tahun 1902-1920 dan bangunan sudut bergaya ekletik yang berkembang di Indonesia pada tahun 1920-1940an. Bangunan sudut di Bandung banyak sekali yang dibangun oleh arsitek C.P. Wolf Schoemaker dan A.F. Albers. Bangunan sudut yang dibangun C.P. Wolf Schoemaker memiliki gaya bangunan modern-tradisional. Bangunan modern yang dibuat adalah bangunan yang bergaya art deco, sedangkan bangunan tradisional yang digunakan mendapat inspirasi dari bangunan candi. Sehingga bangunan yang dibuat mencerminkan gaya ekletik. Sedangkan pada bangunan sudut yang dibuat oleh A.F. Albers merupakan gaya bangunan De Stijl. Jenis gaya bangunan ini memiliki ciri-ciri bertingkat, beratap datar, cenderung tidak terlihat menggunakan atap, dan memberikan ragam hias lengkung pada bangunannya. Bangunan tempat tinggal yang terletak di sudut persimpangan jalan sebagian besar tidak diketahui arsitek bangunannya. Untuk mempermudah digunakan perbandingan dengan bangunan di Jakarta dan Malang. Bangunan rumah tinggal di Bandung memiliki bentuk bertingkat, bangunan yang terpisah dari bangunan tetangganya, bangunan rumah tinggal yang paviliun dan bangunan samping menjadi satu dengan bangunan utama, dan bangunan-bangunannya termasuk dalam tipe bangunan dengan atap bangunan yang khas. Bangunan sudut yang dibuat di persimpangan jalan memberikan pandangan tersendiri tentang keberadaan bangunan sudut. Bangunan tersebut terlihat sebagai penanda kota dan center point area. Hal tersebut karena bangunan sudut yang terletak di sudut persimpangan merupakan daerah yang diperhatikan sehingga banyak masyarakat yang berlalu-lalang dan bangunan sudut lebih awal muncul sebelum muncul bangunan yang tidak bersudut di sekitarnya. Namun,

167 tidak semua bangunan sudut dijadikan sebagai penanda bangunan atau center poin area. Berdasarkan perbandingan bangunan sudut di Bandung dengan bangunan sudut di kota lain, seperti Malang, Surabaya, Semarang, dan Jakarta. Maka didapatkan hasil adanya kemiripan dengan bangunan-bangunan sudut. Hal tersebut terlihat dari bentuk bangunan sudut berfungsi sebagai gereja dan rumah tinggal. Sebagian besar gereja menggunakan menara baik satu atau pun ganda, sedangkan rumah tinggal yang terletak di sudut memiliki bentuk lebih tinggi/bertingkat dan memiliki halaman luas di depan rumahnya. Hal tersebut menjelaskan bahwa bangunan sudut memiliki bentuk yang lebih menonjol dari bangunan di sekitarnya. Antara tahun 1900-1940 keberadaan bangunan sudut pertama hadir pada tahun 1909 yang terletak di sektor Grote Postweg. Bangunan sudut yang terletak di perempatan jalan merupakan wilayah yang strategis pada masa itu. Perlimaan menjadi wilayah yang strategis pula, tapi keletakan persimpangannya hanya ada satu pada sektor Grote Postweg. Persebaran bangunan sudut dapat mencerminkan perluasan Kota Bandung pada tahun 1900-1940. Awal pusat pemerintahan terpusat di wilayah alun-alun Bandung. Sekitar alun-alun dibangun banyak sarana dan pra sarana termasuk bangunan sudut. Bangunan sudut pada awal tahun 1900-1920 mulai bermunculan di sektor Grote Postweg dengan berbagai fungsi. Setelah itu bangunan sudut mulai berkembang ke arah utara dari sektor Grote Postweg, yaitu sektor Bragaweg dan sektor Pasar Baroeweg. Pada kedua sektor tersebut merupakan tempat perekonomian pasar yang perlahan mulai berkembang. Wilayah perkantoran pun berkembang ke sektor Oude Hospitalweg yang berada di sebelah selatan sektor Grote Postweg. Pada tahun 1921-1930 perkembangan kota Bandung meluas hingga bagian utara dari sektor-sektor yang dijelaskan sebelumnya. Perluasan tersebut mencapai sektor Merdekaweg, sektor Soematrastraat dan sektor Roozeboomweg. Bangunan tersebut berkembang karena perpindahan pusat pemerintahan gemeente Bandung ke wilayah Roozeboomweg. Wilayah ketiga sektor ini merupakan wilayah pemukiman masyarakan Eropa di sektor Merdekaweg dan wilayah pemukiman karyawan pemerintahan. Dari ketiga sektor tersebut yang merupakan wilayah

168 strategis adalah wilayah sektor Merdekaweg dan sektor Roozeboomweg karena banyak ditemukan perempatan jalan. Selain itu, kedua sektor tersebut penghubung ke wilayah utara dan barat kota Bandung. Pada tahun 1931-1940 perkembangan bangunan sudut ke arah barat dan timur kota Bandung. Hal tersebut terlihat dari ditemukan bangunan sudut di pinggiran kota Bandung, yaitu di sektor Papandayanlaan dan Burgemeester Coopsweg. Persimpangan jalan pada kedua sektor tersebut banyak ditemukan persimpangan tiga. Hal tersebut karena daerah tersebut berada di pinggiran dan jarang dilalui oleh masyarakat kota. Sebagian fungsi bangunan sudut yang dibangun berfungsi sebagai rumah tinggal. 5.2. Saran Pada penelitian yang dilakukan belum sempurna dan masih mengalami kekurangan karena penelitian bangunan sudut pada penelitian ini berjumlah 50 bangunan dan penelitiannya masih bersifat umum tidak mendetail. Pada bagian deskripsi data sejarah masih kurang dalam menjelaskan bangunan-bangunan fisik berupa sarana dan prasarana. Bangunan sudut pada tahap analisis bersifat umum dan dilihat dari segi eksterior (luar). Penelitian berikutnya bisa dilakukan menjelaskan oranamen bangunan dan per bagian bangunan dari bagian kaki, badan dan atap. Dari ornamen dan setiap bagian bangunan sudut agar dapat diketahui penggunaan hiasan di bagian dalam ruangan, bentuk atap, dan tiap bagian bangunan. Keadaan bangunan-bangunan kolonial termasuk bangunan sudut makin berkurang jumlahnya. Perekaman tentang bangunan-bangunan kolonial masih kurang. Dalam rangka merekam data arkeologi yang berada di kota Bandung, harus segera dilakukan sebelum bangunannya dihancurkan.